NSE dan ESL Kerja Sama untuk Siapkan Mahasiswa Kerja di Industri Esports

Esports kini memang tengah menjadi pembicaraan hangat. Meskipun berawal dari komunitas, esports kini tumbuh menjadi industri bernilai US$1,1 miliar, menurut Newzoo.

Para tim dan pemain profesional tentu saja jadi bintangnya. Ketika Kyle “Bugha” Giersdorf menjadi juara Fortnite World Cup, namanya muncul di berbagai headline media. Namun, menjadi atlet tidak melulu soal hadiah yang besar dan popularitas. Ada harga mahal yang harus dibayar bagi para atlet esports profesional, mulai masalah kesehatan, stres, hingga kerelaan untuk tidak menjalin hubungan romantis. Di belakang para atlet ini, juga terdapat manajemen tim yang mendukung. Seperti yang dibahas dalam artikel tentang perjuangan para atlet esports, salah satu kunci dari keberlangsungan esports sebagai industri adalah regenerasi.

ESL Jagoan Series - Free Fire
Sumber: ESL Indonesia

Sekarang, di Amerika Serikat, mulai bermunculan program yang dikhususkan untuk memunculkan para atlet esports berbakat. Contohnya, University of California, Irvine (UCI) telah menawarkan program beasiswa untuk pemain Super Smash Bros. Kabar terbaru, National Student Esports (NSE) juga mengumumkan kerja samanya dengan ESL. Dengan kerja sama ini, NSE dan ESL akan membuat program untuk para mahasiswa di universitas di Inggris agar mereka lebih siap untuk masuk ke industri esports.

“Universitas selalu menjadi pusat berkumpulnya talenta generasi berikutnya di industri baru, begitu juga dengan esports,” kata Executive Director of NSE, Jon Tilbury, seperti dikutip dari Esports Insider. “Kami tidak sabar untuk bekerja sama dengan ESL untuk membuka kesempatan bagi para mahasiswa, tidak peduli apakah mereka ingin menjadi pemain profesional atau bekerja di belakang layar untuk mengadakan turnamen esports terbesar dunia.”

Kerja sama dari ESL dan NSE ini diawali dengan workshop yang diadakan oleh Intel. Dalam satu tahun ke depan, ESL dan NSE akan bekerja sama untuk membuat berbagai program, baik program yang akan mereka eksekusi bersama atau dengan perusahaan dan organisasi lain yang menjadi rekan mereka.

Baik NSE dan NSL merupakan ahli di bidangnya. Menurut British Esports Association, NSE merupakan badan resmi yang dibuat dengan tujuan untuk mengembangkan ekosistem esports di tingkat universitas dan mereka telah sukses melakukan itu. Sementara ESL dipercaya sebagai perusahaan esports terbesar. Mereka merupakan penyelenggara turnamen yang telah berdiri sejak 2000. Di Indonesia, ESL pernah menyelenggarakan R6S Community Cup.

“Kami sangat senang untuk menjalin kerja sama yang positif dengan NSE untuk mendekatkan diri dengan mahasiswa,” kata Marketing and Communication Manager, ESL, Heather Dower, seperti dikutip dari Gamasutra. “Kerja sama yang erat akan menjadi kunnci dari pertumbuhan industri esports di Inggris pada masa depan. Kami tidak sabar untuk memberikan informasi lebih detail tentang ini!”

Meskipun masih ada stigma negatif tentang pekerjaan terkait gaming atau esports di Indonesia, dipercaya bahwa industri game lokal akan tumbuh positif. Saat ini, telah ada 20 sekolah dan kampus Indonesia yang menawarkan pendidikan terkait pembuatan game. Mengingat game menggabungkan banyak aspek — mulai dari pemrograman, animasi, musik, hingga penulisan cerita — maka program studi yang ditawarkan juga beragam. Misalnya, SMK Raden Umar Said (RUS) Kudus membuka program studi Desain Komunikasi Visual, Animasi 3D, dan Rekayasa Perangkat Lunak. Sementara Institut Teknologi Bandung menawarkan program Opsi Media Digital & Teknologi Game di bawah program studi Teknik Elektro.

[ASL S3 Team Profile] Comeback: Tim Kuda Hitam yang Siap Menyergap

Dalam ekosistem esports suatu game, tak bisa dipungkiri bahwa komunitas punya peranannya tersendiri. Selain menjadi ruang diskusi atau berbagi tips permainan, pasalnya komunitas juga bisa menjadi ruang untuk memunculkan talenta-talenta baru.

Kalau bicara soal komunitas di ekosistem esports AOV, contoh nyata hal ini adalah tim Comeback. Sebelum membahas asal usul tim yang merupakan salah satu tim kuda hitam ini lebih lanjut, mari kita simak dahulu perjalanan tim Comeback sejauh ini di ASL Season 3.

Setelah dua pekan berjalan, tim ini sepertinya baru mulai menemukan tempo permainannya belakangan ini. Memang, pada pekan pertama mereka cukup sial, harus langsung bertemu EVOS Esports yang notabene punya jam terbang dan pengalaman yang jauh jika dibanding Comeback.

Tetapi pada pekan kedua, mereka langsung mengamuk, mengamankan dua kemenangan sekaligus. Melawan dua organisasi besar di Indonesia, Bigetron dan BOOM.ID, mereka berhasil membuktikan bahwa mereka memang berhak mengisi slot ASL Season 3. Kini, mereka mengisi peringkat 4 di klasemen ASL. Kalah dengan BOOM.ID karena beda skor agregat.

Cukup wajar jika Comeback menjadi tim yang cukup kuat. Sebab, tim ini punya latar belakang menarik. Sebelum tampil mandiri dengan nama comeback, roster ini adalah pernah menjadi asuhan dari salah satu organisasi esports terbesar di Indonesia, RRQ.

Namun, sayangnya roster tersebut harus bubar pada bulan April 2019 lalu. Mars dan Phoenix memilih untuk berpisah jalan, namun Damskii, Abella, dan Cipengz memilih untuk tetap bersama. Dihibahkan slot ASL untuk musim ketiga, mereka bertiga akhirnya bergabung dengan Comeback, sebuh guild yang digagas oleh roster ex-GGWP.ID dan menjadi tim yang sekarang bertanding di ASL Season 3.

Peran serta roster ex-GGWP.ID juga menjadi alasan kenapa tim ini jadi cukup kuat. Sebelum tim Comeback akhirnya terbentuk, Cipengz dan kawan-kawan berasal dari satu komunitas yang kerap berkumpul di GH milik tim GGWP.ID. Ketika itu mereka saling berlatih dan membantu satu sama lain, termasuk roster Comeback kini, yang banyak diasuh oleh mantan kapten GGWP.ID, Aldi dan kawan-kawan.

