Garena Segera Menggelar Turnamen Free Fire Indonesia Master League Season 2

Setelah sebelumnya gelaran turnamen Free Fire Indonesia Masters Spring 2020 berhasil diadakan, kini dalam waktu dekat Garena akan memulai Free Fire Indonesia Masters League Season 2 sebagai langkah awal menjelang gelaran turnamen Free Fire Indonesia Masters Fall 2020. Di bulan Maret 2020 yang lalu tim ONIC Esports berhasil menjadi juara pertama gelaran turnamen Free Fire Indonesia Masters Spring 2020.

Nantinya akan ada 18 tim terpilih yang bertanding dalam seri liga yang berlangsung dari awal 8 Agustus hingga 13 September 2020. Masing-masing tim akan mencoba memberikan performa terbaik mereka untuk dapat dinobatkan sebagai juara di tingkat nasional pada gelaran turnamen Free Fire Indonesia Masters Fall 2020 mendatang.

Adapun pada gelaran turnamen Free Fire Indonesia Masters League Season 2 memperkenalkan sistem liga yang baru. Dari total 18 tim, akan dipecah menjadi 3 grup berbeda selama fase regular season. Setiap minggunya di regular season masing-masing grup secara acak akan bertanding dalam 1 pot yang sama dan mengumpulkan raihan poin.

Sedangkan untuk map yang digunakan secara berurutan adalah rotasi Bermuda-Purgatory-Kalahari. Di akhir fase regular season, tim yang duduk di peringkat pertama dan kedua dari masing-masing grup akan mengamankan 6 slot di babak grand final Free Fire Indonesia Masters Fall 2020.

Jangan khawatir jika tim favoritmu belum lolos, karena masih ada beberapa kesempatan lagi utukk meraih slot di babak grand final FFIM Fall 2020. Setelah fase regular season, 12 tim yang tersisa akan melaju ke fase playoff. Masih tersedia 6 slot lagi bagi tim teratas untuk berlaga FFIM Fall 2020.

Berkaca pada hasil musim FFIM Spring 2020, sebelumnya ONIC Esports masih dijagokan untuk kembali menjadi juaranya. Sedangkan setelah gelaran turnamen beberapa waktu yang lalu, muncul nama tim Island of Gods sebagai pesaing yang cukup menangkap perhatian dari komunitas gamers Free Fire Indonesia atas performa dan kemenangannya di GoPay Arena Championship 2020.

Hadiah uang sejumlah 1,2 milyar Rupiah akan diperebutkan sepanjang gelaran turnanen FFIML Season 2. Sistem liga yang diterapkan tentunya akan memastikan keberlangsungan skena esports Free Fire. Sebagai catatan, Indonesia memang salah satu negara yang masih terus membuntuti Brazil dalam hal prestasi dan kemampuan pro player di skena kompetisi lokal masing-masing.

18 Tim yang akan bertanding | via: Instagram ff.esports.id
18 Tim yang akan bertanding | via: Instagram ff.esports.id

Pertemuan terakhir tim Indonesia melawan tim Brazil masih terlalu sulit untuk dilupakan karena tim Brazil berhasil menukuk perlawanan dari tim Indoensn sekalipun kedua negara mempertandingkan streamer dari game Free Fire dari negara masing-masing.

Setelah Indonesia batal menjadi tuan rumah bagi gelaran Free Fire World Championship tahun 2020, kiranya dengan kembali berjalannya liga akan mengobati kerinduan komunitas gamers Free Fire di Indonesia. Secara langsung seluruh pertandingan FFML Season 2 akan disiarkan via YouTube dan Facebook FFEsportsID.

 

Garena Kolaborasi Dengan Netflix Untuk Hadirkan Konten Money Heist di Free Fire

Kolaborasi game dengan film untuk kepentingan konten, sepertinya kini sudah menjadi hal yang lumrah, apalagi pada genre Battle Royale. Fortnite mungkin bisa dibilang sebagai pelopor hal ini, yang beberapa waktu lalu sempat melakukan kolaborasi dengan Marvel Cinematic Universe untuk menghadirkan Thanos ke dalam game.

Seakan tak mau kalah, Free Fire juga melakukan strategi kolaborasi tersebut, dan melakukan kerja sama dengan Netflix. Dalam kerja sama ini, Free Fire akan menghadirkan konten bertemakan serial Money Heist, salah satunya adalah mode permainan yang diberi nama sama dengan salah satu serial Netflix terpopuler tersebut.

