League of Legends Mid-Season Streamathon Jadi Ajang Galang Dana Penanggulangan COVID-19

Memasuki pertengahan tahun, penggemar esports League of Legends biasanya sudah gegap gempita dengan kehadiran kompetisi internasional paruh-tahun, Mid-Season Invitational. Namun demikian, pandemi COVID-19 mengubah segalanya. Walau LoL Worlds 2020 dikabarkan akan tetap berjalan pada Oktober 2020 mendatang, namun Mid-Season Invitational 2020 yang seharusnya diadakan bulan Juli 2020 harus tetap dibatalkan.

Namun, Anda penggemar esports League of Legends tak usah khawatir, karena sebagai gantinya Riot menyiapkan sajian Mid-Season Streamathon untuk mengisi kekosongan. Seperti namanya, Mid-Season Streamathon menampilkan tayangan League of Legends selama 48 jam dengan jadwal non-stop.

Sumber: VCS Official
Selain sajian LPL vs LCK, aksi EVOS Esports dari liga VCS Vietnam juga jadi hal lain yang patut disaksikan dari tayangan League of Legends Mid-Season Streamathon. Sumber: VCS Official

Selama jadwal tersebut, Anda bisa menikmati berbagai macam tayangan pertandingan League of Legends dari berbagai regional, termasuk sajian rivalitas dua regional terpanas di League of Legends antara LPL vs LCK.

Tidak hanya itu saja, bagi penikmat skena kompetitif League of Legends Asia Tenggara, Mid-Season Streamathon juga menyajikan pertandingan antara dua liga besar di wilayah Asia Pasific, yaitu pertandingan antara liga PCS (SEA-APAC) melawan liga VCS (Vietnam). Liga PCS diwakili oleh Talon Esports asal Hong Kong dan Machi Esports asal Taiwan, sementara liga VCS akan diwakili oleh EVOS Esports dan juga Team Flash.

Mid-Season Streamathon diselenggarakan mulai tanggal 27 hingga 31 Mei 2020, berikut jadwalnya.

Sumber: Riot Games
Sumber: Riot Games

Gelaran Mid-Season Streamathon juga akan menjadi ajang galang dana untuk meringankan beban perjuangan melawan wabah pandemi COVID-19. Para penggemar bisa turut berpartisipasi, yang mana donasi tersebut nantinya akan didistribusikan oleh Riot Games Social Impact Fund kepada beberapa organisasi yaitu ImpactAssets COVID Response Fund dan GlobalGiving Coronavirus Relief Fund. Nantinya dana tersebut akan digunakan untuk membantu para pekerja medis yang bertarung di lini depan melawan pandemi yang sudah menjangkiti hampir 5 juta orang di seluruh dunia.

Ini bukan kali pertama Riot Games turut berpartisipasi dalam meringankan beban perjuangan melawan pandemi COVID-19. Sebelumnya, Riot Games juga sempat menyumbangkan 1,5 juta dolar AS kepada pemerintah kota Los Angeles untuk membantu meringankan beban perjuangan melawan pandemi COVID-19.

Semua pertandingan Mid-Season Streamathon nantinya dapat Anda saksikan pada laman resmi esports League of Legends yaitu watch.lolesports.com, mulai 27 Mei 2020 pukul 07:00 WIB hingga 31 Mei 2020 pukul 11:00 WIB.

Sudah siap untuk menyaksikan aksi permainan League of Legends terbaik dari berbagai regional?

Antara TikTok dan Esports: Bagaimana Keduanya Berpeluk Mesra Merenda Tawa

Tim olahraga tradisional, seperti kesebelasan sepak bola, biasanya punya kota yang mereka sebut sebagai rumah. Misalnya, Jakarta adalah markas Persija sementara Persib di Bandung. Ini memudahkan tim-tim tersebut untuk mendapatkan penggemar di kota asalnya, seperti Persija dengan The Jakmania. Namun, tidak begitu dengan organisasi esports. Fans tim atau organisasi esports bisa datang dari mana saja, terlepas dari kota atau negara asal tim atau organisasi tersebut. Tentu saja, lain ceritanya ketika tim esports membawa nama negara, seperti dalam Asian Games atau SEA Games.

Hal lain yang membedakan esports dengan olahraga tradisional adalah pertandingan esports diadakan secara digital dan biasanya disiarkan di platform streaming seperti YouTube, Facebook, atau Twitch. Karena itu, bagi organisasi esports, media sosial adalah cara paling sesuai untuk mengumpulkan dan berinteraksi dengan fans. Pertanyaannya, media sosial yang mana? Kini, ada beberapa media sosial populer, seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan  TikTok. Masing-masing platform memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Dari semua media sosial itu, TikTok adalah yang paling baru. Lalu, bagaimana peran TikTok dalam industri gaming dan esports saat ini?

Apa Uniknya TikTok?

TikTok adalah platform media sosial buatan ByteDance, perusahaan asal Beijing, Tiongkok. TikTok mengkhususkan diri untuk menyajikan konten berupa video pendek dengan durasi 3 sampai 60 detik. Satu hal yang membedakan TikTok dari media sosial lainnya adalah cara mereka menggunakan artificial intelligence. Kebanyakan media sosial, seperti Facebook dan Instagram, menggunakan algoritma untuk menentukan konten yang tampil di lini masa pengguna.

TikTok kini menjadi semakin populer. | Sumber: 9to5mac
Cara TikTok menggunakan AI menjadi salah satu keunikannya. | Sumber: 9to5mac

Sementara itu, TikTok akan menganalisa ketertarikan dan preferensi pengguna berdasarkan interaksi mereka dengan konten. Jadi, video yang muncul di lini masa TikTok Anda ditentukan berdasarkan pada berapa lama Anda menonton sebuah video. Semakin lama Anda menonton, itu berarti ketertarikan Anda semakin tinggi. Ini bukan berarti TikTok adalah satu-satunya platform yang menggunakan AI. Jangan salah, media sosial atau platform streaming seperti YouTube dan Spotify juga tetap menggunakan AI. Hanya saja, biasanya pengguna tetap diminta untuk memilih genre atau tipe konten yang mereka sukai.

