Tips Startup dalam Menyikapi Persaingan

Persaingan dalam bisnis adalah hal biasa. Dengan persaingan kita menjadi tahu bahwa ada potensi di ceruk atau segmen bisnis kita. Persaingan bisa disikapi dengan lebih bijaksana untuk menghadirkan sebuah manfaat dari bisnis. Terus berbenah dan berinovasi salah satunya. Berikut beberapa tips bagaimana menyikapi persaingan dengan baik.

Memetakan persaingan sejak dini

Hal pertama untuk langkah tepat menyikapi persaingan adalah mengenali dengan pasti dengan siapa kita bersaing dan seperti apa mereka. Bahkan sebelum produk diluncurkan. Ini semacam melakukan analisis kekuatan, peluang, ancaman dan kelemahan. Dengan menganalisis kondisi pesaing setidaknya informasi mengenai nilai tambah dan kekurangan pesaing bisa ditinjau dan diantisipasi.

Seperti si A unggul karena X, si B unggul karena Y, dan mereka kurang Z dan lain sebagainya. Dan tentu setelah melihat keunggulan dan kekurangan masing-masing setidaknya terbantu untuk tahu tahu di mana titik inovasi atau pembeda bisa ditempatkan. Itulah mengapa sangat penting memetakan persaingan sejak awal.

Mencari tahu perbedaan dengan kompetitor adalah hal penting yang harus dilakukan setelah tahu kekuatan dari kompetitor. Jangan biarkan informasi mengenai kompetitor hanya menguap sia-sia.

Perhatikan jika tidak ada kompetitor

Tidak selamanya menjadi pelopor atau yang pertama itu baik. Bisa jadi menjadi yang pertama akan membuka peluang dan potensi pasar baru tapi yang lebih dikhawatirkan adalah jika menjadi yang pertama karena memang di sana tidak ada potensi. Selalu pastikan jika ceruk atau segmen terlihat sepi dari persaingan. Karena ada dua kemungkinan, potensi yang belum digali atau memang tidak berpotensi.

Jeli melihat kompetitor

Kompetitor tidak selamanya mereka yang sudah berada di dalam pasar dan sudah beroperasi jauh sebelumnya. Kompetitor juga bukan berasal dari produk-produk sukses yang sudah ada. Tidak menutup kemungkinan bahwa kompetitor berasal dari perusahaan-perusahaan baru, perusahaan-perusahaan rintisan. Pun dengan produk atau idenya. Bisa jadi produk-produk baru atau produk sukses sebelumnya, atau mungkin produk atau ide yang dulu sempat dikesampingkan. Selalu ingat bahwa pasar terus berkembang, kebutuhan pelanggan pun dinamis. Jadi pastikan selalu jeli melihat potensi kompetitor.

Tetap pantau siapa pun yang berpotensi menjadi kompetitor, namun abaikan suara “bising” dari mereka. Pastikan kita bisa belajar dan mempelajari mereka untuk langkah ke depannya.

Membangun hubungan dengan kompetitor

Mungkin ini terdengar buruk. Bagaimana mungkin kita membangun hubungan dengan kompetitor atau pesaing kita. Kalau untuk saling bertukar informasi rahasia atau ide mungkin iya, tapi kalau hubungan tersebut bisa menjaga dan meningkatkan potensi pasar mengapa tidak?

Terutama bagi startup, dengan solusi baru dan pasar yang mungkin membutuhkan edukasi, kolaborasi dan hubungan dengan kompetitor ini bisa berimbas positif. Tentu setelahnya masalah akuisisi pengguna tetap menjadi sebuah persaingan.

Lima Hal yang Wajib Diterapkan Startup Jelang Tahun Baru

Tidak terasa tahun baru sudah tinggal menghitung hari, waktunya untuk melakukan evaluasi target dan rencana yang telah dicapai sepanjang tahun 2016 dan merencanakan apa yang akan dilakukan tahun 2017 mendatang. Sebagai perusahaan rintisan, awal tahun baru bisa dimanfaatkan untuk melakukan scale up, mulai dari menambah inovasi, pindah kantor baru, merekrut lebih banyak karyawan hingga menentukan ke mana rencana bisnis perusahaan ke depannya. Artikel berikut ini akan membahas 5 cara yang baik dilakukan startup di awal tahun yang baru.

Tuliskan rencana dan tampung masukan dari rekan

Tentunya akan menjadi sia-sia jika Anda pemilik startup tidak memiliki rencana dan target yang ingin dicapai tahun 2017 mendatang. Untuk itu coba tuliskan rencana, harapan dan semua target yang ingin dicapai oleh Anda sebagai pemilik perusahaan untuk startup. Coba ceritakan rencana tersebut kepada rekan, di luar pegawai atau co-founder, dan coba tampung feedback dari pihak keluarga untuk kemudian menjadi masukan untuk Anda.

Keluar dari zona aman

Jika saat ini startup milik Anda sudah cukup memiliki profit dan menjalankan rutinitas yang ada, coba koreksi dan rubah target serta pencapaian yang ingin diraih lebih tinggi lagi. Keluar dari zona aman yang selama ini cukup nyaman Anda jalankan, demi memperoleh keuntungan dan prestasi yang lebih untuk startup.

Tumbuhkan rasa loyalitas karyawan

Sebagai pimpinan yang baik Anda harus memiliki kemampuan untuk mencermati kemampuan dan skill yang dimiliki oleh masing-masing karyawan Anda. Berikan tugas yang sesuai dengan latar belakang dan kemampuan yang dimiliki dan biakan karyawan Anda menjalankan tugasnya. Dengan menerapkan cara ini bukan hanya Anda sebagai pemimpin akan mendapatkan hasil yang diinginkan namun juga membuat karyawan Anda lebih bahagia.

