Rocket League Akan Jadi Game Gratisan Tidak Lama Lagi

Lima tahun pasca diluncurkan pertama kali, Rocket League telah dimainkan oleh lebih dari 75 juta orang. Game sepak bola sekaligus mobil-mobilan akrobatik (soccar) itu terbukti sangat populer sekaligus punya ekosistem esports yang sehat, namun ternyata developer-nya (Psyonix) masih punya rencana yang lebih besar lagi.

Dalam waktu dekat, Psyonix bakal merilis update yang amat signifikan, sekaligus yang akan mengubah Rocket League menjadi game free-to-play. Ya, Rocket League tidak lama lagi bakal bisa dimainkan secara gratis di semua platform (PC, PS4, Xbox One), dan ini tentu berpotensi menumbuhkan komunitas pemainnya menjadi lebih besar lagi.

Psyonix berjanji untuk tidak mengubah gameplay Rocket League. Malahan, mereka akan menyempurnakan fitur-fitur seperti Tournaments dan Challenges, serta membenahi tampilan menunya supaya lebih mudah dinavigasikan, terutama bagi para pemain baru. Bersamaan dengan debut Rocket League sebagai game gratisan, platform distribusi versi PC-nya juga akan dipindah dari Steam ke Epic Games Store.

Tentu saja kita tidak perlu terkejut mendengar berita ini, sebab Epic Games memang sudah mengakuisisi Psyonix sejak tahun lalu. Pasca pergantiannya menjadi game free-to-play, Rocket League bakal lenyap dari Steam, akan tetapi pemain lama tetap bisa memainkannya sekaligus menerima update lewat platform milik Valve tersebut.

Selain gratis, Rocket League nantinya juga akan mendukung fitur cross-platform sepenuhnya. Ini berarti semua pemain bisa membawa progresnya dari satu platform ke yang lain – dari console ke PC ataupun sebaliknya – menggunakan satu akun Epic Games. Progres yang dimaksud di sini mencakup semua item yang dimiliki dan pernah dibeli, progres Rocket Pass maupun Competitive Rank.

Bicara soal pernah membeli, apakah mereka yang sudah membeli Rocket League dan memainkannya sejak lama akan mendapat fasilitas ekstra? Tentu saja. Semua pemain yang membeli Rocket League sebelum versi gratisannya meluncur nanti – saat ini versi PC-nya di Steam dibanderol Rp 136 ribu – bakal menerima sejumlah hadiah. Berikut rinciannya:

  • Semua Rocket League-branded DLC yang dirilis sebelum free-to-play
  • Titel “Est. 20XX” dengan “XX” yang mengindikasikan tahun pertama pemain menyentuh Rocket League
  • 200+ common item yang telah di-upgrade ke kualitas “Legacy”
  • Golden Cosmos Boost
  • Dieci-Oro Wheels
  • Huntress Player Banner

Psyonix sejauh ini belum memastikan kapan persisnya versi gratisan Rocket League bakal dirilis. Mereka cuma bilang “later this summer“, yang berarti tidak akan lewat dari bulan September 2020.

Sumber: Polygon dan Psyonix.

Developer Game Kini Hanya Perlu iPhone untuk Menerapkan Teknik Facial Motion Capture

Epic Games punya mainan baru untuk para developer maupun sineas yang menggunakan Unreal Engine dalam berkarya. Mereka baru saja merilis Live Link Face, sebuah aplikasi iPhone yang dirancang untuk kebutuhan motion capture, spesifiknya pergerakan wajah seorang aktor atau aktris (facial motion capture).

Aplikasi ini memanfaatkan teknologi ARKit bawaan iOS serta sistem kamera TrueDepth milik iPhone. Cara kerjanya pada dasarnya tidak jauh berbeda dari fitur Animoji maupun Memoji, hanya saja pada Live Link Face data animasi wajahnya itu akan diteruskan secara real-time ke sebuah komputer yang sedang menjalankan software Unreal Engine.

