Bukan Sembarang TWS, Nuratrue Mampu Beradaptasi dengan Karakteristik Telinga Penggunanya

Setiap manusia memiliki indra pendengaran dengan karakteristik yang berbeda. Apa yang terdengar enak di telinga Anda belum tentu enak di telinga saya. Anda mungkin bisa mendengarkan banyak detail menggunakan headphone A, tapi di telinga saya detail tersebut bisa jadi sama sekali tidak keluar. Singkat cerita, menciptakan headphone atau earphone yang sempurna untuk semua orang itu hampir mustahil.

Tantangan inilah yang berusaha dijegal oleh Nura, startup asal Australia yang memulai kiprahnya di bidang audio pada tahun 2016. Mereka baru saja meluncurkan Nuratrue, sebuah TWS yang dilengkapi teknologi sound profiling untuk beradaptasi dengan karakteristik pendengaran masing-masing penggunanya.

Nuratrue merupakan produk ketiga Nura setelah Nuraphone dan Nuraloop, dan di sini Nura kembali mengunggulkan teknologi yang membuat produknya berbeda ketimbang produk lain di pasaran. Jadi pada saat pertama kali mengenakan Nuratrue, perangkat akan lebih dulu mempelajari karakteristik telinga kita demi menciptakan profil suara yang tepat.

Caranya adalah dengan memutar suara dari berbagai frekuensi, lalu mendeteksi ‘pantulan suara’ lirih yang kembali. Dalam dunia medis, pantulan suara ini dikenal dengan istilah otoacustic emission (OAE), dan pemeriksaan OAE rupanya cukup sering dilakukan di rumah sakit pada bayi yang baru lahir sebagai tindakan awal untuk mendeteksi adanya gangguan pendengaran atau tidak.

Usai menangkap gelombang suara OAE tersebut, Nuratrue kemudian akan mengolah informasi yang terkandung di dalamnya dan meraciknya menjadi profil suara yang terpersonalisasi. Prosesnya kurang lebih memakan waktu sekitar 60 detik, dan setelahnya profil tersebut dapat diaktifkan atau dinonaktifkan kapan saja melalui aplikasi pendamping Nura di smartphone.

Selebihnya, Nuratrue menawarkan fitur-fitur yang kerap kita jumpai pada TWS premium. Salah satunya adalah active noise cancellation (ANC), lengkap bersama transparency mode sehingga pengguna bisa mendengarkan suara di sekitarnya ketika diperlukan tanpa perlu melepas perangkat dari telinga.

Dari sisi desain, Nuratrue kelihatan cukup generik. Sisi luar masing-masing earpiece-nya dilengkapi panel sentuh kapasitif, dan secara keseluruhan fisiknya tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX4. Di angka 7,4 gram per earpiece, bobotnya tergolong ringan jika melihat dimensinya yang agak bongsor.

Nuratrue menggunakan konektivitas Bluetooth 5.0. Dalam sekali pengecasan, baterainya diklaim cukup untuk pemakaian selama 6 jam nonstop. Charging case-nya di sisi lain bisa mengisi ulang perangkat sampai tiga kali untuk memberikan total daya tahan hingga 24 jam.

Nuratrue saat ini sudah bisa dibeli langsung dari situs Nura seharga $200. Di rentang harga ini mungkin kita bisa menemukan TWS lain dengan desain yang lebih baik maupun kinerja ANC yang lebih efektif, akan tetapi teknologi sound profiling Nuratrue semestinya dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi yang mengutamakan kualitas suara.

Sumber: TechCrunch dan Nura.

Beoplay EQ Ialah TWS Berteknologi ANC Pertama dari Bang & Olufsen

Bang & Olufsen tidaklah asing dengan teknologi active noise cancellation (ANC). Mereka juga sudah sangat familier dengan kategori TWS selama beberapa tahun. Kendati demikian, B&O rupanya belum pernah mengombinasikan kedua hal tersebut.