Oke, reputasi TikTokmemang tidak sepenuhnya cemerlang. Maaf saja, saya sendiri masih sering mengidentikkan TikTok dengan konten alay. Saya yakin saya bukan satu-satunya yang berpikir begitu. Namun, tak bisa dipungkiri TikTok digemari begitu banyak orang. Menurut data dari Sensor Tower per April 2020, TikTok telah diunduh sebanyak 2 miliar kali di Apple App Store dan Google Play Store. Pandemi virus corona menjadi salah satu pendorong pertumbuhan jumlah install TiKTok. Sepanjang Q1 2020, TikTok telah diunduh sebanyak 315 juta kali di App Store dan Google Play. Sementara menurut Datareportal, jumlah pengguna aktif bulanan TikTok mencapai 800 juta orang.

Jumlah pertumbuhan donwload TikTok. | Sumber: Sensor Tower
Jumlah pertumbuhan donwload TikTok. | Sumber: Sensor Tower

India menjadi negara dengan total install TikTok terbesar, mencapai 611 juta download atau sekitar 30,3 persen dari total unduhan. Sementara Tiongkok duduk di posisi nomor 2 dengan total install mencapai 196,6 juta (9,7 persen). Amerika Serikat ada di posisi ketiga dengan total unduhan 165 juta (8,2 persen). Sementara itu, untuk kawasan Asia Tenggara, Sensor Tower memperkirakan bahwa total install aplikasi TikTok mencapai 190 juta pada Mei 2019, menurut laporan Strait Times. Untuk kawasan Asia Tenggara, Indonesia menjadi negara dengan jumlah install TikTok terbanyak. Mengingat Indonesia adalah negara dengan populasi terbanyak ke-4 di dunia, hasil itu tidak aneh.

TikTok di Dunia Gaming dan Esports

Setelah sukses mendapatkan audiens dengan TikTok, ByteDance — perusahaan induk TikTok — mulai tertarik untuk masuk ke industri game. Beberapa tahun belakangan, ByteDance telah merilis game-game kasual yang menggunakan iklan sebagai sumber pemasukan. Biasanya, game-game tersebut dipopulerkan melalui TikTok. Namun, pada Januari 2020, ByteDance dikabarkan akan membuat divisi game. Pasalnya, mereka ingin menggarap game yang lebih serius. Lewat game ini, ByteDance hendak menyasar kalangan gamer hardcore yang rela mengeluarkan uang untuk membeli item dalam game.

Masih pada Januari 2020, TikTok juga bekerja sama dengan Fortnite untuk menyelenggarakan acara #EmoteRoyaleContest. Sementara pada April 2020, TikTok menggandeng Collegiate StarLeague (CSL) untuk mengadakan turnamen esports bertajuk TikTok Cup. Dalam turnamen tingkat universitas ini, ada 4 game yang dipertandingkan, yaitu Fortnite, League of Legends, Counter-Strike: Global Offensive, dan Rocket League.

Sementara itu, di Indonesia, TikTok menggandeng WHIM Indonesia, perusahaan manajemen yang mengelola organisasi esports EVOS Esports dan influencer mereka. Hartman Harris, Chief of Business Operation EVOS Esports mengatakan bahwa melalui kerja sama ini, EVOS ingin mengembangkan bisnis influencer mereka. “Kita yakin bahwa TikTok akan lebih menarik untuk fans kami, termasuk EVOS Esports, terutama mereka yang berasal dari Gen Z yang suka dengan lagu hits tapi dengan penyajian format konten yang berbeda,” kata Hartman.

Hartman menjelaskan, masing-masing platform media sosial memiliki market dan fungsi yang berbeda-beda. Meskipun begitu, dia mengaku pasti ada audiens yang overlap antara satu media sosial dengan yang lain. “Karena itu, kita harus bikin setiap konten menarik dan bikin penasaran,” ujarnya. “Fungsi setiap platform berbeda-beda, sehingga mood orang juga berbeda-beda saat pakai platform yang berbeda. Instagram kebanyakan untuk image, YouTube untuk video panjang, TikTok untuk video pendek dengan lagu yang hits dan lucu.”

Mengingat setiap platform media sosial memiliki fungsi yang berbeda, para kreator konten, termasuk influencer di WHIM, tidak bisa serta-merta membuat satu konten yang dibagikan ke seluruh media sosial. “Karena setiap platform itu berbeda-beda, kita harus customize setiap konten juga, untuk dicocokkan dengan audiensnya, tapi semua ada benang merahnya,” jelas Hartman.

Emperor jadi salah satu influencer di bawah EVOS. | Sumber: Esports.id
Emperor jadi salah satu influencer di bawah EVOS. | Sumber: Esports.id

WHIM Indonesia membawahi sejumlah influencer ternama di dunia gaming, seperti Jonathan “Emperor” Liandi, Dyland Maximus Zidane alias Dyland PROS, Anastasia “Angel” Angelica, dan Jeanice Ang aka Jeanice. Masing-masing influencer tentu memiliki daya tarik yang berbeda-beda. Hartman mengungkap, ciri khas masing-masing influencer di WHIM biasanya memang sesuai karakter mereka sendiri. “Setiap orang punya khas sendiri, kita hanya bantu memoles,” ungkapnya. Sementara soal pembuatan konten, semua melalui tim kreatif WHIM. “Diawalin dengan process planning, lalu production, lalu edit.”

