Memberikan Manfaat Dulu, Baru “Mengganggu” Pasar

Ada sebuah pernyataan menarik yang kami dapatkan ketika berbincang dengan Co-Founder & CEO Dicoding Narenda Wicaksono beberapa waktu lalu, ketika ia mengatakan “disruptive menjadi syarat kekinian dari startup digital”. Semua ide startup difokuskan untuk mengganggu tatanan pasar yang sudah ada. Cerita kesuksesan Go-Jek, Tokopedia, BrideStory dan beberapa startup lokal lainnya makin memompa semangat pengembang startup untuk mendestruksi model konvensional yang ada sebelumnya. Apakah salah? Jawabannya tidak, asalkan konsep sudah berada di tatanan yang tepat.

Sederhananya, tren startup “disruptive” adalah dengan menghadirkan pendekatan baru (dalam hal ini dengan digitalisasi) sehingga memberikan kemudahan dan efisiensi, tanpa mekanisme yang memaksakan. Namun jika menilik bagaimana perjalanan pembangunan startup sukses seperti Go-Jek, cerita mereka tidak ada yang ingin menjadi pengganggu model konvensional. Nadiem Makarim dan kawan-kawan awalnya membentuk Go-Jek sebagai layanan pemesanan ojek berbasis SMS, karena kala itu komunikasi handphone dengan medium SMS paling populer. Dan kini Go-Jek berevolusi menjadi aplikasi, ketika mobile app menjadi lebih populer ketimbang SMS.

Dari situ dapat disimpulkan, memulai startup untuk bisa seperti Go-Jek adalah dengan fokus pada produk yang bermanfaat, tidak mencari-cari unsur konvensional apa yang mencoba untuk diubah, kendati nantinya akan sampai ke tahap itu juga. Ada beberapa pertimbangan mengapa sebuah startup baru harus sangat berfokus pada ide yang memberikan manfaat secara riil bagi penggunanya.

Berikut ini lima hal tersebut:

Pasar semakin selektif, konsumen membutuhkan kesempurnaan

Konsumen digital di Indonesia bertumbuh pesat dengan kemajuan tren media sosial, yang menjadikannya semakin memiliki banyak wawasan dan pandangan dari orang berbeda secara mudah. Dampaknya berbagai informasi dan pengalaman dengan mudah tersebarkan. Hal ini berimplikasi pada bagaimana persaingan antar bisnis melayani konsumennya. Orang bisa dengan mudah memilih dan meninggalkan suatu layanan, lantaran ketidaknyamanan yang ia dapatkan. Tentu kita sering menemui komplain di media sosial tentang kekurangan layanan tertentu.

Konsumen makin memburu kesempurnaan karena selalu ada pesaing di antara sebuah layanan yang sama. Untuk itu inovasi di dalam startup harus selalu fokus pada improvisasi yang berimplikasi pada kenyamanan pengguna. Pada ujungnya konsumen kini bisa menilai langsung (di publik) tentang kualitas layanan tertentu.

Bukankan startup dikatakan disruptive ketika ia mampu meyakinkan banyak konsumennya untuk memilih layanan tersebut dibandingkan dengan moda konvensional yang sudah terlebih dulu ada?

Orisinilitas ide dikalahkan dengan eksekusi yang baik

Berapa banyak layanan pemesanan tiket pesawat yang saat ini bisa dengan mudah kita temui? Berapa banyak layanan antar makanan online yang saat ini bisa kita manfaatkan? Berapa banyak aplikasi produktivitas yang dapat kita pilih untuk menunjang kesibukan harian kita? Semua aplikasi selalu sudah ada pendahulunya. Namun jika dikaitkan dengan poin sebelumnya seputar konsumen, maka masih ada celah yang dapat dimanfaatkan startup baru untuk hadir di tengah persaingan antar layanan, yakni memberikan eksekusi yang lebih baik.

Eksekusi yang lebih baik dapat diwujudkan dengan fitur yang lebih andal, pelayanan yang lebih cepat hingga penawaran yang lebih terjangkau. Fokus pada “pembeda”, dalam hal ini berkaitan dengan kualitas layanan, akan lebih menjanjikan ketimbang harus berpikir keras untuk membuat sesuatu yang benar-benar baru. Sesuatu yang baru tersebut biasanya muncul bersamaan dengan temuan seiring dengan makin dituntutnya inovasi fitur dari masukan konsumen, sehingga pengembangannya akan lebih komprehensif dan tepat sasaran.

Ketepatan memaksimalkan kesempatan

Pasar digital banyak dinilai sangat bersifat dinamis. Artinya tren tersebut akan pasang surut berkembang di kalangan masyarakat. Melihat dari sisi lain, startup yang dapat lebih gesit dalam menyesuaikan produk dapat memanfaatkan tren ini.

Contoh sederhana, saat ini konsumen mulai terbiasa dengan layanan kredit tanpa kartu kredit, maka dalam layanannya startup dapat membuat promo atau fitur yang memberikan kemudahan kepada konsumennya untuk memanfaatkan fitur tersebut. Mungkin tidak akan lama, tapi setidaknya dapat mendongkrak popularitas brand dan traksi pengguna.

Digitalisasi dilakukan semua bisnis

Jika dari awal mencoba untuk mengganggu tatanan yang sudah ada, maka startup akan berhadapan dengan pemain yang sudah besar. Saat ini para bisnis (pemain lama) berbondong-bondong membuka kanal digital masing-masing. Terakhir ada Kimia Farma yang meluncurkan layanan e-commerce B2C-nya. Bayangkan saja jika ada startup yang ingin mencoba men-disrupt layanan pemesanan obat, berhadapan langsung dengan pabrik yang memproduksi obat-obatan yang dijualnya.

