ESL dan Oculus Luncurkan VR League Season 3 dengan Hadiah Rp3,5 Miliar

Dunia esports tidak hanya ramai di console, PC, dan mobile, tapi kini juga sudah merambah virtual reality. Oculus selaku salah satu produsen perangkat VR populer bahkan telah menggaet ESL untuk menciptakan liga esports VR pertama dan terbesar di dunia. Diluncurkan pada tahun 2017, liga ini awalnya mengusung nama VR Challenger League. Kini liga tersebut telah memasuki season ketiganya, dan dikenal dengan nama “VR League” saja.

VR League Season 3 terdiri dari kompetisi online berformat cup yang akan berjalan selama enam minggu di Eropa dan Amerika Utara, terhitung sejak tanggal 24 Maret 2019. Para pemenang kompetisi online itu, ditambah dengan pemenang dari last chance qualifier, kemudian akan bertanding secara offline dalam ajang Grand Final pada tanggal 8 – 9 Juni nanti. Grand Final ini rencananya digelar di gedung Haymarket Theatre, Leicester, Inggris.

VR League - Players
Sumber: VR League

ESL dan Oculus menawarkan total hadiah senilai US$250.000 (sekitar Rp3,5 miliar), ditambah dengan hadiah mingguan seiring berjalannya pertandingan. Hadiah ini dibagi ke dalam empat cabang game, dua di antaranya sudah ada di season sebelumnya dan dua lagi baru. Berikut ini daftar game yang dilombakan.

Echo Arena – Olahraga arena sejenis frisbee dengan lingkungan gravitasi nol. Game ini dikembangkan oleh Ready At Dawn Studios, kreator di balik game PS4 The Order 1886.

Echo Combat – Masih dari Ready At Dawn Studios, dan masih bertema gravitasi nol. Namun alih-alih olahraga, game ini justru memiliki genre first-person shooter.

Onward – Tactical shooter yang mengedepankan kerja sama, realisme, dan simulasi militer. Game ini menempatkan pemain dalam arena yang luas dan pertaruhan hidup yang menegangkan.

Space Junkies – Game bergenre arcade shooter karya Ubisoft. Mirip seperti Echo Combat, game ini juga menggunakan fitur gravitasi nol namun dengan lingkungan luar angkasa yang lebih realistis.

Seluruh kompetisi ini ini ditayangkan setiap akhir pekan di channel Twitch resmi VR League. Tersedia juga rekaman pertandingan di channel YouTube mereka bagi Anda yang berminat menonton namun ketinggalan.

Banyak pihak percaya bahwa virtual reality adalah industri yang masih terus berkembang dan memiliki masa depan cerah. Selain Oculus bersama ESL, HTC dan Hewlett-Packard juga telah mensponsori liga esports VR yang bertajuk Virtual Athletics League. Ini menunjukkan bahwa industri VR punya cukup peminat dan ada potensi untuk bermain secara kompetitif, bahkan profesional, di ekosistem ini.

Memang masih ada entry barrier yang cukup tinggi, terutama dari segi perangkatnya yang mahal. Namun teknologi akan selalu bertambah murah seiring perkembangan zaman, jadi hanya tinggal masalah waktu sampai kita bisa menikmati perangkat VR dengan harga terjangkau. Bila itu sudah terjadi, dan VR sudah memiliki jangkauan pasar yang lebih luas lagi, jangan kaget bila esports VR kemudian akan menjadi hiburan yang dinikmati banyak orang di seluruh dunia.

Sumber: VR League, The Esports Observer

Pringles Akan Sponsori Turnamen Esports ESL di 13 Negara Eropa Sepanjang 2019

Siapa yang tak kenal nama Pringles? Brand keripik kentang asal Amerika Serikat itu telah menjadi camilan favorit di berbagai belahan dunia, dan telah bertahan di pasaran selama lebih dari lima puluh tahun. Meski tidak punya kaitan langsung dengan industri game, esports atau teknologi, Pringles sebenarnya juga telah berinvestasi dalam esports sponsorship. Ketika brand seperti Pringles terjun ke dunia esports, maka dalam ilmu marketing mereka disebut sebagai brand non-endemic.

Pringles pertama kali menjalin kerja sama dengan ESL pada Oktober 2017, ketika mereka menjadi sponsor untuk turnamen ESL One Hamburg di Jerman. Di tahun 2018, Pringles mengambil langkah lebih jauh dengan menjalin kerja sama jangka panjang bersama ESL. Sepanjang 2018, Pringles telah mensponsori event ESL Meisterschaft, Gamescom Cologne, ESL One Cologne, serta IEM Katowice.

“Ajang perdana kami di Hamburg telah mengkonfirmasi: Pringles dan esports memiliki kecocokan,” demikian kata Dominik Schafhaupt, Senior Brand Manager Pringles untuk wilayah Eropa Utara, dilansir dari The Esports Observer. Tak puas mensponsori empat event saja, tahun 2019 ini Pringles meningkatkan investasi mereka di esports hingga hampir dua kali lipat.

Pringles - IEM Fan Edition
Pringles edisi khusus yang hanya tersedia di IEM Katowice 2019 | Sumber: Intel Extreme Masters

Pringles akan mensponsori delapan event ESL sepanjang tahun 2019, tidak hanya di Eropa Utara tapi juga di Eropa Tengah dan Eropa Timur (Central and Eastern Europe/CEE). Laporan dari AdAge menyebutkan bahwa sponsor ini mencakup tujuh turnamen di 13 negara. Artinya kemungkinan salah satu dari delapan event itu bukanlah berbentuk turnamen, namun saat ini belum ada info lebih detail tentangnya.