Ketika ditanya soal tujuan kerja sama antara WHIM Indonesia dan TikTok, melalui pesan singkat, Hartman menjawab, “Untuk bisa menjalin hubungan yang lebih erat dan membangun industri kreator konten di Indonesia melalui TikTok, platform yang sangat besar.” Lebih lanjut dia berkata, “Kami ingin bisa menghubungkan lebih banyak konten kreator dengan para brand. Agar konten kreator mudah mendapat brand, dan para brand bisa mendapat kreator yang tepat.” Selain itu, melalui kerja sama ini, WHIM Indonesia juga akan mendapatkan berbagai insight dari TikTok, mulai dari cara membuat video yang lebih engaging sampai tren konten TikTok di luar negeri yang bisa diterapkan di pasar lokal.

Seperti Apa Konten di TikTok?

EVOS Esports memiliki akun resmi di TikTok, lengkap dengan centang biru. Mereka sudah mengunggah 141 video dan mengumpulkan 249,9 ribu pengikut. EVOS bukanlah satu-satunya tim esports Indonesia yang punya akun TikTok. Dua tim seports lain yang juga memiliki akun di TikTok adalah Bigetron Esports yang telah mengunggah 41 video dan mendapatkan 49,9 ribu pengikut, serta Onic Esports dengan 21 video dan 8 ribu pengikut.

EVOS, Bigetron, dan Onic juga memiliki akun Instagram, yang fokus pada gambar dan video. Lalu, konten seperti apa yang disajikan di TikTok? Hartman menyebutkan bahwa EVOS membedakan konten yang mereka unggah di akun media sosial yang berbeda-beda. Untuk memastikan kebenaran pernyataan itu, saya lalu mencari tahu tentang konten buatan EVOS di TikTok dan membandingkannya dengan konten di Instagram. Di akun Instagram resmi EVOS, Anda akan menemukan konten seperti ucapan selamat ulang tahun untuk anggota tim, video kilas balik pada momen-momen menarik, give away, atau pengumuman pengunduran diri pemain. Namun, di TikTok, konten buatan EVOS jauh lebih… nyeleneh santai.

Salah satu video dengan view terbanyak di akun TikTok EVOS adalah video dari Dyland PROS saat dia melakukan Lalala Challenge. Video pendek tersebut berhasil mendapatkan 159,5 ribu view dan lebih dari 4,5 ribu komentar. Bagi Anda yang tidak tahu (seperti saya sebelum menulis artikel ini), Lalala Challenge menantang Anda untuk membuat gerakan tangan sesuai dengan serangkaian emoji. Tentu saja, gerakan yang Anda buat harus sesuai dengan ritme lagu.

Contoh orang-orang yang melakukan Lalala Challenge. | Sumber: YouTube
Contoh orang-orang yang melakukan Lalala Challenge. | Sumber: YouTube

Contoh konten lainnya di akun TikTok resmi EVOS adalah Pass the Brush Challenge. Di sini, para ML Ladies menunjukkan tampilan mereka sebelum dan sesudah menggunakan makeup sebelum mereka “menyerahkan” kuas makeup ke rekan mereka. Jika Anda berpikir konten-konten tersebut nirfaedah, saya tidak akan menyalahkan Anda. Tapi, tak bisa dipungkiri itu menghibur banyak orang. Di tengah pandemi seperti sekarang, kita tahu betapa pentingnya hiburan.

Dan jangan salah, organisasi-organisasi esports yang membuat akun TikTok tak terbatas pada organisasi esports lokal. Organisasi esports global sekalipun juga punya akun di TikTok. Ini beberapa daftar organisasi esports global yang memiliki jumlah pengikut hingga puluhan atau bahkan ratusan ribu di TikTok.

  • Team SoloMid – 544,9 ribu pengikut
  • 100 Thieves – 286,5 ribu pengikut
  • G2 Esports – 286,1 ribu pengikut
  • Spacestation Gaming – 100,1 ribu pengikut
  • Cloud9 – 42,6 ribu pengikut
  • FaZe Clan 30,5 ribu pengikut
  • Fnatic R6 – 10 ribu pengikut

Tak hanya organisasi esports, beberapa streamer ternama juga memiliki akun TikTok, seperti Tyler “Ninja” Blevins yang memiliki 2,5 juta pengikut atau Imane “Pokimane” Anys dengan 2 juta pengikut. Para penyelenggara turnamen juga bekerja sama dengan TikTok untuk mempopulerkan turnamen mereka. Misalnya, dalam League of Legends World Championship 2019, Riot Games bekerja sama dengan TikTok untuk merilis lagu original berjudul “GIANTS”. Lagu tersebut bisa digunakan oleh pengguna TikTok sebagai latar belakang musik dari konten yang mereka buat.

“Sebagai tambahan, para influencer di TikTok juga menghadiri turnamen secara langsung, mendorong terciptanya konten yang otentik, sehingga jumlah view naik dengan cepat dan kini telah menembus 1 miliar view,” kata Alay Joglekar, Social Media Lead, Riot Games pada The Esports Observer. Dia merasa, Riot mendapatkan pelajaran berhraga dari kerja sama tersebut. “Setelah kerja sama pertama, kami berencana untuk menjalin kerja sama yang lebih erat lagi dengan TikTok agar kami bisa memberikan pengalaman yang lebih menarik bagi fans lama dan baru kami.”

