Ajang First Warrior Coba Kombinasikan Esports Dengan Reality Show

PT Link Net lewat brand First Media mengumumkan program esports terbaru mereka yang bertajuk First Warriors. Dalam konfrensi pers yang diselenggarakan di Plaza Senayan, 22 Agustus 2019, First Warrior mengumumkan sebuah kompetisi esports dengan konsep baru yang segar.

Jadi, kompetisi First Warriors ini hadir dengan satu ekosistem tersendiri yang diciptakan oleh First Media. Juaranya akan direkrut dan dibina ke dalam tim yang bernama First Raiders, selain dari itu, proses seleksi ajang ini yang akan membuat kompetisi ini jadi menarik.

Sebelum lebih lanjut membahas soal keunikkannya, kualifikasi kompetisi ini dibagi menjadi dua jenis, kualifikasi offline dan online. Lebih lanjut, berikut timeline kualifikasi First Warriors:

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

– Medan, Sun Plaza, 15 September 2019.
– Surabaya, Galaxy Mall, 22 September 2019.
– Bandung, Istana Plaza, 29 September 2019
– Jakarta, Lippo Mall Puri, 6 Oktober 2019.

Sedangkan untuk kualifikasi online hanya ada 2 fase saja yaitu:

– Batam, 9-13 September 2019.
– Semarang, 19-20 September 2019.

Dalam kompetisi yang mempertandingkan Free Fire ini, akan ada 2 tim terbaik yang akan jadi bagian dari tim First Raiders. Pada prosesnya, dari 1500 peserta yang diharapkan, para pemain akan disaring sampai tersisa menjadi 48 pemain saja.

Dari 48 pemain disaring lagi menjadi 8 orang pemain yang jadi anggota tim First Raider. Proses penyaringan ini jadi menarik, yang mana mereka akan melewati proses karantina serta pelatihan selama 16 hari, dan prosesnya akan dibuat menjadi sebuah 13 episode reality show.

Esports dan Reality Show

Esports reality show ini adalah suatu konsep yang baru di Indonesia. Bahkan, First Warrior bisa dibilang adalah yang pertama membuat sebuah esports reality show. Mengingat dunia esports yang punya irisan dengan dunia entertainment akankah konsep ini bisa berhasil dan menjadi satu tontonan yang menarik bagi para gamers?

Mempertanyakan hal tersebut, ternyata konsep seperti ini sudah sempat coba dijalankan di beberapa negara. Sejauh ini, tercatat ada tiga negara yang mencoba melakukan strategi serupa, membuat konten esports reality show.

Ada The Next Gamer, esports reality show yang berceritakan tentang pencarian bakat pemain League of Legends di wilaya Australia dan Oseania. Berikutnya ada juga Gamerz sebuah esports reality show berasal dari Swedia yang berceritakan tentang pencarian bakat pemain CS:GO.

Terakhir ada God of Overwatch, satu program esports reality show yang digagas KBS, salah satu jaringan televisi besar di Korea Selatan, pada Maret 2019 lalu. Program ini bercerita tentang pencarian bakat pemain Overwatch di Korea Selatan, yang mana para pemain tersebut nantinya akan dipertandingkan dalam kompetisi profesional.

Menariknya Victor Indajang, Deputy CEO PT Link Net Tbk, mengatakan bahwa First Warriors justru lebih terinspirasi dari ajang pencarian bakat lokal yang berdasar dari dunia entertainment.

“Dalam penggarapan acara ini kita terinspirasi dari talent show di Indonesia seperti The Voice atau Indonesian Idol. Jadi ini kita berembuk bersama-sama dengan Yamisok, kenapa kita nggak coba bikin seperti ini, tapi untuk esports?” ujar Victor kepada Hybrid saat diwawancara pada gelaran konfrensi pers.

Akankah Esports Reality Show Menjadi Tren Konten di Industri Esports?

Kembali belajar dari apa yang sudah dilakukan di negara lain, ternyata ada satu kenyataan pahit yang harus diterima dari percobaan pembuatan esports reality show ini. Mengutip DotEsports, kedua reality show tersebut (Gamerz dan The Next Gamer) ternyata malah bermasalah.