Salah satu pemainnya pun, Irdham “Damskii”, punya pengalaman malang melintang di dunia kompetitif MOBA. Sebelum akhirnya terjun ke Arena of Valor, dirinya adalah salah satu pemain profesional League of Legends yang bermain di liga kasta satu, League of Legends Garuda Series (LGS). Ketika itu ia bermain dengan tim Kamikaze, tim yang juga jadi tempat bernaung sosok yang kini lebih dikenal sebagai Youtuber, Ericko “SoapKing” Lim.

damski_cr
Damskii, salah satu pemain tim Comeback yang punya cukup pengalaman malang melintang di dunia kompetitif MOBA. Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Walaupun dengan berbagai latar belakang yang dimiliki, nyatanya tak ada tim yang sempurna. Setiap tim pasti punya masalahnya tersendiri untuk menghadapi kompetisi, apalagi kompetisi bergengsi seperti ASL Season 3. Bagi tim Comeback, salah satunya adalah soal menemukan chemistry.

Walaupun mereka kerap berkumpul bersama di dalam satu komunitas, namun jadi lain cerita jika harus bermain, bekerja sama, dan berkompetisi di liga kasta utama. “Jujur, untuk menciptakan chemistry bermain, kita butuh waktu yang cukup lama dan melalui proses yang sulit.” ujar Damskii.

“Salah satu masalah yang harus kita hadapi seperti menurunkan ego sesama pemain, dan mencari cara agar kita tingkat kemampuan mekanik kita jadi setara.” Damskii melanjutkan.

Kendati mengalami kesulitan-kesuliatan tersebut, mereka sebenarnya cukup percaya diri menghadapi tim-tim raksasa di ASL Season 3 ini. “Kalau ditanya pede atau nggak, kita yakin 80% bisa menang lawan mereka. Kita pede karena ada bimbingan roster ex-GGWP, yang menurut kami berdampak sangat signifikan.” Abella mengatakan kepada Hybrid.

Mereka juga sempat memberikan komentarnya terhadap tim-tim yang dihadapi selama musim berjalan ini. Dari total 6 tim yang akan ia hadapi, menurutnya tim lain yang patut diwaspadai selain EVOS adalah tim Saudara Esports (SES).

“Kalau EVOS sih udah nggak usah ditanya lagi..hahahaha.” jawab Abella seraya berkelakar. “Tapi memang kalau selain EVOS, tim yang juga berbahaya itu SES menurut kita.” Cipengz menimpali.

Menurut Comeback, SES jadi bahaya karena beberapa hal. Mereka cukup solid secara mekanik, eksekusi strategi, dan juga cara mereka draft hero. Ditambah lagi, mereka juga punya hero pool yang luas, membuat permainan mereka bisa sangat fleksibel dan adaptif terhadap keadaan.

Selain dari SES, tim lain yang juga cukup berbahaya adalah Bigetron. “Kalau Bigetron, kita selalu waspada sama draft-nya sih. Karena di sana ada Teemola yang jadi mastermind. Tapi kalau mekanik, kita pede, karena kita jauh lebih jago dari mereka.”

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
(Dari kiri ke kanan) CipengZ, vQ, Abeel, dan Damskii. Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Roster Comeback Untuk ASL Season 3

  • Irdham “Damskii” Hilmansyah – Sidelaner
  • Ilham “CipengZ” Aldiqri – Midlane
  • Agung Budi “Abeel” Laksono – Sidelaner
  • Ade “Melow” Kurnia – Observer
  • Viqi “vQ” Suhendra – Jungle

Menutup obrolan, kami berbincang soal target mereka untuk ASL ini. Semua tim tentunya ingin menjadi juara, namun Comeback sebetulnya punya beberapa kekhawatiran tersendiri. “Jujur, menghadapi kompetisi yang keras, kami merasa masih banyak kekurangan. Salah satunya yang terasa kita kalah ilmu soal strategi dan gaya permainan. Apalagi kalau dibandingkan sama tim-tim besar.” Damskii menjawab mewakili tim.

Selain soal ilmu dan pengalaman, Damskii juga mengakui bahwa mereka cukup nervous kalau harus menghadapi panggung besar. “Skill dan segala macemnya kita mungkin bisa ngomong pede, tapi kalau menghadapi panggung besar kita nggak pede bang..hahaha. Belum ada pengalaman soalnya.”

“Walau begitu, target sih pasti juara. Tapi kalau bicara realistis, kita yakin setidaknya kita bakal dapat 4 besar di ASL Season 3 ini.” jawab Damskii menutup pembicaraan.

Tim Comeback masih akan bertarung selama 4 pekan ke depan di ASL Season 3 ini. Memasuki pekan ketiga, Comeback kali ini kembali menghadapi SES dan tim DG Esports. Akankah tim kuda hitam ini dapat membuktikan bahwa dirinya juga tak bisa diremehkan? Anda bisa langsung ke ESL Indonesia Official Page dan kanal Youtube ESL Indonesia untuk informasi serta tayangan langsung ASL Season 3.

Disclosure: Hybrid adalah perwakilan Media Relations untuk ESL Indonesia Championship Season 2

ESL Jagoan Series – Free Fire Rampung, DRANIX Esports Juara dan Raih Ratusan Juta

ESL Jagoan Series – Free Fire akhirnya menyelesaikan tahap akhirnya. Setelah babak kualifikasi panjang sejak pertengahan bulan Juni 2019 kemarin, kompetisi ini akhirnya telah menyaring 12 tim dari lebih dari 4.700 tim partisipan untuk maju ke babak Grand Final. Acara puncak ini sendiri diadakan pada hari Sabtu, tanggal 10 Agustus 2019 kemarin di Mall of Indonesia, Jakarta.

Grand Final ESL Jagoan Series – Free Fire diikuti oleh 4 tim esports yang juga bertarung di ajang Garena Summer League. Mereka terdiri dari Bigetron BGL, Star8 Esports, Louvre Indopride, serta SFI Zet Alpha. Sementara 8 peserta sisanya datang dari hasil kualifikasi yang terbuka untuk siapa saja. Sebagaimana pernah dinyatakan oleh Stefano Adrian, Project Manager Jagoan Series ESL Indonesia, ESL memang ingin mengembangkan ekosistem esports yang dapat memberikan kesempatan semua orang.

