Epic Games Store Bakal Kedatangan Sederet Fitur Baru yang Menarik

Diluncurkan pada bulan Desember lalu, Epic Games Store tanpa sungkan menjadi penantang baru Steam dengan strategi yang begitu agresif: developer yang menjajakan karyanya di Epic Games Store bakal meraup 88% dari total penjualan, dan Epic hanya akan mengambil komisi sebesar 12% saja.

Tanpa harus menunggu lama, taktik ini sudah membuahkan hasil. Sejumlah developer ternama mulai meninggalkan Steam dan hijrah ke Epic Games Store. Steam yang tadinya merajai ranah distribusi game digital kini harus tabah melihat game AAA macam The Division 2 dan Metro Exodus sirna dari platform-nya.

Kendati demikian, Epic Games Store bukanlah tanpa cacat. Berhubung platform ini masih seumur jagung, wajar apabila ia kalah jauh perihal fitur jika dibandingkan dengan Steam. Kabar baiknya, Epic sadar betul akan hal ini, dan mereka juga ingin bisa setransparan mungkin kepada konsumennya.

Epic Games Store Roadmap

Bukti transparansinya datang dalam wujud Trello board berjudul “Epic Games Store Roadmap”. Di situ siapapun bisa melihat garis besar fitur-fitur yang sedang dan akan dikerjakan oleh tim developer Epic Games Store. Seandainya ada bug atau problem yang mengganggu, kita juga dapat memantau perkembangannya lewat Trello board ini.

Deretan fitur baru yang telah direncanakan dibagi berdasarkan estimasi waktu perilisannya. Dalam waktu dekat ini (1 – 3 bulan ke depan), fitur-fitur penting yang akan dirilis mencakup pencarian berdasarkan genre, tampilan baru yang lebih mendetail, dukungan DLC yang lebih mumpuni, dan cloud save.

Selanjutnya, dalam 4 – 6 bulan mendatang, fitur-fitur yang sudah direncanakan meliputi user review, wishlist, dukungan mata uang selain US$ serta metode pembayaran lain, memantau waktu bermain, dukungan mod, dan in-game overlay ala Steam.

Di atas setengah tahun, bakal ada fitur-fitur seperti achievement dan shopping cart. Namun yang perlu dicatat, semua ini sifatnya tidak permanen dan bisa berubah-ubah tergantung kondisinya. Terlepas dari itu, konsumen tak harus menunggu pengumuman dari Epic dan bisa memantaunya sendiri di Trello board ini.

Sumber: Epic Games via Kotaku.

Ikuti Jejak The Division 2, Metro Exodus Tersedia ‘Eksklusif’ di Epic Games Store

Walaupun Epic Games sempat menjelaskan bahwa platform distribusi digital barunya bukan dibuat sebagai pesaing Steam, persentase pembagian keuntungan yang besar untuk developer  mendorong mereka berbondong-bondong pindah ke layanan itu. Awalnya studio yang bermigrasi merupakan para pengembang independen, namun belakangan diikuti oleh publisher seperti Ubisoft.

Beberapa minggu lalu, perusahaan game Perancis itu mengumumkan keputusannya untuk memasarkan Tom Clancy’s The Division 2 secara eksklusif di Epic Games Store. Langkah ini ternyata diikuti pula oleh Deep Silver dalam memublikasikan sekuel kedua seri Metro garapan 4A Games, Metro Exodus. Peralihan storefront dilakukan secara mendadak oleh publisher Deep Silver, dan bisa kita pahami jika gamer meresponsnya secara negatif.

Usia Epic Games Store masih sangat belia (kurang dari dua bulan), dan berbicara soal fitur, layanan ini masih berada jauh di belakang Steam. Yang lebih membuat konsumen kesal adalah, awalnya Metro Exodus ditawarkan lewat Steam dan gerbang pre-order telah dibuka cukup lama. Tiba-tiba, game tidak lagi bisa dipesan di platform punya Valve itu, dan hanya dapat dibeli di Epic Games Store.

