CEO Fave Mundur dari Perusahaan Setelah Delapan Tahun Menjabat

Co-founder & CEO Fave Joel Neoh mengumumkan akan mengundurkan diri dari perusahaan efektif per 1 Maret 2023 mendatang. Belum disampaikan siapa calon penggantinya.

Bersamaan dengan itu, Co-Founder Fave Yeoh Chen Chow akan melanjutkan bisnis bersama General Manager Fave Singapura Avantika Jain; juga Aik Kuang Heng selaku General Manager Fave Malaysia yang baru diangkat; bersama tim kepemimpinan lokal di Indonesia dan India.

Mengutip dari e27, dalam keterangan resminya Neoh menyampaikan bahwa dirinya memiliki hak istimewa dalam seumur hidupnya untuk bekerja dengan talenta terbaik di Asia Tenggara yang membangun Fave menjadi merek konsumer yang besar.

“Hari ini, satu dari setiap warga Singapura dan jutaan konsumen di Malaysia, Indonesia, dan India menggunakan Fave setiap hari untuk pembayaran dan memperoleh reward. Dengan kepemimpinan dan budaya yang telah kuat dibangun, saya yakin dengan pertumbuhan perusahaan yang berkelanjutan di tahun-tahun mendatang,” kata dia.

Dia melanjutkan, “Ketika saya meninggalkan Fave, saya berharap dapat berkontribusi lebih lanjut ke ekosistem teknologi Asia Tenggara, membantu sesama pengusaha lain tumbuh dalam perjalanan startup mereka.”

Neoh adalah salah satu pendiri awal Groupon di Malaysia pada 2011, saat itu ia mengelola bisnis senilai $2 miliar di Groupon Pacific dengan lebih dari 2.500 karyawan. Sebelumnya pada 2009, ia ikut mendirikan Say.com, sebuah platform media digital yang merger dengan Rev Asia dan diakuisisi oleh perusahaan konglomerasi media Media Prima.

Perjalanan Neoh sebagai investor di Asia Tenggara juga patut disoroti. Disebutkan ia telah mendanai lebih dari 25 startup melalui perannya sebagai mentor dan penasihat di Endeavor Malaysia, XA Network, Sunway University, dan limited partner di 500 Southeast Asia III, Better Bite Ventures, dan lainnya.

Neoh menuturkan dirinya akan terus memberikan kontribusi kepada ekosistem startup digital di Asia Tenggara. Sembari menikmati waktu istirahatnya, ia akan kembali dan mendukung pendiri dan pengusaha lain di Asia Tenggara.

“Selama 10 tahun terakhir sektor teknologi telah menyaksikan lonjakan perusahaan baru, ratusan perusahaan yang didanai VC, dan beberapa unicorn dan perusahaan yang terdaftar publik, yang mengarah ke serangkaian pendiri berkualitas dengan potensi luar biasa. Merupakan suatu kehormatan untuk membantu para pemimpin ini dalam perjalanan mereka dari nol ke satu,” ujarnya.

Perjalanan Fave

Sejak didirikan pada delapan tahun lalu, Fave adalah platform penjualan e-voucher untuk merchant dari berbagai kategori seperti makanan, kecantikan, relaksasi, aktivitas, ritel, dan jasa. Produknya adalah berbagai penawaran (deals), pembayaran QR, cashback, dan rewards. Terdapat pula fitur eCards, kartu digital yang memberikan cashback untuk setiap pembelian di eCards partner.

Perusahaan mengatakan bahwa pada sepanjang 2022, telah mencapai volume transaksi tertinggi sepanjang masa, yang mencerminkan popularitas dan pangsa pasar perusahaan yang semakin meningkat. Data internal menunjukkan pertumbuhan 40% secara quarter-on-quarter (QoQ) dan diprediksikan pencapaian yang baik pada tahun ini.

Ditargetkan perusahaan akan meluncurkan lebih banyak kolaborasi dengan bank-bank utama dan lembaga keuangan di seluruh pasar, menyediakan opsi pembayaran yang lebih fleksibel untuk online merchant di kuartal kedua 2023. Saat ini Fave beroperasi di empat negara dengan kantor pusat di Malaysia. Pasca-akuisisi penuh oleh Pine Labs pada April 2021, Fave ekspansi ke India dan meluncurkan sejumlah fitur di sana.