ESL Jagoan Series - Venue
Suasana ESL Jagoan Series | Sumber: ESL Indonesia

Berikut ini daftar tim yang ikut bertanding dalam Grand Final ESL Jagoan Series – Free Fire:

  • Star8
  • SFI Zet Alpha
  • Bigetron BGL
  • Swift Frontline
  • Louvre Indopride
  • RRQ FUDO
  • Comeback Esports
  • Jakarta Army Done
  • Dragon Navi
  • DRANIX Esports
  • SES Alfalink
  • Alter Ego Devil
ESL Jagoan Series - Final Scoreboard
Klasemen Akhir ESL Jagoan Series – Free Fire | Sumber: ESL Indonesia

Sistem kompetisi terbuka seperti ESL Jagoan Series terbukti dapat memunculkan keseruan tersendiri yang tidak ada di kompetisi tertutup atau sistem franchise. Yaitu kemunculan tim underdog berprestasi yang mengalahkan nama-nama besar lainnya. Hal ini dicapai oleh DRANIX Esports, tim asal Surabaya yang telah resmi menjadi juara ESL Jagoan Series – Free Fire.

Meski bukan peserta di Garena Summer League, DRANIX berhasil tampil meyakinkan sejak awal. Dari 7 pertandingan, mereka hanya 1 kali gagal meraih hasil. Sementara di sisanya DRANIX selalu bermain baik, bahkan mendapat poin maksimal di ronde 2 dan 6. DRANIX pun meraih peringkat pertama dengan perolehan total sebanyak 2.005 poin. Disusul oleh Bigetron BGL di peringkat kedua dan RRQ FUDO di peringkat ketiga.

ESL Jagoan Series - DRANIX 1
Sumber: ESL Indonesia

Berkat prestasi tersebut, tim yang namanya merupakan gabungan dari kata “Dragon” dan “Phoenix” ini berhak membawa pulang hadiah senilai Rp113,6 juta serta sebuah sepeda motor Honda Genio. DRANIX juga memperoleh slot Golden Ticket untuk maju ke kompetisi berikutnya, yaitu final Free Fire Indonesia Masters. DRNX Bay, salah satu anggota DRANIX, berkomentar, “Seneng banget pastinya karena bisa juara, tapi aku ga mau berhenti cuman sampe sini. Pengen terus laper biar bisa juara di kompetisi-kompetisi lain.”

Kegembiraan serupa diungkapkan oleh Angeline Vivian, General Manager dari DRANIX Esports. Ia berkata, “Pastinya gue seneng banget anak-anak bisa juara. They deserve it karena mereka udah berusaha keras untuk bisa sampai poin ini. Aku yakin dengan usaha yang keras bakal berbuah hasil yang baik juga. See you in the next tournament!” Anda juga dapat menyaksikan wawancara ESL Indonesia dengan DRANIX lewat tautan berikut.

ESL Jagoan Series - DRANIX 2
Sumber: ESL Indonesia

ESL Jagoan Series – Free Fire hanya salah satu dari sekian banyak program esports yang ingin diwujudkan oleh ESL Indonesia. Akan ada kompetisi-kompetisi menarik lainnya, tentunya dengan tetap mengusung semangat keterbukaan di ekosistem akar rumput. Artinya kita masih bisa berharap munculnya drama from zero to hero muncul dalam kompetisi-kompetisi ESL di masa depan.

“ESL Indonesia berbangga hati mengucapkan selamat kepada DRANIX ESPORTS atas prestasinya. Pasalnya, tim ini bahkan bukan peserta Garena Summer League. Karena itulah, mereka membuktikan bahwa tim-tim baru juga bisa bersaing di panggung besar selama mendapatkan kesempatan; yang juga diyakini betul oleh ESL bahwa semua orang layak mendapatkan kesempatan untuk merasakan esports,” papar Stefano Adrian.

Tambahnya lagi, “Terima kasih juga untuk Indofood, Chitato, Good To Go, dan Popmie sebagai Premium Sponsor serta Honda, CBN, Logitech, Matrix, Indomaret, NimoTV, dan Mall of Indonesia atas dukungannya. Untuk seluruh peserta, sponsor, dan orang-orang yang terlibat, kalian semua adalah Jagoan!”

Disclosure: Hybrid adalah perwakilan Media Relations untuk ESL Indonesia Championship Season 2

Kalahkan EVOS, BOOM ID Dominasi ESL Indonesia Championship Season 2

BOOM ID masih mendominasi ESL Indonesia Championship Season 2.

Tim ini tidak hanya menduduki peringkat satu pada pekan ke-4 turnamen, mereka juga tidak pernah kalah dalam 8 pertandingan. Dua minggu lalu, Muhammad “InYourDream” Rizky kembali bermain untuk BOOM ID. Bersama tim barunya, InYourDream berhasil mengalahkan EVOS Esports, yang merupakan mantan timnya.

Saat ini, EVOS Sports dan Alter Ego ada di posisi kedua dan ketiga dengan poin 15. Keduanya berhasil memenangkan 5 pertandingan dari 8 pertandingan. Posisi ke-4 diisi oleh PG.Barracx yang berhasil memenangkan 4 pertandingan dari 7 laga, termasuk pertandingan melawan The Prime.

current standing

Sementara itu, pertandingan antara Antrophy dan PG.Orca berakhir dengan imbang. Antrophy merupakan tim baru meski mereka memiliki Yabyoo dan Nafari sebagai pemain senior, sementara PG.Orca adalah tim Pondok Gaming yang terdiri dari pemain-pemain muda.

Alter Ego, yang kini diperkuat oleh Farand “KoaLa” Kowara yang sudah dikenal dari zaman DotA, berhasil mengalahkan tim baru Hans Pro Gaming.

ESL Indonesia Championship Season 2 merupakan liga Dota 2 yang menggunakan sistem double round-robin. Itu artinya, dalam 7 minggu selama kompetisi berlangsung, 8 tim yang bertanding dalam liga ini akan bertanding dengan satu sama lain sebanyak 2 kali. Empat tim terbaik akan mendapatkan tiket untuk bertanding di Grand Final ESL Indonesia Championship Season 2.

Turnamen yang memiliki total hadiah sebesar US$20 ribu (setara Rp280 juta) ini didukung oleh Mercedez sebagai Premium Sponsor serta Acer Predator dan Logitech sebagai Official Partner.

Dari 8 tim yang bertanding dalam Season 2 ini, 4 di antaranya merupakan tim-tim teratas dalam ESL Indonesia Championship Season 1, yang telah selesai diadakan pada awal tahun ini.

Empat tim sisanya akan masuk ke fase relegasi. Di sini, 4 tim tersebut harus bertanding dengan 4 tim terbaik dari babak kualifikasi terbuka. Pertandingan 8 tim dalam fase relegasi diadakan pada 15 dan 16 Juni lalu. Empat tim terbaik akan lolos untuk bertanding di ESL Indonesia Championship Season 2.

Turnamen ini akan berlangsung selama 7 minggu. Empat minggu pertama berakhir pada 31 Juli lalu. Minggu ke-5 akan dimulai pada 27 dan 28 Agustus mendatang. Sementara babak semifinal akan diadakan pada 7 dan 8 September.

