Super Data Report: Industri Game 2020 Tumbuh 12%, Jumlah Penonton Konten Game Capai 1,2 Miliar Orang

Bagi pelaku industri game, pandemi virus corona pada 2020 juga membawa berkah di balik musibah. Jika dibandingkan dengan pada 2019, industri game pada 2020 tumbuh 12%, menurut laporan Super Data. Pada Januari dan Februari 2020, pertumbuhan industri game hanya mencapai 6%. Setelah lockdown mulai diberlakukan di berbagai negara pada Maret 2020, angka ini lalu naik menjadi 14%.

Pemasukan industri game tumbuh pesat di kawasan Amerika Utara dan Eropa. Tak heran, sekitar 55% masyarakat di Amerika Serikat mengaku bahwa mereka menghabiskan waktunya selama lockdown fase pertama dengan bermain game. Alasan masyarakat AS bermain game beragam, mulai dari untuk menghilangkan rasa bosan atau mengisi waktu, sebagai pelarian dari kenyataan, sampai untuk bersosialisasi.

Pada 2020, kebiasaan membeli game dari para gamer juga akan berubah. Mereka jadi lebih sering membeli game secara digital. Pasalnya, pandemi menyebabkan banyak toko game lokal tutup. Selain itu, pengiriman game fisik — berupa disc dan cartrdige — juga tertunda akibat pandemi. Menurut Super Data, sekitar 27% gamer di AS menghabiskan uang lebih banyak untuk membeli game digital. Sebaliknya, sekitar 29% gamers AS mengeluarkan uang lebih sedikit untuk membeli game secara fisik.

 

Industri Game Free-to-Play

Pemasukan industri game digital pada 2020 diperkirakan mencapai US$126,5 miliar, berdasarkan laporan dari Super Data. Game gratis alias free-to-play menyumbangkan US$98,4 miliar, sekitar 78%, pada total pemasukan industri game digital pada tahun lalu. Meskipun begitu, pertumbuhan pemasukan game gratis hanya mencapai 9%. Sebagai perbandingan, pendapatan dari game premium naik hingga 28%.

Pemasukan industri game free-to-play. | Sumber: Super Data
Pemasukan industri game free-to-play. | Sumber: Super Data

Dalam segmen game free-to-play, mobile masih mendominasi. Buktinya, pemasukan dari mobile game gratis mencapai sekitar US$73,8 miliar. Sementara itu, game PC free-to-play memberikan kontribusi sebesar US$22,7 miliar dan konsol US$1,8 miliar. Dari segi wilayah, segmen game free-to-play tumbuh pesat di Asia. Sekitar 59% pemasukan game gratis berasal dari benua terbesar tersebut.

Dalam daftar 10 game free-to-play terpopuler, 8 di antaranya merupakan mobile game. Honor of Kings — yang diluncurkan dengan nama Arena of Valor secara global — menjadi game free-to-play dengan pemasukan terbesar pada tahun lalu. Game milik Tencent itu mendapatkan US$2,45 miliar pada 2020. Sementara posisi kedua diduduki oleh Peacekeeper Elite, alias PUBG Mobile, dengan pemasukan US$2,32 miliar. Pada 2020, League of Legends menjadi game gratis non-mobile dengan pemasukan terbesar. Game buatan Riot Games itu duduk di peringkat enam dengan pemasukan US$1,75 miliar.

10 game free-to-play terpopuler pada 2020. | Sumber: Super Data
10 game free-to-play terpopuler pada 2020. | Sumber: Super Data

Secara umum, mobile game juga memberikan kontribusi besar pada industri game. Tahun lalu, sekitar 58% dari total pemasukan industri game berasal dari segmen mobile game. Tak hanya itu, industri mobile game juga masih tumbuh. Pada 2020, industri mobile game mengalami pertumbuhan 10% dari tahun 2019. Menariknya, mobile gamer di Barat dan Timur punya genre favorit yang berbeda. Para gamer di Amerika Utara dan Eropa lebih senang bermain game kasual seperti Pokemon Go dan Candy Crush Saga di platform mobile. Sementara gamer Asia lebih memilih untuk memainkan game yang lebih kompetitif, seperti Free Fire.

 

Industri Game Premium

Sama seperti industri game free-to-play, industri game premium juga naik pada 2020. Tahun lalu, industri game premium bernilai US$24,5 miliar, naik 28% dari tahun sebelumnya. Dengan pendapatan sebesar US$1,9 miliar, Call of Duty: Modern Warfare menjadi game premium yang memiliki pemasukan terbesar pada tahun lalu. Sementara itu, FIFA 20 duduk di posisi kedua dengan pemasukan US$1,08 miliar dan Grand Theft Auto di posisi ketiga dengan US$911 juta.

Pemasukan industri game premium. | Sumber: Super Data
Pemasukan industri game premium. | Sumber: Super Data

Super Data menyebutkan, salah satu hal yang mendorong pemasukan Modern Warfare adalah peluncuran mode battle royale pada Maret 2020. Setelah mode yang dinamai Warzone itu diluncurkan, jumlah pemain Modern Warfare naik. Alasannya karena Warzone bisa dimainkan secara gratis. Meskipun begitu, sebagian pemain Warzone juga tetap mengeluarkan uang untuk membeli item. Tak hanya itu, sebagian dari mereka juga berakhir membeli Modern Warfare.

Dari 10 game premium dengan pemasukan terbesar pada 2020, 4 di antaranya merupakan game olahraga. Tren ini muncul karena banyak kompetisi olahraga yang harus ditunda atau dibatalkan sepanjang tahun lalu. Bermain game olahraga, atau menonton pertandingan esports olahraga, menjadi salah satu cara gamer untuk melampiaskan kerinduan mereka akan kompetisi olahraga di dunia nyata. Berdasarkan data dari Super Data, sekitar 36% gamers mengaku, mereka bermain game karena tidak bisa menonton bioskop atau pertandingan olahraga.

10 game premium terpopuler pada 2020. | Sumber: Super Data
10 game premium terpopuler pada 2020. | Sumber: Super Data

Pada 2020, game single-player juga masih diminati. Buktinya, DOOM Eternal masuk dalam daftar 10 game dengan pemasukan terbesar pada 2020. Game itu terjual sebanyak 3 juta unit saat peluncuran, 3 kali lipat lebih banyak dari pendahulunya.

 

Jumlah Penonton Konten Gaming Naik

Pandemi tidak hanya membuat orang-orang menjadi semakin sering bermain game, tapi juga menonton konten game. Jumlah penonton konten game pada 2020 naik 18% menjadi 1,2 miliar orang. Party game yang bisa dimainkan oleh banyak orang, seperti Fall Guys: Ultimate Knockout dan Among Us, menjadi salah satu genre favorit di kalangan penonton konten gaming.

Jumlah penonton berbanding lurus dengan pemasukan industri konten gaming. Seiring dengan naiknya jumlah penonton pada 2020, total pemasukan industri konten gaming juga naik. Pada 2020, total pemasukan industri konten gaming diperkirakan mencapai US$9,3 miliar. Twitch menguasai 22% dari total pemasukan konten gaming, sementara YouTube menguasai 18%. Sebesar 60% sisanya dikuasai oleh berbagai platform streaming game lain, seperti Facebook Gaming serta DouYu dan Huya dari Tiongkok.

Pembagian pangsa pasar platform streaming game pada 2020. | Sumber: Super Data
Pembagian pangsa pasar platform streaming game pada 2020. | Sumber: Super Data

Meskipun jumlah audiens konten gaming bertambah pada tahun lalu, platform streaming dari Microsoft, Mixer, justru harus berhenti beroperasi. Tutupnya Mixer berarti sejumlah streamers populer — seperti Tyler “Ninja” Blevins dan Michael “Shroud” Grzesiek — kembali untuk melakukan streaming di Twitch. Sementara itu, di Tiongkok, dua platform streaming game terbesar, Huya dan DouYu, setuju untuk melakukan merger.

 

Industri Game Augmented Reality dan Virtual Reality

Sayangnya, pada 2020, pengiriman headset VR justru mengalami penurunan sebesar 15%. Hal ini terjadi akibat pandemi yang membuat pasokan headset VR tersendat. Selain itu, segmen VR mobile premium — mencakup Samsung Gear VR dan Google Daydream — juga dianggap mati. Samsung mengungkap, mereka akan mematikan layanan VR mereka per September 2020. Sementara Google mengaku, mereka akan berhenti memberikan update untuk Daydream. Tak berhenti sampai di situ, penjualan PlayStation VR juga turun karena tidak ada konten baru yang dirilis.

Total penjualan headset VR dan game VR. | Sumber: Super Data
Total penjualan headset VR dan game VR. | Sumber: Super Data

Kabar baiknya, total penjualan headset VR naik 19% berkat Oculus Quest 2. Selain itu, orang-orang yang sudah memiliki headset VR menghabiskan waktu lebih banyak untuk menggunakan headset itu pada tahun lalu. Sementara pemasukan game VR juga naik 25% pada 2020. Peluncuran Half-Life Alyx menjadi faktor utama yang membuat pemasukan game VR naik. Game PC itu terjual sebanyak 1,9 juta unik dalam waktu 6 bulan setelah diluncurkan.

Twitch Blokir Akun Donald Trump, Epic Games Akuisisi Rad Game Tools

Minggu lalu, perusahaan-perusahaan di industri game dan esports membuat berbagai pengumuman, mulai dari investasi yang mereka dapatkan sampai akuisisi yang mereka lakukan. Misalnya, Epic Games mengungkap, mereka telah membeli Rad Game Tools. Sementara itu, Juked menyebutkan, mereka mendapatkan US$1,07 juta dari kampanye crowdfunding mereka.