Tidak seperti biasanya, mode menyajikan pertarungan 4v4. Dalam mode ini, para pemain berlomba-lomba untuk mengumpulkan uang kertas sebanyak-banyaknya sebelum waktu habis. Untuk itu, pemain harus mengaktifkan Money Printer yang ditempatkan di lokasi yang sudah ditentukan. Pemain dapat mengaktifkan Money Printer dengan cara menduduki dan mempertahankan daerah sekitarnya. Tim pertama yang berhasil mencapai jumlah uang kertas yang ditargetkan akan menjadi pemenang.

Dalam mode ini, pemain akan ditemani oleh berbagai hal bernuansa Money Heist, mulai dari Money Printer, brankas di Spawn Island, hingga pesawat dan parasut Plan Bermuda. Pemain juga bisa mendapatkan kostum Eksklusif Free Fire x Money Heist yang berisikan jumpsuit berwarna merah dan topeng yang jadi ciri khas serial televisi Money Heist.

Terkait kerja sama ini, Christian Wihananto, Produser Garena Free Fire Indonesia mengatakan. “Kami tidak pernah berhenti untuk terus menyajikan pengalaman bermain terbaik melalui konten menarik yang tak terlupakan. Money Heist adalah salah satu series paling populer persembahan Netflix, yang kami yakini memiliki banyak unsur kemiripan dengan Free Fire, terutama dari segi karakter dan aksi yang disajikan. Lewat kolaborasi ini, kami berharap bisa bisa mempersembahkan event In-Game serta karakter yang lebih menarik lagi bagi seluruh pemain Free Fire.” Ucapnya.

Harold Teo selaku Produser Garena juga menambahkan. “Banyak dari kami di Garena sendiri merupakan penggemar serial Money Heist, begitu juga dengan jutaan pemain kami di seluruh dunia. Kami sangat senang dapat menghadirkan kerja sama ini bagi komunitas Free Fire, dan kami harap seluruh pemain juga sama senangnya.”

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Christian Wihananto, Produser Garena Free Fire Indonesia. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Ini bukan kali pertama bagi Free Fire melakukan kolaborasi konten. Sebelumnya salah satu Battle Royale tersukses ini juga sempat berkolaborasi dengan game RPG Ragnarok. “Sebelumnya kami juga pernah melakukan kolaborasi dengan DJ Alok dari Brazil, bahkan juga membuat karakter yang berasal dari insan kreatif lokal, Joe Taslim.” Christian menceritakan.

Lebih lanjut soal kolaborasi dengan insan kreatif lokal, Christian Wihananto mengatakan. “Tentu saja ke depannya, ini tidak menutup kemungkinan dan kesempatan untuk menjalankan kolaborasi dengan insan kreatif lokal lainnya.”

Free Fire sendiri bisa dibilang sebagai salah satu game esports sukses di tingkat internasional. Salah satu yang menikmati dampak kesuksesan ini adalah LOUD Esports, tim Free Fire Brazil yang berhasil menjadi tim esports pertama dengan 1 miliar Views di YouTube. Turnamen dunia Free Fire bahkan jadi salah satu turnamen populer tahun 2019, berdasarkan dari data Esports Charts. Kesuksesan ini bahkan sampai membuat pelaku dunia esports jadi penasaran, dan melakukan analisisnya tersendiri terhadap alasan kesuksesan game ini di negara berkembang.

Daftar 10 Game dengan Pendapatan Terbesar Pada Mei 2020

PUBG Mobile dari Tencent menjadi mobile game dengan pendapatan terbesar pada Mei 2020, menurut data dari Sensor Tower. Dalam satu bulan, game tersebut mendapatkan US$226 juta. Pemasukan PUBG Mobile naik 41 persen jika dibandingkan dengan Mei 2019. Tak hanya itu, PUBG Mobile juga menjadi game yang paling banyak diunduh ke-2 dengan total install mencapai 34,2 juta. Total install PUBG Mobile pada Mei 2020 naik 91 persen dari bulan yang sama pada 2019. India memberikan kontribusi paling besar, yaitu sebesar 35,8 persen dari total install, diikuti oleh Mesir dengan kontribusi 7,2 persen dari total install.