Monitor rencana yang ada

Salah satu kesalahan yang kerap dilakukan oleh pemilik startup adalah, tidak melakukan pengecekan atau memonitor setiap minggu atau bulan rencana bisnis yang telah dijalankan. Apakah rencana yang telah dibuat selama 12 bulan ke depan sudah dilakukan atau terpaksa tertunda karena berbagai alasan, jangan pernah lupa untuk menuliskan laporan terkait perkembangan yang ada.

Nikmati pekerjaan yang ada

Salah satu kunci kesuksesan sebuah startup atau perusahaan teknologi ternama di dunia adalah, kecintaan serta rasa puas dan bahagia yang dimiliki oleh pimpinan hingga karyawan selama mengerjakan tugas yang diberikan. Jika karyawan Anda happy dengan tugas yang dibebankan, bisa dipastikan semua pekerjaan akan memberikan hasil yang baik dan sesuai dengan target yang ditentukan. Untuk itu upayakan selalu menikmati semua tugas dan pekerjaan yang ada, agar perusahaan bisa berjalan secara positif.

Pedoman Saat Pegawai Terbaik Anda Mengundurkan Diri

Sebuah startup yang masih early stage dan baru memiliki empat karyawan sedang mempersiapkan peluncuran produk secara perdana. Tenggat waktu persiapan kian mendekati hari H. Namun, tiba-tiba ada satu karyawan yang selalu diandalkan mengatakan bahwa dia sudah diterima di perusahaan lain dan ingin mengundurkan diri dari tempat lama.

Sontak, bagi si founder tersebut, kata-kata itu bagaikan tersambar petir di siang bolong. Perasaan langsung tercampur aduk, antara kesal, sedih, dan takut.

Berbagai ucapan mungkin diucapkan kepadanya, “Kita sudah hampir dekat hari H! Kau tega sekali. Apa kamu sadar betapa pentingnya dirimu dalam tim ini?”.

Bagi startup early stage itu, kehilangan pegawai terbaik adalah hal yang paling ditakuti oleh semua founder. Sebab, bila tim berjumlah empat orang saja artinya 25% pekerjaan akan ditinggal dan mau tak mau harus dikerjakan pegawai yang masih tersisa.

Beda halnya dengan perusahaan besar dengan jumlah pegawai sudah berjumlah 20, 200, atau 1.000 orang. Kehilangan satu orang terbaik mungkin bukanlah masalah besar, apalagi bila perusahaan tersebut sudah memiliki orang-orang terbaik yang mampu menggantikan dia.

Kisah ini adalah bagian dari kenyataan hidup yang harus siap dihadapi oleh semua founder startup.

Sebagai seorang founder, Anda sudah mencurahkan banyak waktu, tenaga, dan pikiran paling tidak selama 10 tahun untuk menuju satu gol yang ingin dicapai, yakni mengubah hobi jadi bisnis sukses. Anda pun rela melakukan banyak pengorbanan untuk mencapai gol tersebut.

Tapi apakah Anda sadar gol itu terdengar cukup gila untuk orang yang bukan founder seperti Anda. Semangatnya pasti berbeda dengan Anda. Anda perlu tahu bahwa pegawai terbaik itu tak hanya bekerja untuk perusahaan, tapi juga untuk mereka sendiri meningkatkan kemampuan dan posisinya di strata sosial.

Anda sebaiknya membantu mereka untuk mencapai gol masing-masing dengan memberikan tugas yang bisa mengasah kemampuan. Seiring berjalan waktu, dengan sendirinya kemampuan mereka akan tumbuh. Apabila Anda tidak bisa memberikan jenjang posisi berikutnya, artinya harus ada bantuan dari orang lain untuk memberikan itu.

Ketika pegawai terbaik Anda mengajukan resign, terimalah kenyataan itu, doakan mereka yang terbaik dengan tulus dan ikhlas. Mungkin hal ini cukup berat karena cukup menguras emosi.

Tugas Anda membuat tim menyukai pekerjaan mereka

Tidak ada yang bisa melarang seorang pekerja untuk mengundurkan diri dari tempat di mana dia bekerja. Banyak founder, ketika masih ada di tahap awal startup, tidak bisa berbuat banyak untuk membuat tim menyukai pekerjaan mereka.

Caranya bukan dengan menyediakan makan siang setiap hari atau cemilan di dapur, sangat bergantung dari masing-masing tim. Untuk itu, sebaiknya Anda tanyakan kepada mereka, dengarkan, dan lakukan apa yang mereka utarakan.

Tanyakan mengenai hidup, gol, dan tantangan. Hal apa yang mereka harap ingin dicapai, bukan dalam seminggu mendatang, tapi dalam setahun, lima tahun, sampai 10 tahun kemudian.

Dengarkan apa yang mereka ucapkan dan pikirkan hal-hal apa saja yang perlu Anda lakukan untuk bantu mereka mencapai gol tersebut. Terakhir, lakukan itu.

Sebab, pada dasarnya semua orang itu punya gol yang berbeda-beda. Mungkin ada yang bilang ingin memulai bisnis sendiri, menjadi direksi di perusahaan Anda, ingin memiliki kesetaraan antara hidup dan pekerjaan agar dapat membina keluarganya, atau lainnya.

Bagi Anda, penting untuk tahu hal tersebut karena jika tidak, mereka akan tidak senang dan tidak bisa bekerja dengan efektif sesuai peranannya.

Melindungi startup pasca pergolakan dalam tubuh tim

Anda harus pastikan startup bisa tetap berjalan, setelah ditinggal pergi pegawai terbaik. Ada tiga hal yang perlu Anda lakukan. Pertama, tidak perlu rekrut orang baru. Mungkin hal ini terlihat kontra-intuitif. Dengan talenta terbatas namun segudang gol, Anda pasti ingin merekrut orang yang mampu mengerjakan pekerjaan yang tidak bisa dilakukan orang lain, bukan?

