Menjaga Basis Pengguna dan Mendapatkan Calon Pengguna Baru

Jika pemasaran adalah usaha untuk mengenalkan dan membangun citra produk atau layanan di mata masyarakat, penjualan akan menjadi tantangan selanjutnya. Tidak mudah memasarkan dan membuat masyarakat mengenal produk kita dengan baik, namun mengubah mereka menjadi pelanggan yang bersedia membayar untuk produk atau layanan juga sama tingkat kesulitannya. Butuh usaha dan butuh strategi.

Berikut beberapa hal yang bisa dicoba untuk meningkatkan basis pengguna atau meyakinkan calon pengguna baru.

Menyediakan nilai-nilai dari bisnis

Sebelum memulai segalanya memberikan nilai-nilai bisnis kita ke pengguna adalah nilai awal. Menyentuh perasaan masyarakat dengan nilai-nilai yang kita bawa sehingga mereka paham mengapa kita ada merupakan tips paling awal untuk meningkatkan keterikatan bisnis dengan basis penggunanya. Apa yang kita tawarkan harusnya tidak berupa produk, tapi juga solusi atau jawaban yang benar-benar mereka cari.

Menawarkan informasi

Informasi merupakan kekuatan dan kenyamanan. Salah satu cara untuk menjalin keterikatan dengan basis pengguna, dan calon pengguna. Untuk itu sebisa mungkin bisnis harus menyediakan informasi, yang lengkap, berkualitas, dan berguna. Jaga calon pengguna dan pengguna dengan sajian informasi-informasi yang relevan dan membantu. Sekali pun mereka masih belum membayar untuk produk Anda.

Menjaga integritas

Menjaga basis pengguna dan mengubah calon pengguna menjadi pengguna adalah soal kepercayaan. Untuk bisa dipercaya pastikan bisnis bisa menjaga integritas. Tepati janji yang telah diinformasikan kepada pengguna. Tepati timeline pengembangan, dan penuhi apa yang telah dijanjikan. Jangan sekali-kali menyepelekan soal integritas ini. Terdengar sederhana memang, tetapi sulit untuk menjaganya.

Lakukan sejumlah pendekatan

Untuk bisa terus menciptakan pengguna-pengguna baru. Meyakinkan mereka untuk membayar setelah proses kampanye yang dilalui adalah sebuah seni pendekatan. Pahami karakteristik mereka, belajar dari pengalaman yang sebelumnya. Kenapa mereka tertarik, dari kampanye mana mereka datang, lainnya.

Semakin Anda bisa mendeskripsikan kebutuhan mereka masing-masing itu artinya semakin paham Anda tentang cara mereka tertarik. Semakin kaya pendekatan Anda. Pelajari, cari terus peluang baru untuk bisa meningkatkan rasa personalisasi. Mengenali setiap dari basis pengguna Anda.

Dalih Millennials Sering Berpindah Tempat Kerja

Generasi millennial dikenal sebagai seorang pekerja yang cenderung lebih suka berpindah-pindah tempat kerja. Hal tersebut salah satunya disimpulkan oleh Perhimpunan Manajemen SDM Indonesia dalam diskusi yang diadakan Agustus tahun lalu.

Tren tersebut ternyata benar adanya. Beberapa startup mengaku keluar masuknya talenta dalam tubuh bisnis menjadi hal yang sangat biasa. Tak mengherankan jika setiap hari di layanan listing lowongan pekerjaan, media teknologi dan jejaring profesional, hampir setiap hari selalu ada lowongan pekerjaan yang ditawarkan oleh startup di Indonesia.

Berikut ini adalah dalih yang sering dilontarkan Generasi Y untuk berpindah tempat kerja.

Mencari pengalaman baru

Ini menjadi alasan yang paling banyak dijadikan justifikasi. Beberapa orang yang merasa pengalamannya tidak bertambah di tempat kerja yang dinaunginya, sehingga ketika ada kesempatan berpindah, maka ia tak menyia-nyiakannya. Namun menurut beberapa orang, mereka merasa dibatasi, sehingga tidak berkembang sesuai yang ia inginkan, baik dalam koneksi dengan rekanan atau kompetensi dari bidang yang ia geluti.

Tak sedikit orang yang memilih untuk bertahan di suatu startup. Kebanyakan disebabkan karena faktor lingkungan kerja dan pimpinan yang membebaskan ia berekspresi. Mengizinkan untuk berkomunikasi langsung dengan rekanan bisnis, memberikan kesempatan untuk memimpin dan memberikan keterbukaan kepada pekerja tersebut.