Dikabarkan, pemain yang jadi peserta Gamerz tidak dibayar selama dia tampil di acara, sementara The Next Gamer hanya bertahan selama satu musim saja. Jika Anda mencoba melihat ke Youtube channel resmi Gamerz, GAMERZglobal, jenis konten seperti ini ternyata tidak terlalu menarik perhatian; hanya bisa mencatatkan 10ribuan penonton setiap episodenya.

Nantinya, konten reality show dari proses karantina First Warriors ini akan tayang pada channel khusus esports yang bisa dinikmati para pengguna internet dan televisi kabel First Media. “Kami juga akan menghadirkan in-house channel khusus esports di layanan tv First Media di channel #999 yang mulai tayang pada Oktober 2019.” ujar Victor.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Untungnya, reality show dalam First Warriors hanya menjadi satu bagian dari seluruh ekosistem ajang yang dibuat oleh First Media yang satu ini. Seburuk-buruknya, jika tayangan reality show tersebut tidak sepenuhnya berhasil, para pemain bisa mengejar prestasi mereka ketika sudah membawa bendera tim First Raiders.

Ultimately, yang paling utama kita kejar adalah prestasinya. Entertainment sendiri bisa dibilang sebagai tambahannya, karena kita sendiri adalah perusahaan yang menyajikan entertainment. Visi utama kami lewat gelaran ini tetaplah membina pemain yang bisa berprestasi di tingkat nasional dan hopefully, internasional.” Victor menjabarkan soal visi gelaran First Warriors.

Ajang ini akan memperebutkan total hadiah sebesar Rp1,3 miliar, dengan pendaftaran dibuka mulai hari ini. Jika Anda adalah pemain Free Fire yang ingin unjuk bakat dalam gelaran ini, Anda dapat langsung mendaftar lewat laman firstmedia.com/firstwarriors.id.

Walau kesuksesan konsep esports reality show belum bisa dibuktikan, namun ini tetap menjadi suatu hal yang menarik untuk disimak. Apalagi mengingat hal ini juga belum pernah diterapkan sebelumnya di Indonesia.

Seperti saat MPL S4 mencoba menerapkan sistem liga franchise, satu hal yang saya setuju adalah ekosistem esports Indonesia butuh terus melakukan inovasi. Agar ekosistemnya bisa terus belajar dan berkembang nantinya.

ESL Jagoan Series – Free Fire Rampung, DRANIX Esports Juara dan Raih Ratusan Juta

ESL Jagoan Series – Free Fire akhirnya menyelesaikan tahap akhirnya. Setelah babak kualifikasi panjang sejak pertengahan bulan Juni 2019 kemarin, kompetisi ini akhirnya telah menyaring 12 tim dari lebih dari 4.700 tim partisipan untuk maju ke babak Grand Final. Acara puncak ini sendiri diadakan pada hari Sabtu, tanggal 10 Agustus 2019 kemarin di Mall of Indonesia, Jakarta.

Grand Final ESL Jagoan Series – Free Fire diikuti oleh 4 tim esports yang juga bertarung di ajang Garena Summer League. Mereka terdiri dari Bigetron BGL, Star8 Esports, Louvre Indopride, serta SFI Zet Alpha. Sementara 8 peserta sisanya datang dari hasil kualifikasi yang terbuka untuk siapa saja. Sebagaimana pernah dinyatakan oleh Stefano Adrian, Project Manager Jagoan Series ESL Indonesia, ESL memang ingin mengembangkan ekosistem esports yang dapat memberikan kesempatan semua orang.

ESL Jagoan Series - Venue
Suasana ESL Jagoan Series | Sumber: ESL Indonesia

Berikut ini daftar tim yang ikut bertanding dalam Grand Final ESL Jagoan Series – Free Fire:

  • Star8
  • SFI Zet Alpha
  • Bigetron BGL
  • Swift Frontline
  • Louvre Indopride
  • RRQ FUDO
  • Comeback Esports
  • Jakarta Army Done
  • Dragon Navi
  • DRANIX Esports
  • SES Alfalink
  • Alter Ego Devil
ESL Jagoan Series - Final Scoreboard
Klasemen Akhir ESL Jagoan Series – Free Fire | Sumber: ESL Indonesia

Sistem kompetisi terbuka seperti ESL Jagoan Series terbukti dapat memunculkan keseruan tersendiri yang tidak ada di kompetisi tertutup atau sistem franchise. Yaitu kemunculan tim underdog berprestasi yang mengalahkan nama-nama besar lainnya. Hal ini dicapai oleh DRANIX Esports, tim asal Surabaya yang telah resmi menjadi juara ESL Jagoan Series – Free Fire.