Perangkat bernama Beoplay EQ berikut ini adalah TWS berteknologi ANC pertama besutan B&O. Dalam menjalani debutnya di kategori ini, B&O tampaknya ingin tampil all-out. Ini dibuktikan lewat penggunaan sebuah chip khusus yang sepenuhnya didedikasikan untuk mewujudkan fitur ANC pada Beoplay EQ, kurang lebih sama seperti teknik yang diterapkan TWS unggulan Sony.

ANC yang Beoplay EQ hadirkan juga bersifat adaptif. Artinya, seberapa agresif perangkat memblokir suara luar bakal disesuaikan secara otomatis berdasarkan kondisi di sekitar. Fitur transparency mode yang punya cara kerja berkebalikan dari ANC pun turut tersedia. Secara total, Beoplay EQ mengemas enam buah mikrofon (tiga di kiri, tiga di kanan), dan semuanya punya peran dalam merealisasikan fitur ANC sekaligus transparency mode ini.

Perihal kualitas suara, Beoplay EQ mengandalkan driver baru berjenis electro-dynamic yang memiliki diameter 6,88 mm. Perangkat dibekali konektivitas Bluetooth 5.2, lengkap beserta dukungan codec aptX Adaptive. Karakter suara yang dihasilkannya bisa disesuaikan dengan selera pengguna masing-masing melalui sebuah aplikasi pendamping.

Semua itu dikemas dalam desain premium dengan bobot tidak lebih dari 8 gram per earpiece. Sisi luarnya terbuat dari bahan aluminium, serta mendukung kontrol sentuh demi memudahkan pengoperasian. Bahkan charging case-nya pun juga dibentuk dari material aluminium. Sertifikasi IP54 memastikan perangkat dapat tetap bekerja secara normal meski pengguna tengah diguyur hujan.

Dalam sekali pengisian, Beoplay EQ diyakini mampu beroperasi selama 6,5 jam nonstop, atau sampai 7,5 jam kalau fitur ANC-nya dimatikan. Bila dikombinasikan dengan charging case-nya, total daya tahan baterainya berada di kisaran 20 jam. Selain via kabel USB-C, case-nya ini juga dapat diisi ulang menggunakan Qi wireless charger.

Seperti yang sudah bisa kita tebak dari B&O, harga Beoplay EQ jauh dari kata murah: $399. Perangkat rencananya akan dipasarkan mulai tanggal 19 Agustus mendatang. Di samping warna hitam, B&O juga menyediakan pilihan warna agak keemasan.

Sumber: Engadget.

Nothing Ear (1) Adalah TWS Premium Seharga $99 dari Mantan Bos OnePlus

Nothing, perusahaan anyar yang didirikan oleh mantan bos OnePlus, Carl Pei, baru saja meluncurkan produk perdananya, yakni sebuah TWS premium bernama Nothing Ear (1). Perangkat ini rencananya bakal dipasarkan mulai 17 Agustus mendatang dengan banderol $99.

Harga tersebut termasuk cukup terjangkau jika melihat fitur-fitur yang ditawarkan. Apa yang biasa kita jumpai di TWS premium juga hadir di sini, mulai dari active noise cancellation (ANC) dan ambient mode, kendali gesture yang customizable, sertifikasi ketahanan air IPX4, sampai charging case yang dapat diisi ulang secara wireless.

Secara estetika, Ear (1) juga bakal tampil mencolok di antara banyak TWS lain berkat desain tangkainya yang transparan, yang memungkinkan pengguna untuk melihat sebagian jeroannya. Indikator kiri dan kanannya diwakili oleh lingkaran dengan warna yang berbeda; merah untuk sebelah kanan, dan putih untuk sebelah kiri.

Masing-masing earpiece-nya ditenagai oleh driver berdiameter 11,6 mm yang telah di-tune oleh produsen synthesizer asal Swedia, Teenage Engineering. Fun fact, meski lahir di Tiongkok, Carl Pei sebenarnya merupakan seseorang berkebangsaan Swedia. Selain berkontribusi terhadap hardware, Teenage Engineering juga disebut punya peranan dalam optimasi software Ear (1).