Persis seperti teknologi facial motion capture pada umumnya, semua pergerakan wajah yang tertangkap kamera depan iPhone bakal diterjemahkan oleh aplikasi menjadi ekspresi wajah yang sama pada suatu karakter CGI. Hasilnya tentu tidak akan seakurat metode facial motion capture tradisional yang melibatkan banyak sensor yang ditempelkan pada wajah aktor, tapi setidaknya Live Link Face bisa sangat berguna untuk produksi yang berskala kecil.

Developer game indie misalnya, mereka dapat memanfaatkan aplikasi ini untuk menyempurnakan animasi wajah pada karakter-karakter dalam game buatannya. Kalau sebelumnya mereka membutuhkan perlengkapan facial motion capture yang cukup mahal sekaligus kompleks, berkat Live Link Face mereka cuma membutuhkan sebuah iPhone yang dilengkapi fitur Face ID (iPhone X, iPhone XS, iPhone 11, iPhone 11 Pro) saja.

Ini penting mengingat Unreal Engine sudah digratiskan sejak tahun 2015 lalu, dan belakangan Epic juga sudah mengubah sistem royaltinya supaya developer tak perlu membayar sepeser pun sebelum game buatannya menghasilkan pemasukan sebesar $1 juta, membuatnya lebih terjangkau lagi oleh developer dari berbagai kalangan.

Live Link Face juga dapat dilihat sebagai langkah awal Epic dalam misinya memudahkan sejumlah aspek game development melalui Unreal Engine 5. Berkat aplikasi ini, setidaknya satu area pengembangan yang sulit – facial motion capture – sudah berhasil mereka jegal menggunakan solusi yang simpel sekaligus terjangkau.

Ketertarikan Epic Games untuk berinovasi di bidang facial motion capture sejatinya tidak terlalu mengejutkan, sebab sebelum ini mereka memang sudah mengakuisisi dua perusahaan yang memang punya spesialisasi di bidang facial animation dan facial rigging.

Sumber: Epic Games.

Sony Beli Saham Minoritas Epic Games Senilai Rp3,6 Triliun

Sony menanamkan investasi sebesar US$250 juta (sekitar Rp3,6 triliun) ke Epic Games, perusahaan yang dikenal sebagai developer game battle royale Fortnite dan Unreal Engine. Dengan ini, Sony mendapatkan 1,4 persen saham di Epic, menurut laporan VentureBeat. Investasi tersebut juga memungkinkan Sony dan Epic untuk memperdalam kerja sama mereka. Sebelum ini, Epic mencari pendanaan dalam rangka untuk melakukan ekspansi Epic Game Store dan menambah staf Fortnite.

“Epic sukses mengembangkan teknologi grafis, menjadikan mereka sebagai perusahaan terdepan dalam pengembangan game engine, terbukti dari keberadaan Unreal Engine dan inovasi-inovasi lain,” kata CEO Sony, Kenichiro Yoshida, seperti dikutip dari Dot Esports. “Fortnite menjadi bukti kesuksesan Epic dalam menyajikan hiburan revolusioner. Melalui investasi ini, kami mencoba memperdalam kerja sama kami dengan Epic dalam rangka menciptakan sesuatu yang baru pada konsumen dan menguntungkan bagi industri, tidak hanya industri game, tapi juga industri hiburan.”

sony beli saham epic
Konser virtual Travis Scott di Fortnite menarik 27 juta penonton. | Sumber: Forbes

Dalam pernyataan resmi, CEO Epic Games, Tim Sweeney mengatakan bahwa Epic dan Sony memiliki visi yang sama untuk membangun teknologi yang menggabungkan unsur gaming, film, dan musik. Dengan teknologi itu, mereka ingin memungkinkan orang-orang berinteraksi dalam dunia virtual 3D. Sebelum ini, Travis Scott memang sudah pernah mengadakan konser virtual di Fortnite. Dan konser tersebut menarik 27 juta penonton. Sweeney juga mengungkap, Epic dan Sony berencana untuk membangun ekosistem digital yang lebih terbuka bagi semua konsumen dan kreator.