Berbeda ketika menargetkan kepada kebermanfaatan. Dalam kasus di atas, startup fokus pada jasa konsultasi apotekernya dalam mode chat atau on-demand, atau mekanisme lainnya, akan memiliki sasaran bisnis yang lebih spesifik, sehingga muncul dengan brand yang berbeda.

Starting up dituntut cepat, karena scaling up lebih menantang

Pada akhirnya startup saat ini harus memiliki kecepatan saat memulai, artinya tidak boleh terlalu lama dalam menggodok ide. Tantangan sebenarnya adalah pada proses scaling-up, saat startup harus dihadapkan pada dinamika pasar, persaingan hingga berbagai permasalahan internal yang mungkin muncul. Fokus pada ide yang bermanfaat, sifat ide akan berkembang menyesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Eksekusi ide tersebut secara cepat, kenalkan pada konsumen, revisi, maka product-market fit akan lebih cepat didefinisikan.

Lima Strategi Pemasaran Bisnis yang Sesuai untuk Kalangan Millennial

Bertambahnya usia manusia turut mempengaruhi terjadinya pergeseran rentang usia konsumen. Kini mereka didominasi kalangan millennial. Nilai ekonomis dari daya beli yang ditimbulkan oleh kalangan tersebut diprediksi hampir mencapai US$500 miliar dan dianggap mampu mendorong pertumbuhan bisnis dari suatu perusahaan.

Besarnya angka tersebut, sangat wajar jika saat ini makin banyak produk-produk yang sengaja diciptakan untuk menyasar segmen millennial. Untuk itu, perusahaan harus sesuaikan antara produk yang diciptakan dengan strategi pemasarannya. Artikel berikut akan membahas apa saja strategi pemasaran yang sesuai untuk kalangan millennial:

1. Buat konten yang mobile-oriented

Millennial itu sangat lekat dengan smartphone mereka. Hampir 90% kalangan millennial mengaku tidak pernah meninggalkan smartphone keluar dari jangkauan mereka dan sebanyak 78% mengaku hal yang pertama kali dilakukan saat bangun tidur adalah memeriksa notifikasi di smartphone.

Untuk memenangkan hati mereka, Anda bisa membuat suatu konten yang bisa diakses dengan mudah lewat smartphone. Langkah pertama untuk mobile marketing yang tepat adalah menciptakan konten yang bisa mendorong konsumesi lewat smartphone.

Dari studi yang dilakukan Mitek, dari 1.019 responden antara usia 18-34 tahun, ditemukan bahwa kebanyakan millennial menyukai swafoto (selfie). Hampir 90% di antara mereka mengambil swafoto pada setiap harinya atau setiap minggunya.

2. Tahu kunci yang “menggelitik” millennial

Ada suatu cerita di Los Angeles yang mengungkapkan bahwa millennial lebih memilih untuk menghabiskan waktunya demi mendapatkan pengalaman daripada sesuatu yang sifatnya material. Berbeda dengan tipe orang tua mereka yang lebih gemar mengoleksi jam tangan mewah atau mobil yang fancy, millennial lebih suka memamerkan lokasi pariwisata yang mengesankan dan memotret makanan di restoran high-end dicampur dengan swafoto.

Hal ini sangat penting untuk diketahui bagi perusahaan, terutama yang memiliki produk dikhususkan untuk millennial. Strategi pemasaran yang mungkin cocok adalah sesuatu yang berhubungan swafoto dan lebih memprioritaskan sisi experience bisa diterapkan.

3. Mengadopsi platform pembayaran terbaru

Millennial cenderung lebih memilih sesuatu yang mudah dan fleksibel. Artinya, Anda tidak bisa lagi menggunakan cara tradisional untuk mengakomodir sistem pembayaran. Pertumbuhan pekerja dari kalangan millennial yang cukup pesat menjadi sinyal bahwa bisnis harus beradaptasi dengan profesi millennial. Mereka rata-rata bekerja sebagai freelancer.

4. Melibatkan influencer

Melibatkan influencer dalam kegiatan pemasaran sangat cocok untuk diterapkan demi menggaet kalangan millennial. Pasalnya, mereka sangat mudah terpengaruh dari media sosial dan kebanyakan influencer berasal dari millennial. Kepribadian seleb Snapchat dan Instagram sangat mudah menarik hati para millennial.

Dengan menghubungkan influencer dengan produk Anda memberi dampak positif bagi bisnis karena semakin mendekatkan ke konsumen millennial. Terlebih, sekitar 28% millennial yang berusia sedikit lebih muda dan 23% millennial yang agak tua mengatakan mereka tidak akan menggunakan suatu produk yang tidak direkomendasikan oleh anggota keluarga, teman, dan orang lain.

5. Bersikap apa adanya

Millennial itu sangat menghargai pemasaran yang asli dan otentik. Mereka lebih menyukai foto yang natural dengan bahasa marketing yang tidak berlebihan. Pemasaran yang terlalu “berlebihan” justru akan membuat mereka jadi enggan untuk menyukai produk Anda.

Dalam media sosial, orang akan lebih mudah menerima siapapun mereka, bukan berekspektasi seperti apa sosok yang diharapkan orang-orang. Strategi pemasaran lainnya yang cocok adalah storytelling. Pendekatan ini telah terbukti mampu membangun kepercayaan produk dan loyalitas konsumen millennial.

