Kalahkan Fnatic, G2 Esports Menangkan League of Legends European Championship

G2 Esports memenangkan League of Legends European Championship (LEC), setelah mengalahkan Fnatic dengan skor 3-0 di babak final. Dengan ini, G2 Esports berhasil menjadi gelar LEC sebanyak 4 kali berturut-turut.

Dalam game pertama, AD Carry Fnatic, Carl Martin Erik Larsson alias Rekkles, sukses mendapatkan first kill dengan bantuan dari ‎Oskar “Selfmade” Boderek. Pada menit ke-9, Fnatic kembali menargetkan AD Carry dari G2 Esports. Namun, Marcin “Jankos” Jankowski dari G2 berhasil melindungi rekan satu timnya. G2 Esports justru dapat membalikkan keadaan dan membunuh dua pemain Fnatic. Dua menit kemudian, kembali terjadi pertarungan antar tim. Masing-masing tim berhasil mendapatkan dua kill.

G2 berhasil meruntuhkan tower pertama. Dengan cepat, Fnatic balas meruntuhkan tower G2. Sepanjang game pertama, Jankos dari G2 sukses menekan Fnatic dengan terus membunuh anggota tim oranye tersebut. Tekanan dari Jankos ini memudahkan Rasmus “Caps” Winther, yang menggunakan LeBlanc, melakukan tugasnya sebagai mid laner.

G2 esports menangkan lec
G2 Esports saat melawan Fnatic di babak final LEC.

Pada game kedua, untuk mencegah Caps menggunakan LeBlanc, Fnatic memutuskan untuk mem-ban karakter tersebut. Dalam pertandingan kali ini, G2 Esports berhasil mendapatkan first kill. Namun, Fnatic berhasil mendominasi jalannya pertandingan. Mereka bahkan berhasil menghancurkan dua inhibitor G2. Mereka juga sempat mencoba memulai team fight dengan G2. Sayangnya, mereka gagal menaklukkan lawannya.

Sepanjang pertandingan, kedua tim terus beradu dan membunuh pemain tim musuh. Walau, baik Fnatic dan G2 Esports tak mencoba untuk melawan Baron Nashor. Ingat bahwa dua inhibitor mereka telah runtuh, G2 memutuskan untuk membunuh Ancient Drake sebelum fokus di mid-lane. Setelah itu, mereka menembus markas Fnatic. Mereka sukses mengalahkan Fnatic dalam team fight sebelum menghancurkan nexus Fnatic dan memenangkan game ke-2.

g2 esports menangkan lec
Proses pick dan ban pada game ke-3.

Pada game ke-3, Fnatic dan G2 Esports kembali bermain dengan agresif. G2 berhasil mendapatkan first kill pada menit ke-5, saat mereka membunuh Tim “Nemesis” Lipovšek di mid-lane. Tak lama kemudian, Fnatic juga berhasil mendapatkan kill pertama mereka. Namun, hal ini membuka celah bagi Caps untuk membunuh pemain Fnatic yang lain.

Setelah kalah 2-0, sulit bagi Fnatic untuk bisa bangkit kembali. Memang, pada awal game ke-3, Fnatic sempat memberikan perlawanan yang hebat. Sayangnya, pada menit ke-25, G2 Esports telah sukses mendominasi pertandingan. Fnatic masih mencoba untuk melawan, tapi pada akhirnya, mereka harus mengaku kalah dari G2 Esports.

Dengan kemenangan ini, G2 Esports tak hanya memenangkan €80 ribu (sekitar Rp1,4 miliar), tapi juga masuk ke League of Legends World Championship sebagai first seed. Tahun lalu, G2 Esports berhasil menjadi finalis LWC 2019. Sayangnya, mereka harus bertekuk lutut di hadapan FunPlus Phoenix.

Sumber: VP Esports, Forbes, Win.gg

Rekap ESL One Thailand: BOOM Esports Pimpin Klasemen dan Kejutan 4 Zoomers

Setelah diumumkan secara resmi di bulan yang lalu, pertandingan babak utama ESL One Thailand tengah bergulir di divisi Asia dan Amerika. Dalam gelaran turnamen ini ada 10 tim tengah bertanding untuk menjadi tim terbaik di benua Asia, diikuti pula 8 tim yang tengah berlaga di benua Amerika.