Pada April 2020, ESL juga bekerja sama dengan TikTok. Perusahaan penyelenggara turnamen itu membuat dua channel. Satu channel untuk menunjukkan highlight dari pertandingan Counter-Strike: Global Offensive dan satu channel lain untuk konten esports umum. Selain itu, ESL dan TikTok juga membuat dua tagar khusus: #progamer dan #mygaminglife. ESL mengatakan, dua channel mereka mendapatkan total view 2,3 juta hanya dalam waktu 4 hari. Sementara dalam waktu 10 hari, mereka berhasil mendapatkan 2,5 miliar view. ESL mengaku, melalui kerja sama ini, mereka memang menargetkan generasi Z, yang terlahir pada sekitar pertengahan 1990-an sampai awal 2010-an.

Kesimpulan

Pada awalnya, TikTok mungkin memiliki reputasi sebagai media sosial untuk anak-anak alay. Sampai sekarang, reputasi itu mungkin belum sepenuhnya menghilang. Tapi, tak bisa dipungkiri bahwa TikTok kini menjadi media sosial yang sangat populer, khususnya di kalangan gen Z. Dan coba tebak industri apa yang penontonnya juga datang dari generasi milenial dan gen Z? Esports. Jadi, jangan heran jika para pelaku esports bekerja sama dengan TikTok, mengingat audiens keduanya memiliki kemiripan.

Besides, if you can’t beat them, join them!

Sumber header: CNET/Angela Lang

Team Singularity Kerja Sama dengan KontrolFreek

Team Singularity bekerja sama dengan perusahaan pembuat aksesori controller, KontrolFreek. Melalui kerja sama ini, Team Singularity akan menjadi bagian dari program Esports Forge pada Master tier. Team Singularity adalah organisasi esports pertama yang masuk ke dalam program yang baru KontrolFreek luncurkan tersebut. Melalui program Esports Forge, KontrolFreek ingin memberikan dukungan pada tim dan atlet profesional untuk mencapai tujuan mereka.

“Kami senang karena bisa bekerja sama dengan Team Singularity dan kami menyambut kedatangan mereka dengan tangan terbuka ke #FreekNation. Dengan kerja sama ini, Team Singularity menjadi organisasi esports pertama yang masuk ke dalam program Esports Forge pada Master tier,” kata President dan CEO KontrolFreek, Ashish Mistry, seperti dikutip dari Esports Insider.

“Program ini dibuat untuk membantu tim dan atlet esports profesional dalam mencapai impian mereka dengan memanfaatkan bantuan yang kami berikan, termasuk pengalaman kami dalam bekerja bersama organisasi-organisasi esports terbaik dunia. Selain program ini, kami juga berencana untuk melakukan kerja sama lain dengan Team Singularity dan melakukan berbagai kegiatan brand activation sepanjang 2020 demi mempererat hubungan kami dengan mereka.”

Team Singularity KontrolFreek
KontrolFreek memiliki program baru bernama Esports Forge.

Team Singularity adalah organisasi esports yang memiliki tim profesional di berbagai game, seperti Counter-Strike: Global Offensive, Fortnite, PUBG, Call of Duty, Rocket League, League of Legends dan lain sebagainya. Beberapa bulan belakangan, Team Singularity berhasil menjalin kerja sama dengan Blocksport dan NOCCO. Dalam kerja samanya dengan Blocksport, Team Singularity merilis aplikasi mobile mereka sendiri. Sementara NOCCO adalah perusahaan minuman asal Nordik yang menawarkan energy drink tanpa gula.

“Kami senang dapat bekerja sama dengan KontrolFreek dalam perjalanan kami menjadi tim esports terbaik di dunia,” kata Founder dan CEO Team Singularity, Atle S. Stehouwer tentang kerja sama mereka dengan KontrolFreek. “Kami tidak sabar untuk menjadi salah satu tim yang mewakili program Esports Forge. KontrolFreek menawarkan jajaran produk yang lengkap, baik untuk pemain profesional ataupun fans yang ingin bisa bermain lebih baik. Dan kami senang bisa  bergabung dengan komunitas mereka serta membantu mereka dalam membuat dan menguji produk baru yang diinginkan oleh komunitas.”

Sumber header: Twitter

Tim Insen 2.0 Menjadi Juara Hybrid Monthly Cup Rainbow Six Siege

Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya gelaran Hybrid Monthly Cup Rainbow Six Siege berakhir 17 Mei 2020 lalu. Tim Insen 2.0 berhasil menjadi juara setelah empat pekan pertandingan ini berjalan. Sebelumnya kita sudah melihat proses Hybrid Monthly Cup mulai dari kualifikasi wave pertama, kualifikasi wave kedua, sampai Last Chance Qualifier yang penuh persaingan.

Pada babak Playoff pertandingan Hybrid Monthly Cup berjalan semakin kompetitif lagi. Babak akhir Hybrid Monthly Cup ini menyisakan 8 tim terbaik dari tiga pekan kualifikasi, yaitu Insen 2.0, Markicep, Neuvrion, Shaolin Monkey, Cynical.GG, NITERUSHER, FAR EAST Society, dan Shoot shoot EZ.

Sumber: Hybrid
Sumber: Hybrid

Ketika menuju ke babak top 8, Ajie Zata (Wildlotus) shoutcaster dari komunitas R6 IDN sudah sempat membahas beberapa pertandingan yang memang jadi patut dinanti. “Kalau untuk top 8, match pertama antara Neuvrion vs NITERUSHER sudah pasti bakal seru. Kedua tim ini sering saling kejar kemampuan, kadang bertemu di final kompetisi, dan biasanya jadi pertandingan yang sengit.” Ajie memberikan satu contoh.

Ternyata benar saja, pertandingan awal antara Neuvrion melawan NITERUSHER menjadi teramat seru. Pertandingan berlangsung begitu sengit walau pada akhirnya Neuvrion melenggang dengan skor 2-0.