Mengingat Sony hanya mengakuisisi saham minoritas di Epic, developer game itu meyakinkan bahwa mereka akan tetap merilis game di platform lain. Tak hanya itu, Epic juga mengatakan bahwa baik Unreal Engine 5 maupun Fortnite buatan mereka akan tetap bisa digunakan di platform lain. Memang, selama ini, Epic selalu mengambil posisi netral dan mengembangkan teknologi cross-platform.

Meskipun begitu, kerja sama dengan Epic penting bagi Sony karena mereka harus menyiapkan diri dalam menghadapi perang konsol dengan Microsoft. Pasalnya, tahun ini, Sony dan Microsoft berencana untuk meluncurkan konsol baru mereka, PlayStation 5 dan Xbox Series X.

Bagikan Game Gratis, Epic Games Store Kini Punya 61 Juta Pengguna Aktif Bulanan

Jumlah pengguna aktif bulanan (MAU) Epic Games Store naik menjadi 61 juta orang setelah mereka sukses melaksanakan kampanye promosi yang disebut The Vault. Dalam kampanye promosi yang dimulai pada 14 Mei 2020 ini, Epic memberikan empat game populer secara gratis. Keempat game tersebut adalah Grand Theft Auto V, Borderlands: The Handsome Collection, dan Civilization 6. Selain jumlah MAU, kampanye The Vault juga berhasil membuat jumlah concurrent players EGS naik menjadi 13 juta orang, yang merupakan rekor tertinggi untuk Epic Games Store.

“Sejak meluncurkan Epic Games Store, kami selalu ingin membuat sebuah event besar terkait program game gratis mingguan kami. Tujuannya untuk memberikan sesuatu yang menarik bagi gamer di seluruh dunia. Dan kami memutuskan untuk mengadakan event besar-besaran,” kata Steve Allison, General Manager of the Epic Games Store, menurut laporan Games Industry. “Hasilnya melebihi ekspektasi kami… Pada 2020, kami tumbuh dengan sangat cepat.”

jumlah pengguna EGS
Grand Theft Auto 5 adalah salah satu game gratis yang Epic Games berikan.

Untuk merealisasikan The Vault, Epic tidak hanya menghabiskan banyak uang untuk mendapatkan hak atas game yang mereka berikan secara gratis, mereka juga menyediakan dana marketing yang besar. Anda bisa menemukan iklan dari game gratis EGS di berbagai situs, podcast, dan lain sebagainya. Dan strategi Epic Games sukses.

Dengan EGS, Epic mencoba untuk menantang Steam. Sebelum The Vault, strategi Epic adalah menyediakan game eksklusif selama waktu tertentu. Jadi, Epic membayar developer game agar mereka hanya merilis game mereka di Epic Games Store selama beberapa waktu. Menurut laporan VentureBeat, tampaknya, strategi memberikan game gratis lebih efektif daripada menyediakan game eksklusif. Sebelum ini, Epic juga menambahkan sejumlah fitur ke EGS. Mereka juga dikabarkan akan menyediakan EGS di Android.

Berkat kesuksesan kampanye The Vault, Epic Games Store mulai menyusul Steam. Sebagai perbandingan, Steam memiliki pengguna aktif bulanan sebanyak 95 juta orang pada 2019. Sementara jumlah concurrent players mereka berkisar pada 14-20 juta orang setiap harinya. Selama pandemi virus corona, jumlah concurrent players Steam sempat memencahkan rekor, mencapai 22 juta orang. Hal ini menjadikan Steam sebagai platform distribusi game digital utama bagi para gamer PC.

Epic Games Cari Pendanaan, Target Rp10,7 Triliun

Epic Games berencana untuk mengumpulkan pendanaan sebesar US$750 juta (sekitar Rp10,7 miliar). Setelah mendapatkan suntikan dana tersebut, valuasi Epic akan naik menjadi US$17 miliar (sekitar Rp242 triliun) dari US$16,3 miliar (sekitar Rp232 triiliun). Menurut laporan Bloomberg, dua investor baru yang tertarik untuk menyokong Epic adalah T. Rowe Price Group dan Baillie Gifford. Selain itu, KKR & Co., yang merupakan investor lama Epic, juga akan ikut serta dalam ronde pendanaan kali ini.