Adapun di waktu yang sama kerja sama antara ESL dan Pemerintah Thailand secara tidak langsung menandakan penerimaan yang baik akan kegiatan esports di region Asia Tenggara. Sebelumnya kota Manila di Filipina juga pernah menjadi tuan rumah bagi gelaran turnamen Dota 2 di tahun 2016 yang lalu.

Dimulai dari divisi Asia, sampai sejauh ini sudah berlangsung 3 matchdays. Ada 10 tim sudah terbagi ke dalam 2 grup yang tengah bertanding untuk memperebutkan slot ke tahapan playoff. Posisi klasemen fase grup untuk sementara waktu ini dipimpin oleh tim BOOM Esports dengan raihan 3 kali kemenangan. Posisi berikutnya diisi oleh tim TNC Predator yang juga tampil meyakinkan saat menaklukkan tim Adroit dan tim Motivate.Trust Gaming yang merupakan jawara dari turnamen ESL Thailand Championship 2020.

Beralih ke grup B, tim Geek Fam dan tim Sparking Arrow Gaming memimpin dengan raihan yang sama, 2 kali kemenangan. Nampaknya sejauh ini tim Geek Fam tidak menunjukkan penurunan performa setelah berpisah dengan salah satu anggotanya. Tim Sparking Arrow Gaming menjadi satu-satunya tim dari region Tiongkok yang menunjukkan performa yang baik di antara deretan tim dari region Asia Tenggara lainnya.

Sesuai dengan kabar terkini, tim Fnatic baru saja berhasil menumbangkan tim TNC Predator dengan bermain penuh 3 match. Match terakhir yang menjadi penentuan, bahkan tercatat menembus durasi 1 jam. Pada match ketiga, Tim TNC Predator berkali-kali menahan high ground push dari tim Fnatic dengan aksi split push yang merepotkan lawannya.

Dari divisi Amerika, tim Quincy Crew dapat melaju mulus ke babak playoff dengan 6 kemenangan dari fase grup. Di luar dugaan, laga pembuka babak playoff, tim Quincy Crew harus tersingkir ke lower bracket saat dikalahkan 2-0 tanpa balas oleh tim 4 Zoomers. Pertemuan antara tim Infamous dan tim Thunder Predator dalam waktu dekat juga akan menjadi penentuan tim terbaik dari region Amerika Latin yang pantas dinantikan.

Fase grup di divisi Asia akan berakhir di tanggal 31 Agustus 2020 mendatang. Sedangkan hari yang sama akan menjadi laga pemuncak untuk tim-tim yang berlaga di divisi Amerika. Perlu diingat juga pada hari ini seharusnya The International 10 seharusnya digelar jika pandemi tidak pernah terjadi.

Fnatic Masih Menunggu Waktu yang Tepat untuk Membentuk Divisi VALORANT Mereka

Di tengah menanjaknya tren game FPS terbaru besutan studio Riot Games, Fnatic terpantau belum memiliki roster di divisi game VALORANT. Dalam sebuah pernyataan Colin “Cojo” Johson sebagai Senior Team Director dari Fnatic menyampaikan dalam sebuah wawancara bahwa sejauh ini Fnatic belum akan membentuk tim divisi VALORANT dan masih membuka diri sambil terus memantau pemain potensial, setidaknya sampai tahun 2021.

Sebagai organisasi yang namanya mengudara dengan menjadi salah satu tim CS:GO terbaik, tentu saja tumbuh harapan dari para penggemar agar Fnatic bisa turut serta dalam skena kompetitif VALORANT sejak tahap awal perkembangannya. Sekalipun dari segi umur game VALORANT bisa dikatakan masih seumur jagung, nyatanya game VALORANT sudah berhasil menarik banyak organisasi esports ternama untuk bersiap dengan sejumlah roster VALORANT mereka.

Di waktu yang kurang lebih bersamaan game VALORANT menjadi sebuah fenomena migrasi beberapa pemain profesional yang sudah lama aktif di game FPS lain. Hingga saat ini sudah tercatat beberapa nama yang meninggalkan disiplin gamenya untuk memulai bermain serta menguji peruntungannya di dsiplin game VALORANT.

Adapun melalui gelaran turnamen IGNITION SERIES, Riot Games melalui VALORANT memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada komunitas untuk secara aktif mengadakan turnamen di level akar rumput. Tercatat juga organisasi esports sepreti Team Vitality, T1, dan FaZe Clan yang mengambil kesempatan menggelar turnamen sekaligus sebagai ajang pencarian bakat untuk melengkapi roster tim VALORANT mereka.