Di laman Steam Metro Exodus, Valve menjelaskan bahwa pemindahan game ke layanan lain ‘tidak adil’ buat konsumen. Namun di sisi positifnya, harga game mengalami penurunan dari US$ 60 di Steam menjadi US$ 50. Tapi jangan terlalu senang dulu. Steam sudah lama mendukung mata uang rupiah dan user di Indonesia dimanjakan oleh penyesuaian harga. Dengan mengusung dolar, harga game di Epic Games Store masih tergolong tinggi dan fluktuatif.

Metro Exodus ialah permainan shooter ketiga di seri Metro yang diadaptasi dari novel Dmitry Glukhovsky. Kisahnya kembali difokuskan pada petualangan Artyom di dunia pasca bencana, dengan gameplay yang lagi-lagi mengedepankan formula stealth, horor serta survival. Berbeda dari dua game sebelumnya, Anda tak cuma bisa menjelajahi lorong-lorong bawah tanah, tapi dipersilakan pula buat mengeksplorasi area permukaan secara lebih leluasa. Selain elemen sandbox, tim 4A Games turut menerapkan sejumlah fitur baru seperti sistem cuaca dinamis, perputaran siang dan malam, serta perubahan musim.

Waktu peluncuran Metro Exodus sendiri tidak berubah, yaitu tanggal 15 Februari 2019. Selain di PC via Epic Games Store, game tersedia pula buat PlayStation 4 dan Xbox One. Kabar gembiranya, kesepakatan ‘eksklusif di Epic Store’ antara Deep Silver dan pemilik layanan tidak berlangsung selamanya. Metro Exodus nantinya juga akan meluncur di Steam, pada tanggal 15 Februari 2020.

Uniknya lagi, mereka yang sudah melakukan pre-order di Steam tetap bisa menikmati permainan via platform itu…

Via PC Gamer.

Fortnite Lebih ‘Mengancam’ Netflix Ketimbang HBO dan Hulu

2018 ialah momen kejayaan bagi Epic Games. Fornite menjadi fenomena di seluruh penjuru Bumi, lalu di penghujung tahun, mereka meluncurkan platform distribusi digital alternatif dari Steam yang segera diserbu developer. Berdasarkan laporan narasumber terpercaya pada TechCrunch, pencipta Unreal Engine itu berhasil mengumpulkan keuntungan sebesar US$ 3 miliar dalam waktu 12 bulan ke belakang.

Fornite sendiri tidak ada habisnya diperbincangkan. Di bulan Januari ini, terhitung ada lebih dari 200 juta gamer menikmatinya, dengan pemasukan dari microtransaction mencapai US$ 2,4 miliar. Begitu besarnya Fortnite Battle Royale, game super-populer ini mampu mengusik ketenangan bisnis penyedia layanan di media berbeda: Netflix. Padahal, platform film on demand ini sebelumnya sudah membuat perusahaan TV channel tradisional bertekuk lutut.

Dalam laporan pemasukan perusahaan tahun 2018 – dipublikasikan pada hari Kamis kemarin – Netflix menyampaikan bahwa mereka berhasil menguasai sekitar 10 persen waktu yang dihabiskan konsumen di walayah Amerika buat menatap layar. Angkanya berada sedikit di bawah waktu total interaksi dengan perangkat bergerak. Menurut Netflix, penyebabnya bukanlah kompetisi dari layanan streaming sejenis, melainkan platform hiburan yang betul-betul berbeda, salah satunya permainan video.

Di sana Netflix menyatakan, mereka mendapatkan perlawanan keras dari Fornite dan terpaksa mengakui keunggulan game last man standing berskala besar itu. Menurut Netflix, Fornite lebih mengancam dibandingkan HBO ataupun Hulu. Waktu akses Hulu sendiri jauh lebih kecil dari YouTube. Mereka memang jadi favorit di Amerika, tapi namanya hampir tak terdengar di Kanada. Sedangkan penetrasi Netflix di kedua wilayah boleh dikatakan sama besar.