Twitch Blokir Akun Presiden AS Donald Trump

Twitch memblokir akun Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk sementara. Kali ini adalah kedua kalinya Twitch melakukan hal itu. Twitch bukan satu-satunya platform yang memblokir akun Trump. Pada Rabu, 6 Januari 2021, Twitter memblokir akun Trump, sementara Facebook dan Instagram melakukan hal yang sama pada Kamis, 7 Januari 2021, menurut laporan Games Industry.

Alasan Twitch dan berbagai perusahaan media sosial memblokir Trump sama. Mereka khawatir, retorika Trump akan membuat para pendukungnya semakin panas. Pasalnya, pada minggu lalu, pendukung Trump berbondong-bondong ke Washington DC dan menduduki Gedung Capitol saat anggota Kongres akan mengesahkan hasil pemilu.

Dapat Investasi, Roblox akan Lakukan Direct Listing

Dalam ronde pendanaan terbarunya, Roblox berhasil mengumpulkan investasi sebesar US$520 juta. Mereka juga mengungkap, mereka tetap berencana untuk menjadi perusahaan publik. Hanya saja, mereka tidak akan melakukan penawaran saham perdana (IPO). Sebagai gantinya, mereka akan menjual saham secara langsung via direct listing.

Roblox akan melakukan direct listing dan bukannya IPO.
Roblox akan melakukan direct listing dan bukannya IPO.

Ketika perusahaan melakukan IPO, mereka harus menggunakan jasa makelar alias underwriters. Tugas underwriters adalah menetapakn harga saham perusahaan yang melakukan IPO. Sementara itu, direct listing memungkinkan perusahaan untuk langsung menjual sahamnya.

Seperti yang disebutkan oleh VentureBeat, salah satu keuntungan direct listing jika dibandingkan dengan IPO adalah biaya yang lebih kecil. Sayangnya, Roblox belum mengungkap kapan mereka akan melakukan direct listing.

Epic Games Akuisisi Rad Game Tools

Minggu lalu, Epic Games mengumumkan bahwa mereka telah mengakuisisi Rad Game Tools. Bermarkas di Washington, Amerika Serikat, Rad Game Tools membuat berbagai program untuk developer game, seperti video codec Bink, kompresi data Oodle, dan visualisasi performa Telemetry. Epic mengungkap, tim Rad akan bekerja sama dengan tim Epic yang bertanggung jawab atas animasi, audio, rendering, dan juga insight.

“Kerja sama antara tim Rad dan Epic akan memudahkan developer untuk mendapatkan akses ke berbagai program yang membuat proses download dan loading dari game mereka menjadi lebih cepat,” kata Epic, seperti dikutip dari Games Industry. “Tak hanya itu, program-program yang kami tawarkan juga akan membantu developer untuk membuat game dengan gameplay dan kualitas video yang lebih baik.”

Juked Dapatkan US$1,07 Juta dari Kampanye Crowdfunding

Portal konten esports online, Juked.gg, mengumumkan bahwa mereka telah mendapatkan US$1,07 juta dari kampanye crowdfunding yang mereka buka pada September 2020. Untuk melakukan kampanye crowdfunding ini, mereka menggunakan platform investasi Republic dari OpenDeal. Secara keseluruhan, ada 2,5 ribu orang yang ikut dalam kampanye crowdfunding dari Juked.gg.

Juked.gg telah menutup kampanye crowdfunding mereka. | Sumber: The Esports Observer
Juked.gg telah menutup kampanye crowdfunding mereka. | Sumber: The Esports Observer

Juked mengungkap, mereka akan menggunakan dana yang mereka dapatkan untuk menambah staf mereka. Saat ini, mereka hanya memiliki enam pekerja. Dengan menambah jumlah pegawai mereka, Juked berharap mereka akan bisa mempercepat proses pengembangan produk mereka, mulai dari situs, aplikasi, sampai konten orisinal, menurut laporan The Esports Observer.

5 Alasan Psikologis Gamer Beli Item di Game

Jika Anda punya uang Rp64 juta yang bisa Anda gunakan sesuka hati, apa yang akan Anda lakukan? Beli Super Cub C125, yang diklaim sebagai motor bebek termahal di Indonesia? DP rumah? Langganan Hybrid selama lebih dari 200 tahun? Atau… Beli primogem demi mendapatkan Albedo C6 di Genshin Impact, seperti yang dilakukan oleh YouTuber ini?

Dalam industri game, in-app purchase menjadi salah satu model bisnis yang bisa digunakan oleh para developer game. Item yang mereka jual pun beragam: mulai dari item kosmetik, powerup, sampai karakter. Secara teknis, item atau karakter yang dijual oleh developer tidak lebih dari kode programming dan juga piksel. Namun, hal itu tidak menghentikan sejumlah gamer untuk menghabiskan jutaan atau bahkan ratusan juta rupiah demi mendapatkan item atau karakter yang mereka inginkan.

Pertanyaannya, apa yang membuat sebagian gamer rela menghabiskan uang demi mendapatkan item dalam game? Kali ini, Hybrid.co.id akan membahas lima alasan psikologis seorang gamer mau mengeluarkan uang untuk mendapatkan sebuah item atau karakter dalam game.

 

1. Uang Sebagai Jalan Pintas

Ketika saya masih SD, saya menghabiskan waktu berpuluh-puluh jam untuk memaksimalkan level tiga karakter utama dalam game Legend of Legaia. Tujuannya adalah untuk mendapatkan Juggernaut, yang disebut sebagai Sim-Seru paling kuat dalam game. Sekarang, jika ada opsi untuk “membeli” Juggernaut, kemungkinan saya akan lebih rela mengeluarkan uang demi mendapatkan Sim-Seru itu.

Jika Anda bertanya pada para gamer mengapa mereka mau membeli item virtual, salah satu jawaban yang Anda dengar paling sering adalah karena item itu memang berguna. Misalnya, membuat karakter menjadi lebih kuat. Memang, dalam game gratis atau free-to-play sekalipun, Anda akan tetap memperkuat karakter Anda dengan menaikkan level atau menggunakan equipment yang memadai. Namun, biasanya, item yang harus Anda beli tetap menawarkan status yang lebih bagus. Terkadang, Anda tetap bisa mendapatkan sebuah item tanpa harus mengeluarkan uang. Sebagai gantinya, Anda harus rela untuk menghabiskan waktu dan tenaga Anda untuk bermain.

Gamer senang mencari jalan pintas bahkan sebelum model in-app purchase ditetapkan. | Sumber: Wikipedia
Gamer senang mencari jalan pintas bahkan sebelum model in-app purchase ditetapkan. | Sumber: Wikipedia

Dalam kasus ini, uang layaknya cheat code yang memungkinkan para pemain untuk memperkuat karakternya dalam sekejap. Namun, jangan salahkan developer game karena menawarkan jalan pintas bagi pemain yang rela untuk membuka dompetnya. Pasalnya, bahkan sebelum model in-app purchase marak digunakan oleh developer, gamer sudah terbiasa mencari cara untuk mengakali mekanisme dalam game. Contohnya, dengan menggunakan GameShark di zaman PS1 dulu.

Meskipun begitu, keinginan para gamer untuk bisa menjadi kuat — atau menjadi kaya — secara instan dalam game bukanlah hal yang aneh. Di dunia nyata sekalipun, ada saja orang yang menggunakan pelet demi memenangkan hati pujaan hatinya. Memang, manusia punya kecenderungan untuk mencari jalan pintas, memilih jalan yang tidak memakan banyak waktu dan tenaga.

Dalam psikologi, pikiran manusia alias human mind dianggap sebagai cognitive miser. Hal itu berarti, manusia cenderung untuk mencari cara paling sederhana dan membutuhkan daya pikir paling sedikit untuk memecahkan masalah. Tidak heran, karena manusia memang penuh dengan keterbatasan, mulai dari keterbatasan pengetahuan, waktu, sampai keterbatasan untuk fokus pada satu hal. Jadi, jangan heran jika ada gamer yang rela untuk mengeluarkan uang demi membeli item dan memperkuat karakternya dengan instan.

 

2. Ekslusivitas

Fungsi bukan satu-satunya alasan seorang gamer mau membeli item virtual. Pasalnya, ada juga gamer yang mau membeli item kosmetik, yang hanya membuat karakter tampil lebih keren tanpa memberikan kenaikan status apapun. Terkait item kosmetik, salah satu alasan mengapa gamer mau membeli item tersebut adalah eksklusivitas. Memang, item dalam game sebenarnya tersedia dalam jumlah tak terbatas. Berbeda dengan produksi konsol, developer tidak memerlukan bahan mentah untuk membuat item atau karakter dalam game. Mereka bisa saja membuat item atau karakter sebanyak-banyaknya.

Meskipun begitu, developer tetap bisa membuat sebuah item menjadi eksklusif dengan memberikan batasan waktu. Misalnya, Anda hanya bisa mendapatkan skin bertema Natal pada bulan Desember. Hal ini akan mendorong gamer untuk membeli item tersebut karena mereka berpikir, mereka tidak bisa mendapatkan item itu lagi setelah periode penawaran habis. Developer juga bisa membuat sebuah item menjadi eksklusif dengan membatasi ketersediaan jumlah item dalam game. Di Indonesia, seorang gamer pernah menghabiskan sekitar Rp1,2 miliar demi mendapatkan kostum Evangelion edisi terbatas di Ragnarok M: Eternal Love.