Sementara itu, game dengan pemasukan terbanyak ke-2 adalah Honor of Kings alias Arena of Valor. Game dari Tencent itu mendapatkan US$204,5 juta sepanjang Mei 2020, naik 42 persen dari Mei 2019. Namun, sekitar 95 persen dari total pemasukan Arena of Valor berasal dari Tiongkok. Dalam daftar 10 game dengan pemasukan terbesar, Roblox dari Roblox Corporation duduk di posisi ke-3, diikuti oleh Monster Strike dari Mixi, dan Coin Master dari Moon Active.

game pendapatan terbesar
Daftar game dengan pemasukan terbesar pada Mei 2020. | Sumber: Sensor Tower

Coin Master juga berhasil masuk dalam daftar 10 game yang paling banyak diunduh pada bulan lalu. Sebagian besar pemasukan yang didapatkan oleh game ini berasal dari pengguna Android. Namun, jumlah download dari App Store juga menunjukkan kenaikan sejak Januari 2020. Pada Mei 2020, total pemain Coin Master di iPhone mencapai 5 juta, yang merupakan rekor. Hal ini membuktikan bahwa Moon Active secara aktif mengakuisi pemain dari pengguna iPhone.

Dari segi total dowload, ASMR Slicing dari Crazy Labs menjadi game yang paling banyak diunduh sepanjang Mei 2020. Dalam satu bulan, game itu diunduh sebanyak 36,5 juta kali. Amerika Serikat memberikan kontribusi terbesar dengan 12 persen dari total download, diikuti oleh Brasil pada 9,6 persen dari total download. Game yang duduk di peringkat ke-3 dalam daftar 10 mobile game paling banyak diunduh adalah Free Fire dari Garena, diikuti oleh Save The Girl dari Lion Studios, dan Gardenscapes dari Playrix.

game pendapatan terbanyak
Daftar game dengan total download terbanyak. | Sumber: Sensor Tower

Sementara itu, Pokemon Go dari Niantic mendapatkan total pemasukan sebesar US$82,2 juta pada Mei 2020, naik 45,5 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019. Angka ini adalah rekor pemasukan terbesar Pokemon Go sejak September 2019. Keuntungan yang didapatkan oleh Niantic dari Pokemon Go kembali naik karena mulai banyak negara yang menghentikan lockdown. Namun, Niantic juga telah melakukan beberapa perubahan pada Pokemon Go sehingga game itu tetap bisa dimainkan di rumah.

GoPay Arena Championship Adu 3 Game, Total Hadiah Rp1 Miliar

Semakin banyak merek non-endemik yang tertarik mendukung esports seiring dengan berkembangnya ekosistem competitive gaming. Salah satunya adalah GoPay. Dalam konferensi pers pada Senin, 15 Juni 2020, Timothius Martin, Senior Vice President Product Marketing GoPay, mengatakan bahwa GoPay telah ikut serta mendukung esports sejak 2018. Salah satu dukungan mereka berupa kerja sama dengan organisasi esports, seperi RRQ, Aura, dan Bigetron. Selain itu, mereka juga menjadi sponsor sejumlah turnamen esports seperti IDBYTE 2019. Sekarang, GoPay ingin mengadakan turnamen esports sendiri, yang dinamai GoPay Arena Championship (GAC).

Pria yang akrab dengan panggilan Timo ini menjelaskan, di masa pandemi dan transisi ke normal baru, semakin banyak orang yang tertarik untuk bermain game. Jadi GoPay menganggap, sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengadakan turnamen esports online. Dia mengklaim GAC sebagai “festival esports online terbesar di Indonesia”. Pasalnya, dalam GAC, ada 3 game populer yang diadu, yaitu Mobile Legends, Free Fire, dan PUBG Mobile.

Kompetisi esports di GAC bisa diikuti baik oleh tim profesional maupun tim amatir. Tim-tim profesional yang berlaga dalam GAC akan ditentukan berdasarkan undangan. Sementara tim amatir harus melalui babak kualifikasi terbuka. Pendaftaran untuk tim amatir dibuka mulai hari ini, Selasa, 16 Juni 2020 sampai 29 Juni 2020. Jika tertarik, Anda bisa mengunjungi gopayarena.id.