Perusahaan juga menjelaskan bagaimana ada ribuan kompetitor di ranah yang tersegmentasi ini, masing-masing berlomba-lomba untuk menghibur konsumen dengan faktor penghalang yang semakin tipis. Bagi Netflix, pertumbuhan layanan mereka ditakar dari pengalaman pengguna, dikomparasi dengan durasi konsumen menghabiskan waktu di depan layar. Namun perlu diingat bahwa ‘waktu di depan layar’ bukanlah parameter perhitungan yang presisi.

“Fokus kami bukanlah berkompetisi dengan Disney+, Amazon dan lain-lain, tetapi bagaimana kami bisa meningkatkan mutu pengalaman penggunaan,” tutur Netflix. Salah satu contoh upaya Netflix memberikan ‘terobosan baru’ di segmen hiburan adalah melalui penggarapan film interaktif dewasa Black Mirror: Bandersnatch yang mempersilakan penonton menentukan nasib tokoh utamanya.

Di akhir 2018, Netflix berhasil menghimpun hampir 139 juta pelanggan. Sementara itu, angka pemain teregistrasi Fortnite Battle Royale sukses menembus di 200 juta di bulan November lalu.

Via Polygon.

Lewatkan Steam, Ubisoft Akan Rilis The Division 2 di Epic Games Store

Strategi bisnis agresif yang diterapkan Epic Games Store mulai menunjukkan dampak yang signifikan terhadap kelancaran bisnis Steam selaku pihak yang dominan. Epic baru saja mengumumkan bahwa Ubisoft bakal merilis salah satu game unggulannya untuk tahun ini, The Division 2, di Epic Games Store.

Tentu saja Ubisoft juga bakal menjual game tersebut lewat platform-nya sendiri, akan tetapi yang mengejutkan, mereka tidak punya rencana untuk merilis The Division 2 di Steam berdasarkan penjelasan perwakilannya terhadap Polygon. Jelas sekali Ubisoft ingin mengambil untung sebesar mungkin dengan melewatkan Steam dan memilih Epic Games Store.

The Division 2 pun juga baru awal dari cerita utuhnya, sebab Ubisoft juga sudah punya rencana untuk merilis sejumlah game lain di Epic Games Store sepanjang tahun 2019. Pre-order The Division 2 saat ini sudah dimulai, akan tetapi game-nya baru akan meluncur secara resmi pada tanggal 15 Maret mendatang di PC, Xbox One dan PS4.

Kolaborasi Ubisoft dan Epic Games ini sejatinya mengindikasikan bahwa perubahan kebijakan distribusi yang diterapkan Steam belum lama ini masih kurang begitu efektif dalam menarik minat developer. Di Steam, developer dapat mengambil 80% keuntungan dari penjualan game-nya, tapi hanya ketika total penjualannya sudah mencapai angka $50 juta.

Bandingkan dengan Epic Games Store, yang dari awal sudah menerapkan sistem bagi hasil 88%/12% – lebih besar dan tanpa syarat. Di luar Steam, sebenarnya ada Discord Store yang mulai tahun ini menerapkan mekanisme bagi hasil 90%/10%, tapi sepertinya reputasi masih menjadi faktor yang tak kalah krusial, sehingga akhirnya Ubisoft memilih Epic Games Store.

Sumber: Epic Games.

Epic Games Raup Keuntungan $ 3 Miliar di Tahun 2018

Tak hanya berhasil merebut mahkota game battle royale terpopuler dari PlayerUnknown’s Battlegrounds, fenomena Fornite memberikan pijakan bagi tim Epic Games untuk memperluas bisnisnya dari ranah penyediaan teknologi serta pengembangan permainan ke bidang distribusi digital. Sejak meluncur di awal Desember ini, sejumlah developer  mulai bermigrasi dari Steam ke Epic Games Store.

