Tiga Pemain Terbaik Indonesia Gaming League dari Fase Kedua Kualifikasi Online

Kualifikasi fase kedua Indonesia Gaming League (IGL) baru saja selesai pada Minggu, 17 Maret  2019, lalu. Kompetisi IGL ini merupakan liga esports yang mempertandingkan game FIFA 19 FUT (Versi online dari game FIFA 19). Liga ini merupakan kompetisi rutin FIFA 19 FUT yang ditujukan untuk mencari bakat pemain FIFA 19 terbaik se-Indonesia.

Sebanyak 250 pemain telah berpartisipasi pada minggu kedua liga ini. Kualifikasi online dari IGL 2019 ini berlangsung selama delapan pekan, mulai dari 9 Maret sampai 27 April 2019 mendatang. Dari setiap pekan, tiga pemain terbaik akan diambil untuk memasuki fase babak liga.

Sumber: dokumentasi resmi IGL
Sumber: dokumentasi resmi IGL

Namun satu yang menarik adalah, meskipun Anda gagal di pekan sebelumnya, Anda masih bisa mengikuti kualifikasi kembali di pekan berikutnya. Tercatat, beberapa nama besar di esports FIFA 19 bahkan sempat gugur di pekan pertama dan kedua kualifikasi online. Nama seperti Anding wong (EVOS), Angga (The Prime), Kenny Prasetyo (SFI), Icanbutski (PG.Barracx), Tarigan (CAPCORN), Davi (NARA), dan Chanks (XCN) merupakan nama besar yang belum berhasil lolos dari kualifikasi online.

Dari kualifikasi sepekan kemarin sudah terpilih tiga pemain terbaik yang berhasil lolos dari kualifikasi. Mereka yang berhasil lolos adalah Abdul “PandaDewa” Rozak R (Jakarta), Dedy “DavionGre” Tami H (Bogor), dan Arlan “ParantiFIFA” Paranti (Sukabumi). Penasaran dengan sosok sosok tersebut, kami pun menanyakan komentar dari Achmad “FadhKarim” Fadh selaku Ketua Indonesia FIFA juga community manager dari IGL.

“Kalau untuk kelolosan Rozak dan Dedi sebenarnya sesuai prediksi saya, tetapi untuk Paranti agak surprise. Kenapa? Karena dia bisa mengalahkan dominasi beberapa pemain yang sudah profesional dan dinaungi oleh organisasi.” Ucap Fadh mengomentari ketiga orang yang lolos tersebut.

Achmad Fadh (Kiri) ketua komunitas FIFA, sekaligus community manager di IGL. Sumber: RevivalTV
Achmad Fadh (Kiri) ketua komunitas FIFA, sekaligus community manager di IGL. Sumber: RevivalTV

Paranti memiliki gaya permainan yang unik. Skuad FUT miliknya banyak mengandalkan pemain pemain klasik seperti Hernan Crespo, Gennaro Gattuso, Luis Figo, serta ditambah dua jendral lini belakang yaitu Paolo Maldini serta Fabio Cannavaro. Faranti mengandalkan pola permainan 4-3-3 yang siap berganti menjadi 4-2-3-1 wide. Dengan permainan penyerangan serta pertahan yang seimbang dan cukup presisi, Paranti kerap melakukan serangan counter attack yang mematikan.

Namun menariknya, kalau bicara soal pemain yang paling potensial, Fadh malah lebih melihat Abdul Rozak. “Karena dia adalah salah satu player yang memiliki skill di atas rata-rata, dicampur gaya permainan possession yang kuat.” Jawab Fadh membicarakan soal Abdul Rozak.

Saat ini baru ada 6 pemain yang lolos ke dalam liga IGL. Fase online qualifier masih berlangsung sampai 26 April 2019 mendatang. Ini berarti tersisa sekitar 6 pekan lagi untuk mencari 18 pemain lain guna berkompetisi di IGL 2019. Bagi Anda pemain FIFA 19 FUT dan ingin menguji kemampuan di dalam kompetisi, Anda bisa langsung ke laman resmi Indonesia Gaming League untuk mendaftarkan diri ke dalam online qualifier pekan selanjutnya.

NXL Mobile Esports Cup, Bentuk Komitmen NXL Kembangkan Esports Indonesia

Menyikapi perkembangan esports yang pesat belakangan, NXL baru-baru ini menggelar sebuah kompetisi untuk menyaring bakat-bakat baru di dunia esports. Kompetisi tersebut bernama NXL Mobile Esports Cup 2019, yang digelar pada akhir pekan lalu, Minggu, 17 Maret 2019.

NXL Mobile Esports Cup 2019 mempertandingkan dua cabang game, yaitu Mobile Legends dan PUBG Mobile. Mempertandingkan dua game yang memang sedang populer belakangan, turnamen tersebut berhasil menarik antusiasme para gamers. Tercatat, lebih dari 1000 orang lebih mendaftar untuk turut serta dalam kompetisi ini.

Sumber: Dokumentasi Resmi NXL
Sumber: Dokumentasi Resmi NXL

Setelah pertandingan sengit, ada tim VINS keluar sebagai jawara dari kategori Mobile Legends. Sementara dari kategori PUBG Mobile ada tim WAW yang keluar sebagai juara. Masing-masing juara mendapatkan hadiah uang tunai sebesar Rp25 juta. Lalu untuk peringkat kedua dan ketiga, mereka masing-masing menerima hadiah sebesar Rp15 juta dan Rp10 juta.

Melihat antusiasme dari para pemain dengan kompetisi ini, Richard Permana selaku CEO NXL pun turut berkomentar. “Turnamen yang dibuka untuk umum itu, diharapkan bisa memunculkan tim ataupun nama-nama baru di esports. Harapannya mereka nantinya bisa menjadi calon-calon atlet esports di masa mendatang.”

Memang menjadi atlet esports di zaman sekarang terbilang lebih menjanjikan dibandingkan di zaman dahulu. Salah satu alasannya adalah, esports yang kini telah menjadi cabang olahraga resmi di SEA Games. Sebelumnya esports juga sudah menjadi cabang eksibisi di Asian Games 2018. Hal tersebut juga menjadi faktor lain, yang meningkatkan kepercayaan khalayak terhadap karir sebagai pemain esports.

Sumber: Dokumentasi Resmi NXL
Sumber: Dokumentasi Resmi NXL

Gelaran ini juga semakin lengkap dengan kehadiran Charles Honoris, anggota Komisi I DPR. Melihat semaraknya gelaran NXL Mobile Esports, Charles juga turut memberikan komentarnya. “Tentunya harapan saya, atlet Esports Indonesia bisa bersaing bukan hanya di tingkat nasional, tetapi juga di tingkat internasional. Kalau nanti sampai dipertandingkan di Asian Games berikutnya (Hangzhou 2022), dan kalau jadi di Olimpiade, saya rasa ada kesempatan yang baik bagi atlet-atlet Indonesia untuk bisa mengharumkan nama bangsa melalui Esports.”