Coba tanyakan pertanyaan ini ke diri Anda sendiri, “Jika pegawai ini mengundurkan diri, apa yang harus kita lakukan?”.

Jika suatu pekerjaan hanya bisa dilakukan oleh satu orang saja, artinya Anda bakal ditimpa masalah di kemudian hari. Untungnya ada solusi untuk mengatasi masalah ini.

Kedua, buat catatan pengetahuan resmi. Saat startup masih fase early stage, pegawai pertama Anda akan banyak memiliki pengetahuan penting yang berkaitan dengan kemajuan perusahan.

Namun, seiring berkembangnya bisnis dan pegawai yang terus silih berganti, perlu ada tindakan untuk mengakselerasi kemampuan pegawai baru bisa menyamai yang lama. Untuk itu, perlu dokumentasi mengenai setiap proses bisnis sehingga tidak hanya satu atau dua orang saja yang tahu.

Dokumen yang perlu dicatat misalnya, bagaimana publikasi konten di blog, berkomunikasi dengan konsumen, template marketing atau kampanye, software apa saja yang dibutuhkan beserta username-nya, dan lain sebagainya.

Ketiga, buat tim selalu bahagia. Tidak hanya membuat tempat kerja lebih nyaman, tapi sebaiknya bentuk budaya kerja dan buka semua peluang untuk pegawai bisa berprestasi.

Ketika tim percaya dengan Anda, dengan sepenuh hati mereka akan bekerja, tidak takut untuk memberi tahu mereka resign dari tempat Anda suatu waktu. Saat mereka resign akan dilakukan dengan cara yang baik-baik.

Dukung selalu pegawai Anda, di mana pun mereka berada

Hal ini mencerminkan bagaimana pentingnya menjadi CEO sekaligus manusia yang sukses karena tersirat ada kepercayaan bahwa pegawai Anda bergabung dengan perusahaan Anda karena mereka percaya Anda dapat mendukung pertumbuhan kariernya.

Ketika mereka memilih mundur, sudahi hubungan dengan cara yang baik-baik. Doakan dengan tulus, agar mereka selalu sukses di mana pun bekerja. Anda harus sudah antisipasi hal ini akan terjadi, tepat pada saat mereka pertama kali bekerja di tempat Anda.

Tahun Depan, Media Jadi Startup Sementara Startup Jadi Media?

Dalam dunia teknologi, ide atau produk baru hasil imitasi bakal terus tercipta dan terjadi hingga berulang kali. Contohnya adalah Instagram yang sudah menyalin ide Snapchat, dan kejadian akan terus terjadi ke depannya. Tapi satu bentuk spesifik dari imitasi akan mulai terjadi secara dua arah, mulai pada tahun depan.

Yaitu, industri media akan mulai beralih ke arah startup, sementara startup akan mulai menyalin beberapa strategi dari media secara umum. Artikel ini akan membahas lebih jauh mengenai hubungan industri media dengan startup. Berikut rangkumannya:

Mengapa media butuh budaya startup

Bukan lagi rahasia, ratusan dolar biaya iklan sudah mengalir ke pundi-pundi Facebook dan Google. Nominalnya bahkan lebih besar daripada beriklan di jalur konvensional, misalnya media cetak. Padahal, iklan di jalur ini sebelumnya jadi andalan tiap perusahaan selama beberapa dekade.

Laporan yang dimuat Tech.Co menuliskan, “Di tahun 2005, surat kabar di Amerika Serikat mengantongi pendapatan sebesar US$47,4 miliar dari oplah cetak dan US$2 miliar dari pendapatan iklan digital. Kemudian, di 2014 pendapatannya menurun drastis jadi US$16,4 miliar dan hanya mampu menghasilkan pendapatan dari iklan digital hingga US$3,5 miliar. Ini berita buruk bagi dunia jurnalisme.”

Editor Boston Globe Brian McGrory bilang contoh budaya startup yang dapat diadopsi industri media cetak adalah cara bekerja yang lincah, cepat, dan mampu menghadapi kegagalan.

“Budaya dalam newsroom akan menganalisis bagaimana kita dapat belajar lebih gesit dengan pengalaman kolektif, bahwa kita harus terus menerus melakukan eksperimen dan perubahan, mentolerir kegagalan, dan lebih bersikap sebagai pengusaha. Hal ini akan membutuhkan lebih banyak pelatihan dalam kelas, tapi pelatihan seperti apa yang kita butuhkan? Apakah pelatihan mengenai cara mengubah pola pikir? Atau bagaimana berperilaku lebih seperti startup daripada sebelumnya?,” kata McGrory.

Mengapa startup butuh budaya media

Startup juga mengalami kekurangan pendukung, misalnya sokongan dana dari investor. Beda dengan media, investor selalu memiliki dana segar, hanya saja mereka kini akan lebih selektif memilih startup mana yang layak untuk masuk ke portofolio.

“Menurut perusahaan firma hukum Wilson Sonsini Goodrich & Rosati, valuasi median pendanaan awal yang melibatkan investor profesional telah mencapai US$15 juta sepanjang lima tahun terakhir. Sayangnya, mereka tidak menginvestasikannya. Perusahaan modal ventura hanya berhasil mengumpulkan kurang lebih US$5,7 miliar di tahun ini. Lebih buruknya, jumlah startup yang mampu menggalang dana di putaran kedua atau ketiga turun 25% dibandingkan dengan angka yang sama di 2014.”

Lalu, apa yang bisa starup belajar dari masalah media? Jawabannya adalah bagaimana cara menjual diri mereka.