Sebagai perusahaan privat, detail keuangan Epic Games betul-betul dijaga ketat. Namun berdasarkan laporan narasumber terpercaya pada TechCrunch, kabarnya di tahun ini perusahaan berhasil mengumpulkan keuntungan sebesar US$ 3 miliar. Perlu digarisbawahi bahwa angka ini adalah jumlah keuntungan, bukan pemasukan. Dan kini, perusahaan diestimasi mempunyai nilai US$ 15 miliar.

Menggali lebih jauh dari laba Epic Games, di bulan November kemarin, Sensor Tower memperkirakan bahwa gamer Fortnite di-iOS memberikan pemasukan sebesar US$ 1,23 juta per hari. Itu berarti Epic Games menerima uang sebesar US$ 37 juta tiap bulan, dan sejak game meluncur di perangkat Apple, total profit sudah melampaui US$ 385 juta. Dan itu belum menghitung pendapatan dari platform lainnya. Game ini bisa dinikmati dari PC, Xbox One, PS4, Switch, serta Android.

Karena Fortnite Battle Royale ditopang fitur cross-platform play, mengakumulasi penghasil dari sistem berbeda tidaklah mudah. Game tersedia pertama kali di bulan September 2017, lalu hadir di iOS pada April 2018, muncul di Switch bulan Juni 2018, kemudian versi Android-nya dilepas pada Agustus 2018. Dan terhitung dari momen debut sampai bulan Mei 2018, Super Data Research mencatat bahwa game telah menghasilkan uang senilai US$ 318 juta.

Menghitung profit dari Fortnite versi Android lebih sulit lagi karena distribusi game tidak dilakukan lewat Google Play. Pemain harus mengakses app launcher-nya dari website Epic Games. Tapi menariknya, hal tersebut tidak menurunkan minat gamer untuk menikmatinya. Dalam waktu satu bulan, Fortnite di Android sukses menghimpun 15 juta pemain.

Lalu pengeluaran gamer Fortnite juga dinamis dan sulit diprediksi. Umumnya, mereka berbelanja sesudah Epic merilis update baru (disebut Season, yang terkininya adalah Season 7). Di tiap ‘musim’ ini, para pemain didorong untuk membeli Battle Pass.

Tentu saja Fortnite – terutama porsi free-to-play battle royale – bukanlah satu-satunya senjata andalan Epic Games. Pertama, mereka punya layanan distribusi yang sangat menggoda bagi developer independen berkat penawaran pembagian keuntungan menggiurkan di 12 banding 88 persen. Kemudian kita tahu, nama Epic Games juga sinonim dengan teknologi Unreal Ungine yang telah digunakan buat membangun ratusan judul game – indie ataupun blockbuster.

Epic Games Berhenti Kembangkan Seri Infinity Blade

Epic Games sedang di atas angin. Game buatannya, Fortnite, bisa dianggap sebagai fenomena global sekaligus mesin pencetak uang bagi mereka. Baru-baru ini, mereka bahkan tidak segan menantang Steam dengan meluncurkan platform distribusi digitalnya sendiri, Epic Games Store, yang sukses memikat hati banyak developer dalam waktu singkat.

Namun di balik kisah sukses itu, ada kabar duka yang tidak disangka. Infinity Blade, game garapannya yang selama bertahun-tahun selalu dijadikan sampel oleh Apple untuk mendemonstrasikan performa perangkat iOS baru, harus pamit setelah tiga seri saja.

Lewat blog-nya, Epic menjelaskan bahwa timnya sudah tidak sanggup lagi mendukung pengembangan seri Infinity Blade sesuai dengan standar yang mereka tetapkan sendiri. Dari kacamata sederhana, mungkin mereka sudah kelewat sibuk untuk meluangkan waktu buat Infinity Blade, dan lebih memilih berfokus ke properti yang lebih menjanjikan, semisal Fortnite itu tadi, maupun proyek baru seperti Spyjinx.