Kompetisi ini juga digelar sebagai bentuk komitmen NXL dalam mengembangkan esports di Indonesia. Maka dari itu, turnamen ini juga jadi ajang untuk memperkenalkan NXL Esports Center. Fasilitas latihan esports milik NXL tersebut nantinya akan di The Breeze, BSD City. Fasilitas ini dibangun, agar para gamers bisa belajar dan menguji kemampuan untuk menjadi atlet esports yang sesungguhnya.

Sumber: Dokumentasi Resmi NXL
Sumber: Dokumentasi Resmi NXL

“Kami melihat BSD City sebagai wadah komunitas digital dan creative. NXL tidak ingin ketinggalan dan akan memulai Esports Training Centre di The Breeze, BSD City. Nantinya di sana kami akan memberikan pelatihan bagi gamers yang ingin menjadi lebih baik. Tidak hanya hard skill, namun juga soft skill, ada edukasi yang akan kami berikan dalam pelatihan.” Ucap Richard Permana terkait persiapan program latihan di NXL Esports Center.

Kehadiran NXL Esports Center tentu menjadi angin segar bagi gamers di Indonesia. Memang setelah esports kini melesat dengan cukup jauh, hal yang harus dipikirkan selanjutnya adalah soal regenerasi, soal keberlanjutan ekosistem esports. Harapannya adalah, kehadiran training center seperti ini nantinya bisa menjadi wadah pengembangan bakat bermain game, dan bisa memunculkan bibit baru di dunia esports.

Star8 Esports dan EVOS Burnout Juarai Bali United Esports Championship

Riuh rendah esports Indonesia selama ini terbilang terpusat di Jakarta. Walaupun begitu, kini pelaku industri esports sudah mulai sadar bahwa esports di Indonesia bukan cuma Jakarta. Maka, kini banyak penyelenggara yang mencoba melebarkan sayap ke kota besar lain di Indonesia, seperti Piala Presiden, ataupun Bali United, yang pada 15-16 Maret 2019 kemarin menyelesaikan gelaran Bali United E-Sports Championship (BUEC) di Gianyar, Bali.

Anda tidak salah baca, Bali United, sebuah klub sepakbola, kini mulai terjun ke ekosistem esports. Bagi Anda yang bukan penggila bola, Bali United adalah klub sepakbola profesional yang bermarkas di Gianyar Bali. Klub yang satu ini mulai beroperasi pada tahun 2014. Sejak saat itu, klub ini terus konsisten berada di strata tertinggi kompetisi sepakbola Indonesia, yaitu Liga 1.

Merupakan bagian dari Bali United Festival, klub sepakbola ini mencoba melengkapi keseruan acara dengan kompetisi esports BUESC. Kompetisi tersebut mempertandingkan dua game, yaitu Mobile Legends dan PUBG Mobile. Selain itu, gelaran tersebut juga menjadi momen peluncuran organisasi esports milik Bali United yang bernama Island of Gods (IOG).

Sumber: Instagram @iogesports
Sumber: Instagram @iogesports

Dengan ini maka bisa dibilang, Bali United merupakan klub sepakbola pertama di Indonesia, yang memiliki tim esports sendiri. Terkait hal ini, Putri Paramitha Sudali selaku Direktur Bisnis Bali United, sempat mengungkap sedikit pandangannya terhadap ekosistem esports dalam negeri.

“Esports merupakan industri yang berkembang amat pesat, baik di Indonesia maupun dunia. Kami juga baru-baru ini mengamati bahwa banyak penggemar dan komunitas kami merupakan pengamat esports. Dengan peluncuran tim Island of Gods dan Bali United E-Sports Championship, kami ingin menyebarkan jaringan kami dan melayani para penggemar kami di luar sepak bola. Sebagai klub sepak bola Indonesia pertama yang terjun di ekosistem esports, kami juga berharap dapat berkontribusi kepada pertumbuhan industri ini di Indonesia” ujar Putri.

Walaupun Bali United masih baru pertama kali menyelenggarakan sebuah event esports, namun antusiasme para gamers terhadap BUEC ternyata cukup tinggi. Tercatat ada lebih dari 1500 tim dari seluruh negeri terdaftar di turnamen. Dari total peserta sebanyak itu, lalu disaring sampai tersisa 4 tim Mobile Legends dan 14 tim PUBGm yang berhasil mencapai babang final, dan lalu diterbangkan ke Bali untuk bertanding langsung di Bali United Cafe, Gianyar, Bali.

Selama dua hari berjalan, pertandingan berlangsung sangat sengit. Dari Mobile Legends ada beberapa tim besar seperti Flash Wolves, BOOM ID, SFI Omega dan Star8 Esports. Lalu untuk PUBGm, tim seperti Bigetron, RRQ, SFI 4S, bahkan EVOS Burnout dari Thailand turut serta bertanding dalam kompetisi ini. Tak lupa, tim IOG juga turut bertanding di dalam kedua cabang game tersebut.

[BUESC] Winner PUBG-M
EVOS Burnout, juara PUBGm BUESC. Sumber: Press Release Bali United
Star8 Esports juara BUESC Mobile Legends. Sumber: Press Release Bali United
Star8 Esports juara BUESC Mobile Legends. Sumber: Press Release Bali United

Setelah pertarungan yang sangat keras dari para tim, akhirnya tim Star8 Esports keluar sebagai juara Mobile Legends, lalu dari PUBGm ada EVOS Burnout keluar sebagai juara. Dengan kemenangan tersebut, Star8 Esports berhak menerima hadiah sebesar Rp50 juta, sementara EVOS Burnout menerima hadiah sebesar Rp 35 juta.

Kehadiran Bali United di ekosistem tentu akan membuat esports di Indonesia semakin meriah. Meriah dalam artian, tambahan saingan yang membuat kancah kompetitif Mobile Legends serta PUBGm makin seru, tambahan investasi di ekosistem yang akan semakin mengembangkan industri esports, dan tentunya pemerataan esports agar tidak hanya terpusat di Jakarta saja.

Capital Esports Menjadi Juara Free Fire Indonesia Masters 2019

Selain gelaran Kaskus Battleground, akhir pekan kemarin juga menjadi gelaran final dari Free Fire Indonesia Masters 2019. Kompetisi yang digelar di Mal Taman Anggrek ini menjadi fenomena tersendiri, karena kembali berhasil membuat “mal esports” ini penuh sesak. Setelah kompetisi sengit selama dua hari, tim Capital Esports berhasil keluar sebagai juara.