Meski bukan peserta di Garena Summer League, DRANIX berhasil tampil meyakinkan sejak awal. Dari 7 pertandingan, mereka hanya 1 kali gagal meraih hasil. Sementara di sisanya DRANIX selalu bermain baik, bahkan mendapat poin maksimal di ronde 2 dan 6. DRANIX pun meraih peringkat pertama dengan perolehan total sebanyak 2.005 poin. Disusul oleh Bigetron BGL di peringkat kedua dan RRQ FUDO di peringkat ketiga.

ESL Jagoan Series - DRANIX 1
Sumber: ESL Indonesia

Berkat prestasi tersebut, tim yang namanya merupakan gabungan dari kata “Dragon” dan “Phoenix” ini berhak membawa pulang hadiah senilai Rp113,6 juta serta sebuah sepeda motor Honda Genio. DRANIX juga memperoleh slot Golden Ticket untuk maju ke kompetisi berikutnya, yaitu final Free Fire Indonesia Masters. DRNX Bay, salah satu anggota DRANIX, berkomentar, “Seneng banget pastinya karena bisa juara, tapi aku ga mau berhenti cuman sampe sini. Pengen terus laper biar bisa juara di kompetisi-kompetisi lain.”

Kegembiraan serupa diungkapkan oleh Angeline Vivian, General Manager dari DRANIX Esports. Ia berkata, “Pastinya gue seneng banget anak-anak bisa juara. They deserve it karena mereka udah berusaha keras untuk bisa sampai poin ini. Aku yakin dengan usaha yang keras bakal berbuah hasil yang baik juga. See you in the next tournament!” Anda juga dapat menyaksikan wawancara ESL Indonesia dengan DRANIX lewat tautan berikut.

ESL Jagoan Series - DRANIX 2
Sumber: ESL Indonesia

ESL Jagoan Series – Free Fire hanya salah satu dari sekian banyak program esports yang ingin diwujudkan oleh ESL Indonesia. Akan ada kompetisi-kompetisi menarik lainnya, tentunya dengan tetap mengusung semangat keterbukaan di ekosistem akar rumput. Artinya kita masih bisa berharap munculnya drama from zero to hero muncul dalam kompetisi-kompetisi ESL di masa depan.

“ESL Indonesia berbangga hati mengucapkan selamat kepada DRANIX ESPORTS atas prestasinya. Pasalnya, tim ini bahkan bukan peserta Garena Summer League. Karena itulah, mereka membuktikan bahwa tim-tim baru juga bisa bersaing di panggung besar selama mendapatkan kesempatan; yang juga diyakini betul oleh ESL bahwa semua orang layak mendapatkan kesempatan untuk merasakan esports,” papar Stefano Adrian.

Tambahnya lagi, “Terima kasih juga untuk Indofood, Chitato, Good To Go, dan Popmie sebagai Premium Sponsor serta Honda, CBN, Logitech, Matrix, Indomaret, NimoTV, dan Mall of Indonesia atas dukungannya. Untuk seluruh peserta, sponsor, dan orang-orang yang terlibat, kalian semua adalah Jagoan!”

Disclosure: Hybrid adalah perwakilan Media Relations untuk ESL Indonesia Championship Season 2

Honda Motor Jajaki Esports Lewat ESL Jagoan Series — Free Fire

Honda Motor tampaknya mulai tertarik untuk mendukung ekosistem esports di Indonesia. Langkah pertama yang mereka lakukan adalah dengan mendukung diselenggarakannya ESL Jagoan Series – Free Fire.

Secara global, perusahaan asal Jepang itu telah menunjukkan ketertarikannya pada esports dengan menjadi sponsor dari salah satu tim terbesar, Team Liquid pada awal tahun ini.