Mengoptimalkan Sisi Penjualan

Selain produk yang matang dan strategi pemasaran yang tepat sasaran, startup juga memerlukan angka penjualan yang berarti. Perjuangan startup dalam meningkatkan penjualan memerlukan usaha yang ekstra, selain memiliki saingan dengan pemain-pemain lama startup (terutama pemain baru) banyak dianggap remeh karena belum memiliki pengalaman.

Hal tersebut tidak akan menjadi masalah besar jika startup berhasil membawa produk yang bernilai dan memenuhi kebutuhan pengguna. Berikut ini beberapa tips untuk membantu meningkatkan penjualan Anda.

Bangun dan kenali produk Anda dengan baik

Produk yang baik adalah produk yang membawa manfaat bagi penggunanya. Membawa nilai lebih dari pengguna sebuah produk bisa dengan mudah memikat hati penggunanya. Masalahnya adalah membangun produk yang dicintai penggunanya tidak mudah.

Sebagai seorang pendiri perusahaan, penggagas produk mencintai apa yang dikerjakan adalah hal penting dalam membangun produk. Masalahnya membuat pengguna tertarik dengan produk tersebut tidaklah cukup dengan itu. Anda harus mengenali semuanya, baik produk yang dibangun maupun apa yang dibutuhkan pengguna.

Kebanyakan pengguna mengabaikan apa yang mereka anggap penting dan mengetahui “titik penting” atau kebutuhan pengguna inilah yang akhirnya mengantarkan sebuah produk di hati penggunanya.

Berikan kualitas, bukan kuantitas

Bicara kesetiaan penggunaan berarti bicara mengenai pengalaman pengguna. Lazimnya pengguna akan setia bahkan merekomendasikan sebuah produk ke relasi atau orang-orang di sektiarnya jika mereka merasa puas. Ini yang harusnya dieksplorasi oleh startup yang baru mengembangkan produk. Fokus pada kualitas bukan kuantitas.

Pengalaman yang baik akan membawa kesan yang baik. Soal jumlah, itu bisa dikejar belakangan. Jadikan kualitas sebagai fokus pertama dan utama untuk mendapatkan atensi dari pengguna.

Sedia setiap saat untuk pengguna

Setelah berhasil memberikan pengalaman terbaik baik pengguna pekerjaan rumah selanjutnya adalah menjaga kesetiaan mereka dan meningkatkan penjualan. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah menjadi “ada saat dibutuhkan”. Dalam kasus ini tepatnya pelayanan pelanggan.

Pelayanan pelanggan ini tidak boleh dikesampingkan dalam proses peningkatan penjualan. Selain berperan sebagai saluran komunikasi keluhan dan bantuan pelayanan pelanggan juga memegang peran sentral dalam menjaga kualitas pengalaman pelanggan. Sederhananya semakin cepat tanggap pelayanan pelanggan, semakin puas pelanggan. Termasuk di dalamnya adalah pemilihan gaya penulisan. Singkatnya, memanusiakan manusia.

Pengguna akan tertarik pada pemilihan diksi atau bahasa yang lebih manusiawi di banding yang kaku ala robot atau template. Dengan demikian mereka bisa seolah menjadi lebih dekat dengan sebuah produk.

Tiga Faktor Kepemimpinan Bisnis dalam Fase “Scale Up”

Scale up merupakan salah satu tahapan dalam bisnis rintisan. Di tahap ini startup menambahkan “bahan bakar” ke dalam mesin produksi untuk berkembang pesat ke dalam pangsa pasar yang dinamis dan penuh persaingan. Berbeda dengan proses starting up, saat bisnis mengejar product/market-fit, pada proses scale up banyak hal yang harus disesuaikan, salah satu yang paling signifikan adalah seputar kepemimpinan.

HubSpot mengawali debutnya sebagai startup media. Kini usianya telah menginjak 9 tahun. Dari pemaparan Brian Halligan selaku CEO HubSpot, selama 6-7 sejak bisnis berdiri mereka masih dalam mode “startup”, baru setelah itu sampai sekarang Brian menyalakan mode “scale up” mengingat kebutuhan bisnis kian meningkat. Dari situ ada beberapa pembelajaran tentang kepemimpinan yang ia catat, sebagai langkah pemimpin bisnis yang sedang dalam mode “scaling up“.

Faktor kepemimpinan

Selama beberapa tahun HubSpot mengadakan survei ke seluruh karyawannya, merilis dua pertanyaan yang dapat dijawab secara anonim. Dua poin pertanyaan merujuk pada seberapa besar sang karyawan merujuk HubSpot sebagai tempat kerja kepada rekannya dan yang kedua tentang alasan mengapa mereka merekomendasikan atau tidak merekomendasikannya. Cara ini ditempuh untuk mengevaluasi keyakinan karyawan di tiap divisi, pada ujungnya akan dihubungkan pada performa dan gaya kepemimpinan tiap kepada divisi tersebut.

Ketika skor survei turun, strategi khusus digencarkan, dengan mengumpulkan tren data historis dan komentar di survei tersebut dan mendiskusikannya dengan pemimpin divisi untuk menyusun rencana perbaikan. Sebuah strategi gemilang biasanya diluncurkan dan ternyata hasilnya sering kali makin memburuk. Pada akhirnya pola tersebut ditemukan. Strategi baru berjalan dengan hadirnya manajer baru.