Permainan Capital Esports memang terlihat sangat lihai sejak dari hari pertama. Dengan keahliannya bertahan di medan perang, tim Capital Esports selalu berhasil menduduki posisi tertinggi klasemen sejak dari ronde pertama. Sampai di ronde terakhir, Capital Esports berhasil mengumpulkan 2130 poin. Sementara di posisi kedua ada tim SFI Zet Hades, dengan perolehan 1515 poin.

free fire indonesia masters #2

Rilis sejak 14 Januari 2018, game yang satu ini memang menjadi fenomena tersendiri di kalangan para gamers. Berdasarkan data dari Google Play, Free Fire sudah dimainkan oleh lebih dari 100 juta pemain. Gelaran Free Fire Indonesia Masters juga berhasil menjadi salah satu tayangan esports tersukses di Indonesia.

Tercatat dari Youtube resmi Garena Free Fire, kompetisi tersebut kini sudah ditonton sebanyak 1,3 juta penonton. Lalu mengutip laman resmi Garena Free Fire, rekor penonton saat bersamaan tertinggi dari turnamen ini adalah ditonton oleh 146.601 penonton. Dengan ini maka mungkin bisa dikatakan bahwa jumlah penonton Free Fire sudah menyaingi game MOBA mobile terpopuler di Indonesia, Mobile Legends.

Kompetisi ini juga berhasil memecahkan rekor MURI sebagai “Pertandingan Esports Battle Royale dengan Jumlah Peserta Terbanyak di Indonesia”. Rekor tersebut berhasil didapatkan setelah turnamen ini berhasil mencatatkan 7920 tim atau 33.000 orang peserta, sebagai pendaftar yang mengikuti Free Fire Indonesia Masters 2019.

“Kami sangat bangga akan penghargaan yang diberikan MURI kepada Free Fire. Hal ini menandakan bahwa esports, sebagai media penyalur bakat anak bangsa, akan terus berkembang. Hal ini tentu juga menjadi motivasi besar bagi Garena Indonesia, khususnya tim Free Fire, untuk bekerja lebih keras dan memberikan yang terbaik bagi seluruh pemain kami” ungkap Christian Wihananto selaku produser dari Garena Free Fire Indonesia.

free fire indonesia masters #3

Free Fire Indonesia Masters juga semakin lengkap dengan kedatangan para tamu kehormatan, yaitu Imam Nahrawi selaku Menteri Pemuda dan Olahraga, serta Bapak Triawan Munaf selaku Kepala Badan Ekonomi Kretatif Indonesia.

Memberi sedikit pengantar, Bapak Imam Nahrawi mengatakan “Pemerintah bergembira dan akan terus mendukung esports di Indonesia termasuk game Free Fire. Sebagai salah satu game terpopuler di Indonesia, saya senang melihat Free Fire bisa menjadi wadah bagi banyak gamer di Indonesia untuk mengembangkan prestasinya. Juga tentunya kami berterima kasih dan mendukung Garena yang telah menunjukkan komitmennya untuk mengembangkan industri esports dalam negeri”.

Dukungan pemerintah terhadap esports memang terlihat lebih getol belakangan. Sebelum kompetisi ini, MENPORA dan Garena Indonesia juga sempat bekerja sama dalam menyelenggarakan Youth National Esports Championship. Kompetisi tersebut juga merupakan salah satu dari program pemerintah, yaitu Piala MENPORA.

Kemenangan tim Capital Esports memberikan mereka hadiah uang tunai sebesar Rp250 juta. Selain itu, tim Capital Esports dan SFI Zet Hades selaku juara dan runner-up, berhak mewakili Indonesia dalam gelaran Free Fire World Cup 2019, yang akan diselenggarakan di Thailand pada bulan April 2019 mendatang.

Menilik Peran Komunitas Dalam Esports Lewat Gelaran Kaskus Battleground

Akhir pekan kemarin (17 Maret 2019) menjadi penutup dari gelaran Kaskus Battleground Season 4. Mempertandingkan game Arena of Valor, tim EVOS AOV kembali menjadi raksasa yang tak terkalahkan dalam kompetisi ini. Gelaran turnamen AOV ini juga menjadi penutup Kaskus Battleground seri 2018-2019 yang membawa tema “Mobile Game Festival”

Dalam gelaran babak Grand Final, EVOS berhasil membantai habis tim DG Esports 3-0. Walaupun begitu, perjalanan DG Esports di Kaskus Battleground Season 4 ini sebenarnya cukup memukau. Glenn “DG.Kurus” Richard dan kawan-kawan berjuang keras untuk bisa bangkit dari lower bracket. Harus berhadapan dengan nama besar di jagat kompetitif AOV, yaitu GGWP.ID juga Saudara Esports, mereka tak gentar dan berhasil kalahkan mereka.

Namun pada gelaran final, permainan EVOS ternyata masih terlalu solid. Alhasil DG Esports jadi kalang kabut melawan Wiraww dan kawan-kawan. Akhirnya Ran23 dan kawan-kawan DG Esports harus menerima kekalahan yang cukup telak, dengan setiap game bisa diselesaikan dalam waktu sekitar di bawah 15 menit.

Ridwan Gunawan, Brand Manager Kaskus. Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Ridwan Gunawan, Brand Manager Kaskus. Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Sudah kurang lebih sekitar dua tahun, Kaskus Battleground menjadi wadah bertanding bagi atlet-atlet esports nasional. Tetapi setelah seri ini selesai, bagaimana kelanjutan dari Kaskus Battleground nantinya? Untungnya saya berkesempatan berbincang dengan Ridwan Gunawan, Brand Manager Kaskus, membicarakan hal tersebut. Berikut hasil perbincangan saya dengan Ridwan.

Mengawali obrolan, saya sebenarnya cukup penasaran dengan awal mula terciptanya Kaskus Battleground. Maka dari itu saya pun menanyakan hal tersebut kepada Ridwan. Ia lalu menjawab bahwa Kaskus Battleground sebenarnya adalah inisiatif kumpu-kumpul dari komunitas forum 46 (forum games) Kaskus.

“Jadi dahulu kala, anak-anak forum game itu ceritanya minta dibikinin turnamen. Mereka berpikir daripada cuma ngobrol doang, akan lebih enak kalau kita ada wadah untuk berkompetisi dan kumpul. Akhirnya dari situ terciptalah Kaskus Battleground” jawab Ridwan.

Kaskus Battleground pertama kali diselenggarakan pada awal tahun 2017 lalu. Ketika itu kompetisi ini mempertandingkan salah satu game kompetitif terpopuler pada masanya, Dota 2. Brand kompetisi ini terus berlanjut sampai ke tahun 2018, namun membawa tema yang berbeda yaitu “Mobile Games Festival”.

Speed Drifeter menjadi salah satu hidangan sampingan yang juga menyedot keramaian gamers di Kaskus Battleground kemarin. Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Kompetisi Speed Drifter menjadi salah satu hidangan sampingan yang juga menyedot perhatian gamers di Kaskus Battleground kemarin. Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Kaskus Battleground – Mobile Games Festival berlangsung selama 2018-2019. Selama satu musim tersebut, kompetisi dibagi menjadi 4 season, dengan mempertandingkan berbagai mobile game yang sedang populer. Ada Vainglory, Rules of Survival, PUBG Mobile, dan Arena of Valor sebagai sajian utama dari Kaskus Battleground.