Dukungan yang diberikan oleh Honda Motor dalam ESL Jagoan Series – Free Fire berupa motor yang akan diberikan pada atlet yang berpretasi. Tidak hanya itu, penonton yang hadir di Grand Final yang diadakan di Mall of Indonesia pada 10 Agustus nanti ini juga memiliki kesempatan untuk mendapatkan motor.

“ESL Indonesia bangga bisa bekerja sama dengan Honda membesarkan ekosistem esports di tanah air karena Honda adalah brand yang tak hanya besar di Indonesia tapi juga di tingkat internasional,” kata General Manager ESL Indonesia, Felix Huray.

ESL Jagoan Series – Free Fire menawarkan total hadiah sebesar US$20 ribu. Selain hadiah uang, tim yang menang juga akan mendapatkan Golden Ticket untuk bertanding di Free Fire Indonesia Master 2019 Grand Final.

Turnamen tersebut disponsori oleh Indofood, Chitato, Good To Go, dan Popmie dan mendapatkan dukungan dari CBN, Logitech, Matrix, Indomaret, NimoTV, dan Mall of Indonesia.

Belakangan, semakin banyak merek non-endemik seperti Honda Motor yang tertarik untuk menjadi sponsor esports. Menurut laporan Nielsen, pada 2018, 49 persen dari total sponsor di industri esports adalah merek non-endemik, alias merek yang tidak ada hubungannya dengan gaming atau teknologi.

Semakin banyaknya merek yang tertarik untuk menjadi sponsor membuat nilai industri esports terus naik. Menurut studi yang dilakukan oleh Newzoo menunjukkan bahwa nilai industri esports tahun ini mencapai US$1,1 miliar, naik 26,7 persen dari tahun lalu.

Kontribusi terbesar pendapatan industri ini adalah sponsorship dengan kontribusi sebesar US$456,7 juta atau sekitar 34,3 persen dari total pendapatan industri secara keseluruhan.

“Jumlah audiens dan pertumbuhan penonton yang hebat di esports adalah hasil dari pengalaman menonton yang interaktif tanpa terikat dengan media tradisional,” kata CEO Newzoo Peter Warman dalam situs resmi Newzoo.

“Banyak liga dan turnamen esports sekarang yang memiliki banyak penonton, jadi perusahaan kini mencoba untuk memonetisasi para Esports Enthusiasts. Ini memang mulai terjadi pada tahun lalu, tapi pasar ini terus tumbuh dengan belajar dari kesalahan awal.”

Memang, jumlah penonton esports terus naik. Jumlah penonton turnamen esports di Indonesia diperkirakan mencapai 44,5 juta. Sementara di tingkat global, diduga ada hampir 1 miliar orang yang menonton pertandingan esports.

Sumber: ESL Indonesia
Sumber: ESL Indonesia

Dari segi penyelenggara, ESL kembali berusaha menunjukkan bahwa mereka mendukung sistem esports terbuka dengan mengadakan ESL Jagoan Series – Free Fire.

Sistem turnamen terbuka memungkinkan tim-tim amatir untuk bertanding melawan tim profesional di kompetisi resmi. Walau saat ini, babak kualifikasi ESL hanya digelar di tiga kota, yaitu Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta.

“Mimpi kami di ESL yang ingin menyediakan perjalanan from zero to hero juga tercapai lewat Jagoan Series kali ini karena ada tim-tim berskala komunitas yang melaju ke Grand Final dan juga diakuisisi organisasi-organisasi esports besar di Indonesia,” kata Stefano Adrian, Project Manager Jagoan Series ESL Indonesia.

Alasan ESL mendukung sistem esports terbuka adalah agar dunia esports di Indonesia tidak hanya didominasi oleh tim-tim besar yang memang sudah mendapatkan dukungan dari berbagai sponsor.

Dengan membuat turnamen bersistem terbuka, ESL berharap bahwa komunitas yang ada di berbagai kota di Indonesia bisa ikut serta dalam pertandingan kelas internasional.

Selain itu, ini juga bisa jadi ajang bagi para pemain dan tim amatir berbakat untuk unjuk gigi. Dengan begitu, tidak tertutup kemungkinan para pemain atau bahkan tim tersebut diakuisisi oleh tim yang lebih besar.

