Targetkan Kalangan Millenial, Kulina Terus Berekspansi Sampai Akhir Tahun

Platfom marketplace untuk mempertemukan antara catering dan home chef dengan pelanggan melalui medium situs dan aplikasi mobile Kulina, kembali mengumumkan inovasi terkini. Kali ini adalah paket makan siang dengan harga istimewa untuk pelanggan di Jakarta. Berdiri pada akhir tahun 2015 lalu, Kulina sendiri basis operasinya adalah di Jakarta dengan development office yang berada di Yogyakarta, berkomitmen untuk menjadi startup terdepan dalam hal penyediaan kuliner dengan pilihan menu beragam di Indonesia.

Sejak diluncurkan, Kulina mengklaim telah memiliki 50 dapur katering yang telah bergabung dan lebih dari 10 ribu pelanggan yang mengakses Kulina melalui desktop dan aplikasi. Aplikasi Kulina saat ini hanya tersedia di Android dan belum diluncurkan dalam versi iOS.

By the end of 2016 kami akan launch untuk iOS, tetapi sebenarnya saat ini biggest user adalah melalui web / mobile web. Apps kami fokuskan pada engagement dan memberikan kontrol yang lebih mudah bagi users kami saat berlangganan (fitur untuk melewati makanan, memperpanjang langganan),” kata CEO Kulina Andy Fajar Handika kepada DailySocial.

Ditambahkan oleh Andy, saat ini, pelanggan Kulina terbesar (sekitar 70%) adalah pekerja kantoran untuk makan siang. Sisanya adalah dari kalangan pengguna yang tinggal di apartemen/perumahan. Sementara untuk layanan yang tersedia di Kulina di antaranya meliputi kebutuhan untuk katering diet, Indian food, Chinese food, Japanese food sesuai dengan keunggulan masing-masing dapur yang tergabung dalam Kulina.

“Kulina saat ini mengirimkan ribuan porsi setiap harinya ke seluruh Jakarta. Selain pelanggan individu, kami juga melayani cukup banyak pelanggan korporat, seperti Sale Stock, aCommerce, dan lainnya,” kata Andy.

Targetkan kalangan millenial

Dengan mengedepankan konsep marketplace, Kulina menawarkan kesempatan kepada pelaku UKM yang memiliki usaha katering rumahan untuk ditawarkan kepada pasar yang lebih luas. Konsep ini berbeda dengan layanan yang sebelumnya telah hadir di industri kuliner seperti Berrykitchen dan Gorry Gourmet.

“Konsep Kulina adalah curated marketplace, artinya pelanggan tidak akan kuatir dengan variasi makanan yang tersedia, karena makanan akan diproduksi dari berbagai dapur. Di sisi lain, kami aware juga bahwa kualitas sangat penting, sehingga untuk tergabung di Kulina, kitchen partner kami harus melalui beberapa tahapan verifikasi,” kata Andy.

Selain proses penyaringan partner, Kulina menghadirkan Kulina Box sebagai produk Kulina yang terbaru yang diluncurkan untuk menargetkan kalangan millenial sebagai pelanggan Kulina.

“Fokus kami adalah affordability pada segment market kami, yaitu Gen-Y dan millennial. Dengan rata-rata spend untuk makan siang di Jakarta berkisar 40-50rb/porsi, Kulina Box menawarkan hanya Rp 20,000 /box untuk makan siang komplit. Artinya konsumen kami bisa melakukan penghematan ratusan ribu rupiah dari gaji mereka per bulan, dan tentunya tidak perlu kehilangan waktu berharga untuk makan siang ke restoran/warung,” kata Andy.

Target lainnya yang diharapkan bisa segera terealisasi akhir tahun 2016 ini adalah memperluas jangkauan layanan Kulina. Saat ini Kulina masih terbatas melayani hanya di Jakarta saja, dengan memanfaatkan layanan pengiriman dari pihak ketiga. Kulina tidak memiliki tim pengiriman secara internal.

“Tentunya ekspansi wilayah untuk akhir tahun 2016. Target kami akan membuka seluruh wilayah Jabodetabek dan menyusul kota-kota besar lain di Indonesia,” tutup Andy.