Kostum Evangelion Unit-01 yang terjual seharga sekitar Rp1,2 miliar. | Sumber: GameBrott
Kostum Evangelion Unit-01 yang terjual seharga sekitar Rp1,2 miliar. | Sumber: GameBrott

Lagi, trik membatasi waktu penjualan tidak hanya digunakan oleh developer, tapi juga perusahaan di bidang lain, seperti situs e-commerce. Bagi Anda yang suka belanja online, Anda pasti familier dengan sistem flash sale atau daily deal. Seperti namanya, flash sale menawarkan diskon dalam periode waktu singkat, sekitar satu jam atau beberapa jam saja. Menariknya, metode ini bisa mendorong konsumen untuk membeli produk yang mungkin sebenarnya tidak mereka terlalu butuhkan dengan membuat mereka berpikir bahwa mereka akan mendapatkan untung karena membeli barang diskonan.

Fenomena Fear Of Missing Out (FOMO) juga membuat konsumen melakukan pembelian produk diskonan secara impulsif. Dalam buku Neuromarketing, Patrick Renvoise dan Christophe Morin mengungkap, manusia cenderung membuat keputusan dengan alasan emosional. Setelah itu, mereka baru akan menjustifikasi keputusan mereka secara rasional, seperti yang disebutkan oleh Business Insider.

Steam Sale yang menggoda iman. | Sumber: PC Gamer
Steam Sale yang menggoda iman. | Sumber: PC Gamer

Jadi, konsumen yang melakukan pembelian impulsif sekalipun — seperti saya yang membeli game diskonan saat Steam Sale walau masih banyak game yang belum saya mainkan di library saya — akan membuat alasan rasional untuk menjustifikasi keputusan mereka. Contoh alasan yang mereka buat adalah “Toh sedang diskon” atau “Nanti, keburu barangnya habis”. Secara pribadi, alasan yang paling sering saya gunakan adalah lebih baik menyesal telah membeli daripada menyesal karena tidak beli.

 

3. Dorongan dari Orang Lain

Di dunia nyata, luxury goods — seperti mobil Ferrari, tas Chanel, atau iPhone — bisa menjadi simbol dari status sosial seseorang. Di game, item juga bisa menjadi lambang status sosial pemainnya. Kita hidup dalam tatanan masyarakat yang cenderung untuk memandang seseorang berdasarkan status sosial mereka. Jadi, tidak aneh jika ada orang yang membeli sebuah barang hanya demi meningkatkan status sosial mereka. Fenomena ini disebut sebagai social shopping. Faktanya, salah satu alasan seseorang membeli barang mewah adalah untuk meningkatkan rasa percaya diri. Fenomena social shopping juga terjadi di dalam game.

Di Amerika Serikat, Fortnite sangat populer, layaknya Free Fire di Indonesia. Lebih dari sekedar game, Fortnite juga menjadi tempat virtual bagi para pemainnya untuk berkumpul bersama, termasuk di kalangan siswa SMP. Namun, Fortnite juga menjadi alasan sebagian siswa dirisak. Seperti yang dilaporkan oleh Polygon, alasan sebagian murid dirisak bukan karena mereka kurang jago atau masih n00b, tapi karena mereka menggunakan default skin.

Paul Towler, seorang guru SMP, bercerita bahwa salah satu muridnya bahkan memohon pada orangtuanya untuk memberikan uang agar dia bisa membeli skin di Fortnite. Alasannya, teman-temannya tidak mau bermain dengannya karena dia menggunakan default skin. Padahal, skin di Fortnite tidak lebih dari item kosmetik. Skin tidak memengaruhi status para pemain dalam game. Hal ini menjadi bukti bahwa bagi sebagian gamer, meningkatkan status sosial menjadi alasan mereka item virtual.

Skin di Fortnite bisa menjadi lambang status sosial.
Skin di Fortnite bisa menjadi lambang status sosial.

Alasan untuk membeli item dalam game tidak melulu sedramatis demi menghindari bullying. Terkadang, seorang gamer membeli item karena mereka ingin tampil matching dengan teman mereka atau karena item tersebut sedang populer. Dan konsumen cenderung untuk membeli produk yang tengah hype. Karena manusia adalah makhluk sosial dan pendapat mereka dipengaruhi oleh opini masyarakat. Jadi, ketika sebuah produk menjadi populer, secara otomatis, kita akan menganggap barang atau layanan tersebut pantas untuk dibeli.

 

4. Keinginan untuk Tampil Unik

Di satu sisi, manusia ingin bisa berbaur dengan orang-orang di sekitarnya. Di sisi lain, kita ingin tampil unik. Dalam game, tampilan yang keren atau cool factor menjadi salah satu alasan seorang gamer mau membeli item virtual. Karena itulah, item kosmetik, yang tidak menawarkan penambahan status apapun, juga bisa laku dijual.

Dalam artikel The Significance of Being Unique, Earl C. Kelley menyebutkan, tidak ada manusia yang sama, baik dari segi penampilan fisik maupun perilaku mereka. Setiap orang juga punya tujuan hidup atau “drive” yang berbeda-beda. Dari segi penampilan fisik, manusia menjadi berbeda-beda karena kita terlahir dari dua orang yang berbeda. Sementara itu, perilaku seseorang dipengaruhi oleh berbagai hal, mulai dari kebiasaan, pengetahuan, sampai bias yang mereka miliki. Lebih lanjut, Kelley menjelaskan, persepsi memegang peran penting dalam bagaimana seseorang menjalani kehidupan mereka. Tanpa persepsi, hidup manusia tidak akan jauh berbeda dengan tanaman, yang tak bisa mengambil tindakan aktif. Sementara itu, persepsi seseorang dipengaruhi oleh rangsangan yang ada di sekitarnya, baik berupa suara, bau, sentuhan, dan lain sebagainya.

Namun, manusia tidak bisa menerima dan memproses semua rangsangan yang ada di sekitarnya. Alasannya, ada terlalu banyak data yang harus diproses di sekitar kita. Jadi, kita hanya memerhatikan segala sesuatu yang ada kaitannya dengan tujuan hidup kita sebagai manusia. Misalnya, ketika Anda duduk di bangku sekolah, tujuan Anda — idealnya — adalah belajar. Jadi, Anda seharusnya fokus Anda adalah pada segala sesuatu yang menunjang proses belajar Anda. Contoh lainnya, ketika Anda bermain sebagai support/helaer dalam game MMORPG, fokus Anda harusnya adalah pada buff/debuff/heal. Soal bagaimana cara memaksimalkan DPS, masalah itu bukanlah prioritas Anda.

Karena setiap orang terlahir unik dan punya persepsi yang juga uni, dia akan menganggap dirinya sebagai pusat dari dunianya, tokoh utama dalam cerita hidupnya. Dan ketika Anda menjadi seorang tokoh utama, tentunya, Anda ingin merasa spesial, berbeda dari yang lain. Dalam game sekalipun, penampilan karakter Anda dan NPC biasanya berbeda. Para NPC biasanya memiliki penampilan yang lebih sederhana. Tidak jarang, Anda akan menemukan NPC dengan wajah yang sama.

Kustomisasi jadi salah satu hal yang membuat pemain senang bermain game. | Sumber: Dual Shockers
Kustomisasi jadi salah satu hal yang membuat pemain senang bermain game. | Sumber: Dual Shockers

Hanya saja, bagi sebagian gamer, terlihat unik dari NPC saja tidak cukup. Mereka juga ingin tampil beda bahkan jika dibandingkan dengan pemain lain. Karena itulah, bagi sebagian gamer, kustomisasi karakter sangat penting. Karena avatar dalam game merupakan representasi diri mereka dan mereka ingin bisa menampilkan keunikan mereka melalui avatar tersebut. Selain itu, kustomisasi karakter juga penting karena hal itu bisa menjadi cara bagi sebagian gamer untuk mengekspresikan diri. Dan jika seorang gamer rela mengeluarkan uang demi tampil unik dalam game, hal itu sah-sah saja.

 

5. Kecenderungan Berjudi

Di dunia programming, ada konsep What You See Is What You Get (WYSIWYG): hasil akhir yang Anda dapatkan sesuai dengan apa yang Anda lihat. Di dunia nyata, ketika Anda membeli sebuah produk, Anda akan mendapatkan barang atau layanan sesuai deskripsi. Dalam game, Anda juga bisa membeli item yang rupa dan fungsinya sudah jelas. Namun, hal ini tidak berlaku pada game yang menggunakan mekanisme loot box atau gacha, seperti Overwatch atau Genshin Impact dan lain sebagainya.

Dalam game loot box atau gacha, Anda tidak membeli item, tapi kesempatan untuk mendapatkan item atau karakter tertentu. Dan persentase untuk mendapatkan sebuah item atau seorang karakter rare dalam sebuah game gacha sangat kecil. Contohnya, untuk mendapatkan karakter SSR dalam game Fate/Grand Order, Anda memiliki kesempatan 1%. Sementara di Genshin Impact, kesempatan Anda untuk mendapatkan karakter bintang 5 adalah 0,6%. Yup, saya tidak salah ketik. Persentasenya memang di bawah 1%. Hal ini memunculkan pertanyaan: apakah game gacha termasuk judi?