Babak kualifikasi untuk tim profesional akan dimulai pada 27 Juni sampai 19 Juli 2020. Sementara babak kualifikasi untuk tim amatir akan diadakan pada 6 Juli sampai 26 Juli 2020. Para tim profesional dan amatir yang berhasil lolos dari babak kualifikasi akan bertemu di babak Grand Final. Sayangnya, belum diketahui tanggal pasti dari babak Grand Final. Timo memperkirakan, Grand Final akan diadakan pada minggu ke-4 bulan Juli atau pada awal bulan Agustus. Total hadiah yang ditawarkan dalam GAC mencapai Rp1 miliar.

GoPay Arena Championship
Jadwal GoPay Arena Championship.

Untuk game Free Fire, babak Grand Final akan mempertemukan 8 tim profesional dan 4 tim amatir yang lolos babak kualifikasi. Dua belas tim tersebut akan bertanding dalam 8 ronde untuk menentukan pemenang GAC. Pada game Mobile Legends, babak final akan mengadu 6 tim profesional yang diundang dan 2 tim amatir. Terakhir, dalam game PUBG Mobile, babak Grand Final akan mengadu 12 tim profesional dengan 4 tim amatir.

“Kami sangat senang dengan GAC karena turnamen ini adalah sebuah terobosan,” kata Aswin Atonie, Brand Director, Moonton Indonesia. “Biasanya, kami sebagai publisher sibuk dengan event kami sendiri. Sekarang, kami dikumpulkan menjadi satu.” Dia menjelaskan, selama masa pandemi, semakin banyak orang yang menghabiskan waktu untuk bermain game. Alhasil, permainan para pemain amatir menjadi semakin baik. Dia yakin, tim-tim amatir yang berlaga di GAC juga akan menyuguhkan pertandingan yang menarik.

Agung Chaniago, Esports Manager, Tencent Games Indonesia mengatakan, pandemi memang membuat bermain game menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat. “Kalau dulu kan kita janji untuk nongkrong, sekarang, janji untuk mabar,” ujarnya. “Semakin banyak juga influencer dan artis yang membuat siaran langsung di channel mereka sendiri. Sebelumnya tidak pernah.”

Sementara itu, Wijaya Nugroho, Business Development, Esports Manager, Garena Indonesia mengungkap, sejak pemerintah menunjukkan dukungan pada industri esports, perkembangan esports memang semakin pesat. “Setelah ada esports di SEA Games, Asian Games, dan Piala Presiden, pertumbuhan esports menjadi semakin luar biasa. Dan adanya event seperti GAC bisa menjadi wadah agar esports di Indonesia bisa semakin maju.”

Kenapa Free Fire Sukses di Negara Berkembang?

Saat ini, industri esports masih didominasi oleh game esports untuk PC. Meskipun begitu, mobile esports berkembang pesat. Menurut Newzoo, mobile game memberikan kontribusi sebesar 47,4 persen dari total pasar game dunia pada 2020. Sementara menurut App Annie, pengguna smartphone menghabiskan 55 persen waktunya untuk bermain game non-kasual. Bukti lain pertumbuhan mobile esports adalah kesuksesan Free Fire dari Garena. Pada puncaknya, Free Fire World Series Rio berhasil mendapatkan jumlah penonton concurrent sebanyak lebih dari dua juta, menjadikannya sebagai salah satu turnamen esports paling populer pada 2019.

Tak hanya itu, menurut Daniel Ahmad, Senior Analyst di Niko Partners, Free fire merupakan game dengan pendapatan terbesar di Asia Tenggara dan Amerika Latin pada Q3 2019. Asia Tenggara dan Amerika Latin memang merupakan pasar utama Free Fire. Salah satu alasannya adalah karena kebanyakan masyarakat di kawasan tersebut menggunakan smartphone kelas menengah atau bawah. Jika spesifikasi smartphone Anda tidak mumpuni, maka Anda tidak akan bisa memainkan game battle royale yang berat seperti PUBG Mobile atau Fortnite.

“Garena paham ini,” kata Rosen Sharma, CEO dari Game.TV, platform turnamen mobile game dan mantan Senior Vice President serta CTO Intel, pada The Esports Observer. “Jika Anda melihat negara yang warganya banyak memainkan Free Fire, dan Anda melihat persentase harga smartphone yang digunakan, Anda akan melihat hubungan antara keduanya.”

free fire negara berkembang
Free Fire dapat dimainkan di smartphone dengan spesifikasi relatif rendah.