Pengalaman di lingkungan kerja tak melulu soal tugas baru yang harus dikerjakan, namun juga meliputi kesempatan-kesempatan untuk mencicipi dunia yang lebih luas.

Sistem “birokrasi” yang tidak jelas

Ada startup berukuran kecil maupun medium, namun memiliki aturan yang ditegakkan, sesuai dengan SOP bisnis yang sering diadopsi korporasi. Ada juga yang tidak jelas, hingga memunculkan banyak “drama” di sana-sini. Bagi beberapa orang, aturan yang tidak jelas sangat mengganggu, terlebih untuk millennials yang sedikit-sedikit “baper”. Perlu kejelasan, dengan mekanisme yang gamblang dan yang paling penting transparan.

Jika menempatkan di sisi startup, maka menjadi kewajiban pemimpin untuk tidak seenaknya sendiri mengubah-ubah aturan sesuai yang ia mau, dan yang terparah justru menyesuaikan mood-nya. Sebuah kesalahan besar. Hal ini biasa terjadi pada sistem kerja yang tidak bisa membedakan batasan antara profesionalitas dan kekerabatan atau bahkan kekeluargaan.

Semua harus memiliki porsi yang pas dan ditempatkan secara bijak. Terkait dengan aturan, jangan sampai para pekerja merasa tidak nyaman dengan dinamika yang terlalu dibuat-buat.

Faktor pemimpin

Tak jarang menemui orang yang begitu tertarik masuk ke sebuah startup karena sangat terkagum dengan founder-nya. Namun banyak pula yang akhirnya keluar karena “sakit hati” atas kebijakan yang sering diambil pemimpin perusahaan tersebut. Lagi-lagi sikap profesional pemimpin bisnis yang tidak ditegakkan justru memicu hal ini, misalnya terlalu pilih-pilih, terkesan selalu tidak percaya, hingga selalu menabur janji manis yang sering tidak diingat.

Startup membutuhkan akselerasi kencang bisnisnya. Menghadapi dinamika yang ada, startup perlu memiliki kompetensi talenta yang terukur. Memiliki pekerja yang loyal cenderung akan mampu membawa perusahaan untuk berproduksi lebih cepat, dengan pengalaman dan kultur kerja yang sudah menjadi bagian dari kesehariannya, bisnis tidak lagi membuang-buang waktu untuk memberikan waktu beradaptasi bagi pekerjanya.

Tips Manajemen Para Pekerja Remote

Salah satu perkembangan teknologi yang dirasa paling membantu kebutuhan bisnis rintisan adalah budaya kerja remote. Budaya yang tumbuh perlahan-lahan sering dengan kepercayaan dan layanan yang mendukungnya. Budaya kerja remote sendiri memiliki sejumlah dampak positif bagi bisnis rintisan, utamanya bagi mereka yang mempekerjakan orang di daerah atau bahkan negara yang berbeda. Untuk membuatnya optimal, berikut beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mengatur mereka yang bekerja secara remote.

Manfaatkan teknologi yang ada

Sebagai salah satu kunci sukses budaya kerja remote teknologi juga memegang peran sentral dalam proses manajemennya. Jadi menjadi keharusan setiap orang yang ingin mengelola tim yang bekerja secara remote untuk tahu pilihan-pilihan layanan atau teknologi yang sesuai. Seperti pilihan aplikasi chatting, aplikasi manajemen, hingga aplikasi monitoring pekerjaan.

Percaya kepada orang, buat review secara berkala

Selain teknologi hal selanjutnya yang melandasi tumbuhnya budaya kerja remote adalah kepercayaan, atau percaya kepada orang lain. Hal ini mungkin menjadi sesuatu yang susah jika Anda datang dari dunia kantor konvensional yang mengibaratkan pengawasan adalah semua yang terlihat oleh mata. Bagi Anda yang masih mencoba untuk memanajemen orang-orang secara remote kuncinya ada di kepercayaan.

Biarkan mereka bekerja dengan kemampuan mereka, semaksimal mereka. Jangan lupa selalu berikan review secara berkala. Berikan masukkan langsung jika dirasa perlu dan selalu tanyakan kesulitan apa yang mereka hadapi.

Buat jadwal tatap muka

Untuk memperkuat ikatan dan komunikasi bagi tim yang bekerja secara remote hal ini bisa menjadi cara tersendiri untuk meningkatkan kekompakan. Buat agenda untuk bertatap muka. Ini membantu satu dan lainnya mengenali kepribadian dan pola pikir masing-masing. Dengan demikian Anda dan orang-orang di dalam tim mampu menyelaraskan visi dan mudah untuk memahami kondisi masing-masing.