Infinity Blade

Infinity Blade sendiri memang sudah bisa dibilang vakum cukup lama. Seri terakhirnya, Infinity Blade III, dirilis pada tahun 2013 bersamaan dengan peluncuran iPhone 5S. Meski sudah berumur, trilogi Infinity Blade tetap terkesan memukau perihal kualitas grafis, dan gameplay yang unik ala Fruit Ninja pun tetap menjadi kenangan tersendiri bagi saya yang sempat memainkan ketiga serinya.

Namun keputusan Epic sudah bulat. Per tanggal 10 Desember 2018 kemarin, tiga game Infinity Blade sudah tak bisa lagi dibeli dari App Store. Mereka yang sudah pernah membelinya masih tetap bisa memainkannya di perangkat masing-masing, akan tetapi Epic telah menghapus opsi in-app purchase sepenuhnya.

Sumber: Epic Games dan Touch Arcade.

Cara Belanja Game di Epic Games Store

Berkat strategi pembagian keuntungan 88 banding 12 persen, Epic Games Store berhasil menggaet sejumlah developer untuk melepas kreasinya di platform distribusi digital tersebut serta melakukan kesepakatan eksklusif. Umumnya, mereka yang bermigrasi ke layanan buatan tim di belakang Fortnite dan Gears of War itu ialah studio-studio independen, namun beberapa sudah memupuk reputasi lewat judul-judul istimewa.

Tak seperti Steam, untuk sementara pihak Epic Games terlibat langsung dalam proses kurasi demi memastikan produk-produk yang ditawarkan di platform mereka merupakan judul-judul berkualitas. Epic Games sempat menyampaikan bahwa toko digital mereka tidak dirancang buat berkompetisi dengan Steam, tapi menariknya, tim terlihat cekatan demi memastikan konsumen mudah bertransaksi – termasuk bagi gamer di Indonesia.

Setelah mengutak-utik sedikit, ternyata berbelanja permainan di Epic Games Store cukup mudah. Hanya saja, buat sekarang metode transaksinya masih terbatas. Kabar gembiranya, Epic Games turut menyediakan metode pembelian secara offline lewat gerai minimarket. Penasaran? Silakan ikuti langkah-langkah di bawah ini:

 

1. Hal pertama yang perlu Anda lakukan adalah mengunjungi Epic Games Store via browser.

Epic 1

2. Lihat ke pojok kanan atas, Anda akan menemukan tombol Sign In dan ‘Get Epic Games‘ berwarna biru.

3. Silakan klik tombol Sign In, dan Anda akan dibawa ke laman registrasi. Pendaftaran bisa dilakukan dengan menggunakan akun PlayStation Network, Xbox Live, Nintendo, Facebook dan Google+ (segera ditutup dalam waktu dekat). Saya sendiri memilih untuk membuat akun baru via opsi ‘Sign Up‘ di bawah.

Epic 2

4. Selanjutnya, pilih negara tempat Anda berdomisili, masukkan data-data yang diminta (nama, alamat email, password), dan jangan lupa checklist bagian ‘I have read and agree to the terms of service‘.

5. Buka email, dan Anda akan menemukan surel verifikasi. Silakan klik tautan yang ada di sana. Jika belum terkirim, masuk ke page account setelah sign in, dan kirim ulang email verifikasinya.

Epic 8

6. Kembali ke laman utama Epic Games Store, klik tombol ‘Get Epic Games‘ untuk mendapatkan installer Epic Games Launcher.

7. Setelah ini, pembelian bisa dilakukan lewat website Epic Games Store di browser atau melalui aplikasi Epic Games Launcher. Jika Anda memilih metode kedua, biarkan app melakukan update otomatis.

8. Cari permainan yang Anda inginkan, misalnya Hades (early access) buatan Supergiant Games. Klik tombol harga yang ada di bagian product home.

Epic 3

9. Sebuah window baru akan muncul, berisi opsi metode pembayaran. Saat ini, tesedia pilihan transaksi via PayPal, XL Axiata, DOKU Wallet, atau Alfamart.