Fenomena keengganan yang sama juga bisa terlihat dari skena Asia Tenggara. Beberapa tim yang sudah terlebih dahulu memiliki pengalaman di dispilin game FPS, sejauh ini masih dalam tahapan membidik kesempatan untuk lebih terjun ke dalam divisi game VALORANT dan membuat tim.

Fnatic menyampaikan bahwa langkah yang akan diambilnya tidak terlalu terbu-buru serta masih memberikan ruang dan waktu yang lebih untuk melihat potensi game VALORANT. Apa yang dilakukan oleh Fnatic menegaskan kehati-hatian menginggat secara bisnis, sebuah tim esports memerlukan dana yang tidak sedikit untuk digelontorkan di satu waktu.

Di sisi lain juga tercatat bahwa gaji pemain profesional game VALORANT sudah menyentuh angka yang perlu diantispisasi sekalipun belum ada turnamen VALORANT yang digelar secara resmi oleh Riot Games.

via: Essentially Esports
via: Essentially Esports

Adapun arus pemasukan dari tim esports sejauh ini masih mengandalkan pendaanan internal maupaun hdaiah uang dari rangkaian turnamen IGNITION SERIES yang belum menunjukana tanda-tanda melambat dan digantikan oleh turnamen yang sepenuhnya dijalankan Riot Games.

Secara bisnis tidak dapat dipungkiri bahwa gaji pemain bukan satu-satunya faktor yang masuk dalam pertimbangan sebuah organisasi esports, ketersedian dan perburuan pemain profesional potensial juga mendatangkan tantangan tersendiri.

Di tengah situasi pandemi dan skena kompetisi yang masih tidak kunjung menentu, memulai sebuah tim esports baru akan menjadi langkah ayng dibayangi oleh faktor resiko kerugian yang lebih besar dari sebelumnya.

Raven Kembali Bergabung ke Tim Fnatic Setelah Tinggalkan Tim Geek Fam

Bursa transfer roster Dota 2 di region Asia Tenggara mendadak menjadi hangat belakangan ini. Beberapa waktu yang lalu, tim Fnatic tercatat melepaskan Nuengnara “23savage” Teeramahanon dari roster aktifnya. Tidak lama berselang, Marc “Raven” Polo Luis Fausto dinyatakan berpisah dari tim Geek Fam setelah baru saja memenangkan turnamen ONE Esport Dota 2 SEA League 2020.

Ternyata salah satu konklusi dari fenomena perpindahan pemain ini adalah kembalinya Raven ke dalam roster aktif tim Dota 2 Fnatic. Sekalipun belum sampai seminggu yang lalu 23savage baru saja mencatatkan 11.000 mmr dan menjadi top player Dota 2 di region Asia Tenggara, tidak membuat posisinya aman di roster tim Dota 2 Fnatic. Usainya gelaran ONE Esports Dota 2 SEA League juga dipandang menjadi pemicu aktivitas bongkar pasang roster dari tim-tim region Asia Tenggara.

https://twitter.com/FNATIC/status/1288059131694403584

Tim Fnatic tampaknya masih berusaha menemukan susunan roster terbaik bisa tampil merajai skena Dota 2 di region Asia Tenggara. Masih belum jelas alasan apa yang mendasari tim Fnatic memutuskan untuk melepas 23savage dari roster saat ini.

Raven sendiri sudah mengawali kariernya dari skena Dota 2 Filipina sejak tahun 2014 yang lalu. Ia tercatat sudah pernah malang melintang di beberapa tim papan atas region Asia Tenggara. Bahkan tercatat di babak final gelaran turnamen ONE Esports Dota 2 SEA League, Raven bersama tim Geek Fam sukses membungkam tim Fnatic.

Selama 14 bulan berjalan bersama tim Geek Fam, Raven bisa memberikan pondasi yang kuat bagi performa tim Dota 2 Geek Fam yang gemilang. Di banyak pertandingan peran Raven cukup signifikan saat harus menghadapi perlawanan yang sengit. Adapun penampilan Raven bersama tim TNC Predator di gelaran turnamen The International 2017 membuktikan kualitasnya unntuk berada di urutan teratas pemain Dota 2 Asia Tenggara.