Application Information Will Show Up Here

Ambruknya Bisnis Foodpanda di Indonesia dan Kekuatan Startup dengan Sentuhan Lokal

Kabar hangat datang dari startup besutan Rocket Internet yang juga beroperasi di Indonesia, Foodpanda. Diberitakan TechCrunch, berdasarkan sumber yang mereka peroleh, bahwa startup yang melayani pesan antar makanan tersebut akan segera menjual operasi bisnis Foodpanda Indonesia. Yang menjadi sorotan adalah nilai jualnya, yang hanya sekitar $1 juta. Sementara itu basis bisnis keseluruhan startup asal Berlin tersebut sudah tersebar di lebih dari 500 kota di 23 negara dunia.

Menurut pemaparan CEO Ralf Wenzel, Foodpanda sudah memantapkan pasar (hingga mendapatkan keuntungan) di wilayah Eropa Timur dan Timur Tengah. Asia Tenggara, khususnya Indonesia, tampaknya bukan menjadi pasar yang pas untuk Foodpanda, karena sejak bisnisnya berdiri, sangat sulit menemui potensi pemasukan bisnis.

Saat ini tim Foodpanda juga dikabarkan tengah melakukan evaluasi kritis untuk keseluruhan bisnis di Asia Tenggara. Tahun lalu bisnis Foodpanda di Vietnam pun sudah terlebih dulu dijual. Pun demikian bisnisnya di India dan Hong Kong, akhir-akhir ini banyak diberitakan miring.

Kami telah menanyakan informasi lebih lanjut ke tim Foodpanda Indonesia dan sejauh ini masih belum mendapatkan jawaban.

Pemain lokal memang harus lebih piawai merangsang pasar

Melemahnya pergerakan Foodpanda di Indonesia disebut-sebut karena dominasi pemain lokal di sektor on-demand, dalam hal ini layanan Go-Food dari Go-Jek. Jumlah rekanan driver yang lebih banyak dan adopsi yang cukup kencang oleh masyarakat lokal membuat Go-Jek makin digandrungi. Apalagi jika dibandingkan dari sisi kelengkapan makanan yang ditawarkan, Go-Food memang terasa lebih bervariasi dari sudut pandang penikmat makanan lokal.

Kedua startup tersebut betul-betul harus berjuang keras mengakuisisi pelanggan. Namun kokohnya Go-Jek sebagai pemain lokal, menjadi sebuah indikasi menarik bahwa produk atau layanan lokal sebenarnya dapat bersaing dengan layanan luar, bahkan yang sudah “mapan” sekalipun, asalkan memiliki kecakapan dan penetrasi yang kuat.

Lebih memahami bagaimana kultur pengguna di Indonesia

Keterbatasan jangkauan pengantaran oleh kurir Foodpanda menjadi salah satu faktor yang banyak diperbincangkan. Padahal Foodpanda membatasi hal ini dengan alasan kualitas pelayanan yang lebih baik. Masyarakat ternyata lebih menghargai Go-Food yang mampu membantu membeli makanan hingga sejauh 25 km dari lokasi pengantaran, padahal hanya berbekal plastik biasa dan tidak menggunakan kotak penyimpanan khusus selama perjalanan.

Startup yang mampu memaksimalkan potensi layanan akan mampu bertahan lebih kuat. Go-Jek awalnya didirikan untuk kebutuhan transportasi, tapi mampu mengemas kekuatan armadanya untuk bisa memenuhi berbagai kebutuhan lain. Inilah yang disebut dengan memahami kultur. Mampu mengoptimalkan sebuah layanan untuk merangkul proses bisnis yang lebih luas.