Dari sini dapat diambil beberapa kesimpulan. Pertama, setelah tim kehilangan kepercayaan pada pemimpinnya, hampir tidak mungkin untuk mendapatkan kepercayaan tersebut kembali. Kedua, pemimpin memiliki “sweet spot“, ada fase berkembang dan tidak berkembang. Manusiawi. Ketika tidak sedang dalam fase gemilang tersebut, mereka tak harus ditempatkan pada pengelolaan tim besar dalam proses scale up. Pengalaman manajemen kadang bisa dihiraukan dalam fase starting up, namun dalam fase scale up mutlak diperlukan.

Faktor penyelesaian masalah

Permasalahan dalam bisnis harus selalu diidentifikasi dari awal dan pemimpin diwajibkan memiliki peran dominan dalam hal ini. Beberapa bisnis dihadapkan pada permasalahan sistematis yang dapat berdampak kepada organisasi secara keseluruhan. Bagaimana strategi penyelesaian menjadi kunci untuk menyelamatkan keutuhan tim dan proses bisnis. Di bisnis digital hal ini akan menjadi tantangan umum, mengingat tuntutan perubahan yang sangat cepat.

Ketika sebuah startup digital menghadirkan fitur baru, hal ini memaksa pelanggan untuk mengadopsi konten dengan user experience yang berbeda. Beberapa pelanggan mudah beradaptasi, beberapa banyak bertanya tentang berbagai hal baru yang disuguhkan, dan banyak lagi mencoba memberikan protes terhadap kenyamanan dengan sistem sebelumnya.

Ketika masalah muncul, tim mencoba melayani semua kebutuhan dan desakan pelanggan. Ketika tuntutan tersebut meningkat, tidak hanya tim customer service yang dicerca pertanyaan, tim pemasaran pun turut menerima pertanyaan dari pelanggan, sehingga mengganggu KPI penjualan.

Belajar dari kesalahan juga menjadi kunci untuk tidak terjerumus pada lubang bencana yang sama. Strategi menghindari kesalahan yang sama dapat dilakukan dalam berbagai hal. Di HubSpot, setiap bulan diadakan pertemuan internal antar manajer. Di dalamnya setiap divisi harus mempresentasikan beberapa hal. Selain metrik kemajuan, dalam slide juga harus selalu dituliskan poin-poin kesalahan yang pernah terjadi sebelumnya. Sebagai pengingat dan mematangkan kepekaan dalam menghindari isu yang sama tersebut.

Ketika bisnis menginjak masa scaling up, setiap komponen yang ada di dalamnya akan berhubungan erat. Tim pemasaran, tim pengembang, tim konten dan tim operasional harus berada dalam satu visi yang sama dengan performa yang sama-sama kuat. Semua bergerak cepat dan akan membutuhkan dukungan baik di masing-masing aspek.

Faktor penentuan keputusan

Penentuan keputusan perlu dilakukan secara cepat dan tepat, mengingat di fase ini gempuran persaingan bisnis akan sangat terasa. Pemimpin perlu jitu mengambil keputusan. Ketika dihadapkan pada sebuah meeting yang mungkin akan banyak yang mengajukan pendapat, pastikan sebagai pemimpin memilih keputusan berdasarkan pilihan yang tepat, bukan keputusan yang didasarkan pada argumen yang paling populer. Perdebatan akan terjadi, tapi wewenang pemimpin harus kuat dengan mengambil keputusan yang paling logis dan berdasar.

Tips untuk Mempesona Investor Bagi Startup IoT

Internet of Things (IoT) sekarang menjadi inovasi selanjutnya yang diperkirakan akan menjadi masa depan, sama seperti mobile. Kemampuannya untuk menghubungkan suatu perangkat dengan perangkat lain dinilai menjadi salah satu keunggulan tersendiri, baik dari segi bisnis maupun manfaat. Berbeda dengan layanan yang sepenuhnya digital IoT membawa sedikit perbedaan untuk saat ini, baik dari segi para, modal, maupun nilai tambah.

Berikut beberapa tips untuk startup IoT saat melakukan pitching.

Menampilkan keunggulan produk

Sebagai bagian dari perusahaan rintisan teknologi startup IoT juga dituntut untuk memberikan kesan yang baik pada saat pitching. Setidaknya mengedepankan manfaat atau nilai yang diberikan startup pada pelanggan mereka. Untuk startup digital biasa mungkin bisa membanggakan dengan angka pengguna yang cukup besar. Ini tentu tidak bisa dilakukan oleh startup IoT. Masalah utama ada pada modal dan implementasi.

Alih-alih memapaparkan data mengenai banyak pengguna startup IoT lebih baik menampilkan guna atau manfaat produk mereka. Ambil sampel kecil untuk masalah yang ingin diselesaikan, kemudian fokus pada itu. Jika sekelompok kecil merasa terbantu dengan solusi yang ditawarkan itu menjadi sesuatu yang berguna di hadapan para investor.

Meyakinkan akselerasi bisnis

Selanjutnya setelah berhasil meyakinkan manfaat produknya, yang dilakukan setelahnya adalah meyakinkan dari segi akselerasi bisnis. Dari segi waktu itu tumbuh. Ini penting, mengingat kecepatan akselerasi bisnis adalah sesuatu yang diharapkan dari bisnis digital.

Calon investor tentu membutuhkan sedikit bocoran kapan sekiranya startup bisa mendulang banyak pengguna dan menjadi solusi paling dicari. Ini yang harus ditampilkan dan pastikan apa yang dipresentasikan membuat calon investor yakin. Dengan manfaat dan kecepatan akselerasi bisnis ini akan menjadi modal berharga untuk startup dipikirkan calon investor.