Epic Games didirikan pada 1991 oleh Tim Sweeney yang kini menjabat sebagai CEO. Pada 2012, Tencent mengakuisisi 40 persen saham Epic, menjadikan mereka sebagai pemegang saham terbesar kedua setelah Sweeney. Selain Tencent, Walt Disney dan Endeavour Group Holdings juga menjadi pemegang saham minoritas di Epic. Pada 2018, Epic mendapatkan investasi sebesar US$1,25 miliar (sekitar Rp17,8 triliun), membuat valuasi perusahaan menjadi US$15 miliar (sekitar Rp213 triliun).

investasi epic games
Fortnite menjadi game terpopuler Epic.

Selain sebagai kreator Unreal Engine, Epic Games juga dikenal sebagai developer dan publisher Fortnite. Game battle royale itu kini memiliki 350 juta pemain. Pada April 2020, para pemain Fortnite menghabiskan 3,2 miliar jam memainkan game tersebut, menghasilkan US$400 juta (sekitar Rp5,7 triliun) untuk Epic. Pada 2018, pemasukan Epic mencapai US$5,6 miliar (sekitar Rp80 triliun). Pemasukan Epic turun pada 2019 menjadi US$4,2 miliar (sekitar Rp60 triliun). Namun, pada 2020, diperkirakan, pemasukan Epic akan kembali naik menjadi US$5 miliar (sekitar Rp71 triliun).

Saat ini, Epic banyak menggunakan uang mereka untuk mengembangkan Epic Games Store, platform distribusi game digital. Pada Mei 2020, Epic menambahkan sejumlah fitur untuk EGS, seperti dukungan modding dan sistem refund. Mereka juga dikabarkan berencana membawa EGS ke Android. Strategi mereka yang lain adalah menyediakan game gratis di EGS. Menariknya, hal ini justru bisa membuat penjualan game di platform lain naik.

Dana yang Epic miliki juga mereka gunakan untuk menambah jumlah staf yang menangani Fortnite serta Unreal Engine. Dalam satu tahun belakangan, mereka juga telah mengakuisisi beberapa perusahaan. Salah satunya adalah Psyonix, developer dari game Rocket League. Perusahaan lain yang mereka akuisisi adalah Houseparty, aplikasi video call yang terintegrasi ke game.

Sumber: VentureBeat, The Esports Observer

Program Gratisan Epic Games Store Justru Bantu Tingkatkan Penjualan Game di Platform Lain

Beberapa minggu terakhir ini, Epic Games Store (EGS) menerima perhatian lebih besar dari biasanya. Kita tahu bahwa mereka rutin memberikan game gratisan setiap minggunya, tapi kita mungkin tidak menyangka kalau game gratisannya bisa sebergengsi GTA V.

Epic Games juga belum menunjukkan tanda-tanda mau berhenti bagi-bagi game AAA. Setelah GTA V, penawaran gratisnya mencakup Civilization VI dan Borderlands: The Handsome Collection. Lalu yang mungkin jadi pertanyaan, apakah developer dan publisher-nya tidak rugi dengan adanya program seperti ini?

Tidak, karena tentu saja Epic Games telah membayar pihak developer dan publisher sebagai bentuk kompensasinya, seperti dijelaskan oleh Creative Assembly, yang baru-baru ini mengumumkan bahwa game terbarunya, Total War Saga: Troy, bisa didapat secara gratis pada hari pertama perilisannya di Epic Games Store.

Lebih lanjut, program gratisan EGS justru malah bisa membantu meningkatkan penjualan di platform lain seperti Steam. Hal itu diungkapkan langsung oleh CEO Epic Games, Tim Sweeney, pada wawancaranya bersama GameSpot.

"Mystery Game" mengindikasikan game gratisan selanjutnya adalah judul blockbuster / Epic Games
“Mystery Game” mengindikasikan game gratisan selanjutnya adalah judul blockbuster / Epic Games

Tanpa membeberkan data yang spesifik, beliau mengklaim bahwa game yang pernah digratiskan di EGS malah bertambah laris penjualannya. Bukan cuma di Steam, tapi juga di platform console sekaligus.