Apa yang terjadi di Indonesia bisa terjadi di negara-negara basis Foodpanda yang lain. Cepat atau lambat jika perusahaan tidak mampu menyesuaikan tatanan bisnis dengan kebutuhan lokal yang ada, atau menyesuaikan karakteristik bisnis dengan kultur yang ada, maka pemain lokal di tiap negara tersebut bersiap untuk mengakuisisi ekosistem pengguna yang sudah adaptif dengan layanan on-demand. Hal ini menjadi pelajaran bagi para pelaku startup menanggapi persaingan yang semakin kompetitif secara global.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Rayakan Ulang Tahun Pertama, Foody Indonesia Segera Luncurkan Layanan On-Demand Food Delivery

Menginjak usia 1 tahun, Foody Indonesia mengklaim telah memiliki 500 ribu pengguna aktif, lebih dari 52 ribu data tempat makan serta 15 ribu lebih ulasan restoran. Startup yang berbasis di Vietnam ini sejak awal kehadirannya tahun 2015 silam memang sengaja tidak melancarkan kegiatan promosi yang masif. Hal tersebut dilakukan oleh Foody Indonesia untuk menambah jumlah pengguna, data tempat makan dan ulasan restoran.

“Kami menyadari meskipun sudah satu tahun berada di Indonesia, Foody tidak terlalu banyak menggelar kegiatan promosi, dengan harapan kami bisa membangun tim secara internal, data base dan lainnya,” kata CEO Foody Minh Dang.

Selama ini Foody Indonesia yang berusaha tampil untuk membantu penggguna memanfaatkan fitur ulasan dan informasi tempat makan lengkap di Jabodetabek dan kota-kota lainnya, menjalankan strategi bisnis yang cukup berbeda dengan kompetitor langsungnya, Zomato. Dengan mengedepankan konten video sebagai informasi tempat makan, Foody lebih memilih untuk memanjakan pengguna dengan ragam manfaat seperti reward voucher restoran, diskon hingga promo istimewa di tempat makan.

“Foody ingin menjadi lebih dari sekedar layanan direktori tempat makan, yaitu dengan memberikan point system dan reedem voucher untuk pengguna yang menuliskan ulasan di situs dan aplikasi Foody,” kata Minh.

Dalam kesempatan temu media hari ini, Foody mengumumkan fitur baru yang rencananya akan segera dirilis, yaitu kartu keanggotaan dari Foody Mobile Apps.

Layanan terbaru dan ekspansi

Saat ini Foody Indonesia sudah memiliki data tempat makan yang diklaim cukup lengkap di kawasan Jabodetabek, Bandung dan Surabaya. Untuk memperluas informasi tempat makan yang ada Foody juga berencana untuk melebarkan layanannya ke Yogyakarta dan Bali pada tahun 2016 ini.

“Selain memperluas wilayah di Indonesia yang targetnya akan bisa diwujudkan hingga akhir tahun 2016 ini, kami juga berencana untuk melakukan ekspansi ke negara lain di Asia Tenggara, negara selanjutnya yang akan kami targetkan adalah Filipina,” kata Minh.

Indonesia merupakan negara pertama yang disambangi oleh Foody, setelah sukses menjadi layanan direktori kuliner di negara asalnya Vietnam. Saat ini Foody Vietnam mengklaim telah memiliki 39 juta pengguna, lebih dari 15 juta pageview per bulan dan 7 juta session per bulan.

Salah satu layanan yang saat ini telah tersedia di Vietnam dan rencananya akan segera diluncurkan di Indonesia adalah layanan on-demand food delivery. Di Vietnam sendiri layanan ini sudah menjadi pilihan favorit berbagai kalangan masyarakat yang enggan untuk keluar rumah dan memanfaatkan layanan on-demand delivery service dari Foody.

“Kami memiliki pilihan berbeda untuk pengguna dan pemilik restoran. Dengan memanfaatkan fitur food delivery di aplikasi Foody, nantinya pengguna bisa memilih restoran sendiri di lokasi sekitar (nearby) dengan menu lengkap, sementara untuk restoran tidak perlu melakukan kerja sama untuk menjadi mitra layanan on-demand food delivery Foody,” kata Minh.

Foody menawarkan kerja sama kepada pihak restoran yang ingin bergabung menjadi mitra dari Foody untuk layanan food delivery. Dengan sistem pembayaran yang langsung dibebankan kepada pengguna, restoran yang belum bergabung menjadi mitra Foody pun bisa juga memanfaatkan layanan on-demand food delivery Foody.