Di Indonesia, belum ada peraturan jelas yang mengatur tentang game gacha atau loot box. Namun, di negara-negara tertentu, seperti di kawasan Eropa, sudah ada negara-negara lain yang mengatur tentang game loot box. Misalnya, pada 2018, Belgia melarang game yang menggunakan mekanisme loot box. Alasannya karena game gacha atau loot box menyerupai judi. Dan, tidak semua orang — apalagi gamer yang masih muda — bisa menahan diri untuk tidak menghabiskan uang saat bermain game loot box atau gacha. Di Jepang, mobile game yang mengandung unsur gacha bahkan mendapatkan kritik karena dianggap mendorong para pemainnya untuk berjudi.

Fire Emblem Heroes, game gacha, menjadi salah satu sumber pemasukan utama divisi mobile Nintendo. | Sumber: Sensor Tower
Fire Emblem Heroes, game gacha, menjadi salah satu sumber pemasukan utama divisi mobile Nintendo. | Sumber: Sensor Tower

Memang, saat ini, belum banyak studi yang membahas tentang kaitan antara bermain game gacha atau loot box dan kemungkinan seseorang untuk berjudi. Namun, berdasarkan studi Video game loot boxes are linked to problem gambling: Results of a large-scale survey, bermain game loot box akan membuat orang yang memang memiliki kecenderungan berjudi untuk menghabiskan uang demi membeli loot box. Selain itu, studi itu juga menunjukkan, semakin tinggi kecenderungan seseorang untuk berjudi, semakin banyak pula uang yang mereka habiskan saat bermain game loot box.

Menariknya, biaya gacha yang rendah justru akan mendorong para gamer — yang memang sudah punya kecenderungan untuk berjudi — untuk menghabiskan uang lebih banyak. Tren serupa dapat ditemukan pada para penjudi. Biasanya, semakin kecil biaya untuk berjudi, semakin banyak taruhan yang seorang penjudi buat. Dalam kasus game gacha, meskipun pada awalnya gamer tidak mengeluarkan uang banyak, di masa depan, ada kemungkinan mereka akan menghabiskan uang lebih banyak, terutama jika mereka sudah “menang” dan merasakan gratifikasi instan dari bermain gacha. Misalnya, mendapatkan item atau karakter yang mereka incar.

Kabar baiknya, jika seorang gamer memang tidak punya kecenderungan berjudi, maka kecil kemungkinan dia akan tergoda untuk menghabiskan uang saat bermain game loot box atau gacha. Selain itu, berdasarkan studi Long-Term Effects of In-Game Purchases and Event Game Mechanics on Young Mobile Social Game Players in Japan, mekanisme game gacha tidak membuat seseorang menjadi kecanduan bermain game. Dan sekalipun mereka bermain game dengan sistem gacha atau loot box, uang yang mereka habiskan biasanya tidak terlalu besar. Anda bisa melihat korelasi antara jumlah uang yang dihabiskan setiap bulan dengan kecenderungan seorang gamer untuk berjudi pada grafik di bawah.

Kaitan antara kecenderungan gamer untuk berjudi dan uang yang dihabiskan untuk membeli loot box. | Sumber: Studi
Kaitan antara kecenderungan gamer untuk berjudi dan uang yang dihabiskan untuk membeli loot box. | Sumber: Studi

 

Kesimpulan

Ketika saya SMP, saya membuat tagihan telpon di rumah melonjak karena bermain game Ragnarok Online setiap hari. Dan jangan tanya berapa banyak uang yang saya habiskan untuk membeli voucher dari game online tersebut. Sampai sekarang pun, saya lebih memilih untuk mengeluarkan uang untuk membeli game atau item di game daripada makeup. Sebagian orang mengaku heran karena saya lebih rela menghabiskan uang untuk item dalam game, sesuatu yang tak berwujud, yang sewaktu-waktu bisa hilang begitu saja jika developer game yang saya mainkan bangkrut.

Tentu saja, saya bisa memberikan penjelasan panjang lebar tentang mengapa gamer mau membeli item dalam game — atau menyodorkan artikel ini. Namun, bagi saya pribadi, jawabannya sederhana: it makes me happy. Sebagian orang senang dengan membeli makeup, sebagian lainnya rela menghabiskan uang berjuta-juta untuk action figure. Sementara bagi gamer, mereka merasa senang ketika bisa bermain game. Dan jika membeli item dalam game bisa membuat pengalaman bermain mereka lebih menyenangkan, hal itu bukan masalah. Tentu saja, asalkan mereka bisa mengatur keuangan mereka dengan baik. Misalnya, tidak menghabiskan biaya kuliah untuk gacha.

10 Game yang Paling Layak Dinanti di Tahun 2021

2020 adalah tahun yang berat bagi hampir semua industri, tidak terkecuali industri gaming. Pandemi COVID-19 memaksa banyak developer untuk bekerja dari kediamannya masing-masing, dan dampaknya adalah banyak game yang jadwal perilisannya harus ditunda.

2021 memang baru berjalan beberapa hari, dan sejauh ini sebagian besar developer masih harus terus bekerja secara remote. Terlepas dari itu, tahun ini semestinya bakal menjadi saksi atas sederet game yang istimewa; game yang tadinya dijadwalkan hadir di tahun 2020, dan game yang disiapkan secara eksklusif untuk console next-gen.

Di artikel ini, saya akan menyoroti setidaknya 10 game yang paling layak dinantikan di tahun 2021. Sebagian sudah punya jadwal rilis yang pasti, sebagian lainnya masih tentatif. Asalkan situasi yang diakibatkan pandemi tidak kian memburuk, saya optimis semua game di bawah ini akan bisa kita mainkan di tahun ini juga. Semoga…

1. Hitman 3

Tepat tanggal 20 Januari nanti, penggemar seri Hitman bakal kembali menjalani sederet kontrak pembunuhan bersama Agent 47 dengan cara sekreatif mungkin. Bagi yang ketinggalan, Anda tidak harus memainkan game pertama dan keduanya, sebab Hitman 3 bakal mengemas seluruh misi dari Hitman dan Hitman 2.

Engine yang digunakan pada Hitman 3 sudah diperbarui sehingga tak hanya menawarkan penyempurnaan visual belaka, tapi juga mampu mengakomodasi lebih dari 300 NPC dalam satu kesempatan yang sama. Hitman 3 bakal mengakhiri trilogi “World of Assassination” yang berawal di tahun 2016, dan setelahnya IO Interactive selaku developer-nya akan beralih menggarap proyek baru dari franchise James Bond.

2. Far Cry 6

Setelah mengajak kita mengeksplorasi kawasan pegunungan Amerika Utara di Far Cry 5, Ubisoft ingin menyuguhkan pengalaman yang berbeda di Far Cry 6. Setting lokasinya kali ini adalah Yara, negara tropis fiktif dengan area pemukiman urban yang luas yang banyak terinspirasi oleh Kuba, lengkap dengan seorang diktator tangan besi bernama Anton Castillo yang menguasainya.

Far Cry 6 bakal mengangkat seputar kisah konflik bersenjata antara rakyat dan pemerintahannya. Namun sudah pasti juga ada narasi yang penuh intrik terkait relasi antara sang diktator dan putranya, Diego – yang diduga adalah Vaas Montenegro (karakter antagonis di Far Cry 3) semasa muda.

Sebelumnya dijadwalkan hadir pada 18 Februari, sayangnya perilisan Far Cry 6 harus ditunda akibat pandemi. Jadwal barunya belum ditetapkan, tapi yang pasti setelah bulan Maret 2021.

3. Deathloop

Setelah sukses dengan Dishonored dan Prey, Arkane Studios kembali menyajikan FPS penuh aksi dalam bentuk Deathloop. Yang menarik dari Deathloop adalah plotnya; Anda memerankan Colt, seorang pembunuh bayaran yang sedang terjebak di sebuah pulau bernama Blackreef. Di sana, Colt harus membunuh 8 orang target dalam kurun waktu 24 jam.

Problemnya ada dua. Yang pertama, Blackreef sendiri terjebak dalam sebuah time loop; seandainya Colt mati atau gagal melaksanakan misinya dalam batas waktu yang ditentukan, maka ia harus kembali mengulanginya dari nol. Yang kedua, Colt sendiri tengah diburu seorang pembunuh lain bernama Julianna, dan tugas Julianna cuma satu, yakni memastikan Colt tetap terkunci dalam time loop.

Semua itu dipadukan dengan gameplay inovatif yang sudah menjadi keahlian Arkane sejak lama. Juga menarik adalah fitur multiplayer yang opsional, di mana Anda bisa bermain sebagai Julianna, lalu mengacaukan campaign teman Anda yang tengah memerankan Colt. Andai semuanya berjalan sesuai rencana, Deathloop akan tersedia pada 21 Mei.

4. Halo Infinite

Didapuk sebagai salah satu judul eksklusif untuk Xbox Series X dan Series S, Halo Infinite akan kembali mengajak pemain beraksi sebagai Master Chief dan melanjutkan jalan cerita dari Halo 5, tentunya dengan persenjataan dan perlengkapan baru yang dapat dimanfaatkan, termasuk halnya sebuah grappling hook ala franchise Just Cause.

Awalnya dijadwalkan hadir bersamaan dengan Xbox anyar di musim liburan 2020, Halo Infinite sayangnya harus ditunda dan baru akan dirilis di musim semi 2021. Yang cukup menarik, Halo Infinite bakal menawarkan mode multiplayer yang free-to-play, dan developer 343 Industries memastikan tidak ada loot box dalam opsi microtransaction-nya.

5. Vampire: The Masquerade – Bloodlines 2

Sekuel dari salah satu RPG terbaik yang kurang laku karena dirilis di hari yang sama persis seperti Half-Life 2 di tahun 2004, Vampire: The Masquerade – Bloodlines 2 menempatkan pemain sebagai seorang vampir amatir di tengah konflik antara beberapa faksi vampir dengan ideologinya masing-masing. Buat yang tidak tahu, game ini mengambil tabletop RPG berjudul sama sebagai basis lore-nya.