23savage | via: vpesports
23savage | via: vpesports

Eric “ReiNNNN” Khor sebagai Team Manager Fnatic menyatakan bahwa Fnatic masih berambisi untuk membangun super team yang akan mendominasi region Asia Tenggara. Raven dipercaya untuk melengkapi rancangan roster yang sudah dimiliki oleh tim Dota 2 Fnatic.

Di sisi lain sejauh ini belum terdengar kabar ke manakah 23savage akan berlabuh setelah meninggalkan tim Fnatic. Berpindahnya 23savage akan menjadi hal yang diantisipasi oleh komunitas Dota 2 di region Asia Tenggara.

Fnatic Umumkan Kolaborasi Dengan Gucci, Tampilkan Divisi League of Legends

Tak bisa dipungkiri bahwa Fnatic adalah salah satu brand esports terbesar di dunia. Tahta tersebut didapatkan oleh organisasi esports asal Inggris ini berkat prestasi-prestasi yang mereka dapatkan di dalam berbagai skena kompetitif. Divisi CS:GO Fnatic adalah peringkat 1 dunia menurut HLTV. Divisi Dota Fnatic bisa dibilang sebagai salah satu yang terbaik di Asia Tenggara. Divisi League of Legends Fnatic bisa dibilang empat besar di kancah Eropa, yang membuat mereka jadi tim League of Legends dengan jumlah penonton terbanyak.

Melihat hal ini, tidak heran jika berbagai brand berbondong-bondong ingin kerja sama dengan Fnatic. Yang terbaru, Fnatic mengumumkan kerja samanya dengan brand fashion kelas atas asal Italia, Gucci. Pengumuman ini dilakukan oleh Fnatic lewat sebuah twit. Twit tersebut berisi video dengan durasi 9 detik, yang menunjukkan para pemain dari divisi League of Legends menggunakan produk-produk dari Gucci.

Sejauh ini belum ada informasi lebih lanjut terkait kerja sama ini. Jika melihat dari toko online resmi Fnatic, Satu yang pasti adalah kolaborasi ini akan menampilkan seperangkat merchandise Fnatic x Gucci, yang akan rilis 25 Juni 2020 ini. Tak hanya itu, dalam laman tersebut, Fnatic juga mengumumkan kolaborasi lainnya. Ini termasuk kolaborasi mereka dengan brand sportswear asal Amerika Serikat, Champion, yang diinformasikan rilis 27 Juli 2020.

Ini sebenarnya bukan kali pertama Gucci melirik ekosistem esports sebagai ladang kerja sama mereka. Sebelumnya Gucci sudah sempat melakukan pendekatan dengan mengundang Fnatic mereka ke salah satu acara fashion paling ternama, Milan Fashion Week, pada Februari 2020 kemarin.

Belakangan, memang sedang banyak brand fashion yang terjun ke dalam ekosistem esports. Sebelum Gucci, ada juga brand fashion kelas atas yang terjun ke ekosistem esports. Dia adalah Louis Vuitton, yang bekerja sama dengan Riot Games, untuk menyajikan Travel Case Trofi League of Legends World Championship.

Ditambah lagi, beberapa brand esports juga punya fokus menjadikan brand mereka sebagai bagian dari gaya hidup, lewat sajian apparel miliknya. Salah satunya ada FaZe Clan yang November lalu membuka toko apparel-nya sendiri, dan menyatakan bahwa mereka ingin menjadi “SUPREME-nya” esports lewat sajian apparel yang mereka miliki. Hal ini tentunya, akan semakin menarik minat brand apparel untuk bisa bekerja sama dengan mereka, agar dapat meraih hati para penikmat skena kompetitif game.

Fnatic Bekerja Sama dengan Loco dalam Ekspansinya di India

Baru-baru ini Fnatic mengumumkan kerja samanya dengan aplikasi layanan streaming asal India, Loco. Langkah yang diambil baru-baru ini menunjukkan keseriusan tim esports tersebut untuk berekspansi di pasar esports Asia Selatan.

Belakangan ini memang region Asia Selatan seakan menjadi hemisfer baru di skena esports internasional. Fnatic memulai langkah ekspansi di India dengan mengakusisi tim PUBG Mobile XSpark di akhir tahun 2019.

via: Instagram fnatic_pubgm
via: Instagram fnatic_pubgm

Tentu saja ekspansi Fnatic ke India bukan tanpa sebab. Skena esports India memang terbilang cukup menarik dan potensial. Selain dari jumlah demografi, penggemar esports di India memiliki antusiasme yang tinggi. Hal ini terlihat dari perkembangan mobile esports di India.