Disclosure: Hybrid adalah perwakilan Media Relations untuk ESL Indonesia Championship Season 2

Advokasi Sistem Esports Terbuka yang Ditunjukkan oleh ESL Jagoan Series – Free Fire

29 Juli 2019 kemarin menjadi akhir dari perjalanan panjang kualifikasi ESL Jagoan Series – Free Fire menuju babak Grand Final. Dari kompetisi ini, ESL seolah menegaskan posisi mereka dengan lantang dalam advokasi sistem esports yang terbuka.

Namun demikian, sebelum kita masuk ke sana, mari kita lihat detail dari ESL Jagoan Series – Free Fire. Berikut adalah proses kualifikasi ESL Jagoan Series yang dimulai dari pertengahan bulan Juni 2019:

  1. Bandung
    1. 17-18 Juni 2019 (Babak Kualifikasi Bandung)
    2. 19-20 Juni 2019 (Babak Playoff Bandung)
    3. 29 Juni 2019 (Final Kualifikasi Bandung)
  2. Yogyakarta
    1. 1-2 Juli 2019 (Babak Kualifikasi Yogyakarta)
    2. 3-4 Juli 2019 (Babak Playoff Yogyakarta)
    3. 13 Juli 2019 (Final Kualifikasi Yogyakarta)
  3. Jakarta
    1. 22-24 Juli 2019 (Babak Kualifikasi Jakarta)
    2. 25-26 Juli 2019 (Babak Playoff Jakarta)
    3. 28 Juli 2019 (Final Kualifikasi Jakarta)
  4. Kualifikasi Tim Profesional
    1. 29 Juli 2019 (Kualifikasi Tertutup untuk 12 Tim Profesional, peserta Garena Summer League)

Dari 4 fase kualifikasi di atas, 3 tim peringkat tertinggi di masing-masing jalur mendapatkan kursi untuk bertanding kembali di babak Grand Final yang akan digelar tanggal 10 Agustus 2019, di Mall of Indonesia, Jakarta. Karena itulah, ada 12 tim yang siap bertanding untuk memperebutkan total hadiah sebesar US$20 ribu (atau setara dengan Rp280 juta).

Sumber: ESL Indonesia
Sumber: ESL Indonesia

Istimewanya, selain memperebutkan uang hadiah, sang juara Jagoan Series kali ini akan mendapatkan tiket untuk kembali bertarung di Free Fire Indonesia Master 2019 Grand Final.

Berikut ini adalah daftar 12 peserta yang lolos dari 4 fase kualifikasi tadi:

  1. Star8
  2. SFI Zet Alpha
  3. Bigetron
  4. Swift Frontline
  5. Louvre Indopride
  6. RRQ Fudo
  7. Comeback Esports
  8. Jakarta Army Done
  9. Dragon Navi
  10. Dranix Esports
  11. SES Alfalink
  12. Alter Ego Devil

Ada 2 hal menarik dari proses kualifikasi yang memakan waktu hampir dua bulan tadi. Pertama, kualifikasi di kota Yogyakarta dan Bandung digelar secara tatap muka namun para pesertanya bahkan ada yang datang dari Makassar dan kota-kota lainnya dengan biaya mereka masing-masing.

Kedua, selain 4700 tim peserta yang meramaikan turnamen ini, Jagoan Series juga akan mempertemukan tim-tim amatir melawan tim-tim pro peserta Garena Summer League; lewat fase kualifikasi terakhirnya. Buat yang belum tahu, Garena Summer League adalah liga profesional resmi dari Garena (sebagai publisher Free Fire) yang berisikan tim-tim profesional.

Yang tak kalah penting juga untuk disebutkan, ESL Jagoan Series – Free Fire kali ini dipersembahkan oleh Indofood, Chitato, Good To Go, dan Popmie sebagai Premium Sponsor. Selain itu, ada juga dukungan sponsor dari CBN, Logitech, Matrix, Indomaret, NimoTV, dan Mall of Indonesia yang turut mendukung suksesnya kompetisi ini.

Advokasi Sistem Esports Terbuka

Sumber: ESL Indonesia
Sumber: ESL Indonesia

Buat yang setia membaca Hybrid, Anda mungkin pernah membaca penjelasan panjang kami soal dua sistem esports yang digunakan di dunia saat ini: terbuka dan tertutup.