Meski digarap oleh developer yang berbeda, Bloodlines 2 menjanjikan narasi yang mendalam sekaligus opsi dialog yang kaya seperti game pertamanya. Yang baru adalah semacam sistem backstory, di mana pemain dapat memilih latar belakang karakter protagonisnya sebelum dibunuh dan bangkit kembali sebagai seorang vampir, dan NPC bakal memberikan reaksi yang berbeda tergantung latar belakang yang dipilih.

Permainan disajikan dalam format first-person, dengan sesekali beralih ke tampilan third-person untuk sejumlah aksi yang spesifik, dan tentu saja semua peristiwanya berlangsung di malam hari. Seperti kebanyakan game dalam daftar ini, Bloodlines 2 yang tadinya dijadwalkan hadir pada tahun 2020 terpaksa harus diundur. Jadwal rilis pastinya belum ditentukan, tapi semoga tetap di tahun 2021.

6. Horizon Forbidden West

Di tahun 2017, tidak lama setelah PlayStation 4 Pro diluncurkan, Horizon Zero Dawn hadir sebagai salah satu action RPG terbaik untuk console tersebut. Di tahun 2021 ini, menyusul kedatangan PlayStation 5, giliran sekuelnya, Horizon Forbidden West, yang turun tangan.

Dalam Horizon Forbidden West, pemain akan kembali mengontrol Aloy, mengeksplorasi dunia post-apocalyptic yang dipenuhi robot-robot buas dengan berbagai macam bentuk. Setting lokasinya kali ini adalah San Francisco dan Yosemite Valley, dan satu hal yang mungkin sangat mencuri perhatian adalah hadirnya elemen gameplay baru berupa eksplorasi bawah air.

Ya, sepertinya Aloy bakal berjumpa dengan beragam robot yang hidup di laut, danau ataupun sungai. Sejauh ini belum ada jadwal rilis pasti untuk Horizon Forbidden West. Buat yang berharap versi PC-nya bisa datang lebih cepat, well, sepertinya Anda mungkin harus bersabar mengingat Sony pasti melihat game ini sebagai salah satu faktor pendorong penjualan PlayStation 5.

7. Ratchet and Clank: Rift Apart

Sukses dengan Marvel’s Spider-Man: Miles Morales, Insomniac Games kini sedang sibuk mematangkan Ratchet and Clank: Rift Apart. Berbeda dari Miles Morales, Rift Apart hanya akan tersedia di PlayStation 5 saja, dan itu bisa menjadi indikasi bahwa pengembangnya bebas bereksperimen dengan beragam fitur tanpa harus takut terbatasi oleh kapabilitas hardware console lawas.

Salah satu contoh konkretnya adalah mekanisme gameplay Rift Tether yang memungkinkan sang protagonis untuk melompat dari satu dimensi ke lainnya secara real-time, dan ini hanya bisa diwujudkan berkat SSD berkecepatan tinggi yang tertanam di jantung PlayStation 5. Kalau Anda sudah memesan PS5, game ini semestinya harus masuk ke wish list Anda.

8. Resident Evil Village

Game ke-8 dari franchise Resident Evil ini mengambil setting beberapa tahun setelah peristiwa yang terjadi di Resident Evil 7: Biohazard. Ethan Winters kembali menjadi karakter utamanya, dan kali ini ia harus berhadapan dengan misteri kelam pada sebuah desa di dataran Eropa, yang sedikit banyak diakibatkan oleh ulah Chris Redfield – membuat para penggemar franchise ini bertanya-tanya apakah Chris kali ini merupakan teman atau lawan.

Permainan juga akan kembali disuguhkan dari perspektif orang pertama guna menghasilkan sensasi mencekam yang lebih immersive lagi. Capcom sendiri bilang bahwa Resident Evil Village punya nuansa horor yang lebih kental ketimbang RE7.

9. Gotham Knights

Bayangkan Gotham tanpa Batman, sudah pasti kekacauan ada di mana-mana, dengan tingkat kriminalitas yang meningkat drastis. Nasib kota tersebut kini berada di tangan empat junior Batman: Batgirl, Robin, Red Hood, dan Nightwing, masing-masing tentu dengan kemampuan dan gaya bertarungnya sendiri-sendiri. Pemain dapat mengontrol mereka secara bergantian, atau bersama seorang teman.

Gotham Knights merupakan sebuah action RPG. Pengembangannya diserahkan kepada WB Games Montreal, developer di balik game Batman: Arkham Origins yang dirilis di tahun 2013. Kendati demikian, WB Games telah mengonfirmasi bahwa Gotham Knights tidak mengambil setting dunia yang sama seperti seri Arkham. Sebagai gantinya, Arkham-verse justru akan dilanjutkan oleh Suicide Squad: Kill the Justice League, game garapan Rocksteady yang akan menyusul di tahun 2022.

10. Hogwarts Legacy

2021 sepertinya bakal menjadi tahunnya action RPG. Selain Gotham Knights tadi, masih ada satu lagi franchise populer milik Warner Bros. yang akan dikemas menjadi action RPG. Dikerjakan oleh Avalanche Software, Hogwarts Legacy menempatkan Anda sebagai seorang penyihir muda sekitar 100 tahun sebelum kelahiran Harry Potter.

Selain komplek sekolah Hogwarts itu sendiri, permainan bergaya open-world ini juga mengambil tempat seperti Forbidden Forest dan Hogsmeade Village sebagai area yang bisa dieksplorasi. Satu bagian yang mungkin bisa menjadi daya tarik tersendiri adalah adanya sistem moralitas sebagai salah satu elemen gameplay utama.

Honorable Mentions

Seperti yang saya bilang, dampak dari pandemi COVID-19 selama tahun 2020 adalah banyaknya game bagus yang menunggu untuk dirilis di tahun 2021. Selain sepuluh yang sudah saya sebutkan, masih banyak judul lain yang mencuri perhatian, meski mungkin tidak untuk semua kalangan gamer.

Silakan luangkan waktu untuk menonton trailer dari gamegame di bawah ini, dan tentukan sendiri apakah mereka nantinya pantas menyita waktu bermain Anda tahun ini:

Back 4 Blood (spiritual successor dari seri Left 4 Dead)

Warhammer 40,000: Darktide (bayangkan keseruan membasmi monster di seri Warhammer: Vermintide, tapi kali ini dengan setting futuristis Warhammer 40,000)

Shadow Warrior 3 (kelanjutan dari FPS juara karya Flying Wild Hog)

Kena: Bridge of Spirits (game action adventure indie dengan setting dunia fantasi yang banyak terinspirasi oleh budaya Jepang dan Bali)

Weird West (immersive sim garapan WolfEye Studios, studio game baru milik pendiri Arkane Studios, Raphael Colantonio)

Bright Memory: Infinite (FPS penuh aksi karya satu orang developer)

Ruined King (turn-based RPG dengan setting dunia League of Legends)

Pemenang Steam Awards 2020 Diumumkan, Red Dead Redemption 2 Sabet Gelar Terbaik

Dari sekian banyak daftar game terbaik yang dipublikasikan oleh beragam pihak setiap tahunnya, mungkin The Steam Awards adalah salah satu yang paling dinantikan. Terlepas dari kemunculan platform pesaing seperti Epic Games Store, Steam tetap menjadi ‘rumah’ terbesar bagi para gamer PC.

Valve pun tidak mau menyia-nyiakan kekuatan komunitas Steam. Untuk Steam Awards edisi 2020 ini, Valve kembali mengajak komunitas penggunanya untuk melakukan voting, menentukan mana saja game yang pantas meraih penghargaan selama tahun pandemi – bahkan nominasinya pun juga ditentukan oleh komunitas.

Total ada 10 kategori yang disiapkan, dan game yang dinominasikan rupanya tidak harus yang dirilis di tahun 2020. Spesifiknya, The Steam Awards 2020 ini berlaku untuk game yang dirilis pada periode November 2019 – November 2020, jadi jangan heran kalau game dengan hype setinggi Cyberpunk 2077 tidak masuk nominasi sama sekali.

Red Dead Redemption 2 / Rockstar Games
Red Dead Redemption 2 / Rockstar Games

Untuk kategori “Game of the Year”, pilihannya akhirnya jatuh pada Red Dead Redemption 2. ‘Simulator koboi’ besutan Rockstar ini memang tidak bisa dibilang baru, akan tetapi ia memang baru mampir ke Steam pada bulan Desember 2019, sehingga sah saja ia menjadi pemenang.

Selain kategori yang paling prestisius tadi, Red Dead Redemption 2 rupanya turut memenangkan kategori “Outstanding Story-Rich Game”, mengalahkan deretan game lain yang memiliki narasi sangat berbobot seperti Detroit Become Human, Mafia, maupun Metro Exodus. Sebagai seseorang yang sudah menghabiskan lebih dari 150 jam memainkan Red Dead Redemption 2 dan menamatkannya sebanyak dua kali, harus saya akui memang jalan ceritanya sangat mengesankan.

Beralih ke kategori “VR Game of the Year”, saya rasa tidak akan ada yang terkejut melihat Half-Life: Alyx sebagai pemenang, sebab dari awal Valve memang sepenuhnya merancang game ini untuk medium virtual reality. Begitu hebatnya Half-Life: Alyx, penjualan VR headset Valve Index sempat naik drastis berkatnya.