Penulis lepas Lexie Lu baru-baru ini menulis sebuah topik menarik, memilih lima tips yang bisa media ajarkan kepada komunitas startup. Bagaimana menggunakan suara dalam tim startup, bagaimana menyesuaikan penggunaan media sosial untuk mengembangkan nilai startup, bagaimana menghubungkan langsung apa yang konsumen butuhkan.

Kemudian, bagaimana mengembangkan budaya perusahaan dan bagaimana mengandalkan struktur kepemimpinan yang jelas. Singkatnya, dalam tulisan tersebut Lu mengatakan bahwa startup harus mengubah pengetahuan mereka menjadi layanan atau produk, kemudian mengubahnya jadi merek yang bernilai tinggi.

Ke depannya, menargetkan pertumbuhan jadi kurang penting bagi semua orang, mulai dari tim marketing, UI desainer, hingga pembuat konten. Sebaliknya, keterlibatan yang kuat jadi kunci. Startup dan industri media sama-sama akan menyadari bahwa 10 ribu pelanggan setia akan lebih menjanjikan untuk melakukan repeat order, daripada menghimpun 1 juta pelanggan yang tidak pernah memikirkan eksistensi perusahaan startup Anda.

Waktu yang Tepat Meluncurkan Aplikasi Mobile

Aplikasi mobile merupakan salah satu produk utama yang penting dimiliki oleh startup berbasis teknologi, namun demikian tidak semua startup atau perusahaan teknologi kemudian memutuskan untuk meluncurkan sebuah aplikasi mobile, karena cukup puas dengan memiliki mobile site saja. Jika saat ini startup Anda memutuskan untuk meluncurkan sebuah aplikasi, cermati dengan baik waktu yang tepat untuk meluncurkan aplikasi tersebut. Good timing ternyata mempengaruhi kesuksesan dari aplikasi mendapatkan perhatian dari target pengguna. Artikel berikut ini akan membantu Anda mengatur waktu yang tepat saat yang ideal untuk meluncurkan aplikasi mobile.

Biaya yang dikeluarkan untuk membuat aplikasi

Untuk membuat aplikasi yang berfungsi dengan baik dan diterima oleh target pengguna, Anda harus memiliki tim engineer kredibel, produk yang baik dan tentunya dana yang cukup untuk biaya pemasaran dan pengembangan yang dikeluarkan. Belum lagi proses persetujuan dari App Store atau Play Store yang biasanya memerlukan waktu yang cukup lama hingga akhirnya aplikasi yang dibuat bisa langsung di publikasikan di ‘toko’ tersebut.

Bulan dan hari yang tepat meluncurkan aplikasi

Setelah produk selesai dibuat, diuji coba dan bisa dipastikan berfungsi dengan baik, cari tahu terlebih dahulu waktu yang tepat untuk meluncurkan aplikasi Anda. Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Fetch, sebuah aplikasi strategi mobile untuk agensi pemasaran disebutkan, ada beberapa waktu yang ideal untuk kemudian dicermati oleh startup ketika bersiap untuk meluncurkan startup. Dari data tersebut tercatat bulan Febuari dan Desember terbilang merupakan waktu yang cukup “mahal” untuk kemudian meluncurkan aplikasi startup, salah satu alasannya adalah ongkos dari biaya pemasaran yang cukup tinggi biayanya.

Waktu yang terbilang cukup ideal dan tidak memerlukan biaya yang cukup tinggi adalah pada bulan Juli, Agustus, September dan Oktober. Kemudian untuk pemilihan hari disarankan untuk meluncurkan aplikasi pada hari kerja, karena pada akhir pekan biasanya biaya pemasaran akan jauh lebih besar.

Kesimpulan yang kemudian bisa diambil dari data tersebut adalah bulan Febuari atau Desember memang terbilang cukup mahal biayanya untuk meluncurkan aplikasi mobile, namun dari survei yang dilakukan cukup efektif. Sementara bulan terburuk untuk meluncurkan aplikasi mobile adalah minggu terakhir bulan Agustus. Pada akhirnya keputusan untuk meluncurkan aplikasi mobile di Play Store dan App Store, harus dibarengi dengan kegiatan pemasaran digital, agar informasi bisa tersebar dengan merata kepada target pengguna.

Lima Hal yang Perlu Dilakukan Usai Pivot Startup

Idealnya ide awal yang dimiliki oleh startup diharapkan bisa berkembang dengan baik tanpa adanya perubahan yang berarti, namun faktanya 15-20% startup kebanyakan terpaksa untuk melakukan pivot karena tidak mengalami peningkatan yang positif terhadap model bisnis yang dimiliki sejak awal.

Saat ini ketika persaingan semakin ketat dan sudah banyak startup yang menuai kesuksesan, melakukan pivot adalah langkah yang wajib dilakukan ketika bisnis model tidak berjalan dengan baik.

Artikel berikut ini akan membahas 5 hal yang baiknya dilakukan usai pivoting startup.

Buat rencana bisnis yang fleksibel

Rencana bisnis biasanya dibuat berdasarkan survei, riset dan pengumpulan data yang relevan untuk bisnis. Hal tersebut termasuk dari target pasar yang diincar dan jenis produk apa yang ingin ditawarkan. Usai pivot ada baiknya untuk membuat rencana bisnis yang lebih fleksibel, dalam hal ini menjadi hal yang wajar jika pada akhirnya rencana bisnis bisa berubah atau dikoreksi saat bisnis mulai berjalan. Yang perlu diperhatikan jangan pernah takut untuk kemudian merubah rencana jika keadaan memaksa untuk melakukan hal tersebut.