Untuk penjelasan lebih detail, silakan kunjungi tautan yang saya berikan di paragraf sebelumnya. Namun singkatnya, sistem esports tertutup biasanya berbentuk franchising. Sistem ini disebut tertutup karena memang diperuntukkan bagi tim/organisasi esports yang berani dan mampu investasi terlebih dahulu ke sistem tersebut.

Di Indonesia, sistem ini baru akan dicoba lewat MPL Indonesia Season 4. Namun di luar, sistem ini sudah banyak digunakan di banyak game, misalnya di ekosistem esports League of Legends dan Overwatch. Sistem kompetisi olahraga di Amerika Serikat juga biasanya menggunakan sistem franchising.

Sebaliknya, sistem esports terbuka mengijinkan tim-tim amatir untuk bisa merasakan mewahnya panggung esports selama mereka memang punya ketangkasan dan kecerdikan bertanding. Sistem esports terbuka bisa dilihat dari ekosistem esports Dota 2. Liga sepak bola di Eropa juga, setahu saya, menggunakan sistem terbuka.

Dalam rilis tentang Jagoan Series kali ini, Stefano Adrian, Project Manager Jagoan Series ESL Indonesia memberikan komentarnya, “Dengan Jagoan Series, ESL ingin ikut serta mengembangkan kualitas ekosistem esports di indonesia dan memberikan kesempatan bagi semua orang.

Harapan yang selalu ada di ESL adalah keterbukaan esports untuk semua; tidak hanya tim dan pemain pro yang sudah berpengalaman saja yang bisa menikmati kompetisi dan mendominasi esports dengan hadiah besar di indonesia. Oleh karena itu, Jagoan Series diselenggarakan untuk merangkul komunitas-komunitas kecil dari seluruh penjuru Indonesia dan memberikan mereka pengalaman berkompetisi dengan standar internasional; serta menyuguhkan ruang tanding dan unjuk kemampuan melawan para tim profesional.

Mimpi kami di ESL yang ingin menyediakan perjalanan from zero to hero juga tercapai lewat Jagoan Series kali ini karena ada tim-tim ‘Jagoan’ komunitas yang melaju ke Grand Final dan juga diakuisisi organisasi-organisasi esports besar di Indonesia.”

Seperti yang saya tuliskan tadi, Jagoan Series ini memang mencoba mempertemukan tim-tim amatir dan profesional lewat kualifikasi tertutup untuk tim-tim Garena Summer League dan juga tiket emas ke Free Fire Indonesia Master 2019 Grand Final untuk sang jawara.

Konsep perjalanan from zero to hero juga pernah disampaikan oleh Nick Vanzetti, SVP, Managing Director – ESL Asia Pacific Japan, saat perbincangan saya dengannya; yang bisa Anda lihat videonya di atas.

Di sebuah artikel di PolygonKevin Rosenblatt, ESL Vice President of Product and Content bahkan menegaskan demikian, “Here at ESL, we’re a big proponent of open ecosystems. We’ve built our business on the philosophy of open ecosystems and that’s what we evangelize.

Hal ini menarik dan penting disadari karena ada banyak hal yang bisa kita gali dan pelajari dari ESL, yang memang sudah sejak tahun 2000 membangun ekosistem esports dunia; bahwa ESL Indonesia mencoba menyematkan idealisme mereka lewat ESL Jagoan Series kali ini.

Plus, mengingat ESL Indonesia merupakan kolaborasi bersama Salim Group (dengan Indofood dan saudara-saudaranya), apakah sistem esports yang terbuka untuk semua juga yang coba mereka angkat dari sepak terjang grup konglomerasi ini di ekosistem esports Indonesia?

Sumber: ESL Indonesia
Sumber: ESL Indonesia

Akhirnya, bagi saya pribadi, saya kira Indonesia butuh keduanya (terbuka dan tertutup) untuk mendewasakan ekosistem esports kita yang saat ini mungkin masih sedang lucu-lucunya. Dan, perbedaan antara keduanya juga bisa dilihat bukan sebagai sebuah perdebatan namun sebuah kekayaan keberagaman.