Meski mengusung driver yang cukup besar, Ear (1) masih termasuk ringan dengan bobot tiap earpiece cuma 4,7 gram. Perangkat mengandalkan konektivitas Bluetooth 5.2, lengkap dengan dukungan teknologi Google Fast Pair. Fitur in-ear detection juga tersedia, sehingga audio akan otomatis dihentikan ketika perangkat dilepas dari telinga, lalu kembali diputar ketika perangkat dikenakan.

Urusan baterai, Ear (1) diklaim mampu beroperasi selama 5,7 jam nonstop, atau total 34 jam jika disandingkan bersama charging case-nya, tapi ini dalam posisi ANC-nya dimatikan. Kalau dinyalakan, maka daya tahan baterainya turun menjadi 4 jam, atau 24 jam bersama case-nya.

Nothing Ear (1) kabarnya akan dijual di 45 negara, dan semestinya Indonesia termasuk salah satunya kalau melihat daftar negara yang tercantum dalam country selector di situs Nothing. Sebelum pemasaran resminya dimulai, Nothing bakal lebih dulu membuka penjualan secara terbatas di situsnya pada tanggal 31 Juli 2021.

Entah kebetulan atau tidak, OnePlus baru-baru ini juga meluncurkan TWS premium yang dibekali ANC bernama OnePlus Buds Pro.

Sumber: The Verge dan PR Newswire.

Unik, Trio TWS Baru LG Dibekali Fitur untuk Berbisik Selagi Menelepon

Lini TWS LG Tone Free selalu menawarkan fitur ekstra yang membuatnya tampil menonjol di tengah-tengah segudang TWS lain yang ada di pasaran. Hal ini juga berlaku untuk trio TWS terbarunya berikut ini: Tone Free FP5, FP8, dan FP9.

Ketiganya sama-sama menawarkan fitur Whispering Mode, yang bakal sangat membantu ketika pengguna sedang tidak bisa berbicara keras-keras selagi menelepon, semisal di dalam perpustakaan. Cukup dengan mendekatkan earphone sebelah kanan ke mulut, maka pengguna bisa langsung berbisik dan lawan bicaranya dipastikan tetap mampu mendengar dengan jelas.

Trio Tone Free FP ini dibekali enam buah mikrofon secara total (tiga di kiri, tiga di kanan). LG pun tidak lupa menyematkan fitur active noise cancellation (ANC) pada ketiganya, sehingga perangkat tetap ideal digunakan di lokasi-lokasi yang ramai. Fitur berbisik tadi tentunya juga bakal sangat berguna di keramaian, seperti misalnya di dalam bus atau MRT.

Fitur Headphone Spatial Processing dan 3D Sound Stage turut dihadirkan untuk menyambut tren spatial audio sekaligus menyuguhkan pengalaman mendengarkan yang lebih immersive kepada pengguna. Terkait kualitas suaranya, LG mengklaim tiga TWS barunya ini mampu menghasilkan bass yang lebih bertenaga tanpa mengorbankan clarity berkat penggunaan driver dan diaphragm yang telah disempurnakan.

LG Tone Free FP9 / LG

Secara desain, trio Tone Free FP hadir mengusung rancangan baru yang lebih sleek berkat tangkai yang lebih pendek 4,4 milimeter ketimbang milik model sebelumnya, serta yang tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX4. Untuk FP8 dan FP9, keduanya hadir bersama charging case spesial yang dibekali teknologi anti-bakteri seperti sebelum-sebelumnya, dengan kemampuan membunuh hingga 99,9% bakteri yang bersarang di bagian speaker mesh-nya.

Khusus FP9, charging case-nya malah lebih istimewa lagi karena mampu merangkap peran sebagai sebuah adaptor wireless. Menggunakan kabel USB-C ke AUX, case-nya ini dapat disambungkan ke berbagai macam perangkat, mulai dari game console sampai sistem hiburan dalam kabin pesawat, dan setelahnya FP9 pun menerima sinyal audio dari perangkat tersebut secara wireless.