Hindari rasa penyesalan

Saat ide awal tidak berjalan dengan baik dan startup pada akhirnya harus memilih untuk melakukan pivoting, banyak pemilik startup yang kerap melihat kebelakang dan merasa bersalah terhadap keputusan yang telah dibuat. Agar startup bisa berjalan dengan baik ke depan, hindari untuk melihat kesalahan yang telah dibuat karena hanya akan menimbulkan rasa penyesalan. Fokuslah kepada ide baru dan target yang ingin dicapai dengan model bisnis baru startup Anda.

Sertakan pengguna setia

Jika startup Anda telah memiliki pengguna setia yang ternyata tidak keberatan untuk ikut serta dalam rencana terkini startup, upayakan untuk mengajak pengguna setia tersebut untuk kemudian turut mencoba produk baru yang akan diluncurkan. Kumpulkan feedback dari pengguna setia Anda dan berikan keuntungan lebih bagi mereka ketika produk baru diluncurkan.

Kurangi fitur yang tidak berfungsi dengan baik

Salah satu cara yang bisa dilakukan sebelum pivoting dilakukan adalah coba cermati kembali kira-kira fitur apa yang sepertinya kurang berfungsi dengan baik dan tidak diminati oleh pengguna. Kurangi fitur atau layanan tersebut dan fokuskan kepada layanan yang Anda anggap menonjol dan bisa ditampilkan lebih banyak. Sudah banyak perusahaan teknologi yang melakukan kegiatan tersebut, di antaranya adalah Flickr, Instagram, dan Slack.

Ubah target pasar

Selama ini mungkin Anda menganggap target pasar yang dulu telah sesuai dengan produk dan model bisnis yang dimiliki, ketika pivoting telah dilakukan coba tentukan target pasar yang baru dan tentunya sesuai dengan karakteristik produk Anda.

Eric Ries, entrepreneur dan penulis buku The Lean Startup, mengungkapkan:

“A pivot is a structured course correction designed to test a new fundamental hypothesis about the product, strategy and engine of growth.”

Empat Alasan Mengapa Startup Anda Harus Tempati Kantor Baru

Semua perusahaan sukses yang awalnya masih berupa startup, umumnya lahir dari sebuah garasi atau ruangan kecil di rumah yang dijadikan sebagai kantor. Akan tetapi, tidak selamanya Anda harus menempati ruangan kecil tersebut, terlebih bisnis makin kelamaan terus bertumbuh dan butuh banyak orang untuk membantu Anda.

Selain tidak nyaman, Anda akan kerap mendengar suara bising apabila lokasi tempat tinggal tergolong pemukiman padat penduduk. Tentu saja, hal tersebut akan mengganggu bisnis Anda. Oleh karena itu, sudah saatnya pindah ke kantor baru yang lebih luas. Artikel ini akan memberitahu alasan apa saja yang mengharuskan Anda untuk mencari kantor baru. Berikut rangkumannya:

1. Tempat yang baik, menarik minat talenta baru

Meskipun ruang kantor tradisional berkonsep “cublicle” bukan arah Anda, banyak opsi lain yang sangat memungkinkan untuk Anda pilih. Misalnya, meja kerja dengan konsep berbagi, di mana tim Anda setidaknya bisa berkumpul dalam satu tempat. Setelah bisnis menghasilkan traksi dan Anda butuh talenta baru untuk membesarkan tim. Memiliki ruangan kantor di luar rumah, atau di dalam kedai kopi dinilai dapat membawa legitimasi untuk startup Anda.

Asal tahu saja, mencari talenta itu artinya Anda harus rela berkompetisi dengan perusahaan memperebutkan mereka. Maka dari itu, Anda perlu menempatkan diri di posisi mereka, bagaimana kondisinya bila Anda sendiri di wawancara di tempat yang tidak memiliki ruangan meeting ketika bertemu klien atau kedatangan tamu.

Apalagi, jika Anda mencari talenta yang sudah memiliki pengalaman di bidangnya selama bertahun-tahun. Kondisi kantor yang kurang sedap, secara tak langsung akan buat mereka jadi beralih mencari peluang lainnya yang lebih baik.

2. Kantor adalah tempat untuk terhubung dan berkolaborasi

Startup adalah usaha marathon yang membutuhkan semua mentalitas dan komitmen dari pekerjanya untuk tetap bekerja keras demi kemajuan bersama. Punya kantor itu sama halnya Anda dan tim memiliki tempat berkumpul, demi menjaga produktivitas, kerja sama tim, meski terkadang harus bekerja secara remote.

Tidak ada teknologi yang bisa menggeser dari pertemuan tatap muka secara langsung. Sebuah tim yang memiliki jalinan yang kuat butuh satu ruangan bersama untuk saling memotivasi satu sama lain.

Dalam konteks co-workspace, ada energi yang ditimbulkan dari berbagi meja kerja bersama dengan startup lainnya. Selain itu, memberikan kesempatan untuk menemukan kemitraan potensial lainnya agar semakin berinovasi.

3. Co-working space membantu memperluas jaringan

Ketika Anda memutuskan untuk ikut ke co-working space sebagai tempat kerja, ada banyak kegiatan positif yang diadakan oleh komunitasnya seperti workshop, diskusi panel, atau program lainnya yang membantu meningkatkan kapabilitas seorang entrepreneur.

Selain itu, Anda juga akan mendapatkan wawasan baru, akses, dan informasi dari startup lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk bisnis Anda. Menjadi anggota dari komunitas co-working space, memungkinkan Anda untuk ikut terlibat dalam berbagai kegiatan yang bisa membangun kesadaran pengembangans startup di lingkungan.

4. Tempat yang baik = Keseimbangan antara kerja dan rumah

Ketika Anda dan tim memutuskan untuk pindah kantor, ada kesempatan untuk mendorong ekosistem kerja jadi lebih sehat. Di mana, kantor sebagai tempat menghabiskan sebagian hidup dan memiliki fasilitas dapur untuk memasak masakan sehat. Efeknya terjadi peningkatan kualitas hidup.