Mengutip pernyataan dari Nimish Raut, Pimpinan Fnatic India, “Fnatic akan berdedikasi untuk menghibur para penggemar dengan konten gaming yang baru dan segar.”

via: instagram fnatic_pubgm
via: instagram fnatic_pubgm

Adapun Loco adalah aplikasi layanan stream yang berfokus pada konten esports. Loco merupakan salah satu lini produk yang dibesut oleh perusahaan media dan digital entertainment Pocket Aces. Semenjak didirikan di tahun 2013, Pocket Aces sudah mempunyai pengalaman membangun audiens digital India melalui konten.

Dengan adanya jalinan kerja sama antara Fnatic dan Loco, mereka berharap dapat mengembangkan konten esports yang lebih variatif dan menyenangkan bagi pasar India. Seluruh roster tim Fnatic India secara otomatis bergabung menjadi streamer di aplikasi Loco bersama dengan deretan gaming personalities kenamaan India.

Rencananya, konten eksklusif Fnatic dan turnamen akan menjadi proyek yang segera dikerjakan keduanya. Inovasi yang ingin dilakukan Fnatic bersama Loco adalah untuk mendekatkan esports menjadi bagian dari lifestyle di India.

via: YouTube
via: YouTube

Dalam pernyataannya, Anirudh Pandita and Ashwin Suresh, pendiri Pocket Aces, “Fnatic dan Pocket Aces memiliki visi yang sama untuk membangun ekosistem esports yang berkelanjutan di India.”

Lebih jauh lagi tentang pencapaian Loco, sebagai salah satu efek dari pandemi yang terjadi, jumlah streamers gaming dan esports mengalami penambahan yang signifikan. Hal ini membuktikan bahwa Loco menjadi platform pilihan yang dapat mempertemukan kreator konten gaming dan esports dengan penggemarnya.

Fnatic Adalah Pemenang ESL ONE Birmingham SEA Online League

Akhir pekan lalu menjadi puncak dari pertandingan ESL One Birmingham – SEA Online League. Diikuti oleh 6 tim Dota 2 dari Asia Tenggara, puncak pertandingan ini mempertemukan salah satu rivalitas yang cukup keras di skena Dota 2 Asia Tenggara, Fnatic dengan BOOM Esports.

Sebelumnya pada babak grup BOOM Esports sebenarnya tampil mendominasi, dengan catatan menang-kalah 4-1. Sementara Fnatic mengintil di peringkat 2 dengan catatan menang-kalah 3-2. Namun ketika masuk babak Playoff, BOOM Esports tersandung pada pertemuan pertamanya melawan Fnatic di Winners Round 1, kalah 2-0.

Karena itu, Dreamocel dan kawan-kawan harus merangkak dari lower-bracket, mengalahkan Geek Fam 2-0 terlebih dahulu untuk bisa membalaskan dendamnya terhadap Fnatic. Daryl Koh (Iceiceice) dan kawan-kawan terbilang tampil mendominasi dalam seri pertandingan best-of-5 melawan BOOM Esports.

Game pertama, Fnatic sudah memegang jalannya pertempuran sejak 15 menit pertama pertandingan. Dengan skor kill 12 – 4 untuk Fnatic di menit 16, BOOM Esports jadi kewalahan menghadapi tempo permainan yang ada. Keunggulan tersebut terus menjadi momentum bagi Fnatic sampai memaksa Rafli Fathur Rahman (Mikoto) mengetik GG untuk BOOM Esports di menit 32.

BOOM Esports sempat membalas di game kedua. Mikoto dengan hero andalannya, Void Spirit, berhasil membuat Fnatic jadi kalang kabut menghadapinya. Kill demi kill didapat membuat momentum positif bagi BOOM Esports. Fnatic melawan dengan perlawanan terbaiknya, tetapi BOOM Esports terlalu kuat, hingga Ancient milik Nuengnara Teeramahanon (23Savage) dan kawan-kawan akhirnya pecah di menit 42.