Di Indonesia, Fave masuk melalui sister company KFit pasca-akuisisi Groupon Indonesia pada 2016. Lalu rebrand menjadi Fave hingga kini beroperasi di lima kota di Indonesia, yakni Jakarta, Bandung, Bali, Surabaya, dan Medan. Meski dari cakupan lokasi tidak ada penambahan dari pemberitaan terakhir, namun dari penelusuran DailySocial.id, merchant yang bergabung kian beragam dari lintas bisnis.

Terlebih itu, kelima kota di atas merupakan kota utama dengan tingkat ekonomi dan populasi yang tinggi di Indonesia. Sehingga bisa jadi sangat sesuai dengan target pengguna Fave yang demografinya sudah familiar dengan produk-produk digital. Pemain sejenis seperti Fave tidak ada yang persis sama, namun ada yang mendekati, di antaranya TADA, Cashbac, Qraved, dan Chope.

Application Information Will Show Up Here

Mencermati Dampak Akuisisi Fave oleh Pine Labs Terhadap Operasional di Indonesia

Kabar akuisisi penuh Fave oleh Pine Labs, startup unicorn POS dari India, senilai $45 juta (lebih dari 650 juta Rupiah) membuat kami tertarik untuk menelusuri lebih dalam perkembangan Fave sejauh ini di Indonesia dan apakah ada potensi ke depannya setelah kehadiran induk usaha.

Seperti diketahui, Fave adalah platform penjualan e-voucher diskon untuk merchant offline. Proses pembayaran e-voucher sepenuhnya dengan digital, saat ini untuk di Indonesia saja telah terhubung dengan OVO, CIMB Clicks, Indomaret, KlikBCA, BCA Klikpay, dan ATM/Bank Transfer. Ketika transaksi berhasil, secara otomatis konsumen akan menerima cashback atau poin loyalitas dari Fave yang dapat ditukar untuk transaksi berikutnya. Dari model bisnis seperti ini, Fave mampu menarik konsumen untuk berbelanja di merchant rekanan.

Diklaim, di tiga negara Fave beroperasi (Singapura, Malaysia, dan Indonesia), telah menggaet lebih dari 6 juta konsumen terhubung dengan 40 ribu merchant mencatatkan volume pembayaran kotor $400 juta.

Di Indonesia, Fave masuk melalui sister company KFit pasca akuisisi Groupon Indonesia pada 2016. Lalu rebrand menjadi Fave hingga kini beroperasi di lima kota di Indonesia, yakni Jakarta, Bandung, Bali, Surabaya, dan Medan. Dibandingkan dua negara lainnya, titik kehadiran Fave terbesar datang dari Malaysia yang hadir di 26 kota.

Berdasarkan keterangan resmi, dampak dari akuisisi tersebut adalah Fave akan ekspansi ke India dengan brand yang sama melayani merchant yang telah bekerja sama dengan Pine Labs. Totalnya ada lebih dari 500 ribu merchant di 3700 kota di seantero India.

Selanjutnya, seluruh investor Fave exit dan menerima pembayaran tunai, sementara founder dan karyawan Fave akan menerima sejumlah uang tunai dan saham di Pine Labs. Jajaran investor Fave ada Sequioa Capital India, SIG Asia Investments, dan VC lokal Venturra Capital.

Pine Labs sendiri adalah pemain POS yang memiliki layanan yang luas untuk UKM seperti manajemen inventaris dan CRM. Agar menjadi super app di segmennya, Pine Labs menyediakan tambahan layanan gift card yang disediakan Qwikcilver, yang turut diakuisisi oleh perusahaan karena punya jaringan luas dengan 250 brand dan peritel, dan 1500 konsumen korporasi.

Kerja sama Pine Labs dan Fave dimulai saat Pine Labs berinvestasi strategis pada Juli 2020, untuk perluasan solusi pembayaran non-tunai ke UKM dengan mengintegrasikan kode QR dari Fave dengan mesin POS Pine Labs.