Alasannya, menurut Tim, adalah “increased awareness“; banyak gamer yang baru menyadari bahwa suatu game sangat menarik untuk dimainkan pasca mendapatkannya secara cuma-cuma via EGS, dan itu pada akhirnya menginspirasi gamer lain – yang mungkin tidak sempat mengklaim game-nya selama digratiskan oleh EGS – untuk membeli game tersebut.

Kalau tidak digratiskan, mereka mungkin tidak akan pernah terpikir untuk mencoba game yang bukan termasuk dalam genre favoritnya. Tim memakai Satisfactory sebagai contoh, yang mungkin kurang banyak dilirik karena masuk kategori simulasi. Peluang seperti inilah yang ingin EGS hadirkan melalui program game gratisannya.

Buat Epic Games sendiri, tentu saja program gratisan ini berjasa membawa jutaan konsumen baru ke ekosistemnya. Meski mungkin untuk mengubah mereka menjadi konsumen yang loyal memerlukan lebih dari sekadar koleksi game gratisan; fitur-fitur baru dan penyempurnaan terhadap Epic Games Launcher tentu tidak kalah penting, dan untungnya Epic Games sudah mulai menerapkannya.

Sumber: GameSpot.

Epic Games Ingin Bawa Epic Games Store ke Android

Epic Games menantang dominasi Steam sebagai platform distribusi digital melalui Epic Games Store. Salah satu strategi mereka adalah menawarkan game gratis dan game eksklusif. Pada Mei 2020, mereka juga meluncurkan beberapa fitur baru di EGS, termsauk modding dan sistem refund.

Dalam wawancara dengan GameSpot, CEO Epic Games, Tim Sweeney mengungkap kesulitan mereka dalam menghadapi Steam. Dia juga membahas tentang rencana Epic Games terkait EGS di masa depan. Salah satu rencana mereka adalah meluncurkan Epic Games Store di Android dan iOS. Sweeney percaya, fitur cross-play antar platform akan menguntungkan industri game. Karena itulah, dia tertarik untuk menyediakan EGS di platform mobile.

epic games store android
Fortnite launcher kini telah berubah. | Sumber: NDTV

“Kami ingin membawa Epic Games Store di iOS di masa depan, dan kami pasti akan menyediakannya di Android,” kata Sweeney, dikutip dari GameSpot. “Kami pikir, strategi ini adalah cara yang baik untuk membantu industri berkembang. Tak hanya itu, memasuki ekosistem mobile juga bisa membantu Epic sebagai developer game untuk menumbuhkan audiens Fortnite serta mempelajari bagaimana mengoperasikan platform distribusi game di PC dan Android.” Dia lalu menambahkan, Epic Games Store juga akan terbuka untuk developer pihak ketiga, sama seperti yang mereka lakukan dengan Unreal Engine dan berbagai layanan Epic Online.

Ini bukan kali pertama Epic Games mengungkap rencananya untuk membawa EGS ke perangkat mobile, khususnya Android. Pada 2018, dalam wawancara dengan Game Informer, Sweeney mengatakan bahwa mereka akan menyediakan EGS untuk PC dan Mac pada 2018 sebelum meluncurkan toko game digital tersebut di Android dan iOS pada 2019. Sayangnya, setelah tahun 2019 berlalu, EGS belum tersedia untuk perangkat mobile. Namun, Sweeney dan Epic tampaknya masih tertarik untuk membawa EGS ke perangkat mobile.

Buktinya, pada Oktober 2019, Epic Games memberikan update untuk Fortnite Launcher. Dengan update tersebut, launcher itu tidak hanya bisa digunakan untuk mengunduh update Fortnite, tapi juga menjadi toko distribusi digital. Di Android, Anda bisa menemukan toko digital lain selain Google Play, seperti Galaxy Store dari Samsung. Hanya saja, hal serupa tidak bisa dilakukan di iOS.

OnePlus 8 Jadi Smartphone Pertama yang Bisa Jalankan Fortnite di 90 fps

Apa yang membedakan Fortnite versi PC, console dan mobile? Jawabannya adalah performanya. Asalkan hardware-nya mumpuni, Fortnite versi PC bisa berjalan di ratusan fps (frame per second), dan ini dengan setting grafik yang tinggi atau bahkan mentok sekalipun. Di console dan mobile, Fortnite cuma terbatas pada 60 fps saja.