Epic 4

10. Saya akan mencoba memilih pembelian via Alfamart. Anda bisa men-checklist catatan di kiri bawah jika tak mau menerima email promosi dari pihak developer/publisher. Dari sini, tinggal klik Place Order.

Satu kelemahan signifikan dari Epic Games Store dibanding Steam adalah harga yang belum dilokalisasi. Tinggi rendahnya harga game bergantung dari nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Disajikan dalam rupiah, harga game di Steam untuk user di Indonesia tetap stabil, tidak fluktuatif, bahkan jauh lebih murah dari ‘MSRP’.

Epic 5

Di Epic Games Store, Anda harus membayarkan uang Rp 308 ribu untuk permainan seharga US$ 20. Jika setuju, klik Continue.

11. Silakan pergi ke gerai Alfamart, Alfa Midi, Alfa Express, Lawson atau DAN+DAN terdekat; dan bilang pada kasir Anda ingin melakukan pembayaran lewat XSOLLA. Tersedia instruksi di page pembayaran jika kasir bingung.

Epic 6

12. Berikan kode pembayaran yang ada, misalnya ‘8888820300220754’. Kasir akan melakukan konfirmasi nama konsumen, merchant dan nominal. Setelah bertransaksi, simpan tanda terimanya.

Epic 7

13. Kode akan dikirim lewat email, dan Anda tinggal memasukkan kode redeem tersebut di laman akun Epic Games Store.

14. Voilà, Hades (atau game apapun yang dipilih) telah menjadi milik Anda.

Saya akui, pilihan permainan di Epic Games Store memang masih terbatas. Namun sejumlah game di sana tidak bisa Anda temukan di platform distribusi lain, misalnya Hades, Ashen, atau judul-judul yang akan datang seperti Rebel Galaxy Outlaw, Genesis Alpha One dan World War Z. Dan saya yakin dengan penawaran 12/88, akan ada banyak developer tertarik buat bergabung.

Selain berjanji buat menambah koleksi game di platform-nya, Epic Games juga berencana untuk mempersilakan pengguna menikmati game gratis secara konsisten. Berdasarkan jadwal yang telah diungkap, Subnautica dapat dimainkan cuma-cuma dari tanggal 14 sampai 27 Desember. Setelah itu giliran Super Meat Boy mulai 28 Desember hingga 10 Januari 2019.

 

Sejumlah Game Indie Mulai Bermigrasi dari Steam ke Epic Games Store

Setelah resmi diumumkan minggu lalu, para talenta di belakang Unreal Engine, Gears of War dan Fornite akhirnya meluncurkan Epic Games Store bertepatan dengan The Game Awards 2018. Epic Games Store adalah platform distribusi digital ala Steam yang menjajakan penawaran sangat menarik untuk developer: Epic Games hanya meminta komisi 12 persen dan sisanya diberikan pada pengembang.

Penawaran ini tampaknya terbukti efektif. Tak lama sesudah layanan ini dirilis, sejumlah developer – terutama tim independen – mulai memindahkan game mereka dari Steam ke Epic Games Store. Lalu beberapa studio lain yang belum mau meninggalkan Steam melakukan strategi ‘timed exclusive‘ – yaitu melepas permainannya secara eksklusif dalam jangka waktu tertentu di platform punya Epic Games itu.

Terhitung mulai kemarin, laman Steam dari game first-person open world bertema konstruksi Satisfactory tak lagi bisa diakses setelah Coffee Stain Studios berencana melepasnya di Epic Games Store. Developer menjelaskan bahwa Epic Games Store merupakan satu-satunya tempat untuk mendapatkan permainan ini, dan berjanji buat memberikan jawaban atas rasa penasaran gamer lewat sesi Q&A.

Selain Satisfactory, Team17 juga berniat untuk menyediakan Genesis Alpha One di Epic Games Store pada bulan Januari nanti. Sang publisher mengurungkan niatnya buat meluncurkan di Steam di tanggal 29 Januari 2018, dan menyampaikan bahwa saat ini, proses pengerjaannya berada di tahap pemolesan akhir.