Perihal baterai, FP8 dan FP9 diklaim bisa tahan sampai 10 jam pemakaian, atau sampai 24 jam jika dipadukan bersama charging case-nya. FP5 di sisi lain menjanjikan daya tahan hingga 8 jam, atau total 22 jam bersama case-nya. Khusus FP8, charging case-nya dapat diisi ulang menggunakan Qi wireless charger.

Ketiga TWS baru ini kabarnya bakal dipasarkan mulai bulan ini juga di beberapa negara. Sayang LG belum punya informasi harganya sama sekali.

Sumber: The Verge dan LG.

OnePlus Buds Pro Dirilis, Unggulkan ANC dan Dolby Atmos di Harga $150

Bersamaan dengan peluncuran OnePlus Nord 2, OnePlus turut menyingkap TWS baru bernama OnePlus Buds Pro. Seperti yang bisa kita lihat dari nama sekaligus wujudnya, perangkat ini dirancang untuk menjadi alternatif terhadap AirPods Pro.

Satu fitur yang paling membedakan OnePlus Buds Pro dari OnePlus Buds adalah active noise cancellation alias ANC. Memanfaatkan tiga mikrofon di tiap unitnya, Buds Pro dapat mengeliminasi suara di sekitar dalam tiga pilihan intensitas, dari yang paling rendah (25 dB) sampai yang paling tinggi (40 dB). Alternatifnya, pengguna juga bisa mengaktifkan mode Smart yang memungkinkan Buds Pro untuk mengatur sendiri tingkatan noise cancelling-nya.

Terkait performa audionya, Buds Pro mengandalkan sepasang driver berdiameter 11 mm yang mendukung teknologi Dolby Atmos (spatial audio). Pengguna juga dapat memanfaatkan fitur kalibrasi di aplikasi pendamping Buds Pro untuk menyesuaikan karakter suaranya dengan selera masing-masing.

Konektivitasnya sudah mengandalkan generasi yang terbaru, yakni Bluetooth 5.2, dan OnePlus tidak lupa menyematkan mode khusus gaming yang akan menekan latensi sampai serendah 94 milidetik ketika diaktifkan. Dukungan codec LHDC pun juga tersedia, yang berarti streaming via Bluetooth dapat dilakukan dengan bitrate maksimum 900 kbps demi kualitas suara yang lebih baik.

 

Dari segi desain, Buds Pro memang kelihatan sangat mirip seperti AirPods Pro, akan tetapi separuh tangkainya yang berlapis krom tentu bisa memberikan kesan uniknya tersendiri. Pilihan warnanya sendiri ada dua: Matte Black dan Glossy White, masing-masing dengan finish yang berbeda sesuai namanya. Perangkat diklaim tahan air dengan sertifikasi IP55, sedangkan charging case-nya dengan sertifikasi IPX4.

Baterai juga menjadi daya tarik lain OnePlus Buds Pro. Dalam sekali pengisian, Buds Pro dapat beroperasi selama 5 jam nonstop dengan ANC aktif, atau sampai 7 jam jika ANC-nya dimatikan. Kalau digabungkan dengan charging case-nya, total daya tahan baterainya adalah 28 jam (dengan ANC), atau 38 jam (tanpa ANC). Case-nya bisa diisi ulang menggunakan kabel USB-C ataupun Qi wireless charger.

Rencananya, OnePlus Buds Pro bakal dijual mulai bulan Agustus 2021. Di Amerika Serikat, harganya dipatok $150, atau kurang lebih sekitar 2,2 jutaan rupiah.

Sumber: The Verge dan OnePlus.

TWS Urbanista Seoul Andalkan Fitur Gaming Mode untuk Perangkat Android Sekaligus iOS

Urbanista, pabrikan audio asal Swedia yang sempat mencuri perhatian belum lama ini lewat sebuah headphone bertenaga surya, baru saja merilis TWS yang cukup menarik bernama Seoul. Salah satu fitur unggulannya adalah mode khusus dengan latensi rendah untuk keperluan gaming.