Disclosure: Hybrid adalah perwakilan Media Relations untuk ESL Indonesia Championship Season 2

Capital Esports Menjadi Juara Free Fire Indonesia Masters 2019

Selain gelaran Kaskus Battleground, akhir pekan kemarin juga menjadi gelaran final dari Free Fire Indonesia Masters 2019. Kompetisi yang digelar di Mal Taman Anggrek ini menjadi fenomena tersendiri, karena kembali berhasil membuat “mal esports” ini penuh sesak. Setelah kompetisi sengit selama dua hari, tim Capital Esports berhasil keluar sebagai juara.

Permainan Capital Esports memang terlihat sangat lihai sejak dari hari pertama. Dengan keahliannya bertahan di medan perang, tim Capital Esports selalu berhasil menduduki posisi tertinggi klasemen sejak dari ronde pertama. Sampai di ronde terakhir, Capital Esports berhasil mengumpulkan 2130 poin. Sementara di posisi kedua ada tim SFI Zet Hades, dengan perolehan 1515 poin.

free fire indonesia masters #2

Rilis sejak 14 Januari 2018, game yang satu ini memang menjadi fenomena tersendiri di kalangan para gamers. Berdasarkan data dari Google Play, Free Fire sudah dimainkan oleh lebih dari 100 juta pemain. Gelaran Free Fire Indonesia Masters juga berhasil menjadi salah satu tayangan esports tersukses di Indonesia.

Tercatat dari Youtube resmi Garena Free Fire, kompetisi tersebut kini sudah ditonton sebanyak 1,3 juta penonton. Lalu mengutip laman resmi Garena Free Fire, rekor penonton saat bersamaan tertinggi dari turnamen ini adalah ditonton oleh 146.601 penonton. Dengan ini maka mungkin bisa dikatakan bahwa jumlah penonton Free Fire sudah menyaingi game MOBA mobile terpopuler di Indonesia, Mobile Legends.

Kompetisi ini juga berhasil memecahkan rekor MURI sebagai “Pertandingan Esports Battle Royale dengan Jumlah Peserta Terbanyak di Indonesia”. Rekor tersebut berhasil didapatkan setelah turnamen ini berhasil mencatatkan 7920 tim atau 33.000 orang peserta, sebagai pendaftar yang mengikuti Free Fire Indonesia Masters 2019.

“Kami sangat bangga akan penghargaan yang diberikan MURI kepada Free Fire. Hal ini menandakan bahwa esports, sebagai media penyalur bakat anak bangsa, akan terus berkembang. Hal ini tentu juga menjadi motivasi besar bagi Garena Indonesia, khususnya tim Free Fire, untuk bekerja lebih keras dan memberikan yang terbaik bagi seluruh pemain kami” ungkap Christian Wihananto selaku produser dari Garena Free Fire Indonesia.

free fire indonesia masters #3

Free Fire Indonesia Masters juga semakin lengkap dengan kedatangan para tamu kehormatan, yaitu Imam Nahrawi selaku Menteri Pemuda dan Olahraga, serta Bapak Triawan Munaf selaku Kepala Badan Ekonomi Kretatif Indonesia.

Memberi sedikit pengantar, Bapak Imam Nahrawi mengatakan “Pemerintah bergembira dan akan terus mendukung esports di Indonesia termasuk game Free Fire. Sebagai salah satu game terpopuler di Indonesia, saya senang melihat Free Fire bisa menjadi wadah bagi banyak gamer di Indonesia untuk mengembangkan prestasinya. Juga tentunya kami berterima kasih dan mendukung Garena yang telah menunjukkan komitmennya untuk mengembangkan industri esports dalam negeri”.

Dukungan pemerintah terhadap esports memang terlihat lebih getol belakangan. Sebelum kompetisi ini, MENPORA dan Garena Indonesia juga sempat bekerja sama dalam menyelenggarakan Youth National Esports Championship. Kompetisi tersebut juga merupakan salah satu dari program pemerintah, yaitu Piala MENPORA.

Kemenangan tim Capital Esports memberikan mereka hadiah uang tunai sebesar Rp250 juta. Selain itu, tim Capital Esports dan SFI Zet Hades selaku juara dan runner-up, berhak mewakili Indonesia dalam gelaran Free Fire World Cup 2019, yang akan diselenggarakan di Thailand pada bulan April 2019 mendatang.