Untuk kategori “Most Innovative Gameplay”, pemenangnya adalah Death Stranding persembahan Kojima Productions. Game open-world ini memang punya sejumlah mekanisme gameplay yang sangat unik; bahkan berjalan kaki saja tidak boleh sembarangan di game ini, sehingga pada akhirnya tidak sedikit yang mengecapnya sebagai permainan walking simulator.

Ori and the Will of the Wisps / Moon Studios
Ori and the Will of the Wisps / Moon Studios

Selanjutnya, ada kategori unik bernama “Labor of Love”. Kategori ini disiapkan untuk game lawas yang hingga kini masih terus dijejali konten baru oleh pengembangnya, sehingga tidak mengherankan apabila gelar juaranya jatuh pada Counter-Strike: Global Offensive, yang masih menjadi salah satu game terlaris di Steam meski sudah berusia 8 tahun lebih.

Selagi membahas game multiplayer, kategori “Better with Friends” tahun ini dimenangkan oleh Fall Guys: Ultimate Knockout, battle royale konyol yang sempat membajak Twitch selama sekitar satu pekan pasca perilisan perdananya di bulan Agustus lalu. Game multiplayer lain yang turut dipilih menjadi pemenang adalah Apex Legends untuk kategori “Best Game You Suck At”.

Lanjut ke kategori “Outstanding Visual Style”, ada Ori and the Will of Wisps yang muncul sebagai pemenang. Tidak heran mengingat game tersebut memang lebih manis lagi di mata ketimbang prekuelnya, yang sendirinya sudah sangat memukau secara visual. Dua kategori yang terakhir di edisi 2020 ini adalah “Best Soundtrack” yang dimenangkan oleh Doom Eternal – Mick Gordon FTW! – dan “Sit Back and Relax” yang dimenangkan oleh, well, apa lagi game yang paling menenteramkan kalau bukan The Sims 4.

Hades / Supergiant Games
Hades / Supergiant Games

Tentunya semua ini adalah hasil pemungutan suara mayoritas, dan masing-masing dari kita pasti punya game terbaik versinya sendiri. Buat saya pribadi, game terbaik tahun 2020 adalah Hades garapan Supergiant Games. Alasannya sederhana: saya tidak pernah suka genre roguelike, dan Hades adalah game roguelike pertama yang sudah saya mainkan selama lebih dari 100 jam – sekaligus yang berhasil membujuk saya untuk membeli sebuah controller.

Tadinya saya mau bilang Cyberpunk 2077, dan sampai artikel ini ditulis, saya memang tercatat sudah menghabiskan 113 jam memainkannya (dan menamatkannya satu kali). Sayang game tersebut dilanda terlalu banyak problem, dan menurut saya lebih pantas dikategorikan sebagai game early access di titik ini. Lagipula ia juga tidak memenuhi syarat jadwal perilisan antara November 2019 – November 2020 tadi. Mungkin tahun depan, usai CD Projekt Red membenahinya dengan sungguh-sungguh.

Via: PC Gamer.

Sony Buka Kantor Baru di Singapura, CD Projekt Dituntut Karena Cyberpunk 2077

Dalam satu minggu terakhir, muncul beberapa berita menarik di dunia gaming. Kabar baik datang dari Sony Interactive Entertainment, yang dikabarkan berhasil menjual 3,4 juta unit PlayStation 5 pada 2020. Sementara itu, berita buruk menimpa CD Projekt, yang dituntut karena dianggap telah berbohong pada para investor terkait kualitas game Cyberpunk 2077 untuk PlayStation 4 dan Xbox One.

Q3 2020, Dota 2 dan CS:GO Jadi Game Esports dengan Audience Engagement Tertinggi

Esports Charts baru saja merilis laporan tentang viewership dari game esports dan game non-kompetitif di Twitch untuk Q3 2020. Dota 2 menjadi game esports dengan audience engagement paling tinggi, diikuti oleh Counter-Strike: Global Offensive, menurut laporan VP Esports.

Namun, dari segi unique viewers atau total hours watched, Dota 2 masih kalah dari game esports lain. Jumlah unique viewers dari Dota 2 hanya mencapai 1,7 juta orang. Sebagai perbandingan, jumlah unique viewers dari CS:GO mencapai 6,8 juta orang dan League of Legends 7 juta orang. Dari segi hours watched, total jam konten Dota 2 ditonton hanya mencapai 38,7 juta jam, sementara total hours watched CS:GO mencapai 62,7 juta jam, dan League of Legends 201,6 juta jam.

Data viewership Dota 2 pada Q3 2020. | Sumber: Esports Charts
Data viewership Dota 2 pada Q3 2020. | Sumber: Esports Charts

Menariknya, secara keseluruhan, Just Chatting menjadi kategori paling populer di Twitch. Sepanjang Q3 2020, total hours watched dari Just Chatting mencapai 500 juta jam, 130% lebih tinggi dari League of Legends, yang menjadi game esports terpopuler. Total hours watched dari game MOBA itu mencapai 394 juta jam.

Sony Buat Kantor Baru di Singapura

Sony Interactive Entertainment belum lama ini membuka kantor cabang baru di Singapura. Kantor tersebut akan bertanggung jawab atas fans PlayStation di Asia Tenggara, khususnya dari Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Filipina. Sebelum ini, kawasan Asia Tenggara menjadi tanggung jawab dari kantor cabang Sony di Hong Kong, lapor Geek Culture.

Kantor cabang di Singapura dibentuk tak lama setelah Sony melakukan perombakan organisasi pada Juli 2020. Kantor tersebut dipimpin oleh Katsuhiko Murase sebagai Head of Asia Business Operation. Tujuan Sony membuka kantor di Singapura adalah untuk mendekatkan diri dengan para fans PlayStation di Asia Tenggara. Selain itu, mereka berharap, mereka akan bisa memenuhi permintaan konsumen di Asia Tenggara dengan lebih cepat.

Eiyuden Chronicle Jadi Game Kickstarter Paling Sukses Pada 2020

Eiyuden Chronicle: Hundred Heroes menjadi game paling sukses di Kickstarter pada 2020, menurut Polygon. Game yang dianggap sebagai penerus seri Suikoden itu berhasil mengumpulkan 481 juta yen (sekitar Rp65,7 miliar) dari lebih dari 46 ribu pendukung. Dengan ini, Eiyuden Chronicle mencetak rekor sebagai kampanye yang dapat mengumpulkan dana terbanyak di Jepang. Sementara itu, jika dibandingkan dengan proyek-proyek pengembangan game lain di Kickstarter, Eiyuden Chronicle menjadi game yang dapat mengumpulkan dana terbanyak ketiga, lapor GamesIndustry.

Eiyuden Chronicle jadi game paling sukses di Kickstarter pada 2020. | Sumber: Kickstarter
Eiyuden Chronicle jadi game paling sukses di Kickstarter pada 2020. | Sumber: Kickstarter

Sony Jual 3,4 Juta Unit PlayStation 5 Pada 2020

Sony berhasil menjual 3,4 juta unit PlayStation 5 dalam waktu 4 minggu setelah peluncuran, menurut laporan Digitimes. Memang, sejak PS5 diluncurkan pada November 2020, banyak orang yang tertarik untuk membeli konsol terbaru dari Sony itu. Dan seperti yang disebutkan oleh Gizmochina, di beberapa negara, seperti Tiongkok dan Hong Kong, harga PS5 bahkan sempat melonjak naik karena stok yang terbatas sementara permintaan konsumen sangat tinggi.

Kabar baiknya, Sony dikabarkan berencana untuk meningkatkan jumlah produksi PS5 pada 2021 demi memenuhi permintaan konsumen akan konsol baru mereka. Diperkirakan, perusahaan Jepang itu berencana untuk meluncurkan sekitar 16,8 -18 juta unit PS5 pada tahun ini.

CD Projekt Dituntut karena Cyberpunk 2077

CD Projekt dituntut oleh Rosen Law Firm di Amerika Serikat terkait game terbaru mereka, Cyberpunk 2077. Developer Polandia itu dituduh telah berbohong pada para investor dengan tidak memberitahu mereka bahwa versi PlayStation 4 dan Xbox One dari Cyberpunk 2077 dipenuhi begitu banyak bug sehingga game itu tidak bisa dimainkan, lapor GamesIndustry.

Memang, Cyberpunk 2077 versi PS4 dan Xbox One memiliki begitu banyak masalah, memaksa Sony untuk menarik game tersebut dari PlayStation Store dan Microsoft untuk menawarkan refund bagi gamer yang sudah membeli game tersebut. Namun, saat ini, belum ada investor CD Projekt yang terlibat dalam tuntutan oleh Rosen Law Firm, walau mereka telah menyediakan formulir online bagi investor yang ingin menggugat CD Projekt.

Lima Prediksi Tren Gaming 2021

Berkat pandemi, pemasukan industri game naik pada 2020. Tren ini diperkirakan akan terus bertahan pada tahun depan. Sayangnya, pandemi juga menyebabkan masalah untuk sebagian pelaku industri game, seperti Sony dan Microsoft, yang baru saja meluncurkan konsol baru mereka. Pandemi membuat kedua perusahaan kesulitan untuk memenuhi permintaan konsumen akan PlayStation 5 dan Xbox Series X. Pada 2021, masalah ini tampaknya masih akan bertahan.

Berikut tren di dunia gaming pada 2021.