Bekerja secara remote dalam kurun waktu tiga tahun terakhir menjadi populer karena fleksibilitas yang ditawarkan. Fleksibilitas waktu dan rasa bebas yang dimiliki pekerja menjadi salah satu hal yang dirasa menjadi keuntungan tersendiri untuk meningkatkan keterampilan. Di sisi lain, manajemen pekerja remote harus tetap dalam koridor pengawasan, utamanya pengawasan kinerja.

Belajar Berkolaborasi

Teknologi digital telah mengubah industri bisnis di tanah air. Tak hanya dari segi transformasi teknologinya tetapi juga dari kolaborasi yang terjalin. Kini kolaborasi antar bisnis bisa semakin dipermudah. Tak jarang kita melihat sebuah layanan dibangun oleh beberapa bisnis berbeda yang menggabungkan layanannya. Intinya sekarang kolaborasi menjadi satu perhatian khusus di kalangan bisnis, tentu tujuannya untuk memberikan solusi baru dan saling memperkuat satu sama lain.

Berikut beberapa hal yang bisa dicoba untuk bisa lebih terbuka dan terhubung dengan bisnis yang lain.

Kerja dan kolaborasi secara remote

Banyaknya layanan yang memungkinkan untuk bekerja remote ternyata tidak hanya bisa dimanfaatkan untuk membangun tim, tetapi juga berkolaborasi, bekerja dengan tim lain. Kolaborasi yang mula banyak didengungkan di banyak bisnis karena dianggap bisa membawa sejumlah keuntungan mulai menjadi tren tersendiri. Untuk bisa memaksimalkan kolaborasi dengan berbagai pihak cobalah untuk mulai membuka diri dengan memungkinkan bekerja dan berkolaborasi secara online, secara remote.

Memanfaatkan layanan kolaborasi online yang tersedia ini bisa memangkas banyak hal salah satunya adalah waktu, baik waktu untuk perjalanan maupun waktu untuk berkolaborasi.

Mulai mendengarkan

Untuk menjadi terbuka dan bisa berkolaborasi dengan bisnis lainnya usahakan untuk mengenali dengan pasti setiap orang yang terlibat dalam tim. Berikan kesempatan mereka untuk memberikan masukan, ide, atau gagasan mereka. Hal tersebut bisa menjadi praktek terbaik untuk melatih usaha mendengarkan kemauan pihak lain, utamanya pihak luar yang sedang kita ajak untuk bekerja sama.

Mendengarkan pada umumnya bukan hal yang mudah. Karena dengan mendengar kita belajar untuk memahami orang lain, belajar untuk melihat dari sudut pandang orang lain yang sangat mungkin berbeda dengan kita. Itu mengapa praktek mendengarkan bisa dicoba di dalam tim terlebih dahulu.

Belajar dari pihak lain

Menjalin kerja sama atau kolaborasi tentu membawa sebuah misi tersendiri, entah bisnis atau yang lainnya. Yang jelas dalam setiap kolaborasi usahakan untuk belajar. Mulai dari belajar menjalin komunikasi yang baik hingga belajar untuk hal lain yang belum dimengerti. Hal ini termasuk salah satu yang terpenting dalam konsep kolaborasi.

Beberapa Hal Yang Akan Ditemui Ketika Bekerja di Startup

Realitas sering kali tidak sejalan dengan apa yang diharapkan dalam ekspektasi. Pun demikian realitas bekerja di startup, kendati merupakan sebuah startup populer, seperti yang diceritakan oleh Andrew Ettinger dalam tulisannya. Setidaknya ada empat hal yang diperkirakan, terkait dengan etos kerja di startup, yakni (1) seseorang akan bekerja keras, didukung dengan banyak hal di dalamnya, (2) ide keren menjadi kunci semuanya, (3) prioritas kerja yang mudah diatur, dan (4) komunikasi yang lebih terbuka.

Sayangnya pemikiran tersebut semakin lama ia berada di startup semakin terkikis. Lantas ada hal baru yang ia rasakan. Dan hal tersebut tampaknya juga umum terjadi kepada para pekerja (khususnya millennial) yang berada dalam sebuah lingkungan startup.