Akan operasikan UPI

Di India, akan ada banyak rencana Fave. Salah satu yang menarik adalah menjadi operator untuk UPI (Unified Payments Interface). Sistem Fave yang bisa menarik transaksi dari berbagai metode pembayaran, bisa menjadi pertimbangan utama Pine Labs untuk mengakuisisi Fave.

UPI termasuk inovasi fintech yang revolusioner di India. Bank sentral setempat ingin permudah proses pembayaran di berbagai aplikasi dan terhubung dengan rekening bank dengan mudah, tanpa mengorbankan sistem keamanan. UPI menghilangkan kebutuhan untuk memasukkan detail bank atau informasi sensitif lainnya setiap kali pelanggan memulai transaksi.

UPI memungkinkan pemegang rekening di seluruh bank untuk mengirim dan menerima uang dari smartphone mereka hanya dengan menggunakan nomor identitas unik Aadhaar (sebutan E-KTP di India), nomor ponsel, atau alamat pembayaran virtual tanpa memasukkan detail rekening bank.

Oleh karenanya, kini konsumen tidak perlu lagi menggunakan aplikasi tertentu untuk mengirim dan menerima uang. Misalnya, saat menggunakan layanan taksi, di akhir perjalanan konsumen hanya perlu memberikan alamat virtual dan sopir akan meminta uang darinya. Konsumen akan mendapatkan pesan di ponsel Anda yang meminta autentikasi.

Setelah konsumen mengautentikasi transaksi dengan memasukkan kata sandi, transaksi akan selesai. Proses ini tidak mengharuskan pengemudi atau konsumen untuk membagikan detail bank. Karena UPI berjalan pada IMPS (Immediate Payments Service), layanan akan tersedia secara real time dan 24×7 jam.

Sejak UPI dirintis pada 2016, transaksi yang dikontribusikan terus melonjak. Pada Maret 2021, UPI telah memproses 2,7 miliar transaksi pada Maret 2021. Pine Labs juga mencatat pertumbuhan signifikan sebesar 171% dalam transaksi UPI selama dua kuartal terakhir.

Dampak buat Indonesia

Masuknya Pine Labs tentunya membuat langkah Fave ke depannya semakin meyakinkan untuk lebih ekspansif. Diharapkan produk-produk inovatif dari Pine Labs dapat diboyong Fave untuk menawarkan sesuatu yang baru di industri. Dari pantauan DailySocial, Fave lebih fokus pada pengembangan di Malaysia sebagai pasar utamanya lewat berbagai pengembangan fitur dan kerja sama.

Di bisnis penjualan e-voucher dan loyalitas yang beroperasi di Indonesia, belum ada pemain di segmen ini yang dominan alias kesempatannya masih sangat luas. Sejumlah pemain lainnya ada Traveloka Eats, TADA, Cashbac, Qraved, dan Chope. Di luar itu, kebanyakan program loyalitas hadir untuk pembelanjaan online yang disediakan oleh masing-masing platform e-commerce atau aplikasi untuk menarik kesetiaan para pengguna.

Tanpa dimungkiri, segmen ini ikut sempat “batuk-batuk” akibat pandemi sejak tahun lalu. Masa pemulihan untuk kembali ke kondisi normal butuh waktu, namun masih menyimpan optimisme yang tinggi berkat berbagai inisiasi positif dari pemerintah. Kesempatan tersebut dapat diambil oleh Fave untuk memimpin pasar.

Application Information Will Show Up Here

E-Voucher Platform Fave Introduces E-Wallet Service FavePay

Fave, e-voucher sales platform, introduces e-wallet service called FavePay to be used for transaction on Fave with QR code scannig technology

The e-wallet is an attempt for Fave to value the loyal customer, as every transaction will gain points and cashback to be used in Fave’s merchant.

FavePay is already existed in Malaysia and Singapore. Indonesia follows as it is launched in Bali on November 15, 2017.

“By using FavePay, customers can enjoy cashback from merchants go use in the same merchant. We will continue to innovate in providing satisfaction by giving best offers,” said Yew Wai Kong, Fave Indonesia’s General Manager on Wednesday (12/13).