1. Pemasukan Industri Game Masih akan Terus Naik

Tak bisa dipungkiri, pandemi virus corona menguntungkan para kreator game. Lockdown membuat banyak orang bermain game lebih lama, yang berarti, mereka bersedia untuk menghabiskan uang lebih banyak demi game. Newzoo memperkirakan, tren ini masih akan bertahan bahkan setelah pandemi usai. Hanya saja, tingkat pertumbuhan industri game pada 2021 diduga tidak akan sepesat pertumbuhan pada 2020.

Mobile menjadi platform game yang mendapatkan untung paling besar. Jika dibandingkan dengan PC dan konsol, mobile memang merupakan platform dengan barrier-to-entry yang paling rendah. Jadi, tidak heran jika jumlah pemain mobile game jauh lebih banyak daripada pemain PC atau konsol. Hanya saja, para mobile gamer adalah tipe yang mudah datang, mudah pergi. Pada 2021, salah satu tantangan yang akan dihadapi oleh developer mobile game adalah mempertahankan para pemain baru yang mereka dapatkan pada tahun ini.

2. Keterbatasan Suplai PlayStation 5 dan Xbox Series X

Pandemi mungkin menguntungkan para developer dan publisher game, tapi, pandemi juga menyebabkan masalah bagi perusahaan pembuat konsol, seperti Sony dan Microsoft. Kedua perusahaan itu bersikukuh untuk meluncurkan konsol baru pada 2020. Meskipun peluncuran itu sukses, baik Sony maupun Microsoft kesulitan untuk memenuhi permintaan konsumen. Dan tren ini akan terbawa hingga awal 2021. Sony dan Microsoft akan memerlukan waktu untuk menggenjot produksi konsol baru mereka agar mereka bisa memenuhi tingginya permintaan konsumen.

Tahun depan, masalah lain yang akan muncul di industri game adalah tertundanya sejumlah peluncuran game AAA. Pasalnya, para developer kesulitan untuk menyesuaikan ritme kerja mereka dengan perubahan yang muncul selama pandemi.

Horizon Forbidden West jadi salah satu game yang paling ditunggu tahun depan.
Horizon Forbidden West jadi salah satu game yang paling ditunggu tahun depan.

Kabar baiknya, sejumlah game yang ditunggu-tunggu, seperti Horizon Forbidden West, akan dapat dimainkan di konsol baru dan konsol lama, yaitu PlayStation 4 dan Xbox One. Jika digabung, jumlah pengguna PS4 dan Xbox One mencapai lebih dari 200 juta orang. Dan para pemilik PS5 serta Xbox One ini masih aktif untuk bermain dan berbelanja. Semua ini akan mendorong pemasukan industri game konsol pada tahun depan. Hal lain yang akan menaikkan pemasukan industri game konsol adalah keberadaan game free-to-play, yang memiliki sumber pemasukan tetap dari pembelian in-game.

3. Cloud Gaming akan Semakin Populer

Tahun 2020 merupakan tahun penting bagi industri cloud gaming. Di tahun ini, beberapa penyedia layanan cloud gaming — seperti Amazon, Google, Microsoft, dan Tencent — meluncurkan layanan mereka. Tak hanya itu, ada platform gaming yang sudah bisa diakses melalui iOS, seperti Stadia yang memiliki aplikasi berbasis Safari. Sementara itu, Microsoft akan meluncurkan aplikasi xCloud di PC dan iOS pada musim semi tahun depan. Bos Xbox, Phil Spencer juga mengungkap, aplikasi itu akan bisa digunakan di smart TV.

Pada 2020, jumlah pengguna cloud gaming juga terus naik berkat lockdown. Selain itu, sepanjang 2020, semakin banyak developer yang menggunakan cloud gaming untuk mendemonstrasikan game buatannya. Contohnya, Ubisoft yang memamerkan Immortals Fenyx Rising melalui Stadia. Ke depan, tampaknya tren ini masih akan berlanjut.

Berkat semakin populernya cloud gaming, pemasukan industri cloud gaming diperkirakan akan mencapai US$1 miliar untuk pertama kalinya pada tahun 2021. Selain itu, jumlah konsumen yang bisa ditarget oleh para penyedia cloud gaming juga diperkirakan akan naik.

4. Berkembangnya Tren Game Sebagai Tempat Hangout

Game kini juga menjadi tempat virtual bagi para pemain untuk berkumpul. Tren ini sudah muncul sejak lebih dari 10 tahun lalu. Namun, lockdown membuat tren tersebut menjadi semakin populer. Dalam beberapa tahun ke depan, tren ini akan memberikan dampak besar pada industri game.

Seiring dengan perkembangan teknologi, grafik game juga menjadi semakin realistis. Tak hanya itu, dunia game kini juga bisa dijadikan sebagai tempat virtual untuk menggelar berbagai kegiatan, mulai dari konser musik hingga fashion show. Salah satu musisi yang pernah melakukan konser virtual adalah Travis Scott. Konser yang diadakan di Fortnite itu dihadiri oleh 12 juta orang. Sementara videonya di YouTube telah ditonton lebih dari 140 juta kali. Untuk tampil di Fortnite, Scott mendapatkan bayaran sekitar US$20 juta.

Konser virtual Travis Scott di Fortnite.
Konser virtual Travis Scott di Fortnite.

Game tak hanya dimanfaatkan oleh musisi atau selebitas. Faktanya, banyak orang yang menggelar pernikahan, pesta kelulusan, atau bahkan pemakaman virtual di Animal Crossing pada tahun ini. Tren ini akan mendorong non-gamer untuk ikut bermain game, yang akan memudahkan publisher untuk mengakuisisi pemain baru.

5. Industri Game akan Semakin Inklusif

Budaya toxic merupakan salah satu masalah di industri game. Namun, ke depan, para pelaku industri game tampaknya akan semakin serius dalam menangani masalah itu. Belum lama ini, Sony, Nintendo, dan Microsoft mengumumkan kerja sama mereka dalam menghadapi masalah budaya toxic di dunia game. Selain itu, Riot juga menyiapkan langkah untuk meminimalisir pemain toxic di Valorant ketika mereka baru meluncurkan game itu.

Selain itu, pada 2021, para developer juga akan semakin peduli pada penyandang disabilitas. Tahun ini, ada sejumlah game yang dibuat agar ramah pada orang-orang yang memiliki disabilitas, seperti The Last of Us Part 2, Apex Legends, dan Tell Me Why. Pada tahun depan, tren ini akan terus berlanjut.

Sumber: Newzoo

5 Mobile Game Punya Pemasukan Lebih dari US$1 Miliar Pada 2020

Banyak industri yang terkena dampak dari pandemi virus corona sepanjang 2020. Industri mobile game adalah salah satu industri yang justru diuntungkan oleh lockdown yang ditetapkan di banyak negara selama pandemi. Pasalnya, semakin banyak orang yang menghabiskan waktunya dengan bermain game ketika mereka tidak boleh keluar dari rumah. Dan hal ini meningkatkan jumlah uang yang mereka habiskan saat bermain game.

Pada 2020, industri mobile game bernilai US$75,4 miliar, naik 19,5% dari tahun lalu, menurut data dari Sensor Tower. Tak hanya itu, pada tahun ini, ada lima game yang berhasil mendapatkan pemasukan lebih dari US$1 miliar. Berikut lima game tersebut.

  1. PUBG Mobile – hampir USS$2,6 miliar
  2. Honor of Kings – hampir US$2,5 miliar
  3. Pokemon Go – US$1,2 miliar
  4. Coin Master – US$1,1 miliar
  5. Roblox – US$1,1 miliar

Dengan total pemasukan hampir US$2,6 miliar, PUBG Mobile duduk di peringkat pertama. Pemasukan dari game battle royale itu naik 64,3% jika dibandingkan dengan tahun lalu. Satu hal yang menarik, PUBG Mobile berhasil mendapatkan gelar mobile game dengan pemasukan terbesar tahun ini walau game itu diblokir di India, salah satu pasar terbesarnya.

Sementara itu, posisi kedua diduduki oleh Honor of Kings, yang dikenal dengan nama Arena of Valor di luar Tiongkok. Sepanjang 2020, pemasukan game MOBA itu mencapai US$2,5 miliar, naik 42,8% dari tahun lalu. Mengingat Honor of Kings adalah game buatan Tiongkok, tidak heran jika gamer lokal memberikan kontribusi terbesar pada total pemasukannya.

Enam mobile game dengan pemasukan terbesar pada 2020. | Sumber: Sensor Tower
Enam mobile game dengan pemasukan terbesar pada 2020. | Sumber: Sensor Tower

Pokemon Go menjadi game dengan pemasukan terbesar ketiga. Sepanjang 2020, pemasukan game itu mencapai US$1,2 miliar, naik 31,5% dari tahun 2019. Sensor Tower menyebutkan, Pokemon Go tetap bisa sukses berkat sejumlah updates dari Niantic, memungkinkan game ini untuk tetap dimainkan tanpa harus keluar dari rumah.

Pandemi tampaknya menjadi berkat di balik musibah untuk Moon Active. Game buatannya, Coin Master, berhasil mendapatkan pemasukan US$1,1 miliar, naik lebih dari dua kali lipat daripada pemasukan pada tahun lalu. Pada November saja, Coin Master mendapatkan US$118 juta, yang merupakan pendapatan bulanan tertinggi yang pernah didapatkan oleh game itu.

Posisi kelima diisi oleh Roblox. Versi mobile dari game ini berhasil mendapatkan US$1,1 miliar, hampir dua kali lipat dari pemasukan mereka pada tahun lalu. Satu hal yang harus diingat, pemasukan ini tidak mencakup pemasukan Roblox versi PC dan Xbox. Hal ini adalah kabar baik karena Roblox berencana untuk melakukan penawaran saham perdana (IPO) pada 2021.