Walau kalah pada game sebelumnya, Fnatic membuktikan mental juaranya di game keempat dan lima. Sempat terseok di awal game empat, namun Fnatic bangkit lagi dan berhasil memenangkannya. Ini membuat jalan menjadi semakin mulus bagi Fnatic, sampai mereka menjadi juara ESL One Birmingham – SEA Online League setelah menangkan game kelima.

“Menurut gue, hasil melawan Fnatic bisa berdampak baik bagi kami, walaupun hasilnya adalah kekalahan. Baik karena bisa menjadi motivasi tambahan bagi kami. ” Tukas Brizio Adi Putra (Hyde).

Hyde lalu menjelaskan soal alasan, kenapa BOOM Esports bisa menang melawan Fnatic saat Group Stage, namun kalah di babak final. “Mungkin mereka lebih siap saat Playoff. Mungkin juga mereka riset lebih banyak soal cara main BOOM Esports sebelum bertanding di babak final.” Ucapnya.

Kemenangan ini memberikan Fnatic hadiah sebesar US$15.000 (sekitar Rp216 juta), sementara BOOM Esports menerima US$10.000 (sekitar Rp144,6 juta) sebagai runner-up dari pertandingan ini. Melihat dari catatan Gosugamers, pertemuan antara Fnatic dengan BOOM Esports sampai saat ini masih dikuasai oleh Fnatic dengan catatan 5 kali menang, satu kali seri, dan dua kali kalah.

Pertandingan berikutnya bagi BOOM Esports adalah Huya E-Sports Legendary League dan ONE Esports Dota 2 SEA League. Semoga BOOM Esports bisa semakin baik lagi, dan mendapatkan hasil yang memuaskan di pertandingan berikutnya.

Fnatic dan OnePlus Gelar Kompetisi PUBG Mobile di India

OnePlus telah menjadi sponsor Fnatic sejak Januari 2019. Sementara dalam satu tahun belakangan, salah satu fokus Fnatic adalah memasuki pasar esports India, yang memang tengah berkembang pesat. Setelah mengakuisisi tim PUBG Mobile XSpark, Fnatic juga mempekerjakan Nimish Raut, mantan Senior Manager for Esports untuk Riot Games.

Minggu lalu, Fantic mengumumkan rencana mereka untuk mengadakan kompetisi PUBG Mobile bersama dengan OnePlus. Dalam kompetisi yang dinamai Domin8 ini, para gamer India akan memiliki kesempatan untuk melawan pemain Fnatic, influencer gaming India, serta atlet kriket lokal. Pertandingan akan diadakan dalam tiga babak. Tim yang menang akan mendapatkan smartphone flagship OnePlus.

Fnatic oneplus
Tim PUBG Mobile Fnatic cukup populer di media sosial. | Sumber: The Esports Observer

“Fnatic turun tangan dalam pembuatan konsep dan siaran kompetisi ini. Mengadakan Domin8 ini adalah sesuatu yang ingin kami lakukan bersama dengan OnePlus,” kata Nimish “Nemo” Raut yang kini menjadi Country Lead Fnatic pada The Esports Observer. Tim PUBG Mobile adalah salah satu tim Fnatic yang memiliki fans paling banyak di media sosial, walau roster tersebut juga akan dibubarkan setelah PUBG Mobile Pro League South Asia. Tanmay “ScoutOP” Singh, pemain bintang Fnatic memiliki lebih dari 1 juta pengikut di YouTube dan Instagram. Singh akan turut serta dalam acara Domin8.

Selain Singh, Domin8 juga akan diikuti oleh Luv “Godnixon Gaming” Sharma, kreator konten yang telah menjadi bagian dari Fnatic, Aaditya “Dyanamo Gaming” Sawant, streamer PUBG Mobile terbesar di India dengan 7 juta pengikut di YouTube, serta aktor/influencer Ahsaas Channa, yang tampil dalam web series yang dibuat oleh PUBG Mobile India. Kompetisi Domin8 juga akan diikuti oleh empat atlet kriket India ternama, yaitu Yuzvendra Chahal, KL Rahul, Shreyas Iyer, dan Smriti Mandhana. Para atlet tersebut memiliki jutaan pengikut di media sosial.