Menyelesaikan masalah bersama investor

Perlu diingat startup IoT tidak harus mempersiapkan untuk langsung keluar dan menjadi besar. Masalahnya bukan para perangkat lunak atau sistem yang dibangun tetapi lebih pada modal dan waktu untuk produksi perangkat. Inilah mengapa berguna di kelompok kecil bisa menjadi langkah awal dan masalah waktu dan biaya produksi ini yang harusnya diselesaikan bersama dengan investor.

Empat Sikap yang Wajib Dimiliki Founder Saat Bersiap Melakukan “Scale Up”

Startup yang sukses adalah startup yang mampu mengadopsi perubahan yang ada. Apakah itu dari inovasi, teknologi, layanan pelanggan hingga feedback dari  anggota tim. Sudah banyak startup yang menuai kesuksesan setelah melakukan perubahan, namun banyak pula perusahaan raksasa yang akhirnya terpaksa gulung tikar karena enggan untuk melakukan perubahan dan merasa nyaman dengan bisnis yang dijalankan. Sebut saja seperti, Encyclopedia Britannica, Sears, Blockbuster, Kodak.

Artikel berikut ini akan mengupas empat poin penting yang wajib diperhatikan Founder saat startup tengah bersiap melakukan scalling up.

Menjadi Founder yang ‘mumpuni’

Saat startup masih dalam skala yang kecil tentunya akan lebih mudah bagi Founder untuk melakukan koordinasi kepada anggota tim lainnya. Kesannya lebih mengarah kepada ‘perintah’ namun untuk perusahaan yang masih kecil nampaknya sah-sah saja hal tersebut dilakukan oleh seorang Founder. Namun demikian ketika startup sudah mulai tumbuh dan mengalami peningkatan baik dari sisi pegawai, profit hingga pelanggan, Anda sebagai Founder sudah harus merubah gaya kepemimpinan menjadi Founder yang memberikan pengarahan dan pelatihan kepada anggota tim. Tumbuhkan sikap yang ‘mumpuni’ agar kolaborasi dengan anggota tim yang jumlahnya lebih banyak, akan tercipta dengan baik.

Berikan kepercayaan

Saat mulai membangun perusahaan pastinya sebagai Founder Anda cenderung untuk melakukan semua pekerjaan dan tidak mempercayai orang lain untuk melakukan tugas tersebut. Namun demikian untuk startup bisa tumbuh dengan baik, Anda sebagai Founder harus memberikan kepercayaan kepada anggota tim tertentu untuk selanjutnya melakukan tugas yang biasanya Anda sebagai Founder lakukan. Dengan demikian Anda sebagai Founder selanjutnya bisa lebih memfokuskan kepada hal-hal yang lebih penting untuk selanjutnya melancarkan proses scale up.

Ciptakan komunikasi yang baik

Ketika perusahaan semakin berkembang biasanya masing-masing divisi seperti Finance, Marketing, Sales dan divisi lainnya enggan untuk bekerjasama dan cenderung membentuk kelompok sesuai dengan divisi masing-masing. Upayakan untuk selalu menciptakan kolaborasi dan komunikasikan semua tugas terkait kepada masing-masing divisi, agar transparansi tercipta dan masing-masing divisi bisa bekerja dengan baik tanpa adanya batasan. Sebagai Founder Anda juga wajib untuk membagikan visi dan misi, target serta rencana jangka panjang kepada semua anggota tim.

Tampung semua kritikan dari anggota tim

Ketika startup semakin besar semakin sulit untuk melakukan pertemuan yang melibatkan semua anggota tim. Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi hubungan baik antar anggota tim, manajemen dan tentunya Anda sebagai Founder. Upayakan untuk membuat jadwal yang rutin pertemuan dengan anggota tim, dan terima semua kritikan, usulan hingga keinginan dari anggota tim. Jika masuk akal untuk diwujudkan, informasikan dan lakukan segera keinginan dari anggota tim, namun jika sedikit berlebihan dan tidak masuk akal, berikan alasan yang tepat kepada anggota tim terkait permintaan dari mereka.

Pada akhirnya membawa startup ke tahap selanjutnya membutuhkan pemikiran yang fokus terkait dengan rencana jangka pendek dan jangka panjang. Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk bisa mencapai target tersebut. Untuk itu buatlah daftar atau rencana yang ingin diwujudkan agar startup bisa berkembang dengan baik.

Delapan Cara Tepat Membuat Produk

Startup yang sukses adalah startup yang mampu menciptakan produk yang tepat dan berfungsi dengan baik. Sudah banyak startup yang mengandalkan produk berkualitas dan terus menuai profit yang stabil. Sebelum Anda berencana untuk meluncurkan startup, coba perhatikan dengan baik apakah produk telah memiliki elemen yang dibutuhkan oleh orang banyak dan tentunya bekerja dengan baik. Artikel berikut ini akan membahas delapan hal yang perlu dicermati untuk melahirkan produk yang baik untuk startup.

Ciptakan produk untuk pelanggan setia

Cara terbaik untuk membuat produk yang baik adalah ketika telah diterima oleh target pasar Anda. Ketika pelanggan telah menyukai produk dan bersedia untuk mengeluarkan uang lebih untuk menikmati produk yang dibuat oleh startup Anda, kumpulkan feedback dari mereka untuk kemudian dapat diolah menjadi masukan untuk produk. Tentunya tidak semua feedback harus Anda terima, lakukan penyaringan sesuai dengan pelanggan saat ini. Prioritaskan pelanggan yang telah mengeluarkan uang banyak untuk menikmati produk Anda dibandingkan dengan pelanggan yang hanya sesekali membayar produk yang Anda tawarkan.