 

Industri Mobile Game Sepanjang 2020

Industri mobile game menujukkan pertumbuhan positif pada 2020, baik dari segi jumlah download maupun dari total pemasukan, ungkap Craig Chapple, Mobile Insights Strategist, EMEA, Sensor Tower. Pada puncaknya, jumlah pemasukan industri mobile game dalam sebulan mencapai US$7 miliar. Hal ini terjadi pada Juli 2020. Pada November 2020, angka ini sedikit turun menjadi US$6,6 miliar. Dari seg download, juga terlihat tren penurunan dalam beberapa bulan belakangan. Meskipun begitu, jumlah download beberapa bulan terakhir tetap lebih banyak jika dibandingkan dengan total download pada Januari 2020.

Tren meningkatnya jumlah download dan pemasukan mobile game ini terjadi di seluruh dunia. Namun, tiga negara yang berkontribusi paling besar pada pasar mobile game sepanjang tahun ini adalah Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang. Di Tiongkok dan Jepang, para gamer memang lebih suka bermain di platform mobile. Jadi, tidak heran jika kedua negara itu memberikan kontribusi yang signifikan pada industri mobile game. Sementara itu, di AS, mobile memang bukan platform pilihan utama para gamer. Namun, industri mobile game di sana tetap berkembang karena pandemi yang berkelanjutan. Hal ini mendorong pemerintah dari beberapa negara bagian untuk kembali menetapkan lockdown.

Pokemon Go sangat populer di Jepang.
Pokemon Go sangat populer di Jepang.

“Pasar mobile game di AS tumbuh dengan cukup signifikan. Pada 2020, pemasukan mobile game di AS naik 30,4% dari tahun 2019,” ujar Chapple, seperti dikutip dari VentureBeat. “Sampai akhir tahun, pasar mobile game tampaknya masih akan terus berkembang.”

Namun, Tiongkok masih menjadi kontributor terbesar dalam industri mobile game global. Sekitar 46,4% dari total pemasukan industri mobile game pada tahun ini berasal dari gamer Tiongkok. Jepang menjadi kontributor terbesar ketiga. meskipun jumlah populasi mereka tidak sebesar Tiongkok atau AS, para gamer Jepang tak segan-segan untuk menghabiskan uang demi mobile game. Faktanya, 99% dari total pemasukan Monster Strike — yang mencapai US$958 juta pada tahun ini — berasal dari gamer Jepang. Sang developer, Mixi, bahkan tidak meluncurkan Monster Strike di beberapa pasar penting, seperti Amerika Utara dan Korea Selatan.

 

Industri Mobile Game Pada 2021

Pandemi menjadi salah satu alasan utama mengapa industri mobile game tumbuh pesat pada 2020. Pertanyaannya: apakah momentum ini akan bertahan pada 2021?

Sensor Tower memperkirakan, pertumbuhan industri mobile game pada Januari 2021 akan mirip dengan pertumbuhan pada Januari 2020. Kuartal pertama dari 2021 juga bisa digunakan sebagai indikasi apakah industri mobile game akan kembali menyusut atau akan terus tumbuh. “Saya kira, kita tidak akan melihat pertumbuhan besar-besaran pada tahun depan. Tapi, akan menarik untuk melihat bagaimana status quo baru pada tahun depan,” ujar Chapple.

Sementara itu, Daniel Ahmad, Senior Analyst, Niko Partners mengungkap, momentum pertumbuhan industri mobile game pada semester pertama 2020 terbawa hingga semester kedua. “Total belanja para gamer memang mulai turun setelah lockdown tak lagi diberlakukan. Namun, kami melihat, total spending dan interaksi para mobile gamer tetap jauh lebih tinggi daripada tahun 2019,” ujar Ahmad.

Ahmad menambahkan, salah satu faktor pendorong pertumbuhan industri mobile game pada semester dua 2020 adalah peluncuran beberapa mobile game besar. “Di Tiongkok, perusahaan-perusahaan game seperti Tencent, Perfect World, dan Yoozoo melaporkan bahwa pemasukan dari bisnis game mereka pada Q1-Q3 naik sekitar 50% lebih, yang menunjukkan bahwa publisher game juga diuntungkan pada tahun ini,” ujarnya.

Sumber: VentureBeat

Riot Games Siap Kerjakan MMORPG League of Legends

Saya kira hampir semua gamer tahu bahwa MOBA bukanlah genre game yang berfokus pada penyajian cerita, akan tetapi hal itu tidak mencegah Riot Games untuk mengembangkan lore League of Legends yang begitu kaya. Mereka juga tidak mau menyia-nyiakan upaya tersebut dan terus berusaha untuk mengekspansi Runeterra (setting dunia League of Legends) ke media lain.

Runeterra dengan segudang naskah dan karakternya merupakan basis yang sangat menarik untuk dikembangkan menjadi game yang bukan MOBA. Sejauh ini, kita baru punya Legends of Runeterra yang merupakan digital collectible card game, lalu Ruined King dan Conv/rgence yang akan menyusul meski masing-masing hingga kini masih belum punya jadwal rilis pasti.

Kalau melihat lebih jauh lagi ke depan, sepertinya nanti kita juga akan disuguhi dengan League of Legends versi MMO. Indikasinya bisa kita lihat dari tweet yang diunggah oleh Greg Street, Vice President of IP and Entertainment di Riot Games, baru-baru ini. Dijelaskan bahwa Riot sedang sibuk merekrut karyawan baru untuk menggarap game besar yang sudah ditunggu-tunggu oleh para penggemarnya.

Saat ditanya apakah game yang dimaksud adalah MMO, Greg dengan santainya membenarkan bahwa game-nya adalah sebuah MMO. Lebih lanjut, konfirmasi yang diterima PC Gamer dari perwakilan Riot Games juga mengatakan bahwa mereka bakal mengerjakan sebuah massively multiplayer online role-playing game alias MMORPG.

Berhubung Riot masih dalam tahap rekrutmen, bisa diasumsikan proyek ini mungkin masih sangat jauh dari realisasi. CEO Riot Games, Marc Merrill, setahun yang lalu juga sempat mengatakan bahwa seandainya mereka bakal membuat sebuah MMO, yang pasti tidak akan dalam waktu dekat.

Terlepas dari itu, mereka yang selama ini mengimpikan agar lore League of Legends dapat dijadikan game seperti World of Warcraft setidaknya bisa sedikit lega mengetahui bahwa MMORPG memang sudah ada di radar Riot Games. Sekarang kita tinggal memberi mereka waktu untuk mengeksekusinya sematang mungkin.

Sumber: PC Gamer.

Sekuel Ark: Survival Evolved Diumumkan, Dibintangi Sekaligus Diproduseri Vin Diesel

Seperti biasa setiap tahunnya, ajang The Game Awards 2020 juga dimanfaatkan sebagai panggung pengumuman sejumlah game baru. Beberapa di antaranya sangat mengundang perhatian, seperti misalnya Crimson Desert, namun beberapa juga ada yang benar-benar di luar dugaan.

Salah satunya adalah Ark II, sekuel dari Ark: Survival Evolved, game survival multiplayer karya developer indie Studio Wildcard. Berhubung Ark sendiri baru dirilis secara resmi pada tahun 2017, sebagian besar pemainnya mungkin tidak menyangka sekuelnya bakal datang secepat ini, apalagi mengingat Ark sendiri menghabiskan waktu sekitar dua tahun dalam fase early access.

Bukan cuma itu, Ark II bahkan datang bersama sebuah trailer sinematik yang dibintangi oleh Vin Diesel, dan sang pentolan franchise Fast & Furious tersebut sudah dikonfirmasi bakal menjadi salah satu karakter protagonis bernama Santiago dalam Ark II. Cyberpunk 2077 punya ‘John Wick’, Ark II punya ‘Dominic Toretto’.

Trailer-nya tampak cukup mengesankan, dan Studio Wildcard bilang bahwa trailer-nya ini dibuat menggunakan engine game Ark II itu sendiri, bukan CGI tradisional. Kalau melihat Ark: Survival Evolved menggunakan Unreal Engine 4, apakah ini berarti Ark II digarap menggunakan Unreal Engine 5?

Menurut saya mungkin saja, sebab jadwal perilisan Ark II masih sangat lama, yakni 2022, dan Unreal Engine 5 sendiri baru akan sepenuhnya tersedia buat para developer mulai tahun depan. Berdasarkan keterangan dari Microsoft, Ark II bakal dirilis eksklusif di platform Xbox – yang semestinya juga mencakup PC.

Balik lagi ke Vin Diesel, sang aktor yang bernama asli Mark Sinclair itu ternyata tidak hanya meminjamkan bakat akting dan suaranya saja di sini. Ia rupanya juga menjabat sebagai executive producer buat Ark II, dan Studio Wildcard bahkan sudah menyiapkan titel yang keren baginya: “President of Creative Convergence”.

Keterlibatan Vin Diesel sebenarnya bukanlah suatu kebetulan, sebab kalau menurut Studio Wildcard sendiri, Vin Diesel merupakan penggemar berat Ark: Survival Evolved yang sudah menghabiskan waktu ribuan jam untuk memainkannya. Begitu cintanya Vin Diesel terhadap game ini, ia bahkan disebut aktif melaporkan jika ada bug yang ditemui dalam game.

Apakah ke depannya kita bakal melihat lebih banyak lagi game yang melibatkan selebriti ternama? Bisa jadi ini adalah awal dari tren tersebut.

Sumber: PC Gamer.