Fitur “Gaming Mode” pada TWS jelas bukan barang baru. Fitur ini bekerja dengan menekan angka latensi sambungan Bluetooth sampai serendah 40 milidetik, sehingga pada akhirnya audio dan visual yang tersaji bisa berjalan secara sinkron. Yang berbeda pada Seoul adalah bagaimana fitur ini dapat diwujudkan tanpa perlu mengandalkan codec aptX.

Mayoritas TWS yang menawarkan fitur gaming mode menggunakan codec aptX sebagai salah satu syarat agar fiturnya bisa terwujud. Ini jelas bukan syarat yang sulit buat para pengguna perangkat Android mengingat sebagian besar smartphone dan tablet Android memang sudah mendukung codec aptX. Masalahnya muncul ketika Anda menggunakan iPhone atau iPad, sebab dari dulu sampai sekarang memang belum ada satu pun perangkat iOS yang kompatibel dengan codec besutan Qualcomm tersebut.

Berhubung tidak memerlukan aptX, fitur gaming mode yang ditawarkan Urbanista Seoul juga dapat dinikmati oleh para pengguna iPhone dan iPad. Saat diaktifkan, Seoul bakal menurunkan latensinya sampai sekitar 70 milidetik. Memang tidak serendah yang ditawarkan TWS lain, tapi menurut Urbanista sudah cukup untuk meminimalkan delay antara audio dan visual.

Dari segi desain, Seoul hadir dalam bentuk bertangkai yang sangat familier. Tangkai tersebut dilengkapi panel sentuh untuk memudahkan pengoperasian, dan fisiknya secara keseluruhan tahan air dengan sertifikasi IPX4. Di balik masing-masing unitnya bernaung dynamic driver berdiameter 10 mm, dan Urbanista pun tidak lupa menyematkan mikrofon berteknologi noise cancelling. Sayang tidak ada fitur ANC di sini.

Dalam sekali charge, Seoul dapat beroperasi sampai 8 jam nonstop. Charging case-nya diklaim bisa mengisi ulang sampai tiga kali, memberikan total daya tahan baterai hingga 32 jam. Cukup mengesankan kalau melihat wujud charging case-nya yang tampak tipis dan ringkas. Selain menggunakan kabel USB-C, charging case-nya juga dapat diisi ulang menggunakan Qi wireless charger.

Saat ini Urbanista Seoul sudah dipasarkan dengan harga $90. Pilihan warna yang tersedia ada empat: hitam, putih, ungu, dan biru.

Sumber: Engadget.

JBL Luncurkan Tune 115TWS, Mungil dan Relatif Terjangkau

JBL Indonesia resmi memperkenalkan produk terbarunya untuk segmen true wireless stereo, yakni JBL Tune 115TWS. Varian baru seri Tune ini menawarkan keseimbangan antara style dan kinerja dalam harga yang relatif terjangkau.

Fisik perangkat ini tergolong cukup ringkas, dengan bobot tidak lebih dari 5,15 gram per earpiece. Masuk kategori TWS, otomatis tidak ada seutas kabel pun yang menancap ke bodinya. Ukuran charging case-nya pun juga kecil dan mudah sekali disimpan di dalam saku celana. Berat case-nya sendiri berada di kisaran 41,5 gram.

Masing-masing earpiece-nya ditenagai oleh sebuah dynamic driver berdiameter 5,8 mm. JBL menjanjikan suara bass yang mantap terlepas dari ukurannya. Secara teknis, driver ini mempunyai respon frekuensi sebesar 20-20.000 Hz. Untuk meminimalkan kebocoran suara sekaligus membuatnya terasa lebih pas dan stabil di telinga, pengguna dapat memilih di antara tiga ukuran eartip yang terdapat pada paket penjualannya.