Pringles juga tidak mengungkap berapa nilai nominal sponsorship dalam kerja sama ini. Akan tetapi, Toan Nguyen, Executive Strategy Director dari marketing agency yang bekerja sama dengan Pringles, berkata bahwa nilai sponsorship di tahun 2019 mencapai 80% lebih tinggi daripada tahun 2018 kemarin. Brand Pringles akan hadir dalam wujud iklan digital, kemunculan logo, serta booth di turnamen yang menawarkan Pringles gratis pada para hadirin.

Ada beberapa alasan mengapa Pringles punya minat yang kuat terhadap esports. Pertama adalah audiens serta atlet esports yang umumnya terdiri dari kaum muda, berwawasan global, menyenangkan, serta berpendidikan. Pringles masih sedang dalam masa percobaan untuk mencari tahu konten apa yang terbaik untuk menjangkau mereka.

https://twitter.com/iem/status/1101486274794401793

Kedua, biaya yang dibutuhkan untuk mensponsori ajang esports masih lebih murah daripada olahraga konvensional. Menurut Nguyen, biaya sponsor itu berkisar antara US$50.000 hingga US$250.000, tergantung popularitas event. Sementara untuk mensponsori tim, perusahaan perlu merogoh kocek hingga US$500.000. Pringles saat ini tengah mencari tim esports yang layak disponsori, namun mereka tahu bahwa langkah ini merupakan investasi dengan risiko lebih besar.

Menariknya, Pringles tidak hanya ingin merangkul audiens esports, tapi mereka juga ingin dipandang sebagai brand endemic. Mereka ingin brand Pringles dipandang sebagai bagian natural dari komunitas esports. Ke depannya, langkah-langkah brand activation yang dilakukan Pringles di dunia esports pun akan terus berpegang pada visi tersebut.

Sumber: AdAge, The Esports Observer

ESL Luncurkan Mobile Open, Kerjasama dengan AT&T Untuk Esports Mobile Amerika Serikat

ESL meluncurkan produk terbaru mereka yang bertajuk mobile open. Produk ini merupakan sebuah platform liga esports mobile games yang ditujukan bagi para pemain amatir. Para pemain bisa mengikuti liga ini secara online dengan menggunakan platform tersebut. Tetapi walaupun berjalan secara online, ESL Mobile Open menjanjikan kesempatan bermain di panggung besar seperti gelaran DreamHack dan ESL One.

Melihat kesempatan ini, AT&T bergabung sebagai founding sponsor dari ESL Mobile Open. AT&T merupakan salah satu perusahan konglomerasi terbesar di Amerika Serikat, yang bergerak di bidang telekomunikasi. Kerjasama ini bukan keterlibatan pertama AT&T dalam ekosistem esports. Mereka sebelumnya juga mensponsori organisasi esports Cloud9 dan membuat dokumenter berjudul The Nine.

Cloud9 - Flusha
Cloud9 terkenal sebagai tim kuat di cabang CS:GO | Sumber: Cloud9

Untuk ESL Mobile Open, dikatakan bahwa liga akan berjalan sepanjang tahun 2019 ini, dan akan dibagi menjadi tiga musim. Awal musim pertama akan dimulai pada 18 Maret 2019 mendatang, dengan mempertandingkan tiga game: PUBG Mobile, Clash of Clans, dan Asphalt 9: Legends.

Nantinya siapapun yang memiliki smartphone, bisa mengikuti ESL Mobile Open, dan bertanding secara online. Gelaran final musim perdana ESL Mobile Open akan menjadi bagian event DreamHack Dallas, yang digelar 31 Mei 2019 mendatang. Para pemain akan berkompetisi untuk memperebutkan total hadiah US$330.000 atau sekitar Rp4,7 milyar.

Yvette Martinez-Rea, CEO dari ESL Gaming North America mengatakan kepada Esports Insider, “Kami percaya bahwa mobile device memberikan kesempatan pada generasi berikutnya untuk dapat turut menjajaki dunia esports sebagai player. ESL Mobile Open dikembangkan untuk menyediakan kesempatan berkompetisi di tingkat yang lebih tinggi, bagi siapapun yang memiliki smartphone. Nantinya mereka bisa berkompetisi baik untuk judul game esports yang sudah mapan atau yang sedang berkembang”.

Shiz Suzuki, AVP Sponsorship & Experiential Marketing dari AT&T juga turut memberikan komentar. “Ini adalah alasan terbesar kami bekerja sama dengan ESL sejak tahun lalu. Komitmen inovasi mereka dalam menyediakan wadah kompetisi bagi berbagai macam pemain, selalu berhasil membuat kami kagum. Sponsorship ini juga sangat membantu kami dalam menghubungkan para pengguna dengan passion mereka terhadap esports.

Sumber: ESL Press Room
Kredibilitas ESL dalam menyelenggarakan sebuah event esports yang selalu dipercaya berbagai sponsor. Sumber: ESL Press Room

Untuk sementara waktu ini, ESL Mobile Open hanya tersedia untuk regional Amerika Utara saja. Namun jika melihat konsepnya, ESL Mobile Open ini sepertinya akan sangat menarik jika turut hadir di Asia Tenggara atau mungkin di Indonesia lewat ESL Indonesia.

Apalagi jika melihat hingar-bingar esports Indonesia, yang berkembang semakin pesat lewat mobile gaming. Kalau sampai ada ESL Mobile Open di Indonesia, tentu pemain game mobile dari segala penjuru Indonesia akan lebih mudah untuk menjajaki dunia esports sebagai pemain. Juga bukan tidak mungkin jika kompetisi ini akan menciptakan regenerasi pemain, memunculkan talenta berbakat yang belum pernah tampil sebelumnya.

ESL Luncurkan Kompetisi Dota 2 Nasional di Thailand, Vietnam, dan Malaysia/Singapura

Sebagai organisasi esports terbesar dunia, keseriusan ESL mengembangkan ekosistem game kompetitif tidak hanya terjadi di belahan dunia barat. Belakangan ini mereka juga sudah mulai melakukan ekspansi ke wilayah Asia Tenggara. Bekerja sama dengan Salim Group, ESL meluncurkan lomba skala nasional di Indonesia yang disebut ESL Indonesia Championship. Lalu bagaimana dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya?