Namun itu tidak selamanya harus demikian. OnePlus hendak membuktikan bahwa Fortnite juga bisa berjalan di atas 60 fps di perangkat mobile. Demi mewujudkannya, mereka memutuskan untuk bekerja sama langsung dengan Epic Games guna mengoptimalkan Fortnite pada perangkat bikinannya.

Hasilnya, setelah sekitar 10 bulan keduanya berkolaborasi, Fortnite kini dapat berjalan di 90 fps pada OnePlus 8 dan OnePlus 8 Pro. Problem barunya, sesi baku tembak yang lebih mulus ini harus dijalani dengan mengorbankan kualitas grafik. Ya, saat memilih opsi 90 fps, setting grafiknya otomatis turun ke “Low”.

Fortnite 90 fps di OnePlus 8

Untungnya resolusinya tidak berubah, tetap 1080p di OnePlus 8, dan 1440p di OnePlus 8 Pro. Namun seperti yang bisa kita lihat pada screenshot-nya di atas, grafiknya tidak bisa lagi dibilang manis di mata. Kecuali Anda benar-benar berjiwa sangat kompetitif, menurut saya mengorbankan kualitas visual hingga sejauh ini demi mendapat tambahan 30 fps akan terasa cukup sulit.

Di luar duo OnePlus 8 dan masih dalam konteks mobile, cuma iPad Pro yang bisa menjalankan Fortnite di atas 60 fps. 120 fps lebih tepatnya, dan itu tidak mengejutkan mengingat GPU milik iPad Pro memang lebih perkasa ketimbang milik smartphone paling high-end sekalipun. Terlepas dari itu, pencapaian OnePlus ini tetap patut diapresiasi, sekaligus menunjukkan prospek yang cerah untuk ranah mobile gaming.

Sumber: GameSpot.

Epic Games Store Luncurkan Sejumlah Fitur Baru, Mulai dari Sistem Refund Sampai Dukungan Modding

Epic Games Store (EGS) baru-baru ini mengadakan program Mega Sale dengan sederet diskon yang sangat menarik. The Witcher 3: Wild Hunt – Game of the Year Edition misalnya, bisa didapat seharga $6 saja, lengkap bersama dua expansion pack masifnya. Bahkan game yang masih tergolong gres seperti Red Dead Redemption 2 pun juga ikut didiskon.

Namun bintang utamanya tentu saja adalah Grand Theft Auto V, yang bisa dibilang merupakan game AAA paling bergengsi yang pernah digratiskan oleh suatu platform distribusi digital. Sepanjang kiprahnya, EGS sendiri sudah menggratiskan 108 game yang berbeda dengan nilai total melebihi $2.000.

Sungguh merupakan pencapaian yang mengesankan, apalagi mengingat EGS bahkan belum berusia dua tahun. Itulah mengapa fitur-fiturnya terkesan minim, terutama jika dibandingkan dengan platform macam Steam. Salah satu fitur paling krusial yang masih absen di EGS menurut saya adalah dukungan mata uang rupiah.

Epic Games Store modding support
Tampilan mod gallery di launcher Epic Games Store / Epic Games

Kabar baiknya, EGS berkomitmen untuk terus berbenah. Baru-baru ini, mereka merilis sejumlah fitur anyar yang cukup esensial. Yang pertama adalah self-service refund. Ya, sebagian besar game yang dibeli dari EGS sekarang bisa di-refund. Batas waktu maksimal untuk mengajukan refund adalah 14 hari setelah pembelian, dan game-nya tidak boleh dimainkan selama lebih dari 2 jam (sama seperti kebijakan refund Steam).

Masih seputar refund, EGS juga menerapkan sistem partial refund otomatis untuk game yang terlanjur dibeli sebelum didiskon, disesuaikan dengan selisih harga asli dan harga setelah diskon. Jadi semisal Anda membeli The Outer Worlds saat harganya masih normal ($45), maka EGS akan mengembalikan sekitar $15.