Pertandingan selanjutnya menjadi pertemuan antara Neuvrion melawan Markicep. Ajie Zata mengatakan bahwa ini adalah match paling seru sepanjang babak Playoff Hybrid Monthly Cup. “Match Playoff ini bener-bener seru-seru banget, salah satu yang paling greget memang adalah antara Neuvrion melawan Markicep, sampai memaksa pertandingan 3 map dan saling balas skor setiap mapnya. Ini adalah bukti bahwa taraf kemampuan pemain Indonesia sudah mulai seimbang.” ucapnya.

Sumber: Hybrid
Sumber: Hybrid

Markicep akhirnya berhasil mencapai babak final melawan Insen 2.0. Sayang ketika babak final, Markicep malah jadi kalah saing. “Salah satu yang menarik dari pertandingan tersebut adalah permainan Montagne dari NcSlasher yang berhasil membuat pusing tim Markicep. NcSlasher berhasil mendapatkan clutch dengan kondisi 1v1 melawan Array. Sayang permainan Montagne dari NcSlasher terlalu lincah yang berhasil menutup skor menjadi 6-1 untuk Insen 2.0.” Fauzan Yuzarli (K1RBY) sosok observer dari komunitas R6 IDN juga menceritakan keseruan pertandingan. Pada akhirnya Insen 2.0 keluar sebagai juara, libas Markicep 2-0.

Dengan usainya gelaran Hybrid Monthly Cup, Wiku Baskoro Co-Founder Hybrid.co.id memberikan komentarnya. “Terima kasih untuk yang sudah ikut dengan acara kemarin. Selamat buat pemenang, semoga komunitas R6 terus berkembang. Hybrid akan selalu support komunitas esports untuk maju ke arah yg lebih baik.” ucapnya.

“Karena gelaran ini masuk dalam acara Montlhy Cup, maka Hybrid sedang bersiap untuk mengadakan turnamen komunitas lainnya. Tunggu saja informasi lebih lanjut.” tambah Wiku, membicarakan kelanjutan Hybrid Monthly Cup.

Selamat bagi tim Insen 2.0! Jangan lupa untuk subscribe channel Youtube Hybrid IDN untuk melihat tayangan VOD laga final Hybrid Monthly Cup Rainbow Six Siege. Jangan lupa juga untuk ikuti semua kanal media sosial Hybrid.co.id untuk kelanjutan berbagai sajian kompetisi dari Hybrid.co.id.

Federasi Esports Internasional Umumkan Kerja Sama dengan World Esports Consortium

Federasi Esports Internasional (IESF) baru-baru ini mengumumkan kerja sama mereka dengan World Esports Consortium (WESCO). Dengan menandatangani perjanjian kerja sama (MOU), IESF dan WESCO memiliki tujuan untuk mendorong persatuan di dalam ekosistem industri esports.

Ini merupakan kerja sama kedua yang dijalin oleh IESF. Sebelumya pada bulan Maret, IESF juga menandatangani MOU, menjalin kerja sama dengan Federasi Esports Asia (AESF)x. Pesan yang disampaikan masih sama, yaitu mendorong persatuan dalam ekosistem esports, juga sebagai bentuk pengakuan dari AESF terhadap IESF sebagai satu-satunya federasi esports internasional.

IESF World Championship, pertandingan esports ala Olimpiade menjadi salah satu cara IESF menciptakan pengakuan esports sebagai olahraga. Sumber: IESF
IESF World Championship, pertandingan esports ala Olimpiade menjadi salah satu cara IESF agar esports mendapat pengakuan dari negara. Sumber: IESF

Perjanjian kerja sama antara IESF dengan WESCO merupakan bagian dari strategi lebih besar yang akan dilakukan IESF, yaitu membuat ekosistem esports yang bersatu dan berkelanjutan, yang melibatkan semua pemangku kepentingan di ekosistem esports.

Terkait kerja sama ini, Vlad Marinescu, President of International Esports Federation mengatakan dalam rilis. “MOU ini menandakan momen penyatuan yang penting di esports. Target kami di IESF adalah membuat persatuan, kolaborasi, dan pengakuan. Perjanjian ini berhasil mencapai 3 objektif tersebut secara bersamaan. Saya ingin memberi selamat dan berterima kasih kepada Mr. Cossi atas kontribusinya terhadap esports sejauh ini. WESCO dan IESF akan bekerja sama lewat ragam program yang tersebar di seluruh dunia, yang akan mencapai hasil yang postiif bagi seluruuh pemangku kepentingan.” ucapnya.

“Kami tak sabar menanti untuk berkolaborasi dengan lebih banyak entitas lain yang punya objektif serupa dengan IESF, yaitu melindungi para atlet esports, memastikan dan mempromosikan kesehatan mental serta fisik, dan membuat esports diakui sebagai olahraga secara global lewat federasi internasional dan nasional lewat asosiasi yang bermitra dengan otoritas keolahragaan dari masing-masing negara.” tutup Vlad Marinescu.

Sumber: IESF
Sumber: IESF

Belakangan beberapa pihak terlihat seakan sedang berlomba mendapatkan pengakuan sebagai asosiasi esports internasional yang menaungi seluruh dunia. Pada Desember 2019 lalu, Global Esports Federation didirikan dengan dukungan Tencent, yang secara tidak langsung menjadi pesaing dari IESF.

Sejauh ini IESF menjadi asosiasi esports internasional tertua dan yang paling berpengaruh di dunia. Berdiri sejak 11 Agustus 2008, IESF punya 63 negara dari seluruh dunia yang menjadi anggotanya, termasuk Indonesia lewat Indonesia Esports Association (IESPA).