Tapi acara Kaskus belum lengkap kalau tidak melibatkan komunitas di dalamnya. Maka dari itu, selain sajian utama, ada juga hidangan sampingan” berupa kompetisi dari komunitas. Jadi selain empat game tersebut, ada juga pertandingan serta ajang kumpul komunitas game seperti: game sepakbola FIFA dan PES 2019, lalu ada juga Tekken 7, Let’s Get Rich, Speed Drifters, dan lain sebagainya.

Sampai sejauh ini, prestis Kaskus Battleground terbilang cukup tinggi, karena kompetisi ini kerap diikuti oleh berbagai tim esports papan atas Indonesia. Lebih lanjut soal ini Ridwan, sejujurnya ingin mengarahkan agar Kaskus Battleground bisa menjadi panggung bagi pendatang baru di dunia esports.

“Menurut pandangan saya, sebenarnya saya ingin Kaskus Battleground bisa jadi panggung bagi para newcomer dari dunia esports. Maka dari itu untuk ke depannya, saya punya rencana untuk mengemas Kaskus Battleground agar tidak cuma sekadar kompetisi, tapi juga jadi wadah sharing ilmu dari pro player kepada komunitas, kepada newcomer jagat kompetitif game” Ridwan menambahkan.

Tentu akan sangat menyenangkan melihat pemain pro bisa bersandingan dengan komunitas dan saling sharing pengalaman seputar esports. Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Tentu akan sangat menyenangkan melihat pemain pro bisa bersandingan dengan komunitas dan saling sharing pengalaman seputar esports. Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Lebih lanjut soal masa depan Kaskus Battleground, saya cukup penasaran dengan satu hal. Adakah kemungkinan Kaskus akan menyediakan panggung utama Kaskus Battleground, kepada komunitas-komunitas kecil nan solid? Contohnya seperti komunitas rekanan Hybrid, seperti R6 IDN dan komunitas game Fighting yang diwakili Advance Guard.

“Seperti apa yang saya katakan sedari awal, fokus Kaskus memang adalah komunitas. Jadi kalau bicara soal rencana, kita selalu menyediakan rencana tersebut untuk komunitas. Tetapi kami harus memastikan terlebih dahulu, apakah komunitas tersebut aktif berkumpul? apakah pemain aktifnya cukup banyak? Kalau iya, mengapa tidak.” Jawab Ridwan kepada saya.

Kurang lebih itu sedikit obrolan saya dengan Ridwan Gunawan seputar esports dan komunitas dari sudut pandang kaskus. Kurang dan lebihnya, saya cukup setuju dengan apa yang dikatakan oleh Ridwan. Komunitas bisa dibilang juga merupakan salah satu elemen penting dalam ekoisistem esports. Sebab tanpa dukungan komunitas, esports mungkin tidak akan sebesar dan semegah seperti saat ini.

Ini dia 20 Streamer Bintang Debutan Game.ly MLBB Rising Stars!

Game.ly MLBB Rising Stars telah menyelesaikan rangkaian kompetisi yang mereka selenggarakan. Setelah 41 hari saling menunjukkan kebolehan bermain MLBB di platform streaming Game.ly, akhirnya muncul 20 bintang dari kompetisi yang selesai 24 Februari 2019 kemarin.

Gelaran Game.ly MLBB Rising Stars merupakan usaha Game.ly dan Moonton, untuk menciptakan bintang baru di dunia hiburan Mobile Legends. Alasan penyelenggaraan MLBB Rising Stars waktu itu sempat diungkap Ryan Lymn, Vice President Game.ly, kepada senior editor Hybrid, Yabes Elia.

Dalam sebuah artikel wawancara, Ryan mengatakan keresahan yang ia miliki seputar hubungan antara game streamer dengan dukungan platform. Menurutnya banyak streamer amatir yang punya potensi, namun sayangnya tidak bisa atau belum mendapat dukungan dari platform streaming. Untuk itu Game.ly MLBB Rising Stars muncul sebagai solusi atas keresahan yang dirasakan Ryan tadi.

Sumber:
Sumber: gamely.com

Ternyata apa yang dirasakan Ryan benar adanya, acara ini berhasil menarik perhatian banyak streamer kecil yang punya mimpi besar. Salah satu kisah yang menarik untuk disimak adalah kisah perjuangan dari salah satu pemenang, Novi “NovKrissst” Kristina. Sosok yang satu ini bercerita, bahwa alasan ia mengikuti Game.ly MLBB Rising Stars ini sebenarnya sesederhana karena ia hobi bermain Mobile Legends.

Berpikir bisa mendapatkan sesuatu dari hobinya, Novi lalu mencoba peruntungan dalam kompetisi antar streamer yang dibesut Game.ly ini. Ketika mengikuti kompetisi, harapan Novi pun sebenarnya juga tidak muluk. Ia hanya ingin mencoba peruntungan lewat hal-hal baru dan berharap bisa menuai prestasi dari percobaan tersebut, agar dapat membanggakan orang tuanya.

Sumber:
Sumber: Instagram @gamelyofficial

“Menjadi sebuah kebanggan bagi kami bisa melihat begitu antusiasnya para gamers, sampai akhirnya MLBB Rising Stars dapat melahirkan bintang baru. Perjalanan karir mereka baru saja dimulai, yang tentu dengan berbagai rintangan di depan. Oleh karena itu Game.ly berkomitmen, bahu-membahu, membantu para pemenang menggeluti profesi ini.” ucap Noppy Angreani, Community Manager Moonton Indonesia.

“Berakhirnya kompetisi MLBB Rising Stars bukan berarti akhir dari perjuangan, melainkan sebuah awal karir dari para pemenang. Event ini telah menjadi bukti nyata bahwa talent bisa diciptakan, menjadi penanda lahirnya influencer baru di Game.ly. Kehadiran mereka diharapkan dapat memotivasi gamers lainnya untuk berani berkarya dan berprestasi dalam industri game streaming.” ungkap Ryan Lymn, Vice President Game.ly.

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Game.ly dan Moonton akan bersama-sama mendukung serta membimbing perjalanan karir para pemenang MLBB Rising Stars. Para pemenang tersebut mendapatkan hadiah berupa kontrak eksklusif dengan Game.ly selama 1 tahun dan Moonton Indonesia selama 2 tahun.

Selamat bagi para pemenang! Semoga mimpi besar kalian untuk menjadi esports-preneur bisa tercapai dan mendapat karir yang cemerlang di ekosistem esports Indonesia.

Hybrid Day: Berbagi Cerita tentang Karier di Dunia Esports

Seiring semakin besar hingar-bingar esports di Indonesia, industri yang satu ini tentu terlihat lebih seksi bagi berbagai pihak. Alhasil kini banyak orang, terutama mereka para gamers, jadi ingin terjun ke dalam industri yang satu ini.