Untuk lebih lengkapnya, Anda bisa melihat jadwal pertandingan dalam turnamen ini di bawah:

• Week 1: 16 & 20 Juli 2019
• Week 2: 21 & 22 Juli 2019
• Week 3: 23 & 24 Juli 2019
• Week 4: 30 & 31 Juli 2019
• Week 5: 27 & 28 Agustus 2019
• Week 6: 3 & 4 September 2019
• Week 7: 5 & 6 September 2019
• Semifinal: 7 & 8 September 2019

Season 1 dari ESL Indonesia Championship dimulai sejak November 2018 dan berakhir pada Maret lalu. Dalam turnamen tersebut, BOOM ID keluar sebagai pemenang setelah bertanding dengan Aura Esports dalam babak final. Dua semifinalis lainnya adalah PG.Barracx dan The Prime.

Menariknya, meski The Prime sempat menjadi semifinalis Season 1, kali ini, mereka justru menjadi juru kunci. Setelah bertanding dalam 7 laga, mereka hanya berhasil memenangkan 1 pertandingan. Mereka kini memiliki 2 pemain baru dari Filipina. Tampaknya, mereka masih belum bisa menemukan ritme yang sesuai.

Ini menunjukkan bahwa tak selamanya tim yang mendominasi akan selalu keluar sebagai pemenang. Ini memunculkan pertanyaan apakah BOOM ID akan bisa mempertahankan posisi mereka sebagai tim yang mendominasi di scene Dota 2 Indonesia? Atau akan ada tim lain yang akan muncul menjadi yang pengganti.

Disclosure: Hybrid adalah perwakilan Media Relations untuk ESL Indonesia Championship Season 2

Advokasi Sistem Esports Terbuka yang Ditunjukkan oleh ESL Jagoan Series – Free Fire

29 Juli 2019 kemarin menjadi akhir dari perjalanan panjang kualifikasi ESL Jagoan Series – Free Fire menuju babak Grand Final. Dari kompetisi ini, ESL seolah menegaskan posisi mereka dengan lantang dalam advokasi sistem esports yang terbuka.

Namun demikian, sebelum kita masuk ke sana, mari kita lihat detail dari ESL Jagoan Series – Free Fire. Berikut adalah proses kualifikasi ESL Jagoan Series yang dimulai dari pertengahan bulan Juni 2019:

  1. Bandung
    1. 17-18 Juni 2019 (Babak Kualifikasi Bandung)
    2. 19-20 Juni 2019 (Babak Playoff Bandung)
    3. 29 Juni 2019 (Final Kualifikasi Bandung)
  2. Yogyakarta
    1. 1-2 Juli 2019 (Babak Kualifikasi Yogyakarta)
    2. 3-4 Juli 2019 (Babak Playoff Yogyakarta)
    3. 13 Juli 2019 (Final Kualifikasi Yogyakarta)
  3. Jakarta
    1. 22-24 Juli 2019 (Babak Kualifikasi Jakarta)
    2. 25-26 Juli 2019 (Babak Playoff Jakarta)
    3. 28 Juli 2019 (Final Kualifikasi Jakarta)
  4. Kualifikasi Tim Profesional
    1. 29 Juli 2019 (Kualifikasi Tertutup untuk 12 Tim Profesional, peserta Garena Summer League)

Dari 4 fase kualifikasi di atas, 3 tim peringkat tertinggi di masing-masing jalur mendapatkan kursi untuk bertanding kembali di babak Grand Final yang akan digelar tanggal 10 Agustus 2019, di Mall of Indonesia, Jakarta. Karena itulah, ada 12 tim yang siap bertanding untuk memperebutkan total hadiah sebesar US$20 ribu (atau setara dengan Rp280 juta).

Sumber: ESL Indonesia
Sumber: ESL Indonesia

Istimewanya, selain memperebutkan uang hadiah, sang juara Jagoan Series kali ini akan mendapatkan tiket untuk kembali bertarung di Free Fire Indonesia Master 2019 Grand Final.

Berikut ini adalah daftar 12 peserta yang lolos dari 4 fase kualifikasi tadi:

  1. Star8
  2. SFI Zet Alpha
  3. Bigetron
  4. Swift Frontline
  5. Louvre Indopride
  6. RRQ Fudo
  7. Comeback Esports
  8. Jakarta Army Done
  9. Dragon Navi
  10. Dranix Esports
  11. SES Alfalink
  12. Alter Ego Devil

Ada 2 hal menarik dari proses kualifikasi yang memakan waktu hampir dua bulan tadi. Pertama, kualifikasi di kota Yogyakarta dan Bandung digelar secara tatap muka namun para pesertanya bahkan ada yang datang dari Makassar dan kota-kota lainnya dengan biaya mereka masing-masing.

Kedua, selain 4700 tim peserta yang meramaikan turnamen ini, Jagoan Series juga akan mempertemukan tim-tim amatir melawan tim-tim pro peserta Garena Summer League; lewat fase kualifikasi terakhirnya. Buat yang belum tahu, Garena Summer League adalah liga profesional resmi dari Garena (sebagai publisher Free Fire) yang berisikan tim-tim profesional.

Yang tak kalah penting juga untuk disebutkan, ESL Jagoan Series – Free Fire kali ini dipersembahkan oleh Indofood, Chitato, Good To Go, dan Popmie sebagai Premium Sponsor. Selain itu, ada juga dukungan sponsor dari CBN, Logitech, Matrix, Indomaret, NimoTV, dan Mall of Indonesia yang turut mendukung suksesnya kompetisi ini.

Advokasi Sistem Esports Terbuka

Sumber: ESL Indonesia
Sumber: ESL Indonesia

Buat yang setia membaca Hybrid, Anda mungkin pernah membaca penjelasan panjang kami soal dua sistem esports yang digunakan di dunia saat ini: terbuka dan tertutup.

Untuk penjelasan lebih detail, silakan kunjungi tautan yang saya berikan di paragraf sebelumnya. Namun singkatnya, sistem esports tertutup biasanya berbentuk franchising. Sistem ini disebut tertutup karena memang diperuntukkan bagi tim/organisasi esports yang berani dan mampu investasi terlebih dahulu ke sistem tersebut.

Di Indonesia, sistem ini baru akan dicoba lewat MPL Indonesia Season 4. Namun di luar, sistem ini sudah banyak digunakan di banyak game, misalnya di ekosistem esports League of Legends dan Overwatch. Sistem kompetisi olahraga di Amerika Serikat juga biasanya menggunakan sistem franchising.

Sebaliknya, sistem esports terbuka mengijinkan tim-tim amatir untuk bisa merasakan mewahnya panggung esports selama mereka memang punya ketangkasan dan kecerdikan bertanding. Sistem esports terbuka bisa dilihat dari ekosistem esports Dota 2. Liga sepak bola di Eropa juga, setahu saya, menggunakan sistem terbuka.