ESL Asia telah menjawab pertanyaan tersebut. Rupanya, pada bulan Maret sampai Juni 2019 ini ESL menggelar kompetisi nasional (National Championship) di tiga wilayah sekaligus. Tiga kompetisi itu adalah ESL Thailand Championship, ESL Vietnam Championship, dan ESL MY & SG Championship. Game yang diusung yaitu Dota 2, dengan total prize pool yang ditawarkan ESL mencapai US$36.000 (sekitar Rp509.000.000).

ESL National Championship 2019
ESL National Championship 2019 | Sumber: ESL Asia

ESL menggelar empat babak kualifikasi online sepanjang bulan Maret untuk menentukan tim-tim terbaik dari tiap wilayah. Setiap kualifikasi akan meloloskan dua juara, jadi di akhir kualifikasi online akan didapatkan delapan tim. Tim-tim ini kemudian akan bertarung selama satu season, dari bulan April sampai Mei, hingga ditemukan empat tim terkuat. Merekalah yang akan maju ke babak final offline pada bulan Juni nanti untuk menentukan siapa jawara Dota 2 dari masing-masing wilayah.

Berikut ini jadwal kualifikasi online dari ketiga ESL National Championship di atas:

  • Qualifier 1: Rabu, 13 Maret
  • Qualifier 2: Sabtu, 16 Maret
  • Qualifier 3: Rabu, 20 Maret
  • Qualifier 4: Sabtu, 23 Maret

Tim yang ingin melakukan pendaftaran bisa langsung menuju situs resmi ESL Gaming di sini. Berhubung ini adalah turnamen yang bersifat regional, ESL menerapkan aturan khusus yaitu bahwa minimal 3 dari 5 orang anggota tim harus berasal dari wilayah kompetisi yang dipilih. Selain itu, sebuah tim diperbolehkan mengikuti semua kualifikasi online bila mereka masih belum lolos ke babak liga utama.

Fnatic
Fnatic, salah satu organisasi esports besar berbasis Asia Tenggara | Sumber: Fnatic

“National Championship merupakan wujud komitmen kami untuk menumbuhkan jagoan-jagoan esports lokal di Asia Tenggara. Asia Tenggara mewakili pasar besar yang sarat akan potensi pertumbuhan dan memiliki beberapa tim terbaik di wilayahnya. Kami benar-benar yakin bahwa pendekatan kami dapat membantu memfasilitasi lebih banyak pemain SEA untuk menuju dunia esports internasional, menciptakan kisah Zero to Hero di wilayah ini,” demikian keterangan dari Nick Vanzetti, SVP of ESL Asia-Pacific Japan, dilansir dari VP Esports.

Kepada Hybrid, Vanzetti juga pernah bercerita panjang lebar tentang potensi besar Asia Tenggara yang diincar oleh ESL. Menurutnya, salah satu aspek terpenting untuk ESL agar sukses beroperasi di Asia Tenggara adalah kerja sama dengan partner-partner lokal, termasuk juga merekrut tenaga kerja lokal sebanyak mungkin. Anda dapat menyimak wawancara Hybrid dengan Nick Vanzetti di tautan berikut, atau menonton videonya di bawah.

Sumber: ESL, VP Esports

Tampil Sempurna, Team Secret Juara ESL One Katowice 2019

Selain dari MDL Macau 2019, ESL One Katowice juga menjadi esports Dota lain yang berjalan beriringan akhir pekan kemarin. Setelah lima hari kompetisi berjalan, Team Secret keluar sebagai juara setelah berhasil sapu bersih Gambit Esports 3-0 dari seri pertandingan best of 5.

Belakangan, Team Secret memang sedang on-fire sepanjang awal musim kompetisi Dota 2 tahun 2018-2019. Kemenangan ini menjadi kemenangan berentet kedua, setelah sebelumnya mereka juga berhasil memenangkan Chongqing Major 2019.

Sumber:
Sumber: Twitter @ESLDota2

Sepanjang musim ini, Team Secret tercatat sudah memenangkan 4 kompetisi LAN yang mereka ikuti, yaitu PVP Esports Championship 2018, ESL One Hamburg 2018, Chongqing Major 2019, dan ESL One Katowice 2019. Mereka hanya gagal di Kuala Lumpur Major 2019, itupun mereka mendapat posisi runner-up setelah kalah oleh Virtus Pro.

Salah satu faktor kemenangan ini bisa dibilang adalah berkat midlaner muda dan berbakat dari Team Secret, Michat “Nisha” Jankowski. Nisha merupakan wonderkid asal Polandia yang sebelumnya sempat bermain untuk Team Kinguin. Bermain Dota sejak dari tahun 2017, potensi besar pemain berusia 18 tahun muncul setelah bergabung dengan Team Secret pada September 2018 lalu.

juara esl one katowice 2019 2
Nisha, pemain muda berbakat asal Polandia yang belakangan jadi buah bibir setelah rentetan kemenangan Team Secret belakangan. Sumber: Twitter @ESLDota2

Karena usia dan juga kemampuan bermainnya, Nisha bahkan disebut sebagai salah satu dari tujuh pemain yang bakal jadi the next Topson oleh joinDOTA. Selain tim OG yang mengejutkan jagat kompetitif Dota tahun 2018 lalu, Topias “Topson” Taavitsainen adalah fenomena lain yang terjadi saat Dota 2 The International 2018.

Topson segera menjadi buah bibir berkat permainan yang sangat brilian serta kesuksesannya memenangkan The International di usia yang sangat muda. Apalagi ditambah juga dengan fakta menarik bahwa The International adalah kompetisi besar pertama yang Topson ikuti.