Kemudian yang tidak kalah menarik adalah, EGS dalam waktu dekat bakal memiliki katalog mod-nya sendiri, memudahkan para pemain untuk melakukan instalasi mod pada sejumlah game. Juga bakal menyusul ke depannya adalah fitur achievement, yang saat ini disebut masih dalam tahap pengembangan.

Sumber: Epic Games.

Fortnite Mobile Cetak Satu Miliar Dolar AS Dalam 2 Tahun

Tak bisa dipungkiri bahwa Fortnite merupakan salah satu game terbesar di dunia. Mengutip dari statista, Fortnite dikabarkan memiliki 350 juta pemain terdaftar di dalam game mereka pada Mei 2020. Ada beberapa hal yang menjadi kekuatan bagi Fortnite, rilis untuk beberapa platform sekaligus jadi salah satunya. Terakhir kali, Epic Games merilis Fortnite untuk mobile pada tahun 2018 lalu.

Walau lebih muda dari platform lainnya, Fortnite Mobile ternyata sudah tunjukkan kekuatannya. Baru beredar untuk mobile selama 2 tahun lamanya, Fortnite dikabarkan sudah cetak pemasukan sebesar satu miliar dollar AS (sekitar Rp15 miliar), mengutip dari Sensortower.

Sumber: Fortnite
Konten inovatif jadi salah satu pendorong pemasukan ini. Gambar di atas adalah contoh dari sajian konten Battle Pass di dalam Fortntite. Sumber: Fortnite

Walau ini merupakan jumlah pemasukan akumulatif selama 2 tahun, namun pemasukan Fortnite Mobile memang mengalami peningkatan yang signifikan pada bulan April 2020, yaitu sebesar 90% jika dibandingkan dengan Maret 2020. Pada bulan Maret, Fortnite Mobile berhasil kumpulkan US$23,3 juta (sekitar Rp346 juta). Sementara pada April, pemasukan tersebut naik signifikan jadi US$44,3 (sekitar Rp659 juta).

Peningkatan ini disebabkan oleh banyak faktor. Sensortower, mengatakan bahwa setidaknya ada 3 faktor, yaitu perilisan di Google Play, konser Astronomical yang menampilkan rapper Travis Scott, dan lockdown pandemi COVID-19 yang terjadi selama beberapa bulan belakangan.

Secara demografis, Amerika Serikat masih menjadi negara dengan penyumbang pemasukan terbesar terhadap Fornite Mobile. Sensortower mencatat sebesar US$632,2 juta pemasukan datang dari Amerika Serikat, atau sekitar 63 persen dari total pemasukkan. Sementara itu, peringkat kedua datang dari Inggris, dengan pemasukan sebesar US$38,2 juta, atau sekitar 3,8 persen dari total pemasukkan. Ketiga datang dari Swiss dengan pemasukan sebesar US$36,3 atau 3,6 persen dari total pemasukkan.

“Sementara pemasukan Fortnite sempat menurun, namun titel Battle Royale tetap menjadi salah satu game dengan pemasukan terbesar di dunia. Kabar ini menjadi luar biasa, mengingat jumlah pemasukan pada bulan lalu tersebut hanya datang dari Apple App Store saja.” tulis Sensortower dalam laporannya.

Konten inovatif bisa dibilang jadi salah satu magnet bagi Fortnite, terlepas dari platform yang digunakan. Terakhir kali, konser Astronomical berkolaborasi dengan rapper Travis Scott yang digelar secara digital di dalam game, dikabarkan berhasil menarik perhatian 12 juta pasang mata penonton.

Mengutip Business Insider, jumlah tersebut secara kasar hampir sama dengan jumlah rata-rata penonton program Monday Night Football, laga pertandingan American Football paling ditunggu oleh khalayak AS.

Fortnite mencatatkan 125 juta download di Apple App Store hingga saat ini. Bahkan versi Play Store yang baru rilis belakangan sudah mendapat 4,2 juta download. Akankah Fortnite terus bertahan sebagai game Battle Royale paling populer di dunia?