Dalam rilis tentang Jagoan Series kali ini, Stefano Adrian, Project Manager Jagoan Series ESL Indonesia memberikan komentarnya, “Dengan Jagoan Series, ESL ingin ikut serta mengembangkan kualitas ekosistem esports di indonesia dan memberikan kesempatan bagi semua orang.

Harapan yang selalu ada di ESL adalah keterbukaan esports untuk semua; tidak hanya tim dan pemain pro yang sudah berpengalaman saja yang bisa menikmati kompetisi dan mendominasi esports dengan hadiah besar di indonesia. Oleh karena itu, Jagoan Series diselenggarakan untuk merangkul komunitas-komunitas kecil dari seluruh penjuru Indonesia dan memberikan mereka pengalaman berkompetisi dengan standar internasional; serta menyuguhkan ruang tanding dan unjuk kemampuan melawan para tim profesional.

Mimpi kami di ESL yang ingin menyediakan perjalanan from zero to hero juga tercapai lewat Jagoan Series kali ini karena ada tim-tim ‘Jagoan’ komunitas yang melaju ke Grand Final dan juga diakuisisi organisasi-organisasi esports besar di Indonesia.”

Seperti yang saya tuliskan tadi, Jagoan Series ini memang mencoba mempertemukan tim-tim amatir dan profesional lewat kualifikasi tertutup untuk tim-tim Garena Summer League dan juga tiket emas ke Free Fire Indonesia Master 2019 Grand Final untuk sang jawara.

Konsep perjalanan from zero to hero juga pernah disampaikan oleh Nick Vanzetti, SVP, Managing Director – ESL Asia Pacific Japan, saat perbincangan saya dengannya; yang bisa Anda lihat videonya di atas.

Di sebuah artikel di PolygonKevin Rosenblatt, ESL Vice President of Product and Content bahkan menegaskan demikian, “Here at ESL, we’re a big proponent of open ecosystems. We’ve built our business on the philosophy of open ecosystems and that’s what we evangelize.

Hal ini menarik dan penting disadari karena ada banyak hal yang bisa kita gali dan pelajari dari ESL, yang memang sudah sejak tahun 2000 membangun ekosistem esports dunia; bahwa ESL Indonesia mencoba menyematkan idealisme mereka lewat ESL Jagoan Series kali ini.

Plus, mengingat ESL Indonesia merupakan kolaborasi bersama Salim Group (dengan Indofood dan saudara-saudaranya), apakah sistem esports yang terbuka untuk semua juga yang coba mereka angkat dari sepak terjang grup konglomerasi ini di ekosistem esports Indonesia?

Sumber: ESL Indonesia
Sumber: ESL Indonesia

Akhirnya, bagi saya pribadi, saya kira Indonesia butuh keduanya (terbuka dan tertutup) untuk mendewasakan ekosistem esports kita yang saat ini mungkin masih sedang lucu-lucunya. Dan, perbedaan antara keduanya juga bisa dilihat bukan sebagai sebuah perdebatan namun sebuah kekayaan keberagaman.

Disclosure: Hybrid adalah perwakilan Media Relations untuk ESL Indonesia Championship Season 2

Persiapan AIC, ESL Gelar Turnamen AOV di Malaysia, Singapura, dan Filipina

Dunia esports Arena of Valor segera kembali memasuki musim kompetisi global. Sebelum menyambut datangnya AOV International Championship (AIC) 2019 nanti, ESL selaku organizer dengan dukungan Garena akan terlebih dahulu menyelenggarakan kompetisi esports di tiga negara secara serentak. 8 tim terbaik dari Malaysia, Singapura, dan Filipina akan bertanding dalam ESL MSP Championship, memperebutkan hadiah senilai total US$10.000 (sekitar Rp141,7 juta) serta tiket mewakili wiayah MSP dalam ajang AIC 2019 nanti.

Partisipan ESL MSP Championship terdiri dari 2 tim undangan dan 6 tim dari Open Qualifiers. Undangan yang dimaksud adalah para finalis Valor Cup musim lalu, yaitu tim M8HEXA dari Malaysia dan Liyab Esports dari Filipina. ESL membuka 3 tahap Open Qualifiers, yaitu pada tanggal 13, 17, dan 20 Agustus. Masing-masing Qualifier akan meloloskan 2 tim ke ESL MSP Championship.

AOV - Violet Dimension Breaker
Sumber: Garena RoV Thailand

Turnamen ini terdiri dari dua tahap, yaitu Online Group Stage dan Playoffs. Tim-tim peserta akan dibagi ke dalam dua grup, dan 2 tim terbaik tiap grup berhak maju ke Playoffs. Babak Playoffs kemudian digelar selama dua hari, dengan sistem best-of-5 double elimination serta babak Grand Final best-of-7. Format yang tidak umum ini dibuat dengan tujuan menciptakan turnamen yang lebih kompetitif, serta memberi tontonan pertandingan yang lebih seru pada para penggemar.

“Kami telah membawa produk National Championship kami ke Asia Tenggara tahun lalu dan kami gembira bisa mengembangkan program ini ke lebih banyak judul esports dan negara,” ujar Nick Vanzetti, SVP of ESL APAC, di situs resmi Garena, “Kami senang bisa bekerja bersama Garena dalam kesempatan menyelenggarakan ESL MSP Championship sebagai bagian dari ekosistem mereka dan kami akan terus menyelaraskan tujuan kami dalam membentuk ekosistem Arena of Valor yang sustainable di wilayah MSP.”

ESL Indonesia Championship
Sebelumnya ESL dan Garena juga bekerja sama di ESL Indonesia Championship | Sumber: ESL Indonesia

Marshal Bagus Nugroho, Produser AOV untuk wilayah Indonesia dan MSP, menambahkan, “Garena AOV bangga dapat bekerja bersama ESL lagi dalam mengembangkan dunia esports Asia Tenggara. Harapannya, dari ESL MSP Championship kita akan melihat kelahiran pemain-pemain berbakat yang akan meraih kemenangan di panggung internasional.”

Babak grup ESL MSP Championship akan digelar setiap hari Rabu dan Minggu pada periode 28 Agustus – 8 September 2019, dilanjutkan dengan Playoffs di tanggal 21 – 22 September. Seluruh pertandingan ini akan disiarkan secara langsung melalui channel YouTube dan Facebook ESL Asia.

Sumber: Garena

Bagaimana AT&T Berperan dalam Perkembangan ESL di Industri Esports

Industri esports, dalam berbagai hal, punya kemiripan dengan industri olahraga konvensional. Keduanya menyuguhkan hiburan berupa kompetisi, bertabur tokoh yang ketenarannya sudah cukup untuk membuat mereka disebut sebagai selebritas. Kedua industri juga memiliki basis massa yang besar, dan menjadi salah satu jalur pilihan bagi berbagai brand untuk mempromosikan produk mereka.