“OnePlus adalah rekan global Fnatic dan PUBG Mobile. Mereka punya peran penting dalam memajukan kerja sama dengan kami. Kegiatan ini tidak termasuk dalam rencana awal kami, tapi kami berdua setuju bahwa kompetisi tersebut akan bisa mendorong pertumbuhan industri esports di India,” kata Raut. “Ada beberapa hal yang kami negoisasikan ulang, seperti bagaimana kami akan memperkenalkan merek OnePlus ke masyarakat India. Ke depan, Fnatic dan OnePlus akan melakukan banyak hal bersama.”

PUBG Mobile memang sangat populer di India. Hal ini memungkinkan OnePlus untuk mengakses pasar gamer yang mungkin tak terjangkau oleh Fnatic. “Gaming akan memegang peran penting, tidak hanya untuk perusahaan smartphone, tapi juga untuk banyak perusahaan lain. Promosi melalui esports memungkinkan para merek untuk membuat marketing dan iklan yang menarik.”

Fnatic CS:GO Kembali Menjadi Peringkat 1 Dunia

Fnatic baru-baru ini berhasil menyodok peringkat 1 dunia di kancah Counter-Strike:Global Offensive (CS:GO). Ini merupakan kali ketiga organisasi esports asal Swedia merebut peringkat satu dunia di kancah kompetitif CS:GO.

Peringkat tim CS:GO terbaik dunia ini dibesut oleh salah situs media serta pencatat performa tim dan pemain esports CS:GO yang berdiri sejak 2002 lalu, HLTV.org. Fnatic menyusul Natus Vincere yang berada di peringkat teratas sebelumnya.

NAVI berada di peringkat paling atas selama kurang lebih 2 bulan lamanya, menurunkan Astralis dari tahta, setelah memenangkan IEM Katowice 2020 pada awal Maret 2020 kemarin. Namun sayang, NAVI tidak berhasil mempertahankan peringkat mereka, setelah harus puas mendapat peringkat 4 saja saat bertanding di gelaran online ESL Pro League Season 11, yang akhirnya dimenangkan oleh Fnatic.

Seperti disebut di awal, ini adalah kali ketiga Fnatic merebut peringkat 1 ranking HLTV. Pertama kali Fnatic menjadi peringkat 1 dunia adalah saat sistem rank HLTV diperkenalkan untuk pertama kalinya pada Oktober 2015.

Fnatic berhasil mempertahankan peringkat tersebut selama tiga pekan, namun setelahnya mereka disalip oleh Team Solomid, yang ketika itu bertanding dengan roster Astralis saat ini. Tim asal Swedia ini akhirnya berhasil menyalip kembali, dan menduduki pemuncak klasemen sebelum akhir tahun 2015.

Ketika itu, mereka berhasil mempertahankan peringkat 1 selama empat bulan, sampai akhirnya NAVI merebut itu di tahun 2016. Dengan pergeseran peringkat ini, Astralis kini menjadi tim terbaik dunia ketiga. Ini adalah peringkat terendah yang pernah diterima tim asal Denmark tersebut, sejak September 2019, setelah memenangkan StarLadder Berlin Major.

Sumber: ESL Official Media
Sumber: ESL Official Media

Turnamen berikut yang bisa kembali menggoyang peringkat ini adalah ESL One: Road to Rio regional Eropa dan Amerika Utara yang sudah berjalan. HLTV mengatakan, walau ini diselenggarakan secara online, namun memenangkan kompetisi tersebut tetap dianggap sebagai sebuah pencapaian untuk menggambarkan skena kompetitif CS:GO yang berubah karena situasi pandemi COVID-19.

Fnatic saat ini terbilang cukup terpuruk pada pertandingan yang sudah dimulai sejak 22 April 2020 kemarin tersebut. Bertanding di grup A bersama 7 tim lainnya, Fnatic kini berada di peringkat 6 dengan perolehan menang-kalah 1-2.

Peringkat satu grup A sementara ini diduduki oleh Ninja in Pyjamans dengan perolehan menang-kalah 3-0. Lalu di grup B ada FaZe Clan, yang juga mendominasi pertandingan sejauh ini dengan perolehan menang-kalah 3-0.

Melihat keadaan ini, akankah Fnatic bisa terus mempertahankan peringkat 1 dunia ranking HLTV?

Gaet 5 Organisasi Esports, BMW Bakal Fokuskan Marketing ke Esports

BMW menandatangani kontrak kerja sama dengan lima organisasi esports ternama, yaitu Cloud9, Fnatic, FunPlus Phoenix, G2 Esports, dan T1 Entertainment & Sports. Melalui kerja sama ini, perusahaan pembuat mobil asal Jerman itu akan menyediakan kendaraan untuk mengantarkan tim dari dan ke tempat pertandingan. Mobil-mobil ini akan menampilkan logo dari masing-masing tim.