Atur pengeluaran

Saat startup memutuskan untuk menerapkan inovasi baru dan berencana untuk merilis versi terkini di aplikasi atau situs, bisa dipastikan pengeluaran dalam jumlah yang besar akan dikeluarkan. Untuk bisa melakukan rencana ini, tentunya startup memerlukan dana segar, apakah dari proses penggalangan dana atau dana simpanan yang telah disiapkan sebelumnya. Dibutuhkan proses kontinuitas dan feedback positif dari pelanggan untuk menciptakan versi terbaru yang akan dikeluarkan, untuk itu lakukan proses ini dengan tepat agar nantinya bisa mendatangkan keuntungan lebih untuk startup.

Buat produk yang sederhana

Cara tepat untuk melihat hasil yang cepat dan tepat terkait dengan produk baru yang dibuat adalah, dengan menciptakan inovasi yang sederhana dan segera lemparkan kepada publik. Dari situ Anda dapat melihat apakah produk baru yang dibuat dapat bekerja dengan baik dan diterima oleh publik. Kesalahan terbesar yang banyak dilakukan oleh startup adalah, membuat produk baru yang canggih dan terkesan sophisticated tapi berakhir dengan kegagalan karena tidak berfungsi dengan baik dan kurang diminati oleh publik.

Temukan solusi untuk tingkat pertama (tier 1)

Produk yang baik adalah ketika mampu untuk memberikan solusi pada peringkat pertama, hal ini menentukan apakah nantinya mampu memberikan kemudahan kepada pelanggan yang berpotensi. Jika startup Anda mampu untuk mencarikan solusi terbaik di peringkat pertama, hal ini akan mempengaruhi apakah nantinya pelanggan bersedia untuk mengeluarkan uang dan bukan hanya menggunakan saja secara gratis. Jika startup Anda mampu menemukan solusi di peringkat pertama, feedback dari pelanggan akan menjadi lebih positif, conversion rate akan semakin baik dan startup akan mendapatkan sedikitnya 40% product market fit dari pengguna yang aktif.

Tentukan metrik

Startup yang baik adalah startup yang mampu menentukan metrik yang ada untuk melihat sejauh mana bisnis berjalan dengan baik. Banyak cara yang bisa diterapkan diantaranya adalah dengan memfokuskan kepada revenue, AOV (average order value) dan conversion rate (dengan memanfaatkan situs untuk menarik perhatian pelanggan) bisa dilakukan untuk langkah awal. Tentukan metrik yang tepat untuk mengukur kesuksesan strategi yang dilancarkan.

Pengalaman pengguna

Inovasi terkini namun jika tidak disertai dengan pengalaman pengguna yang baik akan mempengaruhi bagaimana produk bisa bekerja dengan baik dan tentunya diterima oleh pengguna. Hindari untuk membuat sebuah produk yang terkesan rumit dan membingungkan pelanggan, karena akan berakhir produk akan ditinggalkan oleh pelanggan. Buatlah produk yang sederhana, bekerja dengan baik dan tentunya cepat untuk meningkatkan pengalaman pengguna.

Tema baru

Jika startup Anda berencana untuk meluncurkan fitur terbaru yang terbilang cukup sederhana untuk pelanggan, pastikan untuk melakukan survei terlebih dahulu kepada pelanggan setia Anda. Pastikan fitur tersebut bakal memberikan impact terbaik untuk pelanggan, mendatangkan revenue dan implementasi yang tidak terlalu rumit. Jika proses tersebut diterapkan dengan baik, akan mempermudah ketika pemasaran akan dilakukan.

Perkerjakan pegawai outsource

Saat ini sudah banyak tenaga kerja outsource atau freelance yang banyak membantu kinerja dari tim startup. Jika saat ini budget tidak mencukupi untuk memperkerjakan pegawai tetap, cara yang satu ini bisa dijadikan alternatif yaitu memperkerjakan pegawai freelance atau outsource. Tentunya bisa memangkas pengeluaran namun tetap bisa mendapatkan tenaga ahli yang sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan.

4 Cara Tepat Menumbuhkan Startup

Hingga kini masih banyak startup yang salah mengartikan definisi traksi dan growth atau pertumbuhan. Hal tersebut merupakan dua hal yang terpisah dan memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Growth adalah tahap saat startup telah mampu melalui product market fit. Seperti yang diungkapkan oleh Paul Graham dari Y Combinator:

“A startup is a company designed to grow fast.”

Satu hal yang wajib untuk diperhatikan adalah saat proses growth sedang dilancarkan pastikan startup tidak kehabisan dana. Cara tepat yang bisa dilakukan adalah meminimalisir pengeluaran yang tidak diperlukan dan tidak mendatangkan profit kepada startup. Pastikan juga startup telah memiliki cukup dana sejak awal, sebelum fase growth dijalankan.

Artikel berikut ini akan mengupas empat poin penting yang mempengaruhi proses growth yang tepat di startup.

Pemahaman tentang growth dan traksi

Jika saat ini Anda masih belum mengerti apa itu traksi dan growth, baiknya segera pelajari dan pahami lebih lanjut. Ketika startup mengalami traksi bukan berarti secara langsung startup mengalami growth. Traksi adalah ketika ketika startup sudah mulai memasuki fase product market fit, akuisisi pelanggan dan fokus kepada retensi. Sementara growth adalah fokus kepada perkembangan startup di semua aspek terkait.

Seperti yang diungkapkan oleh Brian Balfour, VP of Growth at HubSpot:

“A few things happen in the growth stage. One, your growth process should be humming like a machine. Two, you should have more capital and team resources available. Three, you may start to saturate your core channel. At this point, it is time to diversify your channels.”