Seiring ekosistem esports bertumbuh, berbagai brand terkenal pun mulai terjun berpartisipasi. Beberapa di antara mereka adalah brand yang dulunya sudah punya pengalaman di industri olahraga. Contohnya seperti AT&T, perusahaan telekomunikasi Amerika yang kini menjalin kerja sama dengan organizer esports ternama dunia, ESL. Kerja sama ini berlaku secara global hingga tahun 2020, dan cukup mempengaruhi bagaimana ESL memproduksi beberapa event mereka.

Belum lama ini, Paul Brewer yang menjabat sebagai SVP of Brand Partnerships di ESL North America menjabarkan bagaimana AT&T berperan dalam usaha ESL melakukan ekspansi di ranah esports. Dalam wawancara bersama Front Office Sports, Brewer berkata bahwa dunia kerja sama di industri esports masih memiliki banyak ‘ruang kosong’ (white space).

“Salah satu hal yang menarik (di esports) adalah bahwa banyak brand yang sedang berusaha memahaminya, dan banyak ruang kosong untuk membangun berbagai hal bersama,” ujar Brewer, “Bagi kami, memang kami adalah pakarnya dan memiliki sejarah dalam esports, tapi mereka (AT&T) telah belajar banyak dari olahraga tradisional dan industri hiburan dan memiliki sejarah lebih kaya di arena tersebut, jadi mereka membuat kami lebih baik sebagai sebuah properti. Keberadaan mereka secara fisik membantu kami naik level dan memvalidasi kami sebagai sebuah entitas.

Paul Brewer
Paul Brewer ketika mengisi acara di NAB Show | Sumber: Digital Media at UNI

Bagi AT&T sendiri, kerja sama dengan ESL masih terhitung “coba-coba” di dunia esports. Nilai investasinya pun sangat kecil jika dibandingkan dengan marketing di dunia olahraga konvensional. Kedua pihak sebetulnya sudah bekerja sama sejak 2018—kerja sama esports pertama AT&T. Hasilnya ternyata sangat cocok sehingga AT&T ingin terus meningkatkan andilnya di industri ini. Perkembangan ke esports juga merupakan arah yang natural karena AT&T adalah penyedia layanan telekomunikasi yang sangat penting di bidang esports. Ke depannya, produk-produk AT&T seperti AT&T Fiber dan 5G juga akan berperan dalam kerja sama yang mereka lakukan.

Shiz Suzuki, AVP of Experiential Marketing and Sponsorship di AT&T, berkata bahwa kerja sama di industri esports saat ini tidak hanya sekadar berbicara dengan orang-orang, tapi juga tentang menjalin ikatan dengan mereka. “Saya suka bila sebuah brand menjadi tempat pertemuan emosional antara konsumen dengan perusahaan. Saya ingin tahu bagaimana saya bisa berinteraksi dengan para penggemar, jadi ini bisa dibilang selangkah lebih jauh.”

Satu hal dalam ESL yang sangat terbantu oleh AT&T adalah perkembangannya ke esports di platform mobile. Kerja sama mereka berdua melahirkan ESL Mobile Open, sebuah liga esports untuk para gamer yang tidak bermain di PC atau console. Liga ini telah berhasil menjaring 135.000 peserta di musim perdananya, dengan judul-judul seperti PUBG Mobile, Clash of Clans, serta Asphalt 9 dipertandingkan.

“Inilah mengapa Anda berpartner tidak dengan sembarang brand mobile, tapi dengan brand yang visioner seperti AT&T. Kami berkumpul bersama lalu kami bahkan tidak membahas tentang logo. Hal itu memang penting, tapi kami tidak ingin berbicara tentang itu. Kami berbicara tentang bagaimana caranya membangun esports mobile bersama, dan bagaimana merancang sebuah pengalaman untuk para penggemar,” papar Brewer.

Suzuki menyebut ekspansi ke ranah mobile ini sebagai “demokratisasi esports. Atlet esports profesional biasanya menggunakan perangkat canggih untuk bermain secara kompetitif, tapi smartphone adalah sesuatu yang dimiliki hampir semua orang. “Ini menarik karena memberikan kesempatan pada para gamer pada umumnya untuk meraih momen sebagai pemain pro,” ujarnya.

Sebagai perusahaan yang sudah berusia 134 tahun, pengalaman AT&T di dunia olahraga sangat banyak. Dan sama seperti industri olahraga, AT&T tahu bahwa industri esports terdiri dari berbagai demografis berbeda. Penggemar American football misalnya, punya karakteristik berbeda dengan penggemar bola basket. Jadi mustahil menjangkau semuanya hanya dengan satu partnership.

“Kita harus mulai dari suatu tempat, dan Anda harus merangkak sebelum bisa berlari. Dari sudut pandang investasi, (esports) masih relatif baru, tapi kami baru saja memulai. Ini adalah tempat yang seru untuk menjadi penggerak bisnis dan saya senang bisa menceritakan kisah perusahaan kami serta membagikan teknologinya,” tutup Suzuki.

Sumber: Front Office Sports

ESL Gandeng Mountain Dew dan AT&T, Beri Hiburan Baru untuk Pengunjung Event

ESL beberapa waktu lalu mengumumkan kerja sama dengan perusahaan PepsiCo (pemilik brand Pepsi, Mountain Dew, Gatorade, dsb) untuk menjadikan minuman energi MTN DEW APM GAME FUEL partner minuman resmi untuk seluruh event ESL global hingga sepanjang tahun 2020. Kerja sama ini berlaku mulai acara turnamen CS:GO Intel Extreme Masters (IEM) Chicago 2019, tanggal 18 Juli lalu, dan akan berlanjut ke berbagai kompetisi berikutnya. Termasuk ESL One dan ESL Pro League.

Sebagai bagian dari kerja sama ini, di dalam siaran-siaran event ESL akan disisipkan segmen khusus berjudul “MTN DEW AMP GAME FUEL Power Plays”. Segmen ini berisi analisis pertandingan, baik itu CS:GO ataupun Dota 2, pada babak semifinal dan final turnamen. Analisis serupa juga akan muncul di pertandingan-pertandingan ESL Pro League.

Ini bukan pertama kalinya ESL dan Mountain Dew berkolaborasi. Di tahun 2016 lalu, mereka pernah menjalin kerja sama untuk meluncurkan kompetisi CS:GO bertajuk Mountain Dew League (MDL). Liga ini sampai sekarang masih berjalan, dengan operasi yang ditangani oleh ESEA. Selain itu Mountain Dew juga mensponsori Call of Duty World League, juga beberapa tim esports ternama seperti OpTic Gaming, Immortals, dan SK Gaming.