Meski pengadaan ruang kerja baru jadi salah satu pengeluaran tetap, ada timbal balik yang bakal Anda terima. Timbul kepuasan tersendiri yang dirasakan oleh tim yang membuat mereka jadi lebih termotivasi untuk bekerja dan membangun startup.

Sepuluh Tanda Waktunya Berhenti Bekerja di Sebuah Startup

Dinamika yang terjadi pada startup terkadang bisa membuat kondisi tidak stabil bahkan cenderung berakhir kegagalan. Jika hal tersebut terjadi pastinya akan mempengaruhi pegawai yang selama ini telah memberikan kontribusi terhadap jalannya usaha. Keputusan untuk berhenti sebagai pegawai di startup, tentunya menjadi pilihan utama jika beberapa aspek yang mempengaruhi terjadi di startup, hal tersebut wajib dicermati agar penyesalan di kemudian hari tidak terjadi.

Artikel berikut akan mengupas 10 hal yang perlu dicermati ketika waktunya berhenti bekerja di startup.

Informasi finansial dan saham tidak transparan

Ketika Anda memutuskan untuk bekerja di startup baiknya perlu mengetahui informasi terkait finansial di startup. Mulai dari saham, ekuitas dan hal-hal lainnya. Dengan demikian Anda bisa mengetahui bagaimana pertumbuhan dan rencana jangka panjang finansial startup untuk ke depannya. Jika perusahaan cenderung menyembunyikan informasi tersebut, adalah tanda yang wajib dicermati untuk segera berhenti bekerja di startup.

Kerap melakukan penggalangan dana

Tanda lain yang wajib dicermati adalah ketika startup kerap melakukan penggalangan dana. Idealnya proses penggalangan dana untuk tahap seed memakan waktu sekitar 2 bulan, sementara Seri A bakal memakan waktu 3 sampai 5 bulan. Ketika perusahaan pada akhirnya “terhambat” dan berakhir selalu melakukan penggalangan dana, artinya kondisi keuangan tidak stabil dan startup berisiko kehabisan uang.

Burn rate yang tinggi

Pada akhirnya startup didirikan untuk menghasilkan keuntungan, mampu untuk mencapai tahap selanjutnya atau scale up dan bisnis model yang terbukti berhasil dan diminati. Jika startup kerap melakukan kegiatan pemasaran, diskon, promo dan lainnya akan menyebabkan tingginya burn rate dan berisiko untuk gagal berkembang. Ini menandakan startup tidak mampu untuk menjalankan bisnis dengan baik.

Pertumbuhan pengguna organik menurun

Di awal usaha banyak startup yang cenderung melakukan akuisisi pelanggan dengan menggunakan cara pemasaran berbayar atau paid marketing. Bisa dipastikan jumlah pengguna bakal tumbuh secara cepat namun pada umumnya tidak mampu untuk bertahan dan akan berakibat penurunan secara cepat ketika pemasaran berbayar dihentikan. Di sisi lain startup gagal untuk mendapatkan pengguna organik dan cenderung untuk mengalami penurunan. Cermati tanda ini untuk kemudian menjadi alasan tepat untuk berhenti bekerja di startup.

Tidak memanfaatkan feedback dari pelanggan

Di awal jalannya usaha menjadi kewajiban untuk menampung semua feedback dari pelanggan dan mencoba untuk melakukan trial and error terhadap produk baru yang telah diluncurkan, hal ini idealnya wajib dilakukan oleh startup yang telah mendapatkan pendanaan tahap seed atau Seri A.

Dalam hal ini pegawai startup harusnya sudah mengetahui apa yang diinginkan oleh pelanggan dan fitur apa yang bakal disukai.

Rencana untuk mendapatkan profit tidak jelas

Kebanyakan startup baru mengatakan tidak terlalu memikirkan profit terlebih dahulu, dan lebih memfokuskan kepada pemasaran yang masif. Idealnya di masa awal startup diluncurkan sudah bisa memiliki strategi yang tepat untuk mendapatkan profit, mengumpulkan pengguna dan memasarkan produk dengan tepat. Jika startup masih saja menjalankan usaha dengan mengandalkan layanan ‘gratis’ disertai dengan tidak adanya rencana yang baik untuk mendapatkan profit, menjadi tanda yang tepat untuk segera meninggalkan pekerjaan.

Gagal membuat produk yang berfungsi

Produk yang berfungsi dengan baik dan disukai oleh pengguna akan mempengaruhi kesuksesan sebuah startup. Jika startup tempat Anda bekerja saat ini masih kesulitan untuk membuat produk yang baik dan diminati oleh target pengguna, bisa dipastikan startup akan mengalami kesulitan untuk berkembang.

Tidak memiliki tim yang handal

Untuk menekan budget yang ada startup kemudian merekrut pegawai yang kurang handal atau tidak memiliki kemampuan yang cukup baik terkait dengan tugas yang dibebankan. Pada akhirnya produk tidak bisa berkembang dengan baik dan menghambat jalannya usaha. Startup yang baik adalah startup yang mampu menciptakan kolaborasi yang baik antara anggota tim yang masing-masing memiliki kemampuan lebih agar startup bisa berkembang.

Tidak melakukan perubahan dan mempelajari teknologi terkini

Jika saat ini Anda bekerja sebagai tim engineer di startup baiknya untuk selalu mempelajari informasi terkini, teknologi dan perubahan yang ada. Jangan hanya mengandalkan pengetahuan dan wawasan yang saat ini dimiliki, dan enggan untuk membuka wawasan serta mencari informasi yang terkini. Pada akhirnya startup akan berusaha mencari tenaga engineer yang mampu beradaptasi, cerdas dan memiliki wawasan yang luas.