Fokus kepada segmentasi

Aspek lain yang perlu diperhatikan saat startup mulai masuk ke fase growth adalah segmentasi target pasar yang mendalam. Hal ini wajib dilakukan untuk menentukan channel growth apa yang sesuai dengan masing-masing klien. Cari tahu seperti apa klien atau perusahaan yang menggunakan produk Anda, pelajari jenis usaha dan layanan tambahan apa yang sekiranya dibutuhkan.

Memangkas pekerjaan yang tidak ‘urgent

Saat proses scaling up dilakukan menjadi hal yang penting untuk semua tim bekerja dengan cepat dan tepat. Coba cermati kira-kira tim mana yang kewalahan melakukan pekerjaan tersebut hingga menghambat proses growth. Jika diperlukan, outsource jenis pekerjaan yang membutuhkan tenaga ahli agar proses scaling up bisa berjalan dengan lancar.

Perluas partnership

Partnership atau kemitraan adalah salah satu cara ampuh untuk melakukan distribusi berbagai konten yang ada. Pilihlah partner yang tepat agar startup bisa melancarkan proses growth dengan cepat dan tepat. Seperti yang diungkapkan oleh Brian Balfour, VP of Growth at HubSpot:

“When you sell to other companies, integrate your product into their product (in some way), in order to reach consumers who are generating the revenue (via ads or some form of payment). Most of these relationships involve a revenue share between the two companies.”

Empat Tanda Startup Siap untuk “Scale Up”

Label startup untuk perusahaan rintisan yang baru saja memulai usahanya tentunya sangat mudah diberikan, namun ketika startup sudah mencapai tahap tertentu, proses selanjutnya yang wajib untuk dilakukan yaitu scale up. Tentunya banyak hal yang mempengaruhi hingga akhirnya startup siap untuk bertransformasi dan melakukan scale up, mulai dari jumlah pengguna yang terus bertambah, produk yang telah divalidasi, hingga profit yang sudah mulai berdatangan.

Artikel berikut ini akan membahas empat tanda yang sebaiknya dicermati jika startup Anda saat ini sudah termasuk dalam kategori yang dinyatakan siap untuk masuk ke tahap scale up.

Tenaga ahli / spesialis

Salah satu tanda startup Anda siap untuk melakukan scale up adalah ketika tenaga engineer mulai dibutuhkan, terutama untuk pekerjaan inti yang membutuhkan tenaga ahli. Jika di awal berdirinya ada beberapa anggota tim yang mengerjakan tugas secara multitasking, maka ketika saat ini startup mulai membutuhkan tenaga ahli untuk masing-masing pekerjaan, artinya startup Anda siap untuk scale up. Bertambahnya anggota tim sesuai dengan tugas esensial masing-masing bisa diartikan startup mulai berkembang.

Menekan risiko

Startup yang baru saja berdiri sarat dengan risiko yang besar. Produk masih terbilang baru dan tidak terlalu ‘mainstream‘ sehingga tidak ada jaminan bakal dibutuhkan atau disukai. Untuk itu risiko akan sulit untuk dihindari. Namun seiring berjalannya waktu, ketika produk bisa diterima dengan baik dan perusahaan pun mulai menunjukkan peningkatan yang signifikan, startup pun dituntut untuk meminimalisir terjadinya kesalahan dan risiko yang ada. Proses scale up pun kemudian dibutuhkan untuk menambah tim layanan pelanggan, teknis, dan lainnya. Hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko saat perusahaan menjalankan bisnis.

Operasional

Ketika startup baru saja dijalankan tentunya akan jauh lebih mudah melakukan koordinasi antara anggota tim, bersama menyelesaikan masalah bahkan sekedar minta bantuan kepada rekan kerja. Namun jika saat ini startup sudah mulai kewalahan menampung permintaan dari anggota tim dan pada akhirnya prioritas permintaan serta tugas harus dilakukan, artinya startup Anda siap untuk melakukan scale up menyesuaikan situasi yang ada. Hal ini perlu dilakukan agar operasional bisa berjalan dengan teratur, lancar dan tentunya memangkas pengeluaran serta waktu.

Kepemimpinan

Saat startup baru saja dibangun seorang Founder biasanya akan menjadi mentor bahkan orang yang paling berpengaruh terhadap jalannya usaha. Namun saat startup sudah terbilang established dan bersiap melakukan scale up kepemimpinan bisa menjadi berubah secara drastis, seiring dengan makin besarnya posisi yang ada di organisasi. Biasanya proses scale up mendatangkan seorang pakar atau tenaga profesional yang bisa membantu jalannya usaha untuk menuju masa depan yang lebih baik dan tentunya sarat dengan tantangan yang lebih berat.

Ketahui Lima Fase Arus Kas Ini Sebelum Mendulang Untung

Berhasil mendulang untung dari hasil kerja keras itu sebenarnya butuh waktu sedikit lebih lama dari apa yang Anda bayangkan, karena pertama-tama Anda harus merasakan sedikit rasa “sakit” terlebih dahulu. Kunci yang harus Anda patuhi adalah mengetahui urutan fase arus kas. Bila Anda patuhi ini, niscaya pundi-pundi keuntungan akan datang sendiri ke hadapan Anda.

Doug dan Polly White, founder startup konsultasi bisnis Whitestone Partners, mengungkapkan pihaknya membutuhkan waktu selama dua tahun agar dapat menyamakan gaji mereka dengan kantor lamanya. Menurut mereka, pengalaman berharga ini membuat mereka jadi menyadari bahwa pada umumnya ada lima fase arus kas yang terjadi di early stage startup, terutama saat bisnis mulai bertumbuh.