Pada saat yang bersamaan, ESL juga meluncurkan kerja sama lain, yaitu dengan provider seluler AT&T. Sebetulnya kedua pihak ini sudah memiliki kerja sama sebelumnya, namun kini mereka melakukan pengembangan supaya kerja sama itu mencakup lebih banyak event. Kini brand AT&T turut hadir di acara IEM Chicago dan ESL One New York di bulan September mendatang.

Aktivasi brand yang dilakukan AT&T di IEM Chicago berupa promosi “Best Seat in the House”, di mana para pengunjung bisa memenangkan upgrade tiket ke kursi premium dengan cara memenangkan kompetisi di booth milik AT&T. Bentuk aktivasi lainnya antara lain sesi tanda tangan bersama para pemain yang terikat brand AT&T, serta fitur early access yang memperbolehkan pengunjung terpilih masuk ke arena sebelum acara dibuka untuk umum.

“Dengan pengembangan kerja sama ini, kami benar-benar fokus di beberapa area. Pertama: bagaimana kita dapat meningkatkan pengalaman on-site? Itu adalah area yang sangat penting bagi kami. Kami selalu berpikir: bagaimana cara kita memberi keuntungan pada para gamer dan penggemar gaming?” demikian ujar Shiz Suzuki, Assistant Vice President of Experiential Marketing & Sponsorship di AT&T, dilansir dari The Esports Observer.

Kolaborasi ESL dan AT&T sebelumnya meliputi peluncuran turnamen ESL Mobile Open yang musim pertamanya berlangsung pada bulan Maret – Juni kemarin, dengan babak final pada acara DreamHack Dallas. Pengembangan ini akan membawa ESL Mobile Open season berikutnya keluar dari Amerika Serikat, menjadi mencakup seluruh wilayah Amerika Utara, dengan babak puncak di acara ESL One New York (September 2019). Selanjutnya, puncak season tiga akan digelar di DreamHack Atlanta pada bulan November. AT&T juga akan hadir dalam acara-acara tersebut.

Sumber: The Esports Observer

Sistem Siaran Pay-Per-View, Masa Depan Model Bisnis Turnamen Esports?

Esports dewasa ini telah berkembang menjadi salah satu bagian industri hiburan yang menjanjikan. Akan tetapi dibandingkan cabang-cabang hiburan yang sudah ada sebelumnya, esports punya berbagai karakteristik cukup unik. Misalnya keberadaan faktor interaktif dengan penggemar, platform siaran lebih beragam (bahkan dimungkinkan siaran in-game), hingga cara monetisasi baru yang mungkin tak bisa diterapkan di hiburan lain.

Banyaknya hal baru seperti ini menjadikan industri esports sebuah ekosistem yang terus berevolusi secara cepat. Terkadang evolusi itu membuat para penggemar gembira, tapi tak jarang ada perubahan yang membuat sinis banyak pihak. Terutama bila sudah berkaitan dengan monetisasi.

Baru-baru ini, konsultan esports Paul “Redeye” Chaloner dan jurnalis senior Richard Lewis mendiskusikan salah satu arah perubahan industri ini yang menurutnya tak dapat dielakkan, yakni model bisnis pay-per-view. Apa yang kurang dari model bisnis esports saat ini, mengapa harus pay-per-view, dan apa saja keuntungan serta risikonya?

Berkaca dari sejarah bisnis olahraga

Esports, pada akhirnya, adalah sebuah bisnis, dan bisnis tidak bisa berjalan tanpa adanya perputaran uang. Pertanyaannya sekarang, berapa banyak uang yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini? Berapa banyak modal harus digelontorkan untuk menggelar liga, untuk mengadakan turnamen offline dengan panggung yang megah serta membayar para pemain-pemain terkenal?

Tentu banyak sekali. Dan model bisnis esports saat ini yang banyak mengandalkan ad revenue hanya bisa menopang kebutuhan itu sampai batas tertentu. “Hak siar adalah masa depan esports,” kata Chaloner, “Harus seperti itu, karena bila tidak, kita tidak bisa tumbuh lebih besar dari sekarang. Mungkin bisa tumbuh sedikit, tapi tidak bisa tumbuh banyak.” Sebagai konsultan esports, Chaloner sudah mendorong penggunaan model bisnis ini kepada berbagai perusahaan bahkan sejak dua tahun lalu.

Chaloner menganalogikan hak siar di esports seperti hak siar di bisnis olahraga tradisional. Liga-liga olahraga yang mendunia, seperti Formula 1, NFL, atau Premier League, semuanya mendatangkan uang dengan cara menjual hak siar. Premier League yang dipegang oleh FA bahkan merupakan pemilik hak siar paling besar dan paling menguntungkan di dunia.

Manchester City
Esports harus belajar dari bisnis olahraga tradisional | Sumber: Premier League

Sebelum FA menjual hak siar Premier League ke stasiun-stasiun televisi, liga ini masih merupakan liga yang biasa-biasa saja, mungkin kalah populer dari La Liga atau Serie A. Tapi begitu uang dari penjualan hak siar masuk, Premier League berubah jadi liga yang sangat besar, tim-tim bisa membangun stadion lebih megah, dan seterusnya hingga jadi seperti sekarang. “Jadi kita tahu berdasarkan sejarah bahwa hak siar adalah sesuatu yang besar bagi olahraga apa pun. Ini tidak berbeda dengan bagaimana esports harus bergerak ke depannya,” ujar Chaloner.

Event adalah sesuatu yang sangat mahal

Chaloner tidak bisa mengungkap nilai pastinya, tapi ia dengan tegas menyatakan bahwa penyelenggaraan event adalah sesuatu yang sangat mahal. Biayanya mencapai berjuta-juta dolar. Jelas para pebisnis butuh cara agar modal itu bisa kembali, kalau tidak maka bisnis mereka akan merugi dan bangkrut.

Organizer turnamen, seperti ESL misalnya, menjual slot sponsorship untuk menutup biaya yang diperlukan. Tapi sponsorship punya keterbatasan. Semakin banyak dana yang dibutuhkan untuk menggelar event artinya organizer harus mencari semakin banyak pengiklan, dan ini bisa berujung merusak kenyamanan menonton turnamen itu sendiri. Sebuah siaran turnamen bisa memiliki jeda pariwara dengan durasi hingga 30 menit karena mereka perlu menjual slot iklan.

Layanan streaming seperti Twitch adalah layanan yang hebat karena platform tersebut membuat kita bisa menonton turnamen dari mana saja, secara gratis, dengan kualitas HD pula. Dunia olahraga tradisional tidak memiliki platform seperti ini. Bila kita ingin menonton Premier League (secara legal), maka kita harus menyetel televisi di channel yang memiliki hak siar terhadap Premier League, dan umumnya hak siar ini bersifat eksklusif. Nilai yang harus dibayar stasiun televisi untuk mendapatkan hak siar itu pun besar sekali.