Walau bukan bagian dari DPC, kemenangan Team Secret di ESL One Katowice menjadi momen yang indah bagi Nisha. Alasan hal ini adalah karena kemenangan ini ia dapatkan pada sebuah kompetisi yang diadakan di tanah kelahirannya, Polandia.

Sumber:
Yazied “Yapzor” Jaradat. Sumber: Twitter @ESLDota2

Dalam sebuah wawancara dengan VPEsports, Yazied “Yapzor” Jaradat mengatakan “Kami ingin dia (Nisha) menikmati karirnya di Dota semaksimal mungkin. Saya sendiri bakal sangat senang misal bisa memenangkan kompetisi di tanah kelahiran sendiri. Saya tahu perasaannya pasti akan sangat menyenangkan meski saya sendiri belum pernah merasakan hal tersebut. Jadi karena hal tersebut kami pun memutuskan datang ke Katowice demi Nisha” jawab Yapzor kepada VPEsports saat event Chongqing Major.

ESL One Katowice 2019 menjadi perjalanan kompetisi yang sangat solid bagi Team Secret. Dari 21 pertandingan yang seharusnya ia jalani, tercatat Team Secret hanya kalah satu kali saja, yaitu saat melawan tim OG pada fase grup.

Sepanjang fase bracket, semua musuhnya mereka sapu bersih 2-0, termasuk tim PPD dan kawan-kawan, Ninja in Pyjamas, serta Gambit Esports saat fase upper bracket finals. Sayang Gambit Esports yang dapat kesempatan balas dendam, masuk grand finals dari lower bracket, hanya menjadi seperti kerikil kecil yang dilibas dengan mudahnya oleh Team Secret.

Sumber:
Sumber: Twitter @ESLDota2

Kemenangan ini memberikan Team Secret hadiah sebesar US$ 125.000 atau sekitar Rp1.7 Miliar. Ludwig “Zai” Wahlberg terpilih sebagai MVP, berhak mendapatkan satu unit mobil Mercedes-Benz

Pada rangkaian sirkuit DPC, Team Secret saat ini sudah memiliki 7950 poin. Dengan poin yang mereka miliki tersebut, mereka bisa dibilang hampir dipastikan lolos ke The International 2019. Kini tersisa 3 Major dan 3 Minor untuk musim DPC 2018-2019, dengan 46.500 total poin tersisa untuk diperebutkan.

Major berikutnya adalah Dream League Season 11 yang akan diadakan pada Maret 2019 di Stockholm, Swedia. Dengan performa yang seperti ini, akankah Team Secret kembali keluar sebagai juara pada Major berikutnya?

ESL Gelar Kejuaraan Dunia Clash of Clans Berhadiah 1 Juta Dolar

Nama Clash of Clans di Indonesia belakangan ini memang sudah meredup, kalah oleh berbagai game baru yang populer seperti Mobile Legends: Bang Bang atau Arena of Valor. Tapi itu bukan berarti Clash of Clans sudah mati. Setidaknya Supercell sang penerbit masih peduli akan ekosistem esports di sekitar game ini. Buktinya mereka baru saja menjalin kerja sama dengan ESL untuk menggelar kompetisi Clash of Clans World Championship.

Pengumuman tentang Clash of Clans World Championship sudah diungkap oleh Supercell lewat video teaser pada Desember 2018 lalu. Namun saat itu masih belum ada info detail tentang kompetisi ini, selain bahwa penyelenggaranya adalah ESL dan hadiah yang diusung sebesar US$1.000.000 (sekitar Rp14,1 miliar). Kini Supercell telah merilis info lebih lanjut, termasuk jadwal pertandingan dan sistem kualifikasi yang digunakan.

Clash of Clans World Championship dibagi ke dalam enam jalur kualifikasi yang disebut sebagai “Cup”. Mulai bulan Maret hingga Agustus 2019, akan ada satu Cup setiap bulannya yang dapat diikuti oleh Clan dari seluruh dunia. Namun ada satu syarat penting yang harus dipenuhi peserta, yaitu kepemilikan dokumen perjalanan (paspor dan visa) untuk pergi ke Polandia dan Jerman.

Dokumen ini perlu dimilliki karena setiap Cup terbagi menjadi dua tahapan, online dan offline. Di sisi online, para clan akan saling bertempur dalam Clan War League atau ESL Play, dan dari sini akan dihasilkan delapan clan terbaik. Delapan clan tersebut kemudian harus hadir di kota Katowice, Polandia, untuk menjalani pertandingan kualifikasi offline.

Setiap juara dari masing-masing Cup berhak maju ke babak final Clash of Clans World Championship nanti, dalam acara ESL One di Jerman. Mereka ditemani oleh dua clan tambahan yang berasal dari pilihan komunitas (peserta jalur wildcard). Artinya babak final akan diikuti oleh total delapan clan. Clash of Clans World Championship kali ini menggunakan format baru yaitu pertandingan 5v5.

ESL One
Final Clash of Clans World Championship akan diadakan di acara ESL One | Sumber: ESL

Clash of Clans memang muncul lebih dulu daripada Clash Royale, tapi di dunia esports, game ini tertinggal cukup jauh dari “adiknya” itu. Menurut laporan dari Esports Earnings, hingga saat ini total hadiah di dunia Clash of Clans kompetitif hanya bernilai US$1.576,87 (sekitar Rp22,3 juta). Kecil sekali dibandingkan Clash Royale yang tahun lalu sudah memiliki liga global berhadiah 1 juta dolar sendiri.

Clash Royale juga telah tampil di Asian Games 2018 sebagai salah satu cabang esports uji coba, meningkatkan penyebaran game tersebut ke khalayak ramai. Mungkin Supercell ingin agar Clash of Clans meraih kesuksesan esports serupa, apalagi game ini sudah memiliki format Clan War 5v5 yang ditambahkan sejak akhir 2017 lalu. Akankah misi tersebut berhasil?