(1) Bekerja di startup tidak mudah, menantang, namun menyenangkan

Banyak hal yang akan dilakukan, setidaknya dicoba. Berpindah divisi menjadi hal yang tak sulit seperti korporasi. Kadang role yang digenggam tidak sama dengan kompetensi yang didapat semasa studi. Itu akan menjadi hal yang tidak mudah, bahkan sangat berat, lantaran harus mempelajari dari awal. Setiap hari akan selalu ada tantangan. Bagi beberapa orang yang memiliki “passion” di sana, bisa jadi hal ini akan menjadi hal yang sangat menyenangkan.

(2) Budaya startup berbeda, mampu beradaptasi adalah kuncinya

Menjadi sesuatu yang harus diperhatikan, bahwa kehidupan bekerja di startup erat kaitannya dengan anomali kultur di dalamnya. Semua akan bergerak begitu dinamis seperti bisnis digital itu sendiri. Kuncinya adalah mampu menyesuaikan dengan ragam perubahan yang akan sering terjadi, yang kadang juga berisiko. Saat sudah mampu beradaptasi, maka di situlah “jiwa berjuang dalam startup” mulai tertanam.

(3) Malu-malu akan membunuhmu

Ya, keterbukaan memang menjadi salah satu bagian dalam startup. Itupun akan sangat bergantung bagaimana tiap anggotanya menyikapi. Ide kreatif terkadang datang secara individual, oleh karenanya penting untuk tidak malu berbicara menyampaikan apa yang menjadi gagasan dalam benaknya, khususnya dalam inovasi produk dan strategi bisnis. Begitu juga sebaliknya, penerimaan terhadap gagasan orang lain juga perlu diterapkan dalam diri (open mind).

(4) Semua harus serba transparan

Memiliki tim yang kecil, produk yang spesifik hingga kompetisi yang sengit membawakan binsis harus bisa menjadi transparan. Membagikan apa yang ada dalam tubuh bisnis bukan berarti menyampaikan aib, justru menghadirkan banyak umpan balik yang baik untuk bisnis itu sendiri. Itu cakupan secara umum. Lebih spesifiknya transparansi juga penting diterapkan dalam manjerial dan komunikasi antar tim. Itulah startup, ketika semua harus tahu agar bisa berperan.

(5) Memiliki banyak rencana dan tanggung jawab

Ide yang muncul akan selalu menghadirkan to-do list baru, di luar penyempurnaan produk itu sendiri. Sikap tanggung jawab penting untuk dimiliki, sehingga semua dapat berjalan mulus. Keutuhan tim dalam startup juga bergantung pada masing-masing individu di dalamnya. Saat semua berjalan dengan baik, maka semua rencana akan mulus melaju, demikian sebaliknya.

Tips Pemasaran Lewat Identifikasi Konsumen Secara Bertahap

Banyak pengusaha yang kerap berpikir bahwa komunikasi pemasaran itu mengharuskan memberi mereka informasi. Bukan itu sebenarnya. Tujuan Anda dalam komunikasi pemasaran itu adalah bagaimana mengajukan pertanyaan yang tepat kepada konsumen. Sebab, hal ini akan membantu Anda memastikan bagaimana transisi prospek dan pelanggan berawal dari informasi menjadi pengetahuan lebih cepat.

Bagaimana caranya? Yakni dengan mendengarkan konsumen. Artikel ini akan memberikan lebih detil empat tahap memahami bagaimana seseorang mendengar ucapan Anda sebelum menjual produk kepada mereka.

1. Tahap penulis

Ketika Anda berbicara, tangan mereka sibuk menulis cepat. Pada titik ini, konsumen sedang mendengarkan Anda sambil mencatat, mendapatkan informasi umum, dan mungkin mereka akan menyampaikan informasi tersebut ke orang lain. Dalam tahap ini, jika Anda ingin mereka mengambil tindakan dan mengubah mereka dari penulis jadi pemikir.

Ajukan pertanyaan misalnya, “Bagaimana pendapat Anda tentang [masukkan topik]?, “Seperti apa pandangan Anda tentang topik ini?”, dan lain sebagainya.

Dengan bertanya, Anda mengundang konsumen untuk terlibat lebih jauh dalam dialog mengenai produk, layanan, ide, atau keputusan. Minta audiens Anda untuk berhenti menulis dan mulai berpikir tentang informasi yang Anda berikan. Ini adalah saat di mana Anda akan mendapat informasi yang sangat penting dan mempengaruhi pengambilan keputusan mereka sebelum membeli barang.