Para konsumen penggemar esports diuntungkan dengan adanya platform live streaming gratis seperti Twitch. Tapi imbasnya, para pelaku bisnis esports jadi kesulitan mencari uang. “(Twitch) adalah layanan yang luar biasa, yang sering kali lupa kita hargai. Kita tidak bisa melakukan ini terus-menerus. Pay-per-view cepat atau lambat akan datang. Tidak sedikit pun keraguan di pikiran saya akan hal ini,” kata Chaloner.

Super Evil Megacorp x Twitch
Twitch masih jadi tujuan utama penonton esports, tapi ada usaha demonopolisasi | Sumber: Twitch

Harus siap dengan reaksi negatif

Perubahan model bisnis, terutama dalam siaran esports, adalah sesuatu yang diperlukan agar industri ini bisa berkembang. Sebetulnya penjualan tiket untuk menonton turnamen secara online bukan barang baru, karena game seperti Dota 2 pun sudah melakukannya untuk beberapa siaran turnamen in-game. Tapi tetap saja ketika terjadi perubahan, apalagi secara besar-besaran, pasti akan ada pihak yang pro dan kontra.

Para penggemar akan kecewa karena tayangan yang dulunya gratis kini harus ditonton dengan membayar. Mungkin akan ada yang menganggap ini keputusan buruk karena jumlah jumlah penonton pertandingan menurun drastis. “Kemudian Anda berargumen, ‘Nah, sekarang mereka hanya punya 10.000 penonton.’ Tapi poinnya adalah, mereka mendapatkan 10.000 penonton yang membayar. Dan mereka (organizer) lebih suka mendapat 10.000 penonton yang membayar daripada 500.000 yang tidak membayar. Yang satu memberi nol, yang satu lagi memberi sejumlah uang,” jelas Chaloner.

Saat ini Twitch masih merupakan channel utama bagi para penggemar esports untuk menikmati tayangan, namun sudah muncul usaha-usaha melakukan demonopolisasi dari berbagai pihak. Contohnya Facebook yang menjalin kerja sama dengan ESL. Hanya saja Chaloner berpendapat bahwa Facebook meluncurkan produk yang belum siap. Akhirnya konsumen kembali ke platform yang lebih nyaman, yaitu Twitch.

Mungkin di masa depan Twitch tetap akan jadi platform paling dominan dalam hal tayangan esports, tapi platform-platform lain pasti akan berusaha mengambil bagian juga dalam bisnis ini. Dengan terus meningkatnya kualitas turnamen esports serta jumlah penonton di rumah, model pay-per-view adalah perkembangan yang logis. Tinggal masalah kapan dan siapa yang akan memulai.

Sumber: Dexerto

Jadwal Bertabrakan, 5 tim Undur Diri Dari ESL One Mumbai 2019

Tersisa kurang lebih enam hari, jelang ESL One Mumbai. Sebagai event esports Dota termegah pertama di India, ESL One Mumbai tentu menjadi satu event yang monumental bagi penggemar esports di sana. Namun sayang, dalam waktu yang sudah semakin sempit ini, secara mendadak lima tim undur diri dari gelaran ESL One Mumbai 2019

Bukan, ini bukan perkara tim yang tidak percaya dengan penyelenggara, atau karena suatu kasus tertentu. Tepatnya, pengunduran diri terjadi karena masalah jadwal yang bertabrakan, terutama dengan gelaran OGA Dota Pit Minor yang jarak waktunya sangat mepet dengan ESL One Mumbai.

Lima tim yang undur diri tersebut adalah Gambit Esports, Alliance, Ninja in Pyjamas, Chaos, dan J.Storm. Alliance, Ninja in Pyjamas, dan Gambit Esports sendiri merupakan tim yang sudah lolos di OGA Dota Pit Minor bersama dengan BOOM.ID.

Sumber: Twitter @OGADotaPIT
Sumber: Twitter @OGADotaPIT

Lebih lanjut soal masalah tersebut ESL menjelaskan pada laman resmi mereka. “Walaupun keinginan dan beragam usaha yang telah dilakukan oleh berbagai pihak agar para tim dapat bermain di kedua event, sayangnya kami (ESL) tidak dapat menemukan solusi yang dapat menyelesaikan masalah ini. Kami memahami keputusan mereka, bagaimanapun, Dota Pro Circuit adalah prioritas utama bagi semua tim”

Sementara itu Chaos memberikan pernyataannya tersendiri kepada ESL. “Amat disayangkan tim kami tidak akan berpartisipasi dalam ESL One Mumbai. Kami sadar bahwa event ini sebenarnya adalah kesempatan besar untuk berkompetisi di depan komunitas dengan berpasion tinggi namun kurang dilayani. Sayangnya kami kelelahan oleh jadwal padat dari Dota Pro Circuit. Saat ini kami akhirnya lebih memilih untuk tidak mengikuti ESL One Mumbai untuk fokus berlatih, menciptakan team chemistry, dan menghindari burn out karena kompetisi.”

Lebih lanjut, Chaos mengakui bahwa hal ini adalah kesalahan manajemen tim Chaos yang salah perhitungan. “Kami bertanggung jawab penuh atas kekecewaan fans yang berencana untuk datang dan menonton kami bertanding. Kami berharap kami bisa menghindari situasi seperti ini lagi dengan perencanaan yang lebih baik dan kesadaran terhadap tingkat stamina para pemain.”

Dengan lima tim yang undur diri, maka dari itu Team Team yang merupakan tim dari  Jacky “EternalEnvy” Mao, diundang untuk menggenapkan jumlah peserta menjadi delapan. Dengan pengurangan jumlah peserta, ESL lalu sedikit mengubah format agar event ini tetap memberikan kesan premier kepada para penggemar yang ingin datang menonton.

Sumber: ESL Official Media
Sumber: ESL Official Media

Perubahan format yang terjadi adalah pada fase grup, yang kini menjadi format bracket double elimination best-of 3. Para pemain langsung bertanding di arena NSCI Dome sejak hari pertama, dan memastikan tim India, Signify, untuk langsung bermain di panggung utama.

Kendati demikian, format playoff tetap tidak berubah, yang akan memberikan pertandingan Dota penuh aksi selama tiga hari dari 19-21 April 2019 mendatang. ESL One Mumbai merupakan salah satu event besar yang diselenggarakan oleh ESL.

Memperebutkan total hadiah sebesar US$300 ribu (sekitar Rp4 milyar), event ini merupakan event Dota besar pertama di India. Sayang, walau merupakan bagian dari rangkaian ESL One, event ini tidak menjadi bagian dari Dota Pro Circuit, yang menyebabkan kasus tersebut.