T1 Investasi ke Startup Analitik Esports, Mobalytics

Organisasi esports T1 Entertainment & Sports mengumumkan bahwa mereka menanamkan investasi di startup analitik esports, Mobalytics. Sayangnya, tidak disebutkan berapa besar investasi yang T1 tanamkan. Dalam kerja sama ini, fokus pertama dari kedua perusahaan adalah Valorant, game shooter buatan Riot Games yang kini masih dalam tahap beta. Mobalytics akan membuat program latihan untuk tim Valorant dari T1.

“Semua pemain, pelatih, dan tim di T1 menggantungkan diri pada analisa in-game. Inilah alasan mengapa kami pikir, kami harus berinvestasi di Mobalytics,” kata CEO T1, Joe Marsh, seperti dikutip dari The Esports Observer. “Kami sangat senang dapat bekerja sama dengan tim Mobalytics dalam membuat program latihan baru untuk tim Valorant. Jadi, kami akan bisa mengembangkan talenta baru dan berkembang dalam game terbaru dari Riot.”

Mobalytics memenangkan TechCrunch Disrupt Battlegrounds pada 2016. Tak hanya itu, mereka juga telah menjalin kerja sama dengan sejumlah publisher game. Selain membuat program latihan untuk Valorant, Mobalytics juga akan menyediakan tool dan analitik untuk game-game buatan Riot lainnya, seperti League of Legends, Teamfight Tactics, dan Legends of Runeterra. Sebelum ini, Mobalytics juga pernah bekerja sama dengan tim esports League of Legends lain, seperti Golden Guardians.

T1 Mobalytics
Brax jadi pemain Valorant pertama dari T1. | Sumber: ONE Esports

“T1 akan menjadi rekan strategis yang sangat baik untuk Mobalytics,” kata Marsh. “Dari segi tim, para pemain dan pelatih Valorant kami dapat memberikan insight penting untuk tool mereka. Sementara untuk produk terkait League, setelah tool tersebut dioptimasi untuk liga Korea Selatan, kami akan bekerja sama dalam mendekatkan diri dengan komunitas esports Korea Selatan dan fans T1 agar dapat meningkatkan performa tool mereka. Saya juga akan menjadi penasehat internal bagi tim Mobalytics saat mereka berusaha membuat lebih banyak layanan baru.”

T1 paling dikenal dengan tim League of Legends mereka. Tim tersebut berlaga di League of Legends Champions Korea (LCK). Saat ini, mereka adalah tim dengan jumlah trofi League of Legends World Championship (LCW) paling banyak. T1 juga tertarik untuk masuk ke dalam scene esports Valorant. Mereka telah merekrut Braxton “Brax” Pierce, mantan pemain Counter-Strike: Global Offensive profesional, untuk menjadi anggota tim Valorant. Selain itu, mereka juga telah mengadakan turnamen Valorant pada April 2020 lalu.

“Kami sangat senang dapat bekerja sama dengan T1 dan belajar dari pemain serta staf elite seperti Faker serta Brax dan membantu mereka berlatih dengan lebih baik,” kata pendiri Mobalytics, Amine Issa, menurut laporan Esports Insider. “Tujuan kami adalah untuk membantu semua pemain yang ingin dapat bermain lebih baik, tidak hanya para pemain profesional.”

Usaha Victim FTF di Pekan Pertama PUBG Continental Series

Sejak 14 Mei 2020 lalu, PUBG Corp. telah melaksanakan PUBG Continental Series. Gelaran ini merupakan acara pengganti dari PUBG Global Series, yang seharusnya diselenggarakan pada bulan April 2020 lalu di Berlin. Digelar secara online, pertandingan PUBG Continental Series dibagi ke dalam empat benua besar, yaitu Europe, Asia Pacific, Asia, dan North America.

Pada regional Asia Pacific, ada perwakilan Victim Esports, yaitu Victim FTF, yang bertanding mewakili Indonesia. Victim FTF berisikan beberapa pemain yang sudah cukup dikenal pada skena kompetitif lokal seperti Zaman Al-Farizi (Ma4nn) dan Ridho Dwiki Sena (RDKboss), yang ditandem dengan Muhammad Rifki (EntryfraggeR) dan Setiawan Tandi (Tedeyyy).

Sumber: Victim Esports
Sumber: Victim Esports

Bertanding melawan tim asal Vietnam, Thailand, Filipina, dan negara Oceania, Victim FTF saat ini berada di peringkat 11 dengan perolehan 52 poin. Sejauh ini, performa mereka cukup stabil, namun terbatas di papan tengah saja. Perolehan terbaik mereka sejauh ini hanyalah mencapai peringkat 3 pada pertandingan ronde 7 di Erangel dan ronde 9 di Miramar.

Menanggapi performa Victim FTF yang terbilang masih kurang memuaskan Hafiz Rachman General Manager Victim Esports memberikan komentarnya. Walau performa pekan pertama masih belum maksimal, namun Hafiz mengatakan bahwa anggota Victim FTF saat ini menjadi makin semangat dan tertantang untuk menjadi lebih baik lagi agar bisa mengejar ketertinggalan poin.

“Kalau bicara tantangan terbesar, seperti kebanyakan kompetisi, yaitu menyesuaikan gameplay agar dapat unggul dari 15 tim lainnya. Apalagi setiap tim punya keunikkan mereka masing-masing yang membuatnya jadi sulit untuk dihadapi.” Hafiz menjelaskan tantangan terberatnya

Secara keseluruhan Hafiz mengatakan bahwa tim asal Thailand menjadi musuh-musuh yang kerap kali menjegal RDK dan kawan-kawan untuk mendapat Chicken Dinner. “Soalnya di Thailand masih banyak kompetisi, jadi pengalaman bertanding mereka terus bertambah. Namun kalau spesifik, tim Golden Cat adalah batu sandungan terbesar bagi kami.” ucapnya.