2. Tahap memikir

Pada tahap ini, konsumen Anda masih mendengarkan informasi tapi mereka dapat mengajukan pertanyaan untuk mengklarifikasi fakta, angka, fitur, rincian, dan lain-lain. Ketika mereka berhenti mencatat dan mulai berpikir untuk mulai mengambil keputusan. Apakah informasi yang mereka dapatkan bernilai investasi bagi mereka atau tidak.

Berikut ini beberapa pertanyaan yang dapat membantu Anda saat memandu komunikasi denga konsumen pada tahap ini. “Apa yang Anda ketahui tentang [masukkan subyek]?”, “Apakah Anda mau berbagi dengan saya tentang apa yang Anda ketahui tentang ini?”, “Apakah perusahaan Anda tahu tentang hal ini?”, dan lain sebagainya.

Dengan pertanyaan ini, Anda berarti sedang mencari tahu apa yang konsumen ketahui dan membuat mereka mulai berpikir dalam konteks yang lebih besar bagaimana menerapkan solusi yang Anda tawarkan untuk keuntungan positif.

3. Tahap penafsir

Tipe ini terjadi ketika konsumen mulai menafsirkan bagaimana sesuatu terjadi dan bagaimana konsekuensinya dan manfaatnya bagi mereka. Dalam tahap ini Anda hampir dekat pada tahap akhir sebelum konsumen mengambil keputusan. Sebab konsumen telah memutuskan bahwa mereka ingin tahu lebih banyak, tidak hanya sekedar informasi saja.

Mereka ingin tahu bagaimana informasi yang Anda berikan mempengaruhi konteks mereka. Selain itu, konsumen pun mulai mengajukan pertanyaan bagaimana sesuatu yang disajikan berlaku di dunia mereka, perusahaan mereka, rumah mereka, dan lain-lain.

Seringkali, saat berada di tahap ini Anda tidak banyak mengajukan pertanyaan kepada konsumen. Namun jika ada belum sampai dalam tahap ini, ada sejumlah pertanyaan yang bisa membantu Anda proses transisi.

Misalnya, “Apa yang akan terjadi jika organisasi Anda menggunakan produk Anda?”, “Apakah pekerjaan Anda akan jauh lebih mudah jika terjadi hal ini?”, “Bagaimana reaksi Anda jika terjadi pada Anda?”, dan lainnya.

Dengan dijawabnya pertanyaan-pertanyaan di atas, Anda akan dapat memahami di mana posisi konsumen Anda terhadap topik yang Anda ajukan.

4. Tahap penentuan

Jika konsumen Anda dalam tahap ini, mereka siap untuk mengambil keputusan. Keberhasilan ini akan ditentukan seberapa baik Anda terhubung dengan konsumen dan seberapa baik Anda mengartikulasikan permintaan. Tugas Anda adalah memastikan kata “ya” dari mulut konsumen.

Berikut ini pertanyaan yang bisa Anda pastikan untuk mengarahkan konsumen menuju garis akhir. “Apakah Anda yakin ini bisa untuk bisnis Anda?”, “Apakah pertemuan ini sesuai kebutuhan Anda?”, “Haruskah kita bicara lebih lanjut tentang beberapa solusi yang bisa kerjakan bersama-sama?”, dan lainnya.

Tidak peduli apapun itu, pada tahap ini Anda perlu mendapatkan kata “ya” atau “tidak” dan pindah ke tahap berikutnya. “Ya” bisa untuk mengarahkan ke percakapan masa depan, demo di tempat, bertemu dengan CEO, penandatanganan kontrak, kemitraan atau merger bisnis yang telah disepakati.

Beberapa Strategi Menguatkan “Branding”

Membangun sebuah bisnis selalu dimulai dari membangun citra produk atau perusahaan. Berusaha membuat citra yang baik merupakan keharusan yang tidak mudah. Usaha branding selalu memiliki kasus yang berbada untuk setiap produk atau layanan. Pada intinya, usaha branding ditekankan pada bagaimana membuat masyarakat beranggapan positif terhadap sebuah produk atau layanan.

Berikut ini beberapa kiat melakukan branding yang layak dicoba untuk menumbuhkan kesan positif.

Memposisikan diri

Untuk membentuk citra yang baik di mata masyarakat, penting untuk bisa memposisikan diri. Mengenai siapa dan alasan mengapa ada. Deskripsikan dengan jelas siapa dan apa yang dikerjakan. Ini membantu masyarakat memilih dan memilah. Ketahui dengan pasti seperti apa produk dikenal di masyarakat. Apakah sebagai produk dengan solusi yang baik atau bahkan produk baru yang tidak membawa hal baru.