“Pada dasarnya kami ingin memberikan kebebasan bukan hanya kepada pengguna namun juga restoran yang saat ini mungkin belum memiliki layanan delivery atau yang telah memilikinya, fleksibel dan mudah adalah pilihan yang kami utamakan,” kata Minh.

Saat ini Minh masih enggan untuk menyebutkan kapan rencananya layanan on-demand food delivery ini akan diluncurkan. Fokus utama Foody Indonesia adalah melakukan pemasaran untuk menambah jumlah pengguna, data restoran, dan kemitraan dengan pihak restoran.

“Kami masih memiliki banyak rencana yang menarik untuk diluncurkan dari sisi kuliner hingga lainnya seperti perjalanan wisata dan hiburan, untuk itu tim kami akan terus berinovasi mempersiapkan beberapa produk dan layanan baru selanjutnya,” kata Minh.

Enggan menggalang dana lanjutan

Setelah mendapatkan pendanaan seri C tahun lalu, hingga kini Foody masih enggan untuk melakukan penggalangan dana dan masih bisa menjalankan kegiatan oprasionalnya menggunakan uang yang ada, meskipun saat ini Foody Indonesia masih belum melancarkan kegiatan monetisasi di Indonesia.

“Saat ini kami memang belum mengenakan biaya kepada restoran atau pengguna untuk memanfaatkan layanan kami, namun untuk kedepannya kami harapkan layanan serta fitur yang akan kami luncurkan bisa mendapatkan keuntungan khususnya untuk Foody Indonesia,” kata Minh.

Minh menambahkan saat ini sudah banyak investor yang berniat untuk memberikan investasi untuk mendukung rencana Foody melakukan ekspansi, mengembangkan teknologi dan menambah fitur serta layanan, namun untuk saat ini proses tersebut bukanlah fokus utama Foody Corp.

“Kami berharap bisa menjadi platform yang terpercaya untuk pengguna memberikan ulasan dan memanfaatkan data yang kami miliki, di sisi lain kedepannya pihak restoran juga bisa menikmati layanan bermanfaat yang akan kami luncurkan,” tuntas Minh.

Application Information Will Show Up Here

Delifairy Jadi Layanan Pengantaran Makanan Berbasis Aplikasi di Pontianak

Delifairy, sebuah aplikasi penghubung antara konsumen dan restoran/ kafe di Pontianak, diresmikan pada 27 Mei 2016 lalu dan saat ini sudah 17 merchant yang bergabung. Tak hanya memberikan informasi soal restoran, Delifairy juga menyediakan layanan pengantaran dengan armadanya.

Maraknya perkembangan restoran di Pontianak dan gaya hidup masyarakat Kota Pontianak saat ini menginspirasi Apri, Uray, dan Yudi Salim membuat Delifairy. Delifairy bisa diakses melalui situs dan aplikasi mobile di platform Android.

Delifairy  dibuat untuk memudahkan konsumen dalam memesan makanan secara real time. Saat ini terdapat tiga orang kurir yang bekerja mulai jam 10.00 hingga 22.00.

“Kendalanya adalah mencocokkan jadwal kurir yang hampir semuanya mahasiswa, dengan jadwal kuliah mereka,” ujar Apri.

Meskipun Foodpanda dan Klik-eat, tak lupa juga disebutkan Go-Food, sudah menyasar segmen ini, belum ada dari mereka yang hadir di Pontianak. Kesempatan ini yang dimanfaatkan Delifairy.

Selain kemudahan untuk konsumen, Delifairy juga memiliki solusi untuk restoran. Pengembang Delifairy menyediakan dashboard yang mencakup data konsumen, data penjualan, analisis, dan personification berupa layanan broadcast yang tepat sasaran dan langsung tertuju ke konsumen.

Pendanaan saat ini masih bersifat swadana sehingga pendapatan seratus persen mengandalkan jasa kurir yang dikenakan biaya Rp 15.000 per order untuk radius 10 km. Lebih dari jarak tersebut dikenakan biaya tambahan antara Rp  5.000-Rp 10.000.  Sementara ini, Delifairy belum mengenakan profit sharing dengan merchant dan otomatis 100 persen keuntungan menjadi milik merchant.