Menghadapi pekan kedua, Victim FTF harus tampil lebih baik dan lebih konsisten lagi. Apa saja persiapan khusus yang dilakukan? “Tentunya kami terus latihan, dan yang terpenting adalah evaluasi dari pertandingan week 1. Kami ingin agar week 2 bisa menunjukkan performa lebih maksimal, dan membanggakan Indonesia.” tukas Hafiz.

Masih ada sisa 10 ronde bagi Victim FTF untuk mengejar posisi mereka di PCS: Asia Pacific, yang akan berlanjut tanggal 23 Mei 2020 mendatang. Mari kita doakan agar Ma4nn dan kawan-kawan Victim FTF bisa memberikan hasil yang terbaik, dan membanggakan Indonesia di kancah PUBG (Steam) internasional!

Virtus.pro Terjun ke Rainbow Six Siege, Akuisisi Roster forZe

Beberapa hari lalu, salah satu organisasi esports besar asal Rusia, Virtus.pro, umumkan bahwa mereka memasuki skena kompetitif Rainbow Six Siege. Lewat sebuah twit, mereka mengumumkan bahwa tim berlogo beruang kutub tersebut mengambil roster tim forZe. Akuisisi ini membuat divisi R6S menjadi tim kelima milik Virtus.pro setelah Dota 2, CS:GO, Apex Legends, dan Fortnite.

Roster yang dipimpin oleh Artyom Simakov (Shockwave) dan kawan-kawan memang merupakan salah satu tim pekerja keras di dalam skena kompetitif Rainbow Six Siege. Selama dua tahun belakangan, mereka telah berhasil membuktikan diri mereka sendiri dengan lolos ke beberapa turnamen kasta utama. Mereka berhasil mencapai Semi-Final Six Major EU Qualifier, mendapat peringkat 2 di Challenger League Season 10, dan berhasil lolos ke ESL Season 11 Pro League.

https://twitter.com/virtuspro/status/1261592481378045952

Terakhir kali pada babak grup Russian Major League, roster forZe berhasil membuktikan dirinya dengan performa yang gemilang. Diselenggarakan dari 17 Maret sampai 1 Mei 2020, roster forZe berhasil mendapatkan catatan menang-seri-kalah 12-1-1 di akhir musim, yang menempatkan mereka di pemuncak klasemen.

Mengutip dari rilis resmi Virtus.pro, Sergey Galzmada, General Manager Virtus Pro mengatakan.

“Kami telah mengamati perkembangan skena R6 sejak lama dan melihat roster yang ada dari berbagai regional. Akhirnya kami menetapkan diri mengambil pemain forZe esports karena dua hal, VP dan pemain memiliki keinginan yang mutual dan forZe sendiri sudah siap untuk melakukan kesepakatan transfer. Kami telah menandatangani kontrak jangka panjang dan memiliki keinginan untuk berkompetisi dengan baik di dalam skena R6. Virtus Pro dengan bahagia menyambut para penggemar Rainbow Six Siege dan kami akan melakukan yang terbaik untuk memberikan Anda kemenangan yang manis juga konten yang baik pada beberapa musim ke depan.”

Lebih lanjut Sergey Ignatko CEO forZe Esports juga menambahkan.

“Kami telah mengumpulkan line-up pemain ini sejak November 2018. Ada perubahan dan reshuffle juga. Pada akhirnya berbulan melakukan latihan keras berhasil membuat tim ini dari yang awalnya peringkat 4 Russian Major menjadi tim tier 1. Ketika ada keputusan untuk menjual roster ini, prioritasnya adalah mencari organisasi yang menghargai kerja keras roster tersebut seperti kami. Maka dari itu, saya berharap semoga para pemain bisa berkembang lebih jauh lagi, dan semoga beruntung bersama Virtus Pro!”

Sumber: Siege.gg
Sumber: Siege.gg

Dengan ini maka roster Rainbow Six Siege untuk Virtus Pro adalah.

  • Artem Simakov (Shockwave)
  • Artem Morozov (wTg)
  • Alan Ali (Rask)
  • Pavel Kosenko (p4sh4)
  • Pavel Chebatkov (Amision)
  • Kerim Musaev (Toda) – COACH
  • Andrey Bavian (Andreezy) – ANALYST

Pertandingan pertama roster ini bersama Virtus Pro adalah Russian Major League Season 4 Playoff yang akan diselenggarakan tanggal 23 hingga 24 Mei 2020 mendatang. Russian Major mungkin menjadi awal, namun Six Invitational tetap menjadi tujuan utama. Akankah roster R6S baru Virtus Pro bisa mencapai mimpi besarnya?

IEFTL Minggu ke-3, Ghazeto Storia Masih Puncaki Klasemen

Minggu ke-3 dari Indonesia Efootball Team Lobby (IEFTL) baru saja berakhir. Ghazeto Storia, yang merebut posisi pertama dari Remaong FC pada minggu ke-2, masih duduk di peringkat pertama. Dari 4 pertandingan selama minggu ke-3, Ghazeto berhasil memenangkan semua pertandingan, termasuk ketika mereka melawan tim unggulan Aliansi dan Remaong FC. Melawan Aliansi, mereka menang dengan skor tipis 2-1 sementara saat berhadapan dengan Remaong FC, mereka menang dengan skor 5-1. Kini Ghazeto memiliki 28 poin dengan selisih goal sebanyak 23.

Sementara itu, tim Gatot Kaca, yang duduk di peringkat 2 pada minggu ke-2, kini harus puas dengan peringkat 7. Dari 4 pertandingan pada minggu ke-3, Gatot Kaca hanya bisa memenangkan 1 pertandingan. Ketika melawan Ghazeto pada hari ke-7, tim Gatot Kaca harus bertekuk lutut dengan skor tipis 0-1. Tak hanya itu, mereka juga kalah melawan tim Aco Glory dengan skor 0-2 dan hanya bisa bermain imbang ketika menghadapi tim Volcano.