Tidak cukup yakin dengan CEO

CEO sebuah startup pada umumnya adalah pemimpin yang memiliki visi dan rencana yang jelas untuk perkembangan startup. Jika CEO startup tempat Anda bekerja tidak bisa menjadi seorang pemimpin yang cerdas, bertanggung jawab, dan kerap melakukan hal-hal yang tidak sesuai dan cenderung merugikan perusahaan, ada baiknya untuk segera berhenti dari pekerjaan, karena bisa dipastikan CEO tersebut tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk menjadi seorang pemimpin.

Perhatikan Lima Hal Ini Sebelum Membuat “Pop Up Store”

Gerai sementara (pop up store) merupakan salah satu strategi pemasaran online-to-offline (O2O) yang dianggap ampuh untuk mendongkrak penjualan suatu bisnis. Malah, strategi ini bisa diaplikasikan untuk semua jenis bisnis, termasuk layanan e-commerce. Contoh terdekatnya adalah Berrybenka sudah beberapa kali menggelar pop up store di kawasan Jakarta.

Menurut pihak Berrybenka, lewat implementasi strategi ini pertumbuhan penjualan dan konsumen meningkat hingga 300% di masing-masing kota yang menghadirkan Berrybenka Pop Up Store.

Selain mendongkrak penjualan, keberadaan pop up store menawarkan berbagai manfaat. Misalnya, menarik pengunjung untuk berkunjung lebih cepat, spontanitas, dan secara informal. Serta, pop up store dapat dibangun atau dibongkar lebih cepat dalam hitungan jam, sehingga lebih fleksibel tidak seperti gerai tradisional.

Pop up store juga memberikan tampilan seakan-akan hanya memerlukan sedikit perencanaan karena tampilannya yang begitu sederhana. Sebenarnya ini hanya kamuflase, dalam artian positif, sebab ada prinsip bisnis menyebut penjualan produk yang baik itu terlihat dari penampilan yang penuh spontanitas.

Artikel ini akan membahas lima kunci sukses yang perlu diperhatikan oleh pengusaha sebelum menggelar pop up store di tempat publik. Berikut rangkumannya:

1. Buat pop up yang eksklusif

Eksklusif adalah kunci untuk menghasilkan kehebohan tentang acara Anda. Ketika Google berkeinginan untuk memamerkan platform virtual reality (VR), mereka memutuskan untuk membuka pop up store di New York.

Alhasil, konsumen jadi tertarik dengan janji-janji yang ucapkan Google bahwa mereka bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat. Jika Anda membuat pop up store sendiri, pastikan kata-kata dalam undangan yang Anda sebarkan memberikan kesan eksklusif.

Contohnya, “hanya 20 kursi tersedia” akan mendorong respon yang lebih cepat dari konsumen.

2. Buat untuk jangka waktu yang singkat

Kunci sukses lainnya adalah adakan pop up store untuk jangka waktu yang singkat. Entah Anda sudah memutuskan untuk mengadakan acara dari beberapa hari atau beberapa bulan sebelumnya dari hari H, pastikan Anda sudah mengirimkan undangan dari jauh hari.

Sebab Anda harus berhati-hati dalam mengkoordinasikan bagaimana Anda akan mempromosikan pop up store, baik untuk pelanggan dan calon pelanggan yang ingin diraih. Selama masa perencanaan, buat jadwal posting tentang acara tersebut.

3. Kolaborasi dengan pemain lainnya

Jika tujuan akhir Anda adalah menjangkau pelanggan baru, maka salah satu pendekatan yang paling baik adalah berpartner dengan pemain lainnya yang dapat menjangkau pelanggan lewat jaringan mereka sendiri.

Seperti yang dilakukan perusahaan cloud computing asal Amerika Salesforce, mereka berpartner dengan kelompok konsultan kecil yang memiliki klien dari perusahaan profil tinggi untuk memberikan nasihat.

Pertimbangkan manfaat yang bisa diterima oleh pelanggan, sebagai salah satu hal utama yang harus Anda pikirkan sebelum memilih partner acara.

4. Buat topik yang sifatnya in-demand

Subyek acara pop up yang Anda buat akan jadi berbeda dan menarik, bila dikemas dengan cara yang berbeda. Pilih topik yang akan Anda bahas, dengan jangkauan target pelanggan yang luas.

Sebuah firma hukum di London menjadi tuan rumah acara pop up acara hukum, di mana dapat mempertemukan pelanggan secara tatap muka untuk memberikan nasihat hukum. Hal ini dapat membantu Anda menghasilkan pembicaraan di komunitas lokal, juga menciptakan potensi dapat memperoleh klien baru di masa mendatang.

Anda mungkin merasa seolah-olah sudah memberikan apa yang Anda ketahui kepada mereka, namun klien itu pada dasarnya tidak pernah merasa puas. Mereka ingin menggali informasi lebih jauh, sebab info yang mereka dapat saat acara pop up terlalu singkat.

5. Pilih lokasi yang tepat

Kecuali Anda mengadakan pop up store secara online, Anda hanya membutuhkan host yang kuat saat live nantinya. Tapi bila Anda ingin mengadakan secara offline, memilih kantor Anda sebagai lokasi pop up store mungkin jadi pilihan yang paling aman. Tapi pikirkan secara obyektif dari pandangan calon pelanggan, lokasi mana yang paling nyaman bagi mereka.

Jika mengadakan di kantor Anda, mungkin calon pelanggan akan menolak datang karena tempatnya yang jauh dari lokasi kantor mereka, meski mereka sudah cukup tertarik dengan konsep pop up store yang sudah Anda umumkan.

Lokasi yang Anda pilih haruslah memiliki karakter, yang tepat dengan produk dan tema acara. Bahkan, jika Anda menggelar pop up store di ruang konferensi hotel, Anda buat sentuhan sendiri dengan penataan ulang furnitur.