Sumber: ESL via Esports Observer, SupercellEsports Earnings

ESL Perpanjang Kontrak Kerja Sama dengan Facebook, Hak Siar Tak Lagi Eksklusif

Pada tahun 2018 lalu, ESL sempat menjalin kerja sama yang sedikit kontroversial dengan Facebook. Kerja sama itu adalah kontrak siaran live streaming eksklusif untuk dua brand turnamen milik ESL, yaitu ESL One dan Counter-Strike: Global Offensive Pro League. Memang kontrak ini tidak mencakup semua turnamen ESL. Seri Intel Extreme Masters (IEM) misalnya, masih bisa ditayangkan di jalur-jalur lain seperti Twitch. Tapi keputusan eksklusivitas tersebut tetap menimbulkan kekecewaan di kalangan penggemar.

Dua pemain profesional Dota 2, yaitu AdmiralBulldog (Henrik Ahnberg) dan ppd (Peter Dager) bahkan sempat mendapat masalah karena mereka menayangkan siaran ESL One Genting secara tak resmi. Akan tetapi pada akhirnya ESL dan Valve menyatakan bahwa mereka tidak puas dengan kerja sama tersebut. Hal ini dilaporkan oleh Rod Breslau, konsultan esports ternama asal Amerika Serikat.

Facebook terbukti tidak bisa menarik jumlah pemirsa setara Twitch, bahkan jauh di bawahnya. Sebagai perbandingan, turnamen ESL Intel Grand Slam di Facebook hanya mendatangkan 30.000 penonton, sementara turnamen ELEAGUE Major: Boston 2018 di Twitch ditonton oleh 1,1 juta orang. Facebook memang platform media sosial terbesar dunia, tapi mereka belum menunjukkan keberhasilan di bidang live streaming.

Sebagian orang mengira bahwa ESL tidak akan memperpanjang kontrak dengan Facebook, tetapi baru-baru ini ESL mengumumkan sebaliknya. Kontrak kedua perusahaan ini akan dilanjutkan untuk tahun 2019. Bahkan, kini Facebook mendapatkan hak siar untuk semua kompetisi global ESL, termasuk IEM, ESL One, dan CS:GO Pro League. Tapi ada satu perbedaan besar. Kontrak hak siar ini tak lagi eksklusif. Jalur-jalur streaming lain juga boleh menyiarkannya.

“ESL menyatukan komunitas penggemar esports global dan berusaha untuk menyajikan pengalaman esports yang luar biasa pada audiens seluruh dunia, baik online ataupun melalui event skala besar,” kata Ralf Reicher, Co-CEO ESL di situs resminya. “ESL akan menyediakan beragam sumber di mana para penggemar dapat menikmati sirkuit flagship kami secara online—termasuk kembali ke Facebook Gaming untuk terus memberikan konten kepada audiensnya yang tumbuh pesat.”

AdmiralBulldog
AdmiralBulldog sempat mendapat masalah gara-gara live streaming ilegal | Sumber: Monster Gaming

Baik ESL maupun Facebook sama-sama berkomitmen untuk melakukan perbaikan agar para penggemar dapat menikmati konten esports dengan nyaman. Live streaming ESL di Facebook ini direncanakan tayang dengan kualitas 1080p/60fps, dan tersedia tayangan bahasa Portugal untuk live streaming ESL Pro League. Entah apakah tawaran tersebut cukup untuk membuat para penggemar pindah dari Twitch ke Facebook, namun bagi kita penikmat esports, makin banyak pilihan tentu bukanlah hal yang buruk.

Leo Olebe, Global Director of Games Partnership di Facebook berkata bahwa kerja sama ini adalah salah satu cara untuk memuaskan keinginan pengguna Facebook akan konten gaming video. Ia juga ingin mendengar pendapat penggemar untuk menghadirkan tayangan yang lebih baik lagi.

“Memberikan cara pada para penggemar ESL untuk menonton esports di beragam platform adalah sesuatu yang kami sadar diinginkan oleh komunitas, dan itulah alasan utama mengapa seluruh konten tahun 2019 akan disiarkan di mana pun ESL memilih untuk menyiarkannya. Kami akan terus mendengarkan dan menindaklanjuti feedback dari para gamer selagi kami bekerja sama membangun komunitas gaming dunia,” ujar Olebe.

Bila Anda berminat menonton turnamen-turnamen ESL di Facebook, Anda dapat mengunjungi tautan-tautan berikut:

Sumber: ESL via VP Esports, eSportsJunkie, Cybersport

Perjalanan Menuju Panggung Dunia yang ditawarkan ESL Indonesia

Tahun 2018, industri dan komunitas esports tanah air dikejutkan dengan kerjasama ESL dan Salim Group yang bertujuan menggarap esports Indonesia. Salim Group adalah salah satu perusahaan konglomerasi terbesar di Indonesia. Sedangkan ESL adalah salah satu penggerak industri esports internasional yang boleh dibilang sudah menguasai industri esports di negara-negara barat, Amerika Serikat dan Eropa.

Tentu saja, kehadiran dan rencana ESL di Indonesia tadi memunculkan banyak pertanyaan di kepala para pemerhati dan penggiat esports. Karena itulah, Hybrid pun menghubungi ESL untuk berbincang lebih jauh tentang pertanyaan tadi. Satu hal yang mungkin bisa kami pamerkan (haha…) dan banggakan adalah kami menjadi media ketiga yang berkesempatan mewawancarai perwakilan ESL Indonesia. 2 media sebelum kami adalah CNN dan Nikkei, yang merupakan brand media internasional.