IEFTL Minggu ke-3
Klasemen sementara dari IEFTL Minggu ke-3. | Sumber: Facebook

Kapten tim Gatot Kaca, Tri Susanto sempat diwawancara sebelum timnya melawan Ghazeto. Hasil wawancara ini lalu diunggah ke Facebook. Ketika ditanya tentang strategi Gatot Kaca untuk melawan Ghazeto, Tri menjawab, “Untuk strategi melawan Ghazeto kemungkinan Gatot Kaca akan menekan lawan di seluruh lapangan, menekan barisan pertahanan dalam setiap kesempatan dan tidak memberi ruang bergerak pada pemain terbaik Ghazeto.”

Dia mengakui, Ghazeto merupakan tim kuda hitam yang dapat menghambat ambisi mereka untuk menjuarai IEFTL musim ini. Meskipun begitu, dia mengungkap, semua pemain Gatot Kaca memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk bermain dengan fun tanpa harus memikirkan menang dan kalah. “Yang penting unggul minimal 1 gol di setiap pertandingan,” katanya sambil bergurau. Menurut Tri, ada 3 tim yang merupakan pesaing terberat di IEFTL musim ini, yaitu Remaong FC, Aliansi, dan Garuda Ten.

IEFTL minggu ke-3
Jumlah gol yang dicetak tim IEFTL setelah minggu ke-2 berlalu. | Sumber: Facebook

IEFTL menggunakan 2 format kompetisi, yaitu liga dan cup. Minggu lalu, tim IEFTL mengumpulkan data tentang produktivitas tim-tim yang ikut serta dalam IEFTL. Dari data itu, terlihat bahwa tim JCC E-Sports merupakan tim yang paling produktif dalam mencetak gol.

Per minggu ke-2, tim tersebut telah mencetak 38 gol: 11 gol pada ajang piala dan 27 gol pada liga. Itu artinya, per pertandingan, mereka mencetakk 4,75 gol. Tim yang paling produktif ke-2 adalah Garuda Ten dengan rata-rata gol per pertandingan sebanyak 4,38 gol. Ghazeto menjadi tim yang paling produktif membuat gol nomor 3. Mereka mencetak 4,25 gol per pertandingan.

Ubisoft Tuntut Google dan Apple Untuk Hapus Game Area F2

Beberapa waktu lalu sempat muncul ke permukaan sebuah game berjudul Area F2, yang dipromosikan sebagai game FPS CQB (Close-Quarter Battle) pertama di seluler. Bagi gamers mobile, Area F2 mungkin terlihat inovatif dengan konsep yang segar. Tapi gamers PC tentu sudah paham bahwa ini adalah tiruan versi mobile dari FPS CQB besutan Ubisoft, Rainbow Six Siege.

Menanggapi hal ini, Ubisoft gerak cepat, dan dikabarkan menuntut Google dan Apple untuk menghapus game ini dari Application Store mereka masing-masing. Mengutip dari Bloomberg, Ubisoft mengatakan bahwa Area F2 yang dibuat oleh bagian dari Alibaba Group Holdings Ltd, Ejoy.com, meniru Rainbow Six Siege secara habis-habisan dalam berkas tuntutannya yang diberikan kepada pengadilan federal di Los Angeles.

Sumber: Tangkapan Layar
Tidak hanya gameplay, Anda pemain R6S tentu familiar dengan tampilan menu seperti ini bukan? Sumber: Tangkapan Layar

Masih dari Bloomberg, Ubisoft dikabarkan sudah membicarakan hal ini kepada Apple dan Google sebelum melakukan tuntutan. Ubisoft mengatakan bahwa game tersebut melanggar hak cipta Rainbow Six Siege kepada Apple dan Google , namun mereka menolak untuk menghapus game tersebut dari Apple App Store dan Google Play Store.

“R6S adalah merupakan salah satu game multiplayer kompetitif terpopuler di dunia, dan merupakan salah satu properti intelektual paling berharga milik Ubisoft. Secara virtual, Area F2 meniru hampir semua aspek dari R6S, mulai dari menu utama, menu pemilihan operator, menu akhir saat pengumuman skor, dan hampir semua yang ada di antaranya.” ucap Ubisoft kepada Bloomberg.

Memang secara visual, Area F2 bisa dikatakan sepenuhnya meniru R6S. Seperti yang disebut Ubisoft, tiruan dilakukan mulai dari menu utama, mekanisme permainan, bahkan sampai bagian akhir saat pengumuman skor. Peniruan yang dilakukan bisa dibilang hampir mencapai 90%, dengan sedikit atau hampir tidak ada perbedaan sedikitpun dari game berbasis novel Tom Clancy tersebut.

Hingga saat ini, Rainbow Six Siege memang masih menjadi salah satu game besutan Ubisoft yang paling sukses. R6S sudah menghasilkan satu miliar dolar AS (sekitar Rp14 triliun) sejak rilis 2015 lalu, yang didapatkan melalui pembelian game, serta microtransaction untuk pembelian operator, skin, dan lain sebagainya.

Sementara itu Area F2 baru rilis 16 April 2020 lalu, yang bisa diunduh dan mainkan secara gratis lewat Google Play Store dan Apple App Store. Jelang perilisan, game ini sudah mendapat perhatian yang cukup besar, karena secara aktif melakukan promosi di kanal media sosial lewat iklan digital.

Terkait penuntutan, Apple dan Google masih belum memberikan komentarnya hingga saat ini. Jika Ubisoft memenangkan tuntutan ini, masih belum diketahui apakah nantinya Area F2 akan sepenuhnya hilang dari peredaran, atau sekadar berganti nama serta desain tampilan saja.