Berarti untuk seseorang, bukan semua orang

Produk atau layanan didesain untuk menyelesaikan masalah. Untuk bisa fokus mengembangkan produk pastikan untuk memberikan perhatian lebih kepada mereka yang benar-benar terwakili dengan produk atau layanan Anda. Begitu juga untuk branding. Anda tidak bisa menyenangkan semua orang, fokuslah pada mereka yang merasa produk Anda merupakan solusi mereka. Selalu berorientasi kepada apa yang mereka butuhkan.

Jelaskan bagaimana Anda melakukannya

Untuk membangun citra yang baik, pastikan masyarakat mengenal produk dengan baik. Selain solusi yang ditawarkan, mengenalkan bagaimana produk Anda bekerja tidak ada salahnya dicoba. Semakin jelas Anda mendefinisikan dan menggambarkan produk Anda, bisa membuat masyarakat semakin dekat dengan produk Anda. Bangun kenyamanan dan hubungan harmonis dengan pelayanan maksimal di bagian pelayanan pelanggan. Hal tersebut manjur untuk menjaga keterikatan pengguna.

Jika ada kisah di balik produk, ceritakanlah

Untuk membuat masyarakat terwakili dan dekat dengan sebuah produk, perlu untuk mengajak mereka mengenal lebih dalam. Anda bisa menggunakan kisah-kisah di balik pengembangan atau kisah yang menginspirasi dibuatnya produk tersebut. Cerita-cerita semacam itu bisa membantu masyarakat mengenal lebih dalam produk Anda.

Membangun Tim, Membangun Manusianya

Ketika membangun dan merintis sebuah bisnis banyak strategi yang digunakan untuk hal-hal esensial seperti pengembangan produk, pemasaran, penjualan, dan beberapa hal lainnya. Namun ada satu hal tak kalah penting dalam membangun bisnis adalah tentang tim. Bagaimana membangun tim yang benar-benar mampu dan mau bekerja untuk mencapai visi bersama. Ini yang terkadang luput dari perhatian. Kebanyakan fokus pada pekerjaan bukan pada orangnya.

Mendefinisikan skill apa yang harus dikuasai, deskripsi pekerjaan apa yang harus dilakukan beberapa hal teknis lainnya terkadang membuat lalai pada satu hal. Orang atau manusianya. Sebelum jauh membicarakan membangun sebuah tim yang solid dan bervisi yang sama menentukan manusia-manusia yang ada di dalamnya. Membangun kultur bersama manusianya. Membangun kualitas manusia di dalamnya, baik itu hubungan dengan sesama tim, kepribadian, kultur kerja, dan skill teknis yang dimiliki.

Berikut ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan untuk coba memberikan perhatian lebih pada orang, bukan pada pekerjaan ketika membangun sebuah tim

Tentukan karakteristik

Setiap orang terlahir dengan karakteristik yang berbeda. Dalam proses pencarian bakat pun karakteristik harusnya sudah menjadi pertimbangan sebelum kemampuan teknis. Ini sangat berguna ketika membangun sebuah tim, pastikan karakteristik satu dan yang lainnya bisa membawa dampak positif bagi sesama. Saling menularkan hal-hal positif yang bisa meningkatkan produktivitas kerja.

Bangun jaringan dan hubungan baik dengan sesama

Untuk membangun tim yang baik komunikasi adalah syarat utama. Kewajiban yang pertama adalah menyediakan waktu. Waktu untuk saling mengenali dan memahami satu sama lain, waktu untuk membangun sebuah percakapan ringan namun hangat dengan sesama anggota tim. Hal-hal sederhana ini mampu meningkatkan rasa saling memiliki dan satu tujuan di antara anggota tim. Suasana harmonis yang terbangun akan otomatis membuat nyaman orang-orang di dalamnya, membuat mereka lebih produktif dan kreatif.

Tentukan tujuan, hasil, dan pengulangan

Menentukan tujuan, hasil, revisi dan pengulangan merupakan hal wajib. Begitu juga dalam membangun tim. Tentukan tujuan dan hasil seperti apa yang ingin dicapai dari tim ini. Lakukan evaluasi dan perencanaan ulang agar tim yang dibangun benar-benar matang. Mungkin secara teknis di setiap kasus berbeda. Sama seperti strategi bisnis di sektor lainnya, membangun tim tidak hanya satu atau dua pekan. Konsistensi dibutuhkan.