Satu fitur yang absen dari perangkat ini adalah active noise cancellation (ANC), tapi setidaknya ia masih menawarkan fleksibilitas ekstra berkat fitur Dual Connect, sehingga pengguna bebas menggunakan hanya satu (mono) atau kedua earpiece-nya (stereo). Konektivitasnya sendiri sudah menggunakan Bluetooth 5.0.

Untuk menerima atau mengakhiri panggilan telepon, pengguna hanya perlu menyentuh sisi luar earpiece dengan satu jari. Gestur yang sama juga bisa diterapkan untuk memanggil voice assistant pada perangkat yang terhubung.

Dalam sekali pengisian, JBL Tune 115TWS diyakini mampu beroperasi sampai 6 jam nonstop, sedangkan charging case-nya mampu menyuplai daya ekstra hingga 15 jam pemakaian, memberikan total daya tahan baterai sebesar 21 jam. Pada charging case-nya, pengguna bisa menemukan indikator LED sehingga mereka tidak perlu menebak-nebak kapan harus mengisinya menggunakan kabel USB-C.

Di Indonesia, JBL Tune 115TWS saat ini telah dipasarkan dengan harga Rp899.000 di Tokopedia, sebelum akhirnya merambah platform e-commerce lain dan outlet fisik JBL mulai tanggal 21 Juni mendatang. Pilihan warna yang tersedia ada empat: hitam, hitam dengan aksen merah, putih, dan putih dengan aksen biru.

Beats Studio Buds Dirilis, Unggulkan ANC dan Kompatibilitas Penuh dengan Perangkat Android

Kalau rumor yang beredar akurat, Apple semestinya bakal merilis AirPods baru tahun ini. Namun sebelum itu terjadi, kita rupanya disuguhi alternatif dari Beats terlebih dulu. Anak perusahaan Apple itu baru saja merilis TWS anyar bernama Beats Studio Buds.

Desainnya sudah pasti sangat berbeda dari AirPods, dan penampilannya juga tidak se-sporty Powerbeats Pro yang dilengkapi pengait telinga. Wujud Beats Studio Buds secara keseluruhan terkesan sangat mungil, dengan bobot tidak lebih dari 5,1 gram per earpiece. Perangkat diklaim tahan air dengan sertifikasi IPX4.

Di dalamnya tertanam driver berdiameter 8,2 mm dengan dual-element diaphragm. Dipadukan dengan desain akustik yang melibatkan sepasang bilik terpisah, Beats mengklaim separasi suara stereo yang sangat baik. Bagi para pelanggan Apple Music, Beats Studio Buds bakal secara otomatis memutar versi Dolby Atmos pada sejumlah lagu.

Beats tidak lupa membekali TWS barunya ini dengan fitur active noise cancellation (ANC) dan mode ambient, yang masing-masing dapat diaktifkan dengan menekan dan menahan tombol “b” pada sisi luar earpiece. Tombol yang sama juga berfungsi untuk navigasi playback, sebab Beats Studio Buds memang tidak dilengkapi kontrol sentuh sama sekali.

Tidak seperti AirPods yang hanya dioptimalkan untuk perangkat iOS, Beats Studio Buds dipastikan bakal tetap optimal meski dipakai bersama perangkat Android berkat dukungan terhadap fitur-fitur seperti Fast Pair maupun Find My Device. Di iOS, ia bakal berfungsi layaknya sebuah AirPods, lengkap dengan dukungan “Hey Siri” untuk memanggil sang asisten virtual, serta integrasi pada jaringan Find My.

Dalam sekali pengecasan, Beats Studio Buds mampu beroperasi selama 8 jam nonstop tanpa ANC, sedangkan charging case-nya siap mengisi ulang sampai dua kali berturut-turut, memberikan total waktu pemakaian selama 24 jam. Kalau ANC-nya dinyalakan, daya tahan baterainya turun menjadi 5 jam per charge, dan 15 jam untuk charging case-nya.