Namun pertanyaan awalannya adalah, bagaimana? Bagaimana kita bisa masuk dan terjun bekerja di dunia esports? Hybrid Day yang diadakan di SMA 1 PSKD pada 6 Maret 2019 kemarin, mencoba kupas tuntas soal cara mendapatkan karir di dunia esports; yang mengundang narasumber dari berbagai macam perspektif.

Sebelum menuju ke pembahasan utama, mari kita berkenalan terlebih dahulu dengan para narasumber kita.

Marzarian “Ojan” Sahita – General Manager BOOM.ID

Sumber: Facebook Page @owljan
Sumber: Facebook Page @owljan

Mengawali karirnya sebagai seorang graphic designer di dunia esports, sosok yang satu ini awalnya dikenal dengan nama panggilan “Owljan”. Ojan menjajaki dunia esports lewat berbagai lini, mulai dari jadi shoutcaster, tournament admin, bahkan pernah mencoba menjadi player. Kini Ojan adalah General Manager dari salah satu tim esports Indonesia yang paling haus prestasi, BOOM.ID.

Sampai saat ini, organisasi esports tempat Ojan bernaung sudah memilih kurang lebih 9 divisi dari berbagai game, dengan divisi Dota 2 sebagai salah satu divisi terkuat. Dengan pengalaman kurang lebih 9 tahun di dunia esports, Ojan sudah mencicipi berbagai pahit-manis berjuang di dunia ini.

Dimas “Dejet” Surya Rizki – Professional Shoutcaster

Sumber: Facebook Page @dejetttt
Sumber: Facebook Page @dejetttt

Penggemar esports Dota tentu kenal dengan shoutcaster yang satu ini. Ia mengawali karir di dunia esports sebagai pemain esports pada era warnet. Satu tahun mencoba peruntungan di gaming kompetitif, berbagai kegagalan membuka mata Dimas “Dejet” Surya Rizki untuk peluang karir lain, yakni shoutcaster.

Sempat tidak dibayar ketika jadi caster, Dimas kini sudah mengecap manisnya buah perjuangan yang ia jalani di dunia esports. Terbilang sebagai salah satu top shoutcaster di jagat esports Indonesia, ia sudah mengomentari berbagai event esports besar di Indonesia seperti: Indonesia Games Championship, Acer Predator League, IeSF World Championship, dan lain sebagainya.

Andrew “Ndruw” Tobias – Esports Manager Tencent Games

Sumber: Facebook Page @ndruwgg
Sumber: Facebook Page @ndruwgg

Sebagai gamers zaman dahulu, saya sudah mulai mengetahui nama “Ndruw” sejak zaman kuliah (sekitar tahun 2013an). Dahulu sosok ini terkenal kerap menjual berbagai voucher game dengan harga yang miring. Namun selain itu ia juga dikenal sebagai sosok community handler di berbagai game yang ia geluti.

Portfolio karir Andrew Tobias di dalam dunia gaming termasuk: menjadi founder dari event organizer esports World of Gaming, sempat bekerja untuk peripheral gaming Logitech, juga brand chip grafis NVIDIA. Kini Andrew bekerja sebagai Esports Manager di Tencent Games, yang tugasnya adalah merawat perkembangan ekosistem esports PUBGM di Indonesia.

Suka Duka Mencari Sesuap Nasi di Industri yang Bernama “Esports”

Dokumentasi Hybrid - Lukman Azis
Dokumentasi Hybrid – Lukman Azis

Mitos soal bahwa kerja di esports itu sama dengan hanya main games, sudah berkembang cukup lama di kalangan umum atau gamers itu sendiri. Membuka pembicaraan, Ojan pun sedikit  menjelaskan sedikit kenyataan yang harus dipahami soal menjadi player esports atau bekerja di esports.

Salah satu yang ia tegaskan adalah soal definisi esports yang merupakan sebuah kompetisi. Jadi jika bicara untuk menjadi seorang player esports, yang harus diingat esports adalah kompetisi untuk menjadi yang terbaik. Maka jika ingin jadi esports player Anda harus siap segala aspek tubuh Anda ditempa habis-habisan, mulai dari fisik, mental, sampai ketangkasan bermain.

Namun setelahnya Ojan melanjutkan bahwa masuk ke dunia esports tidak selamanya harus menjadi player. Bidang-bidang yang dikerjakan oleh para narasumber adalah beberapa contoh bidang lain yang bisa dikerjakan di esports.

Lanjut bicara soal suka-duka, Ojan mengatakan bahwa salah satu keuntungan menjadi manajer adalah ia bisa pergi ke negara-negara yang belum pernah dikunjungi. Bonus tambahan lainnya adalah, ia jadi bisa bertemu dengan berbagai orang hebat yang menginspirasi di dunia esports.

Dimas lalu menambahkan dari sisi shoutcaster, menurutnya keuntungan terbesar yang kini dia dapatkan adalah adalah punya pendapatan besar hanya dengan bicara soal game. Selain itu bonus tambahan bagi Dimas adalah popularitas yang kini ia dapatkan, menurutnya hal itu adalah suatu kenikmatan yang patut disyukuri dari menjadi seorang shoutcaster.

Sumber: Facebook Page @PUBGMOBILE.ID.OFFICIAL
Sumber: Facebook Page @PUBGMOBILE.ID.OFFICIAL

Andrew sedikit berbeda, ia secara singkat membicarakan pengalaman hidupnya. Dia bercerita bahwa dirinya dahulu seorang introvert dan menurutnya esports berhasil memunculkan potensi dirinya. Dengan jabatan yang ia emban saat ini, salah satu yang menurutnya paling menggembirakan adalah sosoknya yang kini kerap dicari dan dibutuhkan orang-orang.

Tadi kita sudah bicara soal keuntungan, sisi suka dari bekerja di industri esports. Bagaimana dengan tantangan atau duka yang harus dialami dari bekerja di industri esports? Kalau Andrew menjawab bahwa menurutnya pekerjaan tetap adalah sebuah pekerjaan, yang menurutnya tidak semuanya bisa dianggap enak.

Jadi meskipun Anda bekerja di bidang yang anda sukai, rasa bosan atau lelah pasti bisa kapan saja muncul. Kenapa? Salah satunya bisa karena pekerjaan adalah sebuah kewajiban, beda dengan hobi yang bisa dikerjakan kapanpun tanpa ada tekanan apapun.

Lalu bagaimana kalau jadi shoutcaster? Enak bukan bisa punya penghasilan besar serta popularitas? Namun hal itu tidak sepenuhnya benar. Kenapa? Karena menurut cerita Dimas, untuk bisa sampai titik ini ia harus melakukan perjuangan yang sangat keras. Melanjutkan cerita, Dimas mengatakan bahwa dahulu caster bukanlah suatu kebutuhan acara kompetisi game. “Caster dalam turnamen esports jaman dulu itu dianggap, ada syukur nggak ada juga nggak apa apa” kata Dimas.