Artikel ini akan membahas apa saja urutan fase arus kas yang bakal Anda alami. Berikut rangkumannya:

1. Menempatkan uang pribadi ke dalam bisnis

Jika Anda memulai bisnis dari nol, fase ini biasanya bakal Anda alami. Di sini, Anda tidak mengambil uang dari bisnis, melainkan Anda menempatkan uang pribadi ke perusahaan untuk membayar biaya operasional, membeli barang modal, dan lainnya. Contohnya, perusahaan Anda itu bukanlah padat modal, maka itu mengharuskan Anda untuk berinvestasi ke pemasaran dan beberapa peralatan komputer.

Doug White mengatakan, pada fase ini pihaknya memutuskan untuk menjadikan uang pribadinya sebagai hutang ke perusahaan karena harus menutupi biaya-biaya sementara. Selain itu, mereka juga harus membayar tagihan rutin lainnya. “Selama ini kita hidup dari tabungan,” ujar White.

2. Bisnis belum mandiri, tidak bakar uang pribadi

Setelah beberapa bulan bisnis berjalan, ada saat di mana Anda sudah merasa waktu berjalan sangat lambat yakni ketika bisnis perusahaan sudah cukup mampu menopang dirinya sendiri, tidak dari uang pribadi. Kendati demikian, Anda masih harus menomboki beberapa pengeluaran perusahaan dengan pakai uang pribadi.

Jika Anda terlahir dari kalangan berada, sudah pasti Anda mampu melewati fase ini lebih cepat daripada yang tidak. Berada di fase ini terlalu lama, tentunya akan menguras uang Anda secara perlahan-lahan.

Beberapa pengusaha pemula mengatasi fase ini dengan cara bekerja paruh waktu di tempat lain sembari membangun bisnis mereka. Memang terbukti cukup membantu, tapi di sisi lain akan membuat satu kaki Anda terkekang harus mematuhi aturan dari tempat kerja kedua. Pada akhirnya, Anda sendiri yang harus menunjukkan komitmen, langkah apa yang harus diambil.

3. Bisnis masih bakar uang, sementara founder masih membayar beberapa biaya rutin

Beberapa bulan kemudian, setelah Anda dinyatakan lulus dari fase kedua. Anda masih harus melewati tiga fase berikutnya. Yakni, saat bisnis sudah mulai menghasilkan uang yang cukup untuk membayar tagihan rutin, Anda juga sudah merasakan hasilnya sendiri. Namun, gaji yang Anda dapat belum menutup biaya pribadi.

Malah, perusahaan harus membayar cicilan pinjaman yang sebelumnya sudah Anda tentukan sendiri besarannya saat memulai bisnis. Anda mungkin akan mengenakan beban biaya ke perusahaan dengan tingkat bunga yang wajar. White menyarankan, agar Anda menggunakan jasa akuntan untuk menghitung berapa besar biaya yang harus dibayarkan perusahaan dengan berapa lama tingkat pengembaliannya. Di titik ini, Anda harus terus lakukan subsidi silang dengan tetap mengambil uang dari tabungan.

4. Pengeluaran perusahaan dan pribadi dibayarkan dari kas

Anda beserta tim melakukan perayaan makan malam bersama, karena telah dapat mengambil gaji ruti dari bisnis. Pada fase ini Anda mulai melihat untuk sampai ke fase ini butuh waktu yang lebih lama dari yang dibayangkan, tapi Anda sadar telah berhasil lampaui fase yang berat.

Bisnis Anda sudah mampu menyediakan uang tunai dengan jumlah yang cukup untuk memungkinkan Anda membayar tagihan. Dan, gaya hidup Anda bisa jadi seperti semula.

Ketika ada di fase ini, Anda tidak boleh cepat puas karena Anda belum cukup kaya untuk mengisi hidup saat masa pensiun nantinya. Anda harus bergerak ke titik di mana bisnis tersebut yang dapat menghasilkan arus kas yang melebihi pengeluaran Anda.

5. Tahap investasi

Ini adalah tujuan akhir. Anda ingin bisnis yang dapat membuang uang yang cukup dengan melebihi apa yang Anda butuhkan untuk mempertahankan gaya hidup. Tentu saja, selama ini Anda telah berinvestasi untuk perusahaan, dan sekarang ini Anda sudah memiliki pengelolaan dana sendiri (dicretionary fund).

Anda bebas menempatkan uang ke tempat invetasi yang Anda mau demi mengembangkan bisnis. Pilihan ini adalah yang terbaik. Strategi alternatifnya, Anda melakukan diversifikasi investasi. Mungkin dengan membeli perusahaan lain, berinvestasi di pasar saham atau properti. Pilihannya jadi tidak terbatas.

White menerangkan, ke lima fase arus kas ini cenderung dialami oleh seluruh pengusaha saat bisnis mulai bergerak tumbuh. Berapa lama satu per satu fase yang harus dilewati sangat bergantung pada pergerakan bisnis perusahaan, pertumbuhan ekonomi, dan sejumlah variabel lainnya.

Yang terpenting adalah Anda harus memahami lima fase arus kas ini memiliki rencana dan tujuan akhir yang jelas untuk pergerakan keuangan perusahaan. Pastikan Anda memilik sumber daya manusia yang cukup ketika arus kas kembali ke angka negatif di fase tertentu. Kemudian, pastikan Anda memiliki cadangan uang yang cukup dan memadai untuk menutupi biaya tambahan.