Beats Studio Buds turut mendukung fitur fast charging; pengisian selama 5 menit mampu memberikan daya yang cukup untuk 1 jam pemakaian. Satu fitur yang absen adalah dukungan wireless charging, yang berarti charging case-nya cuma bisa diisi ulang menggunakan kabel. Untungnya, jenis colokan yang digunakan adalah USB-C, bukan Lightning.

Di Amerika Serikat, Beats Studio Buds akan segera dijual dengan harga $150 dalam tiga pilihan warna: hitam, putih, merah. Seperti biasa, paket penjualannya mencakup tiga pasang eartip silikon dalam ukuran yang berbeda-beda.

Sumber: Business Wire.

TWS Baru Sony Lebih Ringkas dari Sebelumnya, Tapi Kinerjanya Lebih Baik dan Baterainya Lebih Awet

Pasar TWS saat ini sudah sangat berbeda dari dua tahun yang lalu. Di tahun 2019, TWS dengan active noise cancellation (ANC) masih segelintir dan rata-rata berharga mahal. Sekarang, bahkan TWS dengan banderol di bawah satu juta rupiah pun sudah ada yang menawarkan ANC.

Singkat cerita, TWS murah semakin bagus kualitasnya, dan TWS premium pun sudah seharusnya lebih unggul lagi. Nampaknya inilah yang hendak dibuktikan Sony melalui TWS terbarunya, Sony WF-1000XM4. Sesuai namanya, ia merupakan penerus langsung dari Sony WF-1000XM3 yang dirilis dua tahun silam.

Desain fisiknya sudah berubah cukup drastis, dan ukuran beserta bobotnya telah menyusut sekitar 10% jika dibandingkan pendahulunya. Juga ikut disempurnakan adalah eartip-nya, yang kini terbuat dari bahan busa polyurethane yang lembut sekaligus elastis. Berkat perubahan-perubahan di sektor desain ini, WF-1000XM4 diklaim bisa lebih ‘lengket’ di telinga.

Berbeda dari pendahulunya, WF-1000XM4 telah mengantongi sertifikasi IPX4, yang berarti ia siap digunakan walaupun hujan tengah mengguyur. Perlu dicatat, yang tahan air cuma unit TWS-nya saja, sedangkan charging case-nya tidak. Case-nya sendiri sudah menciut sekitar 40% dibandingkan milik pendahulunya, dan kini kompatibel dengan Qi wireless charging.

Selain menjanjikan ergonomi yang lebih baik, WF-1000XM4 turut mengunggulkan kinerja ANC beserta kualitas suara yang lebih superior, salah satunya berkat penggunaan chip baru bernama V1. Menurut Sony, chip ini mampu menyuguhkan performa pemblokiran suara yang lebih efektif lagi ketimbang chip QN1e milik generasi sebelumnya.

WF-1000XM4 juga mengemas driver 6 mm baru yang memiliki volume magnet 20% lebih besar. Dampaknya bukan cuma reproduksi suara bass yang lebih baik, melainkan juga berpengaruh terhadap kinerja ANC secara keseluruhan berkat kemampuannya menghasilkan sinyal pemblokir yang sangat presisi di frekuensi rendah. WF-1000XM4 juga mendukung LDAC, codec besutan Sony yang mampu mentransmisikan data dalam jumlah tiga kali lebih banyak (maksimum hingga 990 kbps) ketimbang codec Bluetooth konvensional.

Speak-to-Chat, fitur unik yang menjadi unggulan headphone Sony WH-1000XM4, kini juga tersedia di TWS ini. Berkat fitur ini, setiap kali pengguna berbicara dengan seseorang, audio akan dihentikan secara otomatis, dan mode transparency bakal aktif dengan sendirinya sehingga pengguna dapat mendengarkan suara di sekitarnya secara jelas. Saat percakapan telah usai, audio akan kembali diputar secara otomatis.

Sony mengklaim kinerja mikrofon di WF-1000XM4 lebih bisa diandalkan berkat penambahan sensor bone conduction, yang bertugas menangkap hanya getaran yang berasal dari suara pengguna. Alternatifnya, pengguna juga bisa mengaktifkan mode transparency dengan menyentuh dan menahan earpiece sebelah kiri.