“Free Fire milik Garena mengisi kekosongan di negara-negara berkembang,” kata Akshat Rathee, Managing Director, NODWIN Gaming, perusahaan esports asal India. Menurutnya, kesuksesan Fortnite memang akan membuka kesempatan bagi game serupa untuk menjadi populer. Saat ini, tantangan yang harus dihadapi oleh Garena adalah untuk meningkatkan kualitas game mereka sehingga para pengguna smartphone premium juga tertarik untuk bermain Free Fire. Terkait hal ini, Garena dikabarkan tengah mempersiapkan versi “Max” dari Free Fire. Langkah yang mereka ambil berkebalikan dengan apa yang PUBG Corp lakukan dengan PUBG Mobile. Mereka justru menyiapkan versi Lite dari game battle royale mereka.

Lain lagi dengan strategi Epic Games terkait Fortnite. Mereka menggunakan strategi cross-platform. Jadi, para pemain mobile bisa bermain bersama dengan gamer konsol dan PC. Namun, Rathee menyebutkan, fitur cross-platform bisa menjadi senjata makan tuan jika tidak dieksekusi dengan baik. “Saya pikir, lebih mudah untuk bertahan di satu platform tapi berusaha untuk menjangkau lebih banyak gamer,” katanya.

Salah satu masalah dari strategi cross-platform adalah menyeimbangkan gameplay. Bahkan jika sebuah game hanya tersedia untuk platform mobile, developer harus mempertimbangkan kecepatan prosesor smartphone pengguna agar semua pemain memiliki kesempatan menang yang sama. Hal lain yang harus dipertimbangkan developer adalah semakin maraknya aksesori mobile gaming, seperti controller. “Ini tidak ada di negara-negara Barat, tapi di Tiongkok, ponsel khusus gaming memiliki aksesori seperti Switch. Dan beberapa aksesori tersebut memberikan performa sangat baik,” ungkap Rathee.

Satu hal yang pasti, dengan semakin populernya mobile esports di negara berkembang seperti India, Brasil, Indonesia dan negara-negara di kawasan Asia Tenggara, ini membuat organisasi esports besar seperti Team Liquid dan Fnatic tertarik untuk membuat divisi khusus mobile game. Dalam beberapa kasus, mereka memilih untuk bekerja sama dengan tim mobile esports lokal yang sudah terbentuk.

Samsung Dukung Piala Presiden Espots 2020 untuk Dekatkan Diri dengan Gamer

Babak final dari Piala Presiden Esports 2020 akan diadakan di pada 1-2 Februari 2020. Samsung menyatakan bahwa mereka akan mendukung turnamen tersebut dengan menyediakan smartphone yang akan digunakan oleh para peserta. Smartphone yang Samsung siapkan adalah Galaxy A80, A51, dan A71. Dalam acara yang diadakan pada 27 Januari 2020, Irfan Rinaldi, Product Marketing Manager, Samsung Electronics Indonesia mengatakan, semua smartphone yang akan digunakan dalam babak final Piala Presiden telah diuji oleh Garena.

Tahun lalu, Piala Presiden Esports hanya memperlombakan Mobile Legends. Namun, tahun ini, pihak penyelenggara memutuskan untuk mengadu Free Fire dan Pro Evolution Soccer. Giring Ganesha, Ketua Panitia Penyelenggara, Piala Presiden Esports 2020 membanggakan, tahun ini, ada 177 ribu orang yang mendaftar untuk ikut serta dalam turnamen itu. Sebagai perbandingan, tahun lalu, ada 18 ribu orang yang mendaftar. Ini berarti, ada kenaikan hampir 10 kali lipat. Satu hal yang harus diingat, Piala Presiden tahun ini memiliki jangkauan yang lebih luas, mencapai Asia Tenggara.

Irfan menjelaskan, sejak awal, Galaxy A Series memang ditujukan untuk anak muda. Selama ini, Samsung menargetkan orang-orang yang ingin menjadi kreator konten. Sekarang, generasi milenial dan gen Z juga mulai tertarik dengan gaming dan esports. Karena itulah, Samsung memutuskan untuk mendukung Piala Presiden Esports 2020. Selain menyediakan perangkat untuk digunakan para peserta turnamen, Samsung juga akan membuka booth, memungkinkan pengunjung untuk mencoba smartphone mereka, Galaxy A71 dan A80.