Fave performance and business plans

Besides announcing e-wallet service, Fave also announces the achievements they get in a year. In the last four months, monthly active user (MAU) increases 50% with 3 times higher in download rate. Fave also strengthen its position by expanding to other big cities such as Bandung, Surabaya and Bali.

Fave merchants in Bandung and Surabaya shows a rapid growth within 3 times increasing sales. Merchants involve in Bali are claimed to grow rapidly. Currently, there are more than 400 F&B merchants joining Fave.

Fave is already provides more than 5,500 offers from 1,700 merchants throughout Indonesia.

Next year, Kong is committed to strengthen its position as the number one consumer app in F&B category. It is to be partnered with well-known brand and local industry, such as Time Zone, Krispy Kreme, Pizza Marzano and others.

“Lots of great and interesting things we achieved this year. Next year, we aim for better offers, products and services for our customers.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Platform E-Voucher Fave Hadirkan Layanan Dompet Elektronik FavePay

Fave, platform penjualan e-voucher diskon, mengumumkan kehadiran layanan dompet elektronik bernama FavePay yang dapat dimanfaatkan pengguna untuk membayar transaksi di platform Fave dengan teknologi pemindaian kode QR.

Dompet elektronik ini juga jadi upaya Fave untuk memberi nilai tambah bagi pelanggan loyal, karena setiap transaksi menghasilkan poin dan chasback yang dapat dimanfaatkan pada merchant Fave. Untuk sementara, FavePay baru bisa menerima pembayaran dengan sumber dana berasal dari kartu kredit.

FavePay ini sebenarnya sudah dihadirkan terlebih dahulu untuk pengguna yang ada di Malaysia dan Singapura. Indonesia menyusul dengan peluncuran perdana di Bali pada 15 November 2017.

“Dengan FavePay, pelanggan dapat menikmati cashback dari merchant untuk digunakan di merchant yang sama. Kami juga akan terus berinovasi untuk memberikan kenyamanan bagi pelanggan kami dengan memberikan pilihan penawaran terbaik,” ujar General Manager Fave Indonesia Yew Wai Kong, Rabu (13/12).

Kinerja dan rencana bisnis Fave

Selain mengumumkan layanan dompet elektronik, pihaknya juga mengumumkan kinerja yang berhasil dicapai Fave selama satu tahun ini. Dalam kurun waktu empat bulan terakhir, monthly active user (MAU) naik 50% dengan jumlah unduhan meningkat hingga tiga kali lipat. Fave juga memperkuat posisinya dengan ekspansi ke kota besar lainnya, yaitu Bandung, Surabaya, dan Bali.

Merchant Fave yang ada di Bandung dan Surabaya menunjukkan pertumbuhan pendapatan yang luar biasa dengan meningkatnya hasil penjualan sebesar 3 kali lipat. Merchant yang tergabung di Bali juga diklaim berkembang pesat. Saat ini terdapat lebih dari 400 merchant F&B bergabung dengan Fave.

Sepanjang tahun ini, Fave telah menyediakan lebih dari 5.500 penawaran dari 1.700 merchant seluruh Indonesia.

Untuk rencana tahun depan, Yew berkomitmen untuk terus memperkuat posisinya sebagai aplikasi konsumen nomor satu dalam kategori F&B. Caranya bermitra dengan brand besar dan industri lokal, seperti Time Zone, Krispy Kreme, Pizza Marzano, dan lainnya.

“Banyak hal hebat dan menarik yang berhasil kami raih di tahun ini. Tahun depan kami menargetkan untuk memberikan penawaran, produk, dan layanan yang lebih baik untuk pelanggan,” pungkas Yew.

Application Information Will Show Up Here

Empat Strategi Besar Fave Group Kembangkan Bisnis E-Voucher di Indonesia

Platform penjualan e-voucher diskon Groupon Indonesia, yang kini re-branding menjadi Fave, mengumumkan empat strategi besar yang akan dilakukan pada tahun ini demi meningkatkan transaksi sekaligus jumlah pengguna. Fave juga berencana kembali melakukan pencarian dana segar sebagai dukungan strategi perusahaan.