Secara keseluruhan, pop up store mungkin terlihat spontan, tapi untuk sukses butuh waktu perencanaan yang bisa memakan banyak waktu. Ketika Anda sukses menggelar pop up store, mungkin ke depannya ada strategi lainnya yang bisa Anda terapkan.

Tetap Produktif Meskipun Tidak Bekerja di Dalam Kantor

Tren bekerja jarak jauh (atau remote working) muncul bersama digitalisasi yang masif di lingkungan pekerjaan. Mulai dari cara berkomunikasi, berkolaborasi dan mengerjakan pekerjaan dirangkum menggunakan teknologi komputer. Di beberapa kantor bahkan tidak mewajibkan karyawan untuk melakukan presensi, karena lebih mengedepankan pencapaian yang terangkum dalam KPI (Key Performance Indicator). Terlepas dari sisi kenyamanan dan kebebasan, bekerja jarak jauh juga ditekan untuk dapat selalu produktif dan mampu berbaur apik dengan proses bisnis di kantor.

Ada beberapa strategi yang dapat dibiasakan oleh pekerja remote untuk memastikan kesehariannya mampu memberikan kontribusi aktif untuk pekerjaan. Berikut ini beberapa hal yang dapat diperhatikan.

Membangun rutinitas—dengan mindset tetap bekerja, bukan bersantai ria

Kendati bekerja dari rumah, disiplin waktu juga wajib diterapkan. Beberapa perkantoran memiliki jam-jam tertentu dalam menjalankan roda bisnisnya. Sebagai pekerja remote perlu untuk membiasakan selalu tersedia di jam bekerja tersebut. Jika perlu sesuaikan kegiatan dengan apa yang terjadi di kantor, semisal jam masuk kerja adalah jam 08.00, maka pekerja remote juga telah bersiap di jam tersebut, begitu juga jam makan siang. Hal ini untuk menjamin ketersediaan ketika dibutuhkan untuk penyelesaian isu urgent.

Biasakan untuk disiplin waktu, dan membangun mindset bahwa saat ini tengah bekerja. Ada tanggung jawab yang sedang dipikul.

Mencari tempat kerja yang minim gangguan

Ada yang nyaman ketika bekerja di tempat yang sepi, ada juga yang menikmati suasana santai seperti di sebuah coffee shop. Memahami habit pribadi yang seperti ini penting untuk pekerja remote. Dengan memahami situasi diri, ia akan mampu memilih tempat yang cocok untuk memastikan hari-harinya menjadi lebih produktif. Memisahkan kegiatan pribadi dengan lingkungan bekerja menjadi salah satu cara untuk meminimalkan gangguan. Lingkungan bekerja juga harus mampu mengakomodasi kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan. Pekerja remote juga diwajibkan mampu menghindari gangguan yang mungkin menghampiri, misalnya ajakan bermain atau sesuatu hal lain yang mengganggu jam kerja di rumah.

Penting untuk memberikan pemahaman kepada orang rumah, teman atau kerabat, bahwa kita sedang bekerja, kendati terlihat seperti sedang santai di rumah.

Kelancaran komunikasi adalah kunci

Alat-alat seperti messaging app (Slack, Skype, Google Hangout, dan lain-lain), task management (Trello, Wunderlist, dan lain-lain), online workspace (Google Drive, SharePoint, dan lain-lain) wajib masuk di perangkat yang digunakan sehari-hari, baik di komputer, laptop ataupun ponsel. Berkomitmen bekerja jarak jauh artinya juga memberikan jaminan terkait kebutuhan konektivitas internet. Karena biasanya kantor yang memperbolehkan karyawannya bekerja secara jarak jauh, lantaran kegiatan produktifnya dapat diwakili melalui aplikasi dengan ketersediaan online-nya.

Komunikasi menjadi salah satu hal terpenting dalam roda bisnis, khususnya untuk kolaborasi tim. Pastikan kebutuhan ini terjamin oleh pekerja remote.

Siap sedia, bekerja remote juga memiliki konsekuensi

Umumnya kantor-kantor yang mengizinkan karyawannya bekerja secara remote adalah kantor dengan sistem produksi yang fleksibel. Seperti pengembang perangkat lunak, media, perusahaan desain dan industri kreatif lainnya. Pekerjaan yang dibawa tidak harus diselesaikan di tempat tertentu menggunakan alat yang hanya ada di kantor. Namun jangan salah, justru fleksibilitas ini biasanya memiliki konsekuensi sang pekerja harus siap setiap saat. Contoh kecil saat bekerja remote menjadi mobile developer, ketika tiba-tiba ditemukan bugs dari kode yang ditulis, mau tak mau harus memperbaiki secepatnya saat itu juga, terlebih jika melibatkan sistem produksi di perusahaan yang menjadi klien.

Bekerja remote terkesan santai, namun sejatinya harus siap setiap saat. Jadi tidak ada salahnya saat bepergian di hari kerja selalu membawa perangkat komputasi ke mana-mana.

Memberikan hasil konsisten

Pada akhirnya kualitas pekerja akan ditentukan oleh hasil yang ditorehnya. Memiliki waktu yang lebih fleksibel harus bisa dimanfaatkan untuk selalu berpikir secara kreatif dan cerdas. Dengan memberikan hasil yang memuaskan (baik bagi atasan ataupun klien) akan memberikan kepercayaan kepada perusahaan untuk mengizinkan bekerja secara remote. Perusahaan akan merasa sudah tidak perlu lagi mengawasi secara khusus. Memberikan hasil terbaik secara konsisten memantapkan keyakinan terhadap kualitas pekerja, bahwa dengan bekerja di rumah pun keahliannya tidak diragukan lagi.