“Mungkin ke depan, jika Delifairy bertambah besar, akan dibicarakan lagi mengenai profit sharing,” tutup Apri.

Ke depan, Yudi mengatakan bahwa Delifairy akan bekerja sama dengan pelaku UMKM di Kalimantan Barat dan ingin mendirikan marketplace terlengkap di Pontianak untuk kuliner. Sementara ini cakupan wilayah layanan Delifairy masih di Pontianak, namun tidak tertutup kemungkinan akan merambah seluruh Kalbar.

Application Information Will Show Up Here

Go-Food Serves Five Cities Already

After entering Makassar a month ago, Go-Jek announced that its Go-Food service is now available in Surabaya as well. This makes Go-Food’s expansion quite rapid, as the service has successfully penetrated five cities, namely Jakarta, Bandung, Makassar, Surabaya, and Bali, in less than 5 months. Continue reading Go-Food Serves Five Cities Already

Layanan Pengantaran Makanan Go-Food Kini Tersedia di Lima Kota

Go-Food tersedia di seluruh wilayah operasi Go-Jek / Shutterstock

Setelah kurang dari sebulan lalu mengumumkan ketersediaan layanannya di kota Makassar kini Go-Jek kembali membuat pengumuman bahwa layanan Go-Food sudah tersedia di kota Surabaya dan Makassar. Dengan pengumuman ini berarti dalam jangka waktu kurang dari 5 bulan Go-Jek berhasil mengekspansi layanan antar makan mereka ke kota-kota tempat mereka beroperasi yakni Jakarta, Bandung, Bali, Surabaya, dan Makassar. Continue reading Layanan Pengantaran Makanan Go-Food Kini Tersedia di Lima Kota

Wamau Ramaikan Bisnis Pesan Antar Makanan di Makassar

Wamau coba masuki layanan pesan antar makanan di Makassar / Shutterstock

Makassar, seperti halnya kota besar lainnya di Indonesia, memiliki potensi bisnis pesan antar makanan yang cukup besar. Peluang inilah yang coba diambil oleh Wamau. Wamau adalah startup yang sedang dirintis untuk memberikan pelayanan pesan antar makanan dengan memanfaatkan teknologi web dan aplikasi smartphone. Rencananya Wamau melayani publik per September mendatang. Continue reading Wamau Ramaikan Bisnis Pesan Antar Makanan di Makassar

Hampir Setahun Setelah Akuisisi, Klik-Eat Kini Secara Penuh Dinahkodai Tim Jepang

Klik-Eat kini secara penuh mendapat nahkoda baru / Shutterstock

Hampir setahun yang lalu layanan pengantaran makanan Klik-Eat diakuisisi Yume no Machi dari Jepang. Para co-founder Klik-Eat saat itu masih bertahan di perusahaan untuk memastikan proses transisi berjalan mulus. Per bulan Juli lalu, tampuk kepemimpinan Klik-Eat mulai dipegang langsung oleh tim dari Jepang. Michael Saputra dan Willy Haryanto, dua co-founder yang masih bertahan, sudah meninggalkan perusahaan dan mendirikan startup baru.

Continue reading Hampir Setahun Setelah Akuisisi, Klik-Eat Kini Secara Penuh Dinahkodai Tim Jepang

Go-Food Goes to Bali

After Jakarta and Bandung, Go-Food enters Bali. Users who want to purchase high quality food without having to go to the restaurant, can make use of this service as long as the delivery range doesn’t exceed 25 km. Being launched in one of most visited tourism spots, it can be said that the service’s main target is tourists. Continue reading Go-Food Goes to Bali

Uber to Operate uberBuka during Ramadhan

Uber, which just got accused of being unincorporated, launched their latest service called UberBuka. UberBuka helps those who live around SCBD and Kuningan to prepare their breakfasting by enabling them to order food from available selection. Continue reading Uber to Operate uberBuka during Ramadhan