Sementara itu, logo BMW akan disematkan di jersey anggota tim esports. Bersama dengan lima organisasi esports ini, BMW juga akan membuat kampanye di media sosial. Sayangnya, tidak diketahui berapa nilai kerja sama antara BMW dengan lima organsiasi esports tersebut. Menurut perkiraan Forbes, kerja sama BMW dengan masing-masing tim bisa mencapai jutaan dollar.

Cloud9, Fnatic, FunPlus Phoneix, G2 Esports, dan T1, kelimanya memiliki tim yang berlaga di berbagai game, seperti Dota 2, Hearthstone, Super Smash Bros, dan League of Legends. Menariknya, kelima organisasi esports ini merupakan rival di League of Legends, walau kelimanya bertanding di kawasan yang berbeda-beda. T1 berlaga di liga Korea Selatan, sementara Cloud9 di Amerika Utara, dan Fnatic serta G2 merupakan tim asal Eropa, lapor The Esports Observer.

bmw esports
BMW akan menyediakan mobil untuk tim yang menjadi rekan mereka. | Sumber: BMW

“Kami tidak akan bekerja sama,” kata CEO dan Co-owner G2 Esports, Carlos “Ocelote” Rodriguez, seperti yang dikutip dari Forbes. “Kami justru  akan melawan satu sama lain.” Memang, dalam kampanye marketing yang BMW lakukan dengan lima organisasi esports ini, mereka akan menggunakan tagar #UnitedinRivalry.

Ini bukan kali pertama BMW masuk ke dunia esports. Mereka pertama kali menjadi sponsor esports pada 2017. Ketika itu, mereka menjadi sponsor dari babak final liga League of Legends Eropa. Selain itu, mereka juga pernah menjadi title sponsor dari turnamen balapan virtual BMW SIM LIVE pada 2019. Meskipun begitu, keputusan BMW untuk bekerja sama dengan lima organisasi esports sekaligus menunjukkan betapa seriusnya mereka dalam dunia competitive gaming.

“Dalam jangka panjang, esports akan menjadi prioritas utama kami,” kata Stefan Ponikva, Head of BMW Brand Experience Shows & Events, menurut laporan Forbes. Dia menjelaskan, pada akhirnya, dana yang BMW alokasikan untuk esports akan melebihi biaya sponsorship untuk olahraga tradisional, seperti golf dan balapan. “Sebagai generasi digital, anak-anak muda jarang menonton TV dan tidak terlalu peduli pada model marketing tradisional. Esports akan menjadi alat kami untuk mendekatkan diri dengan mereka.”

BMW Esports
T1 menjadi rekan BMW di Korea Selatan. | Sumber: T1 Entertainment & Sports

Memang, esports kini tengah naik daun, terutama di tengah pandemik virus corona. Newzoo memperkirakan, jumlah penonton esports mencapai 454 juta orang. Dalam waktu tiga tahun, jumlah itu akan bertambah 190 juta orang lagi. Sementara dari segi bisnis, industri esports diperkirakan akan bernilai US$1 miliar pada 2020. Selain jumlah penonton yang banyak dan terus bertambah, hal lain yang membuat esports menarik adalah fakta bahwa sebagian besar dari penonton esports merupakan generasi milenial atau gen Z. Audiens esports biasanya lebih sering menonton siaran langsung di platform streaming seperti YouTube dan Twitch daripada televisi.

Ponikva juga mengungkap, dana yang BMW gunakan dalam kerja sama dengan lima organisasi esports ini tidak diambil dari biaya marketing lainnya. Sebagai gantinya, BMW berencana untuk mengurangi biaya yang mereka keluarkan untuk mengadakan kegiatan offline seperti trade show. Meskipun begitu, Ponikva sadar, audiens esports tidak akan membeli mobil dalam waktu dekat. Karena itu, dia mengaku, investasi BMW di esports ini mungkin tidak akan berbuah manis dalam waktu dekat.

“Saat waktunya tiba, kami akan tahu bahwa kami telah membuat para fans esports mencintai BMW,” ujar Ponikva. “Dan kami akan menjadi merek mobil pertama yang mereka ingat.”