Empat Alasan Startup Membutuhkan Tenaga Personalia yang Kompeten

Dunia kerja di startup yang tergolong dinamis dan selalu berubah dengan cepat terkadang menghiraukan pentingnya fungsi HR atau personalia dalam organisasi. Kebanyakan proses perekrutan hingga negosiasi gaji dilakukan oleh user langsung, dalam hal ini adalah CTO atau COO hingga CEO. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, sudah saatnya startup memiliki HR atau personalia yang mampu menangani hal tersebut, terutama untuk startup yang telah memiliki jumlah pegawai 50 orang ke atas.

Artikel berikut ini akan mengupas empat hal penting yang wajib diperhatikan startup, agar bisa menciptakan lingkungan kerja yang positif, solid, dan nyaman.

Membuat kebijakan yang tepat

Jika di masa awal berdirinya startup jumlah pegawai terbilang kecil jumlahnya, kebijakan serta peraturan nampaknya memang tidak terlalu urgent untuk dibuat. Dinamika kerja yang fleksibel dan multitask, sehingga tidak terlalu membutuhkan jumlah tim yang terlalu banyak.

Namun seiring berjalannya waktu dan startup mulai menunjukkan pertumbuhan yang positif dan jumlah pegawai semakin bertambah, sudah waktunya kebijakan serta peraturan yang jelas dibuat. Hal ini berguna untuk menerapkan peringatan, hukuman, rewards hingga pendekatan terbaik kepada pegawai. Di sinilah fungsi HR atau personalia berguna untuk melancarkan proses tersebut.

Cermati kisaran gaji pegawai secara rutin

Kisaran gaji pegawai dalam dunia startup termasuk yang paling cepat berubah. Agar Anda sebagai pendiri atau CEO bisa memberikan gaji yang tepat untuk engineer hingga tim pemasaran. Cermati dengan baik kisaran atau perubahan yang berlaku dalam dunia startup secara rutin.

Hal ini berguna ketika waktunya salah satu pegawai menuntut negosiasi gaji yang diinginkan dan tentunya layak untuk diberikan. Konfrontasi dengan pegawai bisa dihindari dengan cara memberikan gaji sesuai dengan jumlah yang tepat.

Jenjang karier yang jelas

Alasan terbesar pegawai terbaik Anda meninggalkan perusahaan adalah tidak adanya jenjang karier yang menjanjikan. Pegawai pada umumnya merasa jenuh dengan rutinitas yang ada tanpa adanya kepastian akan promosi atau peningkatan karier.

Untuk itu penting bagi pendiri startup menciptakan tenaga kerja yang mampu bekerja sebagai pimpinan, pembuat keputusan layaknya yang dilakukan oleh supervisor dan manajer pada umumnya. Latihlah pegawai dengan baik, agar mereka memiliki kemampuan untuk menjadi pemimpin dalam organisasi.

Ciptakan relasi yang baik dengan pegawai

Salah satu fungsi paling penting dari HR atau personalia dalam startup adalah untuk menciptakan relasi serta hubungan baik dengan pegawai. Dalam hal ini HR atau personalia harus bisa menampung semua masalah, kendala yang kerap dihadapi pegawai di tempat kerja.

HR atau personalia juga harus bisa berperan layaknya sebagai teman sekaligus mentor yang bisa memberikan ide atau motivasi untuk membyat pegawai lebih kreatif, contohnya adalah merekomendasikan pegawai untuk membuat proyek dengan tim, mencari solusi terbaik ketika pegawai merasa jenuh, dan menyelesaikan maslaah ketika ada konflik antar pegawai.

Sudah waktunya startup memiliki tenaga HR atau personalia yang kompeten, agar bisa menjadi pembimbing sekaligus motivator untuk pegawai startup. Praktisi HR atau personalia terbaik adalah mereka yang melakukan pendekatan people first. Dengan demikian bisa menciptakan lingkungan kerja yang positif.

Tujuh Cara Tepat Membuat Desain Produk

Menerapkan growth hacking bukan hanya berlaku untuk melakukan kegiatan pemasaran secara organik dalam startup, melainkan juga berlaku ketika desain sebuah produk akan dibuat. Idealnya produk desain yang menarik dan berfungsi dengan baik bakal menjadi favorit bagi target pasar yang diincar.

Artikel berikut akan mengupas tujuh hal yang wajib diperhatikan saat startup bersiap untuk meluncurkan desain produk.