Inilah perbincangan kami dengan perwakilan ESL Indonesia, yakni Nick Vanzetti; SVP, Managing Director Asia Pacific Japan.

Sebelum kita masuk ke obrolannya, ijinkan kami sejenak mengenalkan ESL.

Tahun 2000, ESL berdiri namun kala itu mereka masih mengusung nama Electronic Sports League. Tahun 2015, mereka menggelar sebuah ajang esports yang paling banyak ditonton di jamannya yang bertajuk Intel Extreme Master (IEM) Katowice.

Di tahun yang sama juga Modern Times Group (MTG), perusahaan konglomerasi media asal Swedia, membeli mayoritas saham ESL dari Turtle Entertainment dengan menggelontorkan dana sebesar €78 juta.

Pertanyaan pertama yang mungkin memang harus ditanyakan adalah apa yang membuat Indonesia menarik bagi perusahaan sebesar ESL? Nick pun bercerita bahwa Asia Tenggara pada umumnya adalah pasar yang menunjukkan pertumbuhan besar dan ESL belum banyak menjalankan aktivitas di wilayah ini. Jadi, ESL pun beranggapan bahwa menggarap pasar Asia Tenggara adalah langkah selanjutnya yang tepat untuk melebarkan sayap.

Sumber: ESL
ESL One Birmingham 2018. Sumber: ESL

Sedangkan Indonesia sendiri adalah negara besar yang punya fanbase dengan antusiasme tinggi. Ditambah lagi, mereka juga menjalin kerjasama dengan Salim Group yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu pilihan yang logis untuk ESL membangun fondasi mereka.

Seperti yang saya tuliskan tadi di awal, ESL memang menjadi salah satu motor penggerak industri esports di barat sana namun pasar Indonesia adalah pasar yang jauh berbeda. Misalnya saja, League of Legends (LoL) adalah game kompetitif yang paling populer di luar sana. Namun, di Indonesia, setelah liga profesionalnya (LGS) ditutup; komponen pendukung ekosistemnya seperti Hasagi (media berbahasa Indonesia yang khusus membahas LoL) pun hilang tak tersisa layaknya para aktivis jaman Orde Baru.

Sebaliknya, Mobile Legends yang jadi game puluhan juta ‘umat’ di sini bahkan tak punya ajang kompetitif yang lebih tinggi dari tingkat Asia Tenggara (setidaknya sampai artikel ini ditulis).

Sumber: ESL
IEM Chicago 2018. Sumber: ESL

Bagaimanakah strategi ESL menggarap pasar Indonesia yang sangat berbeda dengan yang sebelumnya mereka lakukan? Nick pun mengatakan bahwa mereka memang harus mengadaptasikan strategi yang dijalankan agar sesuai dengan pasarnya masing-masing. “Bagaimana kami beroperasi di Thailand akan berbeda dengan cara kerja kami di Indonesia. Karena itulah, bekerjasama dengan partner-partner lokal menjadi satu hal yang krusial. Kami juga akan merekrut orang-orang lokal sebanyak yang dibutuhkan.”

Lebih lanjut Nick menjelaskan bahwa ESL mungkin memang sudah paham bagaimana caranya menjalankan esports namun mereka belum tentu tahu cara yang terbaik untuk diterapkan di masing-masing negara. Karena itulah, mereka harus mendengarkan masukkan dari para pemain, tim, ataupun komunitas tentang cara yang tepat untuk negaranya masing-masing.

Nick pun memberikan contoh yang lebih kongkret tentang adaptasi strategi tadi. Ia sebelumnya berangkat dari mengembangkan bisnis untuk ESL Australia yang merupakan pasar besar untuk PC gaming dan console gaming. Namun, jika ia mencoba menggelar turnamen Call of Duty untuk PS4 di Indonesia, cara itu tidak tepat diterapan di sini. Di sini, kita harus menggelar turnamen untuk mobile gaming.

Berbicara mengenai pasar esports tanah air, meski memang sudah jauh lebih besar ketimbang beberapa tahun silam, esports di Indonesia mungkin bisa dibilang ‘membosankan’ karena Mobile Legends yang seringnya jadi pilihan utama ajang kompetitif berskala besar. Masih banyak game-game lain di Indonesia yang seolah jadi anak tiri esports seperti Tekken, FIFA, PES, Street Fighter, Rainbow Six: Siege, League of Legends, ataupun bahkan CS:GO – dan belasan game kompetitif lainnya yang terlalu banyak jika disebutkan semuanya di sini.

Sedangkan ESL di luar sana dikenal cukup banyak mengangkat judul-judul game yang lebih bervariasi, seperti PUBG (PC), Rainbow Six, CS:GO, Battlefield 4, Hearthstone, Dota 2, dan segudang game lainnya. Apakah mereka juga akan memberikan variasi yang sama untuk scene esports lokal?

Nick sendiri mengaku, di awal-awal kehadiran ESL di Indonesia, banyak yang meminta mereka untuk menggarap lagi scene kompetitif CS:GO di sini; apalagi mengingat ESL lah yang menggarap ajang kompetitif CS:GO paling bergengsi di dunia: Intel Grand Slam. Nick juga mengatakan bahwa ESL akan membawa variasi-variasi baru di scene esports lokal dan CS:GO adalah salah satu kemungkinan judul game yang akan mereka garap ke depannya.

Meski demikian, ia juga harus mempertimbangkan beberapa hal sebelum ESL memopulerkan kompetisi game-game yang mungkin bukan paling populer di Indonesia seperti apakah komunitasnya cukup besar di sini, apakah mereka juga mau nonton pertandingan-pertandingan kompetitif, ataupun apakah game tersebut dapat menarik para sponsor.

Berbicara mengenai sponsor, ESL di Eropa berhasil menarik banyak sponsor non-endemik seperti Vodafone, Mercedez-Benz, dan kawan-kawannya. Apakah ESL juga akan mengajak brand-brand non-endemik untuk sponsori acara mereka di Indonesia? Apakah hal ini akan lebih sulit dilakukan di Indonesia?

Nick pun bercerita bahwa mereka telah mendapatkan dukungan dari Indofood karena kerjasama mereka dengan Salim Group. Di streaming kompetisi ESL Indonesia yang sudah berjalan juga sudah ada logo dari Mercedez-Bens. Namun hal itu tadi masih permulaan karena ada beberapa brand non-endemic lainnya yang juga sudah menyatakan ketertarikan mereka untuk sponsori esports Indonesia.

Nick juga mengatakan bahwa meyakinkan non-endemic brand di Indonesia tidak lebih sulit dibandingkan di negara lainnya. Maksudnya, bukan berarti mudah juga. Meyakinkan sebuah brand non-endemic memang terkadang butuh waktu yang lama dan sama sulitnya di semua negara.

Berbicara mengenai industri esports Indonesia, saat ini sudah ada beberapa perusahaan EO (event organizers) seperti Mineski Event Team, RevivalTV, dan kawan-kawannya yang mungkin bisa jadi lebih familiar dengan pasar Indonesia. Lalu hal unik apa yang sebenarnya bisa ditawarkan oleh ESL, yang tidak dapat ditawarkan oleh yang lain, agar mereka dapat kompetitif di pasar Indonesia?

Sebelum menjawab pertanyaan tadi, Nick pun ingin menegaskan 2 hal terlebih dahulu. Pertama, menurutnya, pasar Indonesia adalah pasar yang besar yang masih cukup untuk beberapa event organizer sekalipun. Kedua, ESL hadir di Indonesia bukan untuk mematikan kompetitor karena, bagi mereka, kemajuan industri esports dalam negeri dengan semua para pemain industrinya juga penting.

Sumber: ESL
EVOS Esports saat bertanding di ESL One Hamburg 2018. Sumber: ESL

Sedangkan untuk keunikan yang membuat mereka berbeda dengan event organizer lainnya di Indonesia adalah, karena mereka perusahaan internasional, mereka telah menggarap esports 20 tahun sehingga mereka tahu bagaimana caranya membuat event yang benar-benar berkualitas. Ditambah lagi, karena jaringan mereka di berbagai negara, mereka ingin memberikan platform untuk para pemain Indonesia untuk menuju panggung di luar Indonesia ataupun bahkan di luar Asia Tenggara. Jadi, mereka bisa mengirimkan pemenang dari event di Indonesia untuk berkompetisi di tingkat yang lebih tinggi seperti Asia Pasifik. Misalnya, pemenang kompetisi Dota 2 dalam negeri milik ESL bisa saja akan dikirim untuk mewakili Indonesia untuk ESL One Birmingham.

Jadi intinya, ESL dapat memberikan perjalanan panjang dari zero to hero yang mungkin tak dapat ditawarkan oleh event organizer lainnya.

Terakhir, bagaimanakah rencana mereka di Indonesia? Apakah mereka juga berencana untuk jadi yang terbesar seperti apa yang mereka lakukan di pasar negara-negara barat sana?

Nick pun mengatakan “kami punya rencana jangka panjang di sini. Kami punya kantor permanen dan kami juga ingin melakukan segala sesuatunya dengan benar di sini. Kami pun ingin membangun brand kami.” Lebih lanjut Nick menjelaskan bahwa bisa saja mereka juga akan menggarap event di kota-kota lain selain Jakarta, seperti di Jawa Barat, Bali, atau kota lainnya. Mereka ingin membuat esports lebih mudah diakses di berbagai seluruh wilayah Indonesia.

Sumber: ESL
ESL One Birmingham. Sumber: ESL

Itu tadi obrolan singkat kami dengan Nick Vanzetti tentang ESL dan rencana mereka menggarap esports Indonesia. Bagaimana ya sepak terjang mereka ke depannya?

Oh iya, perbincangan ini juga masih sebagai perkenalan saja. Lain kali, kita akan berbincang kembali untuk menggali lebih jauh dari ESL karena pastinya mereka punya insight yang begitu berharga yang bisa kita gunakan bersama-sama untuk membangun industri esports tanah air.

Tanpa Status DPC, ESL One Katowice 2019 Tetap Tampilkan Tim dan Talent Terbaik

Chongqing Major telah selesai dengan Team Secret yang jadi juaranya. Ini berarti Dota Pro Circuit akan kembali bergulir dengan kompetisi lainnya. Mengutip Liquidpedia Dota 2, kompetisi lanjutan DPC 18-19 adalah StarLadder Season 6, yang merupakan kompetisi Minor. Walau sebenarnya sudah ada sistem Dota Pro Circuit (DPC), antusiasme penyelenggara pihak ketiga ternyata tidak menurun walau mereka masuk golongan kurang beruntung dan tidak mendapat status Major/Minor.

1
Sumber: Intel Extreme Masters

Salah satunya penyelenggara yang cukup berani adalah ESL, yang akan gelar ESL One Katowice 2019 Februari ini. Kompetisi ini, serta kota Katowice, memang sudah sejak lama menjadi tradisi bagi ESL, sang penyelenggara kompetisi esports terbesar dan tertua. Dota 2 Major mungkin terdengar baru bagi Katowice, namun kota di negara Polandia ini sudah lama jadi saksi bisu akan munculnya jagoan-jagoan di jagat kompetitif Counter Strike: Global Offensive.

Kota Katowice sendiri merupakan salah satu kota besar di selatan negara Polandia. Kota ini juga jadi salah satu kota bersejarah bagi ESL, karena merupakan kota pilihan untuk gelaran esports terbesar mereka yaitu Intel Extreme Masters atau IEM; yang mana juga jadi gelaran CS:GO Major.

Walau ESL Katowice sudah diselenggarakan bertahun-tahun, namun Dota baru dipertandingkan di Katowice sejak tahun 2018 lalu. Tahun lalu kompetisi ini mendapat porsi Major sendiri dalam DPC, namun sayangnya porsi tersebut sepertinya diberikan kepada komunitas Dota Tiongkok pada tahun ini, lewat Chongqing Major 2019.

Tanpa kehadiran status DPC bukan berarti ESL Katowice jadi kurang greget. Terbukti para tim profesional Dota 2 yang bertanding dalam kompetisi ini tetap mereka para tim besar di jagat kompetisi Dota 2. Ada 12 tim Dota terbaik dari berbagai belahan dunia turut bertarung di ESL One Katowice dengan memperebutkan hadiah total $300.000 (sekitar Rp4,2 Miliar).

https://twitter.com/ESLDota2/status/1076160371914878977?ref_src=twsrc%5Etfw%7Ctwcamp%5Etweetembed%7Ctwterm%5E1076160371914878977&ref_url=https%3A%2F%2Fwww.vpesports.com%2Fdota2%2Fesl-one-katowice-2019-announces-its-talent

Bukan cuma dari segi tim yang bertanding saja, baru-baru ini ESL juga telah mengumumkan para talenta berbakat yang akan mengisi dan turut meramaikan acara ini. Mereka adalah para caster, analis, host, yang akan membuat ESL One Katowice ini jadi semakin menarik.

Para talent yang mengisi acara ini adalah para bintang yang selama ini selalu menghiasi keseruan dari jagat kompetitif Dota 2, seperti Toby ‘Tobiwan’ Dawson, Alan ‘Nahaz’ Bester, Paul ‘Redeye’ Chaloner, Jorien ‘Sheever’ Van Der Heijden, dan masih banyak lagi.

https://twitter.com/ESLDota2/status/1089908459078930432?ref_src=twsrc%5Etfw%7Ctwcamp%5Etweetembed%7Ctwterm%5E1089908459078930432&ref_url=https%3A%2F%2Fwww.vpesports.com%2Fdota2%2Fesl-one-katowice-2019-announces-its-talent

ESL One Katowice 2019 kembali hadir di Spodek Arena, Katowice, Polandia. Kompetisi ini akan berlangsung pada bulan Februari nanti, dari tanggal 22 – 24 Februari 2019.

Turnamen Dota 2 ESL One Mumbai Digelar April 2019, Hadiah US$300.000

Meski bukan bagian dari Dota Pro Circuit, ESL One tetap merupakan salah satu seri kompetisi paling bergengsi di dunia. Akhir tahun 2018 lalu ESL One telah menyambangi kota Hamburg, Jerman, dalam turnamen yang akhirnya dimenangkan oleh Team Secret. Kemudian ESL juga telah mengumumkan keberadaan ESL One Katowice (Polandia) yang akan digelar pada bulan Februari 2019, serta ESL One Birmingham yang rencananya berlangsung akhir Mei 2019.

Kini ESL mengumumkan satu lagi kompetisi ESL One, yang secara cukup mengejutkan, ternyata hadir di negara India. Kompetisi itu bernama ESL One Mumbai 2019, dan akan berlangsung pada tanggal 19 – 21 April nanti. Ini adalah pertama kalinya ESL One hadir di India. Bahkan menurut ESL, inilah acara esports berskala stadion besar pertama di India.

ESL One - Crowds
Kemeriahan acara ESL One Genting | Sumber: ESL

ESL One Mumbai 2019 mempertandingkan 12 tim jagoan Dota 2 dari seluruh dunia untuk berebut hadiah uang senilai US$300.000 (setara dengan turnamen Dota 2 Minor). Dari 12 tim itu, tujuh di antaranya merupakan undangan, sementara lima sisanya masuk dari jalur kualifikasi. ESL membuka kualifikasi dari lima wilayah, yaitu Amerika Utara, Eropa/PNM, Tiongkok, Asia Tenggara, serta India. Saat ini belum ada pengumuman tentang siapa saja tim undangan tersebut.

Lokasi pertandingan yang dipilih adalah National Sports Club of India (NSCI) Dome di kota Mumbai. Gedung ini tidak hanya berfungsi sebagai gedung olahraga, tapi sudah sering dipakai untuk acara-acara konser musik, pertunjukan broadway, konferensi TEDx, hingga Miss India 2018. Meski India tidak dikenal sebagai wilayah dengan kompetisi Dota yang kuat, ESL One berjanji akan menghadirkan suasana khas ESL One seperti biasanya. Mulai dari pertandingan-pertandingan kelas dunia, sesi temu atlet dan tanda tangan, kontes cosplay, dan lain-lain.

ESL One - Signing
Pemain-pemain top dunia akan berkumpul di India | Sumber: ESL

ESL telah berkomitmen untuk mengembangkan iklim esports Dota 2 di seluruh dunia sejak tahun 2014. Dimulai dari ESL One Frankfurt 2014, kompetisi ini telah menyambangi begitu banyak negara, dari Amerika Serikat, Jerman, Filipina, hingga Malaysia. ESL One juga sempat masuk menjadi bagian dari Dota Pro Circuit dan menawarkan hadiah US$1.000.000. Akan tetapi sejak tahun 2018 kompetisi ini kembali berdiri independen.

Indonesia juga menjadi salah satu negara potensial yang dimasuki oleh ESL. Pada bulan September 2018, ESL telah menjalin kerja sama dengan Salim Group untuk mendirikan ESL Indonesia. Tujuannya, tentu mengembakan ekosistem esports yang sehat dan sustainable di negara ini. Dengan diadakannya ESL One Mumbai 2019, mudah-mudahan iklim esports di India juga bisa terpicu untuk maju, serta menambah variasi wilayah kompetisi Dota 2 di masa depan.

Sumber: ESL, GosuGamers