Kabar baiknya, semua penyempurnaan ini bisa dihadirkan tanpa mengorbankan aspek yang paling penting, yakni baterai. Pada kenyataannya, WF-1000XM4 justru punya daya tahan baterai yang lebih baik lagi daripada pendahulunya: 8 jam per charge, atau total 24 jam bersama charging case-nya, dan itu dengan fitur ANC selalu menyala. Kalau ANC-nya dimatikan, perangkat malah bisa beroperasi hingga 12 jam per charge, atau total 36 jam.

Di Amerika Serikat, Sony WF-1000XM4 saat ini sudah dijual seharga $280 (± Rp3,99 juta), alias $50 lebih mahal daripada pendahulunya. Pilihan warna yang tersedia ada dua, yakni hitam dan silver. Semoga saja harganya di Indonesia bisa lebih murah daripada kursnya, seperti kasusnya pada Sony WH-1000XM4.

Sumber: The Verge dan Sony.

Xiaomi Ungkap FlipBuds Pro, TWS Pertamanya yang Dibekali Active Noise Cancellation

Pasar TWS terus bertambah besar di tahun 2021 ini. Apple masih menguasai sebagian besar pangsa pasar, akan tetapi gap-nya sudah tidak sejauh di tahun-tahun sebelumnya. Mengintai di belakangnya adalah Xiaomi, yang sampai kemarin rupanya belum punya TWS dengan active noise cancellation (ANC) sama sekali.

Itu semua berubah dengan diumumkannya Xiaomi FlipBuds Pro. Ini merupakan TWS paling premium dari Xiaomi sejauh ini, dan fitur unggulannya adalah ANC yang mampu meredam suara-suara di sekitar sampai 40 dB, kira-kira sehening di dalam perpustakaan kalau kata Xiaomi sendiri.

Untuk mewujudkannya, Xiaomi membekali FlipBuds Pro dengan tiga buah mikrofon di setiap unitnya: satu untuk menangkap dan mengisolasi suara-suara di sekitar, satu untuk menangkap suara pengguna, dan satu lagi untuk memastikan suara pengguna tidak teredam tanpa disengaja. Untuk output-nya, masing-masing unitnya mengandalkan dynamic driver berdiameter 11 mm.

Guna semakin memaksimalkan kinerjanya, Xiaomi turut membekali FlipBuds Pro dengan chip Bluetooth kelas premium besutan Qualcomm, QCC5151. Secara teknis, chip ini tak hanya mendukung konektivitas Bluetooth 5.2 saja, melainkan juga teknologi-teknologi seperti Google Fast Pair, Qualcomm TrueWireless Mirroring, Qualcomm Adaptive Active Noise Cancellation, maupun codec aptX Adaptive.

Ketika digunakan bersama ponsel-ponsel Xiaomi seperti Mi Mix Fold, Mi 11 Series, Mi 10 Series, Redmi K40 Series, Redmi K30 Series, maupun Redmi Note 9 Pro, perangkat juga bisa beroperasi dalam latensi yang sangat rendah. Dengan kata lain, TWS ini juga cocok untuk dipakai dalam sesi gaming.

Melihat desainnya, tidak bisa dipungkiri kalau TWS ini tampak seperti AirPods Pro versi hitam legam. Baterainya diklaim mampu bertahan sampai 7 jam pemakaian (5 jam kalau ANC-nya dinyalakan terus), atau total 28 jam jika digabung dengan charging case-nya. Selain via kabel USB-C, case-nya juga dapat diisi ulang menggunakan Qi wireless charger.

Di Tiongkok, Xiaomi menjual TWS ini seharga 799 yuan, atau kurang lebih sekitar 1,8 jutaan rupiah. Sayang sekali sejauh ini belum ada informasi terkait kapan Xiaomi bakal membawanya ke negara-negara lain.

Sumber: GSM Arena dan GizmoChina.