Mendefinisikan metrik

Metrik ini tidak selalu harus rinci, tetapi kuncinya adalah untuk memberikan konteks untuk angka atau jumlah. Apakah orang benar-benar menggunakan produk Anda? Itulah pertanyaan yang perlu dijawab. Alasannya adalah agar tim produk dapat menggunakannya untuk mencari cara untuk benar-benar membantu, menambah nilai, dan memberikan manfaat bagi orang-orang membeli dan menggunakan produk.

Coba berikan definisi yang jelas kepada Product Manager (PM) agar dapat menginformasikan untuk desain jangka pendek dan tujuan desain jangka panjang. Mengetahui hal tersebut dapat membantu untuk memperjelas tujuan dan keputusan desain yang telah ditentukan. Setidaknya, dengan melakukan percakapan tersebut dengan PM dapat membantu untuk mengungkap dan mengevaluasi asumsi yang sudah ada.

Buatlah desain untuk Minimum Viable Personality (MVP)

Desain yang dibuat harus bisa menjadi sesuatu. Untuk mewujudkan hal tersebut harus didukung dengan visi dan misi yang jelas. Salah satunya memberikan alasan yang kuat agar pelanggan bersedia untuk mencoba dan setia dengan produk yang ada.

Contoh kasus yang ada misalnya Tesla. Meskipun produknya sangat kontroversial namun faktanya masih banyak pelanggan setia yang bersedia untuk setia dan menunggu dengan sabar. Hal selanjutnya yang wajib diperhatikan adalah produk harus memiliki prinsip dan yang terakhir produk harus mendapatkan cukup rincian yang tepat.

Buatlah cerita

Ketika saatnya membuat desain produk, cerita yang menarik dapat membuat informasi mudah dimengerti dan tentunya sulit untuk dilupakan. Gunakan bahasa sederhana untuk bercerita tentang produk Anda. Dalam lima kata atau kurang, orang harus segera mendapatkan tujuan di dunia.

Contoh berikut bisa menjadi inspirasi.

Unforgettable trips start here – Airbnb

Stories that move with you – Medium

Inti bisnis Airbnb adalah tentang kepercayaan, sehingga menjadi masuk akal jika Airbnb tidak hanya menggunakan desain yang bersih, namun juga desain yang memiliki estetika indah untuk menciptakan kepercayaan, tapi menggunakan cerita pengguna sebenarnya untuk menyampaikan pesan dalam format (testimonial) dan di konten.

Menyediakan cukup pilihan

Jika memungkinkan, produk harus bisa menemukan jalan yang tepat untuk pengguna, bukan membuat mereka memilih. Jika pada akhirnya produk yang ada terkesan menyulitkan dan membuat pengguna harus memilih, coba untuk meminimalkan jumlah pilihan dan berikan solusi yang direkomendasikan untuk pengguna. Desain produk yang sederhana, namun mampu memberikan penjelasan dan pilihan yang tepat, akan lebih mudah dipahami dan digunakan oleh pengguna dibandingkan dengan desain yang terkesan ‘sophisticated’ dan sulit dipahami.

Lebih progresif mengungkapkan informasi

Informasi yang diberikan secara jelas dan lengkap dapat membantu tampilan aplikasi atau mobile site lebih baik. Yang perlu dicermati adalah fokuslah kepada setiap informasi yang ditampilkan, buatlah langkah yang teratur untuk pertanyaan yang akan diberikan kepada pertanyaan selanjutnya.

Tampilkan proses dan status

Desain aplikasi yang baik adalah ketika proses, perkembangan, dan status terkini ditampilkan secara jelas dalam produk. Hal ini penting dilakukan, karena pengguna biasanya menyukai laporan hingga status terkini terhadap layanan atau produk yang telah diakses. Contoh sederhana adalah layanan peta transportasi on-demand dan posisi barang dari logistik layanan e-commerce.

Lakukan uji coba dengan 5 pengguna

Jika Anda ingin melihat kinerja atau melakukan uji coba terhadap produk yang telah dibuat dan siap diluncurkan, cobalah lakukan uji coba dengan 5 orang pengguna terlebih dahulu. Cara mudah yang bisa dilakukan adalah dengan membuat prototipe terlebih dahulu, kemudian lakukan uji coba kepada 5 orang pengguna selama 15 menit dan kumpulkan semua feedback serta masukan dari mereka.

Tampung semua masukan dan pertanyaan yang ada, posisikan diri Anda (PM) sebagai pendengar yang baik dan upayakan untuk tidak memberikan penjelasan terkait pertanyaan serta feedback yang datang dari pengguna. Tugas Anda adalah menampung semua feedback, bukan memberikan penjelasan atau jawaban.