Tim Double Damage sendiri menerapkan pendekatan timed exclusive untuk kreasi anyarnya, Rebel Galaxy Outlaw. Rencananya, developer akan menyediakan game space simulation itu secara khusus di Epic Store selama 12 bulan, kemudian barulah Rebel Galaxy Outlaw tersaji di tempat lain. Double Damage berharap, pembagian keuntungan 12/88 dapat memberikan mereka modal buat meluncurkan game di ‘toko sebelah’.

Lewat blog, Double Damage cukup terang-terangan bilang bahwa pembagian 30/70 terasa cukup memberatkan, terutama untuk studio indie. Metode kurasi yang diterapkan Epic Games turut memperoleh tanggapan positif dari developer dan pengguna, karena sangat membantu mengekspos judul-judul dengan konten berkualitas.

Sejumlah permainan indie berpotensi saat ini sudah dapat dimainkan via Epic Games Store: Ashen telah tersedia di sana, sedangkan versi Steam-nya masih berstatus TBD. Lalu Hades, kreasi terbaru tim pencipta Bastion dan Transistor bisa dinikmati via early access saat ini, namun masih belum ada di Steam.

Kabar gembira dari Epic Games tak cuma ditujukan bagi developer, tapi juga kepada para pemain. Kabarnya, mereka akan membagi-bagikan permainan secara gratis tiap dua minggu sekali.

Via PC Gamer.

Lewat Mode Kreatif, Pemain Dipersilakan Mendesain Level Sendiri di Fortnite

Awalnya didesain sebagai permainan action survival kooperatif, nama Fortnite baru benar-benar jadi fenomena global setelah Epic Games meluncurkan mode standalone free-to-play berformula battle royale. Porsi ini memperoleh kesuksesan dan kepopuleran dalam waktu singkat, apalagi setelah para selebriti ikut memainkannya. Fortnite Battle Royale belum lama memenangkan penghargaan Ultimate Game of the Year di Golden Joystick Awards.

Kali ini, tim Epic Games mengungkap rencana mengekspansi konten permainan tersebut dengan cara yang unik. Setelah memperkenankan gamer bersaing untuk jadi penyintas terakhir, kali ini Fortnite mempersilakan kita buat merancang mode baru dan arena permainan sendiri menggunakan alat-alat kreasi di dalam Fortnite Creative. Penyajiannya tidak terlalu berbeda dari mode sandbox di Minecraft.

Developer menjelaskan bahwa Fortnite Creative adalah sebuah cara baru dalam menikmati permainan. Dengannya, Anda bisa menciptakan zona tempur kompetitif, mendesain sirkuit balap, hingga bahu-membahu bersama teman membangun benteng impian. Semua aktivitas ini dilakukan di pulau pribadi Anda, dan seluruh progresnya tersimpan secara otomatis sehingga Anda dapat meneruskan apapun proyek itu di lain waktu.

Lewat Fornite Creative, pemain dibebaskan untuk berkarya. Batasannya hanyalah kreativitas Anda. Epic Games menyediakan beragam tool sehingga kita dapat merancang arena-arena eksperimental serta mode-mode permainan yang konyol, misalnya gameplay petak-umpet, tower defense dengan zombie sebagai lawannya, atau mungkin zona parkour yang tersusun atas toilet duduk.

Fornite Creative akan dihadirkan lewat update Season 7. Pemilik Battle Pass bisa menjajalnya via sesi early access mulai hari ini, tanggal 6 Desembeer. Dalam proses pengembangan serta persiapannya, Epic Games melakukan kolaborasi bersama belasan pencipta konten (ada BajanCanadian, BasicallyIdoWrk, Gummy, InTheLittleWood dan lain-lain). Gerbang aksesnya sendiri baru benar-benar terbuka bagi seluruh pemain pada tanggal 13 Desember nanti.