Samsung Galaxy A71. | Sumber: Dokumentasi Hybrid/Ellavie I.A.

Samsung Galaxy A71. | Sumber: Dokumentasi Hybrid/Ellavie I.A.

“Kami melihat, Piala Presiden memiliki scoop yang luas. Tahapan turnamen mereka tidak terbatas ke nasional, tapi juga regional,” ujar Irfan saat ditanya mengapa Samsung memutuskan untuk mendukung Piala Presiden dan bukannya turnamen esports lain. Memang, tahun ini, Piala Presiden Esports juga akan mempertemukan tim-tim terbaik dari luar Indonesia, seperti Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Kamboja.

Irfan lalu menambahkan, “Acara ini juga didukung oleh pemerintah.” Piala Presiden memang merupakan hasil kolaborasi antara empat badan pemerintah, yaitu Kantor Staff Presiden (KSP), Kementrian Pemuda dan Olahraga (KEMENPORA), Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF), dan Kementrian Komunikasi dan Informatika (KEMENKOMINFO).

Irfan mengatakan, ke depan, Samsung juga akan terus berusaha untuk mendekatkan diri dengan komunitas gaming dan esports. “Kita juga akan engage dengan developer dan publisher game,” ujarnya. “Nantinya, kita juga akan mengadakan roadshow ke kampus. Karena membangun komunitas dan talenta di esports, itu juga perlu.” Dia mengungkap, tidak tertutup kemungkinan, Samsung akan bekerja sama dengan salah satu organisasi esports di Indonesia. “Kita masih dalam tahap diskusi tentang endorsement ke tim.”

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Esports kini memang tengah menjadi primadona. Selain merek endemik, banyak merek non-endemik yang turut mendukung liga dan organisasi esports. Meskipun begitu, juga ada kekhawatiran bahwa nilai industri esports terlalu dilebih-lebihkan. Terkait hal ini, Irfan mengatakan bahwa Samsung tidak khawatir.

Overhype esports bukan hal yang negatif. Dan hype-nya terbukti tidak hanya di Indonesia,” ungkap Irfan. Dia sadar, masyarakat Indonesia lebih suka dengan mobile esports daripada game esports pada PC atau konsol. Menurutnya, itu karena mobile gaming jauh lebih mudah untuk diakses. “Beberapa game kayak Free Fire sangat accessible untuk perangkat dari berbagai macam spesifikasi,” katanya. “Kalau bermain game di konsol atau PC, investasinya lebih besar.”

5 Esports Game Mobile Terpopuler di Tahun 2019

Meledaknya Mobile Esports telah menjadi salah satu narasi besar di ekosistem esports secara internasional. Free Fire salah satu contohnya. Sebegitu suksesnya, sampai-sampai analis di NetEase Games memaparkan alasan kenapa Free Fire jadi sukses. Game tersebut bahkan menjadi salah satu turnamen terpopuler di tahun 2019 lalu.

Tetapi, apakah hanya Free Fire saja yang mendulang kesuksesan tersebut? Bagaimana dengan titel game mobile lainnya yang juga punya program esports seperti Mobile Legends, Arena of Valor, PUBG Mobile ataupun Clash Royale? Beberapa waktu lalu, Esports Charts mengeluarkan data soal 5 game esports mobile terpopuler di tahun 2019. Siapa saja mereka? Ini 5 di antaranya:

5. Clash Royale

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

Walau game ini kurang populer di Indonesia, namun kehadirannya secara internasional masih cukup terasa. Tahun lalu, Supercell melakukan beberapa pergerakan terkait esports. Mereka juga hadir di Indonesia, bekerja sama dengan LINE untuk mengembangkan komunitasnya di sini.

Secara internasional, posisi Clash Royale sebagai mobile esports ternyata cukup tertinggal dibanding dengan game-game mobile lainnya. Clash Royale mengumpulkan ditonton selama 5.259.856 jam selama tahun 2019 dengan jumlah penonton terbanyak sebesar 133.046 orang menonton CRL World Finals 2019.

Mengutip Esports Charts, Clash Royale adalah mobile esports terpopuler di 2018, namun mereka mengalami penurunan signifikan di tahun 2019. Dikatakan, alasan terbesarnya adalah karena penurunan popularitas game ini secara umum, dan meningkatnya jumlah rival di persaingan pasar esports. CRL World Finals 2019 bahkan mengalami penurunan jumlah penonton sebesar 63%.