Tapi ia tidak menyerah dengan keadaan dan tetap bersikukuh melakukan hal yang ia suka tersebut. Salah satu pengalaman yang paling berkesan bagi Dimas sendiri adalah, kejadian saat ia jadi caster dan hanya dibayar dengan dua kata, “Terima Kasih”. Padahal, event yang ia komentari ketika itu adalah sebuah event yang cukup besar karena diadakan di JCC. Apalagi Dimas juga harus mengomentari kompetisi tersebut seharian, yang tentu bukan suatu hal yang mudah untuk dilakukan.

Disiplin Ilmu Terbaik Untuk Bekerja di Industri Esports?

Dokumentasi Hybrid - Aji
Dokumentasi Hybrid – Aji

Pembicaraan pun berlanjut ke topik berikutnya, disiplin ilmu apa yang dibutuhkan untuk bisa bekerja di dalam ke ekosistem industri esports? Seperti ekosistem industri lainnya, esports juga membutuh seperangkat ilmu tertentu tergantung dari bidang yang dikerjakan.

Kendati demikian, menurut Ojan beragam jurusan kuliah sebenarnya bisa cocok bekerja di ekosistem industri Esports. Mengapa? Karena menurutnya esports tak beda jauh dari kebanyakan industri digital lain. Jadi jika Anda mengincar pekerjaan belakang layar, kemampuan seperti mengelola media sosial, desain grafis, videografi, atau bahkan psikologi, ada ruang-ruang tersendiri di dalam ekosistem esports.

Dimas punya pendapat lain yang sebenarnya cukup menarik. Pertama-tama ia menceritakan soal latar belakang dirinya. Ia mengatakan bahwa walaupun pekerjaannya adalah seorang shoutcaster, Dimas merupakan seorang sarjana jurusan Psikologi.

Dokumentasi Hybrid - Aji
Dokumentasi Hybrid – Aji

Walau tidak ada sangkut-paut antara psikologi dengan shoutcaster, menurut Dimas, passion menjadi salah satu faktor penting untuk bisa terjun bekerja di ekosistem esports. Hal ini mungkin tepat jika kita bicara soal pekerjaan depan layar, seperti jadi player ataupun shoutcaster.

Kuliah tidak selalu menjadi faktor penentu, tapi bukan berarti Anda harus melupakan kewajiban kuliah. Tapi dalam artian, jika Anda punya passion dan keuletan, apapun kuliah yang Anda jalani, Anda tetap bisa menjadi player atau shoutcaster. Andrew lalu menegaskan sambil mencoba melengkapi jawaban dari Ojan dan Dimas.

Menurutnya jika passion dipasangkan dengan ilmu yang tepat, tentu akan mendorong karir Anda lebih cepat maju di ekosistem industri esports. Lebih jauh, Andrew juga menekankan bahwa setidaknya ada 3 faktor pendukung bagi Anda yang ingin terjun ke dunia esports, yaitu soft-skill,  expertise, dan passion.

Soft-skill adalah soal kepandaian Anda untuk berhadapan dengan orang-orang secara profesional. Expertise adalah soal bidang ilmu yang Anda kuasai entah itu dipelajari lewat kuliah atau otodidak. Passion adalah soal kecintaan Anda di bidang gaming kompetitif, yang menjadi bahan bakar atau semangat Anda untuk bisa bekerja dengan sepenuh hati di industri ini.

Tantangan dan Harapan Terhadap Ekosistem Industri Esports Dalam Negeri

Dokumentasi Hybrid - Lukman Azis
Dokumentasi Hybrid – Lukman Azis

Kesuksesan esports hari ini pastinya akan diiringi dengan harapan bisa terus bertahan esok dan nanti. Tetapi “esok dan nanti” mungkin bisa dibilang sebagai tantangan sesungguhnya dari ekosistem industri esports dalam negeri.

Membuka jawaban soal topik ini, Ojan menegaskan, bahwa kalau dari segi manajemen tim esports tantangan terbesarnya adalah mencari pemain dengan skill dan attitude yang baik. Bagaimanapun jago seorang atlet esports, Ojan menganggap attitude tetap merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam merekrut atlet esports.

Seperti yang sempat Hybrid bahas, regenerasi merupakan topik besar yang harus dicari solusinya bersama. Kenapa? Tentu seperti apa yang tadi saya sebut di awal, demi ekosistem esports “esok dan nanti”. Dimas lalu mengamini apa yang dibahas bersama oleh Ojan dan para narasumber lainnya.

Dimas yang sudah menggeluti dunia gaming kompetitif sejak tahun 2007, merasa bahwa talenta di dunia esports selalu itu-itu saja sampai tahun 2019 ini. “Kami yang menjadi pembicara saat ini, sebenarnya berharap bisa digantikan suatu saat nanti oleh generasi penerus, oleh kalian para murid-murid SMA 1 PSKD ini contohnya” tambah Dimas.

Andrew mencoba menjawab dari sisi lain, dari sisi kualitas industri ekosistem esports di Indonesia. Menurutnya salah satu tantangan ekosistem esports Indonesia adalah, bagaimana agar standar hiburan esports di Indonesia bisa punya standar seperti esports di luar negeri.

Kalau menurut opini saya pribadi, sebenarnya kuaitas hiburan esports Indonesia kini sudah jauh lebih maju jika dibandingkan dengan di masa lalu. Tapi saya cukup setuju dengan apa yang dibilang Andrew, bahwa kualitasnya masih tertinggal jika dibandingkan dengan negara lain.

Mungkin ini disebabkan oleh beberapa faktor. Apa saja faktornya? Mungkin karena perputaran uang di dunia hiburan esports Indonesia yang belum sebanyak seperti di luar negeri. Bisa jadi juga mungkin karena faktor infrastruktur Indonesia yang belum setara dengan luar negeri.

Dokumentasi Hybrid - AJi
Dokumentasi Hybrid – AJi

Menutup obrolan, membahas soal harapan terhadap generasi muda, Yabes Elia selaku Senior Editor dari Hybrid serta moderator acara kembali menekankan soal attitude dan cara komunikasi.

“Apapun industri yang digeluti, attitude dan cara komunikasi merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan. Sebagai contoh saja, sebuah permintaan yang sama bisa memberi hasil yang berbeda, tergantung dengan cara komunikasi dari masing-masing individu.” Yabes memperjelas soal pentingnya attitude dan cara komunikasi di dunia kerja bidang esports atau bidang apapun.

Andrew lalu juga menambahkan harapan terhadap para generasi muda. Menurutnya faktor penting lain adalah soal bahasa. “Sebisa mungkin kalian juga harus belajar bahasa, karena esports cenderung terlibat dengan dunia internasional. Jadi pastikan kalian juga bisa bahasa internasional, yaitu bahasa Inggris.” Jawab Andrew menambahkan.

Itu tadi sedikit bincang-bincang seputar “How to Kickstart Your Career in Esports” dalam acara Hybrid Day yang dilaksanakan di SMA 1 PSKD. Hybrid Day akan kembali hadir di kampus serta sekolah-sekolah lainnya di waktu yang akan datang.

Mobile Legends Intercity Championship, Usaha Moonton Beri Panggung Pemain Semi-Pro

Hingar bingar esports Indonesia kini, tentu jauh berbeda jika dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu. Dahulu, jangankan masuk televisi, diliput media nasional saja sudah jadi kebanggaan tersendiri bagi komunitas gamers.

Kendati demikian, kebanyakan kegiatan esports selama beberapa tahun belakangan terbilang masih terpusat di Jakarta Raya. Maka dari itu Moonton berinisiatif membuat sebuah jenis kompetisi baru yang bernama Mobile Legends Intercity Championship (MIC 2019).

Kompetisi ini diselenggarakan Moonton dengan tujuan untuk memberi panggung para player amatir dan semi-pro di berbagai daerah. Turnamen resmi dari Moonton ini diadakan di 8 kota: Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan Makassar.

Agar dapat mencapai visi tersebut, maka ada dua peraturan penting yang jadi nafas dari kompetisi ini. Pertama, peraturan bahwa para pemain MPL Season 3 dilarang mengikuti turnamen yang bisa dibilang sebagai kompetisi serie B ini. Kedua, peraturan bahwa harus ada setidaknya 3 pemain yang berdomisili dari kota tempat MIC 2019 diselenggarakan atau kota sekitarnya.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Kehadiran MIC 2019 ini menurut saya adalah iktikad yang sangat baik dari Moonton dan Revival TV untuk memajukan dan menyamaratakan kesempatan untuk terjun ke dunia esports di Indonesia. MIC 2019 ibarat jadi oase bagi kota besar luar Jakarta, yang selama ini mungkin hanya bisa mengikuti euforia esports lewat layar kaca saja.

Tetapi jika MIC hanya berfungsi untuk menyebarkan euforia esports ke berbagai kota, hal ini seperti mengurangi potensi yang sebenarnya, dari konsep kompetisi semi-pro itu sendiri.

Akan lebih baik jika para peserta, baik secara tim ataupun individu, punya jenjang yang jelas untuk masuk ke dalam liga Mobile Legends kasta utama setelah dari MIC 2019 ini bukan?

Dokumentasi resmi Revival TV
Irliansyah Wijanarko, Chief Growth Officer dari Revival TV. Dokumentasi resmi Revival TV

Sayangnya hal semacam integrasi kompetisi antara MIC dengan MPL tersebut masih belum direncanakan. Lius Andre, selaku Esports Manager dari Moonton Indonesia mengatakan, bahwa MIC ini kurang lebih seperti baru menjadi prototipe akan tujuan besar tersebut.

“Intinya kami ingin pemain Mobile Legends amatir dan semi-pro dari berbagai regional itu dapat sorotan. Maka dari itu kami, bekerja sama dengan Revival TV, menyediakan panggung untuk mereka lewat gelaran MIC 2019. Terkait integrasi, saya belum bisa bicara banyak, sebab mungkin saja nanti kebijakan dari Moonton berubah.” Lius menjawab dalam sesi tanya jawab konferensi pers MIC 2019.

Dokumentasi Resmi Revival TV
Lius Andre selaku perwakilan dari Moonton. Dokumentasi resmi Revival TV

Walaupun perkembangan esports di Indonesia cukup pesat, namun hal yang patut disayangkan adalah perkembangan ini tidak disertai dengan regenerasi. Yohannes. P. Siagian, Kepala Sekolah SMA PSKD 1 sempat mengatakan hal ini dalam sebuah bincang-bincang bersama Hybrid.

Ia mengatakan bahwa perkembangan esports di Indonesia itu seperti buah yang dikarbit, yang perkembangannya tanpa atau hanya sedikit memperhatikan dan merawat batang serta akarnya.

MIC 2019 yang membawa konsep kompetisi amatir atau semi-pro, sebenarnya punya potensi besar untuk meregenerasi para atlet esports Mobile Legends. Apalagi kalau kompetisi ini punya integrasi atau jalur jenjang karir yang jelas ke jenjang yang lebih tinggi.

Padahal kalau jagat esports MLBB punya jenjang karir yang jelas, dominasi esports MLBB di Indonesia bisa jadi akan bertahan lebih lama. Semakin banyak orang main Mobile Legends karena ingin meniti karir jadi pro player. Makin banyak player, makin menguntungkan bagi Moonton.

Para player juga diuntungkan, karena jadi pro-player kini lebih mudah dengan jalur dan jenjang yang jelas. Jagat esports MLBB selalu punya bibit pemain baru, keseruan pertandingan MLBB tak ada habisnya, keuntungan bagi Moonton dan organisasi yang tergabung di dalam ekosistemnya.

Sumber: Youtube EVOS TV
Jess no Limit tak dipungkiri masih jadi yang terpopuler di tahun ini, tapi apa jadinya kalau dia harus pensiun di tahun berikutnya? Tanpa regenerasi pemain, ini tentu akan menjadi kerugian bagi Moonton sendiri. Sumber: Youtube @EVOS TV

Turnamen MIC 2019 ini memperebutkan total hadiah sebesar US$5000 (sekitar Rp70 juta) dan 162000 Diamonds. Juara di kota pertama nantinya diberangkatkan ke kota MIC 2019 berikutnya untuk bertarung dalam pertandingan yang dinamakan City Fight. Juara City Fight nantinya berhak mendapatkan hadiah sebesar US$1000 (Sekitar Rp14 juta) dan juga kesempatan untuk terbang serta kembali mengikuti City Fight di kota berikutnya.

Walau belum ada integrasi dengan MPL, namun MIC 2019 tetap jadi inisiatif yang baik untuk menyebarkan kesempatan mencicipi panasnya kompetisi Mobile Legends di berbagai daerah. Semoga saja MIC nantinya bisa memberi jenjang karir yang jelas, untuk menjadi professional player Mobile Legends yang sesungguhnya.

Hantam Dominasi Vietnam, Rizky Faidan Jadi Juara PES SEA Finals 2019

Bersamaan dengan prestasi timnas sepakbola Indonesia U-22 di kompetisi AFF, pemain sepakbola digital (PES 2019) asal Indonesia pun turut tuai prestasi di gelaran SEA Finals 2019. Dia adalah Rizky Faidan, pemain PES asal Bandung, Jawa Barat, yang berhasil runtuhkan dominasi Vietnam di jagat kompetisi PES 2019 tingkat Asia Tenggara.

Sebelumnya pada tingkat nasional, ada Liga1PES terlebih dahulu yang digelar pada 16-17 Februari 2019 lalu. Dari Liga1PES akhirnya terpilih empat orang untuk mewakili Indonesia di SEA Finals 2019 yaitu: Rizky Faidan, Rommy Hadiwijaya, Elga Cahya Putra, dan Ardi Agung Nugroho.

Indonesia juara SEA Finals 2019 1
Sumber: Facebook @Liga1PES

Bertanding di Thailand E-Sports Arena, tak diduga ternyata Rizky Faidan tampil bersinar dan berhasil kalahkan lawan-lawannya. Pada kompetisi ini Rizky harus menghadapi jagoan PES 2019 dari tujuh negara di Asia Tenggara, yaitu: Vietnam, Myanmar, Thailand, Singapura, Laos, Kamboja, dan Malaysia.

Sampai babak final, Rizky harus kembali menghadapi regional juara bertahan PES Asia Tenggara, Vietnam. Pertarungan berjalan sangat sengit, apalagi setelah permainan mencapai skor 1-1 dari seri best-of-3.

Pertarungan antara Indonesia vs Vietnam semakin panas. Setelah 2×45 menit berlalu, skor pertandingan masih 4-4. Bahkan dengan adanya babak tambahan 2×15 menit, masih belum ada kesimpulan atas pertarungan dari dua negara yang terkenal paling keras di kancah esports PES Asia Tenggara ini.

Indonesia juara SEA Finals 2019 2
Sumber: Facebook @Liga1PES

Akhirnya pertandingan harus diselesaikan lewat sebuah adu penalti. Adu penalti juga berlangsung alot. Namun setelah satu tendangan dari wakil Vietnam berhasil ditepis, Rizky Faidan akhirnya keluar sebagai juara SEA Finals 2019.

Menarik melihat perjuangan Rizky Faidan ini, apalagi mengingat usia si jagoan PES yang masih sangat belia. Dijuluki sebagai “The Wonder Boy”, Rizky ternyata baru genap berusia 16 tahun pada 2019 ini.

Walau masih sangat muda, tapi perjuangan Rizky tidak main-main di jagat kompetitif PES Indonesia. Ia sudah aktif bermain, bahkan berhasil jadi juara di kompetisi PES tingkat nasional, sejak masih berusia 13 tahun. Tercatat, sudah tiga kali ia lolos babak final Liga1PES dan dua kali mewakili Indonesia di SEA Finals sejak dari tahun 2016 lalu.

Indonesia juara SEA Finals 2019 3
Sumber: Facebook @Liga1PES

Kemenangan ini memberikan Rizky hadiah yang sebesar 50.000 Baht Thailand atau sekitar Rp22 juta. Kemenangan ini juga memberikan sang wonder boy kesempatan untuk berkompetisi ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu kompetisi PES Asia yang akan digelar di Tokyo, Jepang, pada 20-21 April 2019 mendatang.

Selamat Rizky yang berhasil mengharumkan nama Indonesia di kancah sepakbola digital PES 2019. Jangan lengah karena di tingkat Asia pertarungan tentu akan lebih berat lagi. Maju terus, esports PES Indonesia!

Singtel dan SK Telecom Kerjasama Untuk Kembangkan Esports di Asia

Kembangkan sayap lebih lebar, Singtel dan SK Telecom kerjasama tandatangani Memorandum of Understanding (MoU) untuk mengembangkan industri gaming dan esports di Asia.

Nama SK Telecom terbilang sudah tidak asing lagi, apalagi bagi Anda penggemar jagat kompetisi League of Legend. Selain perusahaan telekomunikasi paling besar di Korea Selatan, SK Telecom juga memiliki sebuah tim kuat di liga LoL Korea Selatan. Tim yang diberi nama SKT T1 sempat mendominasi jagat kompetitif LoL internasional beberapa tahun belakangan, serta merupakan tim bagi sang dewa League of Legends, Lee “Faker” Sang-hyeok.

Sumber:
Faker, dewa di jagat kompetitif LoL, midlaner tim SK Telecom T1. Sumber: Dexerto

Walau kerjasama ini terjadi dengan perusahaan telekomunikasi asal Singapura, tapi bukan berarti kerjasama ini tidak ada hubungannya dengan industri gaming maupun esports di Indonesia.

Selain merupakan salah satu perusahaan telekomunikasi terbesar di Singapura, Singtel juga merupakan perusahaan induk dari beberapa perusahaan telekomunikasi Asia Tenggara. Salah satu perusahaan yang juga termasuk dalam naungan Singtel Group adalah perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, Telkomsel.

Janji Singtel untuk kembangkan industri gaming dan esports di Asia sebenarnya sudah sempat terjadi sebelumnya. Ketika itu dalam gelaran event esporst PVP Esports Championship, Singtel menandatangani sebuah nota kesepahaman dengan para rekanannya yang berasal berbagai regional yaitu Optus (Australia), Airtel (India), AIS (Thailand), Globe (Filipina), dan tentunya Telkomsel (Indonesia).

Mengutip Esports Insider, Singtel dan SK Telecom akan berkolaborasi untuk saling berbagi, menggunakan platform serta channel yang mereka miliki untuk meningkatkan kualitas event esports serta liga regional, dan menyediakan konten orisinil dan/atau pihak ketiga yang sudah dikurasi untuk portal lokal masing-masing.

Mengingat adanya keterkaitan antara Singtel dengan Telkomsel, saya mencoba mewawancara Rezaly Surya Afhany, selaku Manager Local Developer, Games and Apps Division, Telkomsel

Menurut Rezaly, kerjasama ini kemungkinan bakal mengarah ke dalam penguatan, serta sharing experience gaming business platform pada 2 perusahaan tersebut seperti: direct carrier billing, special data package, media and esports.

“Ini masih baru dalam tahap nota kesepahaman, intinya adalah Singtel Ingin melebarkan sayap lebih besar di Asia. Kami sendiri dalam internal Telkomsel belum menerima informasi lebih lanjut, jadi saya juga belum bisa berkomentar lebih banyak.” Rezaly menambahkan.

Sumber:
Rezaly Surya Afhany (Paling kanan), Manager Local Developer divisi Games and Apps dari Telkomsel, saat menghadiri konfrensi pers Mineski Event Team. Sumber: Duniagames

Sejauh ini Telkomsel, lewat branding Dunia Games, punya andil cukup besar dalam mengembangkan ekosistem esports di Indonesia. Bentuk andil Telkomsel dalam ekosistem esports Indonesia di antaranya adalah: helatan Indonesia Games Championship, membuat tim esports AOV bertajuk DG Esports, serta menggelar sebuah liga amatir bertajuk DG League dan DG Campus League.

Kalau benar nantinya kerjasama antara SK Telecom dengan Singtel juga berdampak kepada ekosistem esports Indonesia, ini tentu akan menjadi sebuah berita baik. Saya pribadi mengharapkan hal ini bisa mendorong kemajuan esports di tanah air Indonesia lebih cepat lagi, jika benar terjadi.