Epic Games menjelaskan bahwa apa yang mereka sajikan ini hanyalah permulaan. Developer berencana buat terus menambahkan fitur-fitur baru dan penyempurnaan lewat update. Di website-nya, tim menyampaikan, “Seperti Fortnite Battle Royale dan Save the World, kami berkomitmen untuk membuat Fortnite Creative jadi lebih besar dan lebih baik.”

Kabar baiknya lagi, sama seperti battle royale, Fortnite Creative dapat dinikmati oleh semua pemain tanpa perlu mengeluarkan uang. Selain mode kreatif, Geoff Keighley selaku host acara The Game Awards juga sempat menginformasikan akan ada pengumuman terkait Fornite ‘yang membuat semuanya jadi lebih gila’…

Epic Games Luncurkan Platform Distribusi Digital Pesaing Steam

Bagi kalangan kasual, Epic Games terkenal lewat permainan battle royale populer, Fortnite. Tapi menelusuri perjalanannya di ranah gaming, Epic Games merupakan salah satu developer berpengalaman yang punya andil besar di industri – terutama melalui pengembangan Unreal Engine. Umur studio asal North Carolina itu bahkan lebih tua dari Valve Corp.

Sejauh ini, Epic Games dan Valve punya khalayaknya sendiri dan berbisnis tanpa berkompetisi langsung. Namun boleh jadi, dalam waktu dekat keduanya akan mulai bersaing. Di minggu ini, diketahui bahwa tim di belakang seri Gears of War itu punya agenda untuk meluncurkan platform distribusi pesaing Steam. Namanya cukup sederhana, tapi terdengar catchy di telinga: Epic Games Store.

CEO Tim Sweeney menjelaskan bahwa mereka sudah lama ingin menggarap platform yang dapat menyambungkan tim Epic Games dengan para pemain. Awalnya, mereka bereksperimen lewat Fortnite – permainan ini tidak ada di Steam, hanya bisa diakses melalui software milik Epic Games. Sweeney bilang, percobaan tersebut berhasil dan berkeinginan untuk membuka gerbangnya bagi developer lain.

Ketika Valve menerapkan pembagian keuntungan 30 banding 70, Epic Games Store menawarkan angka yang lebih menggoda buat studio third-party: mereka hanya meminta komisi 12 persen, dan sisanya diterima oleh sang pencipta permainan. Epic Games berencana untuk meluncurkan platform ini secara ‘perlahan-lahan’, dengan koleksi game yang tak terlalu banyak dan mereka pilih sendiri.

Epic Games Store 1

Penambahan jumlah game akan terus dilakukan di tahun 2019, hingga nanti saat Epic Games merasa yakin mereka tak perlu lagi melakukan kurasi. Tiap permainan yang dijual di sana tetap harus mendapatkan persetujuan sang penyedia layanan, namun mereka hanya akan melakukan penakaran dari sisi teknis dan bukan berdasarkan konten – kecuali pada permainan-permainan bertema dewasa.

Dengan kemudahan akses serta jumlah pengguna yang sangat banyak, Steam memang terlihat berada di atas angin. Belum lama ini, Valve juga mengungkap rencana buat mengurangi persentase imbalan dari 30:70 jadi 25 persen. Kemudian mereka hanya mengambil 20 persen dari tiap penjualan game senilai  US$ 50 juta. Lewat langkah ini, Valve tampaknya ingin menjaga agar publisher blockbuster tidak menarik diri dari Steam.

Menariknya, Tim Sweeney sempat bilang bahwa mereka tidak berkeinginan untuk berduel dengan Steam. Epic Games hanya ingin ‘memberikan penawaran terbaik bagi developer serta memperluas kesempatan pencipta konten buat berkreasi’. Epic Games Store akan dapat diakses di tanggal 6 Desember besok, ditandai oleh dilangsungkannya The Game Awards 2018.

Itu berarti, Epic Games resmi mengikuti jejak Electronic Arts dan Activision-Blizzard dalam menyediakan platform distribusinya sendiri.

Sumber: UnrealEngine.com. Tambahan: VentureBeat.