4. Mobile Legends: Bang Bang

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

Walau MLBB adalah esports mobile terpopuler di Indonesia namun presensi mereka secara internasional ternyata masih kalah jika dibanding dengan titel mobile lainnya. Secara angka, MLBB sudah ditonton selama 29.296.791 jam selama tahun 2019, dengan penonton terbanyak sejumlah 648.069 orang menonton gelaran M1 World Championship 2019.

Ada beberapa fakta menarik terkait ini. Hadiah M1 hanya US$250 ribu, lebih sedikit US$50 ribu daripada MPL ID Season 4. Namun demikian jumlah peak viewer M1 lebih banyak 123% daripada MPL ID Season 4. Ini mungkin dikarenakan para penonton lebih ingin melihat tim dan regional yang belum pernah mengikuti kompetisi MLBB sebelumnya.

Salah satu alasannya mungkin karena usaha dari Moonton untuk terus mendorong pertumbuhan ekosistem esports MLBB. Di lokal Indonesia, banyak usaha telah mereka lakukan. Mereka mencoba menerapkan franchise model di MPL Indonesia Season 4, memberi panggung kepada pemain semi-pro lewat MLBB Intercity Championship, dan yang terkini menggelar MLBB Developmental League sebagai usaha mereka untuk membuat ekosistem esports MLBB terus ada.

3. Free Fire

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

Free Fire telah menjadi buah bibir sepanjang tahun 2019 kemarin. Tak hanya di Indonesia, namun Free Fire juga menarik perhatian khalayak internasional karena juga terkenal di Brazil. Namun ternyata ia hanya mengisi posisi 3 saja. Memang data ini mengurutkan posisi popularitas berdasarkan total hours watched dari game esports.

Free Fire ditonton selama 38.164.312 jam selama tahun 2019. Jumlah penontonnya bisa dbilang yang terbanyak dibanding titel esports lain, dengan jumlah penonton terbanyak sejumlah 2.016.157 orang di gelaran Free Fire World Series 2019. Jumlah penonton dan hours watched dari Free Fire memang kebanyakan datang dari Brazil, lewat gelaran Free Fire Pro League Brazil dan World Series 2019 Rio.

Namun demikian, kesuksesan Free Fire membuat mereka harus berhadapan dengan beberapa titel mobile lainnya, terutama PUBG Mobile yang merupakan direct-competitor game Battle Royale.

2. PUBG Mobile

5 Esports Game Mobile Terpopuler di Tahun 2019
Sumber: Esports Charts

Walau jumlah penonton terbanyak masih dipegang Free Fire, namun PUBG Mobile yang mengantongi total hours watched lebih banyak membuatnya berada di peringkat 2.

Tercatat, PUBG Mobile sudah ditonton selama 55.585.392 jam sepanjang 2019 dengan jumlah penonton terbanyak sebesar 596.824 orang dari gelaran PMCO Spring Global Finals. PUBG Mobile memang sangat terkenal di negara-negara timur. Tak heran jika PMCO SEA League jadi penyumbang terbesar dari angka di atas.

Selain dari itu, faktor lain mungkin datang dari cara Tencent menjalankan program esports PUBG Mobile. Mereka mengadakan kualifikasi untuk negara-negara yang memang jadi pasar bagi game mereka. Selain itu, tayangan esports mereka juga hadir dengan berbagai macam bahasa, yang mana hal itu jarang terjadi pada gelaran esports lain. Mungkin hal tersebut juga yang membuat PUBG Mobile jadi lebih populer daripada Free Fire.

1. Arena of Valor

Sumber: Esports Charts
Sumber: Esports Charts

Ini memang cukup aneh, karena Arena of Valor bisa dibilang kurang berhasil secara umum, baik di Indonesia ataupun secara internasional. Namun demikian, mereka sudah ditonton selama 72.248.735 jam selama tahun 2019 dengan jumlah penonton terbanyak mencapai 764.358 orang di gelaran AOV World Cup 2019.

Salah satu alasan mencuatnya AOV di dalam daftar ini mungkin adalah karena dua gelaran internasional AOV yang diisi oleh tim asal Vietnam. Sejauh ini, negara Vietnam adalah pasar terbesar bagi Arena of Valor. