Di Tiongkok, Anda Bisa Membayar di Restoran dengan Tersenyum ke Kamera

Di Tiongkok, Anda bisa bertahan hidup selama sehari penuh tanpa perlu membawa dompet sama sekali. Asalkan Anda membawa smartphone, platform pembayaran digital seperti Alipay dan WeChat Pay dapat sepenuhnya menggantikan peran uang tunai dan kartu kredit, bahkan ketika Anda sekadar membeli jajan dari pedagang kaki lima sekalipun.

Revolusi pembayaran ini dimungkinkan berkat pesatnya perkembangan teknologi biometrik. Belum lama ini, Alibaba malah menunjukkan bagaimana konsumen dapat melakukan pembayaran hanya dengan tersenyum di depan kamera. Fitur bertajuk “Smile to Pay” ini sekarang sedang diuji bersama KFC di kota Hangzhou, tempat markas besar Alibaba berdiri.

Cara kerja Smile to Pay melibatkan sebuah mesin point-of-sale (POS) yang dilengkapi kamera 3D untuk mengidentifikasi wajah konsumen secara akurat, bahkan ketika konsumen sedang mengenakan make-up yang cukup tebal atau datang berkelompok. Prosesnya juga berlangsung cepat, dimana wajah bisa dikenali dengan benar hanya dalam waktu satu atau dua detik saja.

Kamera 3D tersebut turut dibantu oleh algoritma canggih guna memastikan konsumen tidak mencoba berbuat curang dengan menggunakan foto atau video wajah orang lain. Sebagai bentuk pengamanan ekstra, verifikasi kedua dilakukan melalui smartphone usai wajah konsumen diidentifikasi.

Alibaba pertama kali mendemonstrasikan cikal bakal Smile to Pay dua tahun silam. Fitur ini memanfaatkan teknologi Face++ dari startup bernama Megvii, yang ternyata juga dipakai oleh penyedia jasa transportasi online Didi Chuxing untuk memverifikasi identitas 1,35 juta mitra pengemudinya.

Lalu mengapa KFC yang dijadikan kelinci percobaan? Jawabannya simpel: Alibaba merupakan salah satu investor Yum China, perusahaan yang mengoperasikan sejumlah franchise makanan cepat saji macam KFC, Pizza Hut dan Taco Bell di Negeri Tirai Bambu.

Sumber: TechCrunch dan SCMP.

Di Jejaring Sosial Ini, Anda Bisa Menyukai Foto dengan Tersenyum

Simbol hati di Instagram tidak bisa menggambarkan ekspresi sebenarnya dari orang-orang yang melihat foto atau video Anda. Lebih lanjut, Anda juga tidak akan pernah tahu apa yang dirasakan mereka yang hanya melihat dan tidak meninggalkan tanda hati sama sekali. Apakah mereka terkejut atau malah merasa jijik? Cuma mereka sendiri yang tahu.

Di Facebook, situasinya masih lebih baik berkat fitur Reaction. Namun sebuah jejaring sosial baru bernama Polygram ingin memberikan cara yang lebih praktis dalam menunjukkan ekspresi Anda terhadap post dari pengguna lain, yaitu dengan mendeteksi raut muka Anda dan menerjemahkannya menjadi emoji yang sesuai.

Secara mendasar, Polygram sebenarnya lebih mirip Instagram yang hanya berfokus pada konten foto dan video. Bedanya, di sini Anda bisa tahu apa reaksi alami orang-orang ketika melihat selfie duck face Anda, hanya saja Anda tidak bisa tahu siapa orang-orang itu.

Polygram app

Jadi ketimbang menyentuh dan menahan tombol Like untuk memunculkan deretan reaksi, pengguna tinggal tersenyum atau tertawa saja ketika ada post yang menghibur dari seorang teman, dan Polygram akan langsung memunculkan emoji yang tepat. Kemampuan mendeteksi raut wajah yang ditenagai oleh kecerdasan buatan inilah sejatinya nilai jual utama dari Polygram.

Pada bulan November tahun lalu, Facebook sempat mengakuisisi sebuah startup bernama FacioMetrics yang pada dasarnya mengerjakan teknologi serupa, yang memungkinkan pengguna untuk menyukai suatu post hanya dengan tersenyum. Kapan fitur tersebut diimplementasikan di Facebook masih misteri, tapi yang pasti teknologi racikan Polygram sudah bisa dinikmati sekarang juga.

Selain mendeteksi raut muka, Polygram juga punya fitur unik lain untuk mencegah pengguna mengambil screenshot tanpa izin pada pesan pribadi yang diterimanya. Bagi yang tertarik mencoba, Polygram saat ini sudah bisa diunduh di iPhone secara cuma-cuma.

Sumber: TechCrunch.

Mengecek Tingkat Kebosanan Siswa dengan Teknologi Pengenal Wajah, Kenapa Tidak?

Saat masih duduk di bangku kuliah jurusan pendidikan beberapa tahun yang lalu, saya selalu diajarkan untuk merancang kegiatan belajar-mengajar yang fun dan tidak membosankan. Ibaratnya stand-up comedy yang tidak lucu, materi belajar yang membosankan kurang efektif bagi pemahaman para murid.

Namun yang kerap menjadi pertanyaan adalah bagaimana caranya kita bisa tahu apakah cara kita mengajar membosankan atau tidak. Raut muka jawabannya. Dari ekspresi wajah, kita sebenarnya bisa mendapatkan gambaran yang cukup jelas mengenai tingkat kebosanan seseorang. Tapi ketimbang memperhatikannya sendiri satu per satu, kenapa tidak kita serahkan pada teknologi saja?

Itulah yang dilakukan oleh seorang dosen sains di Sichuan University di Tiongkok, Wei Xiaoyong. Beliau memanfaatkan teknologi facial recognition alias pengenal wajah untuk mengindikasikan tingkat kebosanan pada murid-muridnya, kemudian memakai data tersebut untuk mengoptimalkan materi dan teknik pengajarannya.

Data yang didapat bisa dipakai untuk mengecek bagian mana yang paling menarik bagi para murid dalam sebuah sesi pengajaran dan di saat yang sama bagian yang paling membosankan. Evaluasi pribadi semacam ini memungkinkan Wei untuk menentukan apakah konten yang diberikan cocok untuk murid-murid di kelas tersebut, dan lain sejenisnya.

Wei Xiaoyong sudah mulai menggunakan teknologi facial recognition di kelas sejak lima tahun yang lalu / West China Metropolis Daily
Wei Xiaoyong sudah mulai menggunakan teknologi facial recognition di kelas sejak lima tahun yang lalu / West China Metropolis Daily

Ini sebenarnya bukan pertama kali Wei memanfaatkan teknologi pengenal wajah selama karirnya sebagai pendidik. Lima tahun yang lalu, beliau mulai memakai teknologi ini sebagai alat bantu untuk mengecek presensi siswa seandainya ia kelupaan dan langsung memulai pelajaran begitu saja.

Ada-ada saja memang yang dilakukan oleh dosen asal Tiongkok ini. Pun begitu, Wei mengaku bahwa sejumlah koleganya turut menerapkan teknik serupa dalam karirnya masing-masing sebagai pengajar. Wei bahkan cukup optimis bahwa teknologi pengenal wajah ini bisa diaplikasikan pada berbagai bidang, mulai dari ilmu sosial, psikologi maupun riset pendidikan.

Sumber: The Telegraph.

FindFace Permudah Anda Temukan Identitas Seseorang Hanya Berbekal Foto

Bagi para jurnalis, penyesalan terbesar dirasakan ketika ketika lupa nama seorang narasumber. Umumnya bertanya pada rekan-rekan seprofesi bisa jadi jalan keluar, tapi bayangkan jika ternyata mereka juga tidak tahu. Namun kendala itu tak lagi jadi persoalan seandainya karya digital dari tim developer Rusia ini bisa dimanfaatkan oleh lebih banyak orang.

Telah diluncurkan dua bulan silam, aplikasi bernama FindFace dikabarkan menjadi viral di Rusia. Alasannya sederhana, sofware kreasi dan Artem Kukharenko Alexander Kabakov tersebut mampu mengidentifikasi seseorang hanya berbekal foto dengan keakuratan yang cukup ‘mengerikan’, mencapai 70 persen. Supaya berhasil, dua syarat harus terpenuhi: Anda mempunyai foto orang itu, dan ia mempunyai akun jejaring sosial.

Buat sekarang, FindFace cuma dapat bekerja dengan platform sosial media populer di Rusia, Vkontakte – menyimpan lebih dari 200 juta akun. App mampu mencari identitas dalam database berisi satu miliar lebih foto dalam beberapa detik saja. Selanjutnya, FindFace akan mencarikan hasil paling terdekat ditambah sepuluh alternatif terbaik. Developer menjelaskan, app dapat digunakan pihak berwajib, tapi saya yakin Anda tidak sulit membayangkan skenario pemakaian FindFace lainnya.

Rahasia dari kapabilitas FindFace terletak pada algoritma canggih ciptaan Kukharenko. Tak seperti teknologi pengenal wajah lain, algoritma tersebut mengusung teknik pencarian singkat di set big data. Ia menjelaskan bahwa software melakukan tiga juga kali pencarian di database dengan hampir satu miliar gambar menggunakan empat buah server. Berkat algoritma unik itu prosesnya hanya memakan waktu kurang dari sedetik via PC biasa.

Sang founder menjelaskan pada The Guardian, FindFace dapat merevolusi cara orang berkencan, “Jika melihat seseorang yang Anda sukai, Anda bisa mengambil foto individu tersebut, mencari tahu identitas mereka, dan mengirim permintaan pertemanan di sosial media.”

Tentu saja kapabilitas FindFace berpeluang besar meruntuhkan privasi seseorang di internet, dan akan membuka potensi eksploitasi app untuk hal-hal negatif. Sudah ada kasus pelecehan online diketahui terkait penggunaan FindFace, namun developer merasa yakin kreasinya itu dapat membantu orang. Buktinya berkat FindFace, polisi bisa menyelesaikan kasus yang terkatung-katung selama bertahun-tahun.

Sejauh ini, FindFace telah menghimpun kurang lebih 500 ribu user dan memproses tiga juta search. Beruntung (atau sayangnya, tergantung perspektif Anda) bagi kita, FindFace belum bisa diimplementasikan ke Facebook karena foto-foto di sana jauh lebih sulit diakses dibandingkan Vkontakte.

Via Washington Post.

Bentley Manfaatkan Teknologi Pengenal Wajah untuk Menentukan Konfigurasi Mobil Terbaik

Menentukan konfigurasi mobil bukanlah hal yang mudah, apalagi untuk mobil sekelas Bentley, yang menawarkan banyak opsi mewah dengan nilai-nilai intrinsik yang berbeda-beda. Mulai dari pemilihan jenis kulit jok sampai finish yang melapisi velg tentu saja akan berdampak besar atas mobil yang Anda pilih, yang sejatinya bisa menyimpulkan bagaimana selera Anda sebenarnya. Continue reading Bentley Manfaatkan Teknologi Pengenal Wajah untuk Menentukan Konfigurasi Mobil Terbaik

Fitur Pengenal Wajah Windows 10 Bisa Bedakan Kembar Identik

Salah satu fitur canggih yang dibawa Windows 10 adalah Windows Hello. Fitur ini sejatinya merupakan teknologi identifikasi biometrik, dimana perangkat yang mendukung bisa mengenali pengguna lewat sidik jari, mata dan wajahnya. Continue reading Fitur Pengenal Wajah Windows 10 Bisa Bedakan Kembar Identik

Tamu Hotel Canggih di Jepang Ini Akan Dilayani Oleh Robot

Kota Nagasaki memang sempat porak-poranda akibat serangan bom atom di era Perang Dunia II, akan tetapi kota ini bisa menjadi salah satu kawasan tercanggih di dunia dalam beberapa tahun ke depan. Pasalnya, sebuah hotel yang memperkerjakan robot sebagai pegawai akan segera beroperasi di sana. Continue reading Tamu Hotel Canggih di Jepang Ini Akan Dilayani Oleh Robot