Kepada DailySocial, General Manager Fave Group Yew Wai Kong menjelaskan keempat strategi besar tersebut. Pertama bermitra dengan mitrastrategis demi meningkatkan nilai tambah bagi pengguna existing maupun calon pengguna. Fave kini mendorong transaksi lewat penggunaan aplikasi, diklaim dari total transaksi sekitar 70% datang dari sana.

Sementara ini, bentuk kerja sama strategis yang baru bisa diumumkan yakni dengan XL Axiata. Pengguna XL yang berlangganan paket XL Xtra Combo dapat menukarkan kode promo unik dengan tambahan diskon untuk semua penawaran di Fave. Kode promo dapat ditukar dengan kuota utama paket data mereka.

“Paling tidak sampai akhir tahun ini bakal ada sekitar dua tambahan kemitraan lainnya yang diumumkan. Kemitraan strategis ini jadi langkah kami dalam memperkuat kehadiran Fave di kota besar di Indonesia. Banyak kemitraan yang bisa dilakukan, misalnya operator telko, bank, e-commerce, atau lainnya,” katanya, Selasa (23/5).

Tampilan aplikasi Fave
Tampilan aplikasi Fave

Strategi kedua, sambungnya, meningkatkan transaksi dengan menghadirkan berbagai kampanye khusus. Misalnya saat ini pihaknya menghadirkan penawaran yang khusus berlaku selama bulan Ramadan saja.

Ketiga, menambah jumlah listing merchant dengan ekspansi ke berbagai kota besar di Indonesia. Beberapa kota yang sudah disasar Fave setelah Jabodetabek adalah Bali, Bandung, dan Surabaya. Kota lainnya yang siap disasar dalam tahun ini, seperti Manado dan Medan.

“Kami sudah memiliki tim khusus untuk Bali, Bandung, dan Surabaya. Mereka akan melengkapi jumlah listing merchant di Fave, sebab saat ini dari 1.200 listing hampir 70%-nya berada di Jabodetabek.”

Terakhir, kerja sama eksklusif dengan berbagai pemilik merek untuk menjawab tantangan Fave dalam menghadapi kompetitor dengan segmen bisnis yang serupa, sekaligus dari marketplace yang kini mulai berjualan e-voucher diskon.

“Pemain yang menyediakan e-voucher kini sudah dirambah oleh layanan marketplace, untuk menjawab tantangan tersebut kami ingin perbanyak kerja sama eksklusif dengan pemilik merek. Ada beberapa merek yang hanya bisa ditemukan dalam Fave.”

Hanya saja, Yew enggan membeberkan target pengguna Fave pada tahun ini. Dia hanya bilang dari strategi tersebut diharapkan dapat menggaet lebih banyak pengguna baru. Yew mengklaim saat ini Fave memiliki lebih dari 1,5 juta pengguna aktif dengan total 1.200 merchant. Disebutkan lebih dari 1 juta voucher terjual setiap bulannya.

Adapun kategori voucher yang tersedia, 70% berupa kategori food and beverages (F&B), kecantikan, aktivitas, jasa, dan liburan.

“Komitmen kami untuk perbesar eksistensi Fave di Indonesia cukup besar, ada tim engineer di Kuala Lumpur yang akan membantu tim Indonesia,” lanjutnya.

Cari dana segar

Untuk mendukung seluruh rencana bisnis Fave di Indonesia, sebagai pasar Fave terbesar setelah Malaysia dan Singapura, Yew mengungkapkan rencana untuk mencari dana segar.

“Ya kami ada rencana untuk raise funding tahun ini. Kami ingin ada integrasi antara bisnis kami dengan perusahaan dari calon investor. Tujuannya untuk meningkatkan transaksi kami dan memberi nilai lebih bagi pengguna.”

Induk Fave, yakni KFit yang berdiri sejak Februari 2015 di Malaysia, sebelumnya sudah tiga kali mendapat dana segar. Terakhir, KFit mendapat pendanaan seri A sebesar US$12 juta dari Venturra, SIG, ADIF, dan lainnya.

“Sebelumnya kami mendapat pendanaan dari Sequoia yang merupakan investor dari Go-Jek, Traveloka, Tokopedia, dan lainnya. Kami ingin [investor] yang seperti itu bisa mengintegrasikan bisnis kami ke perusahaan portofolionya,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here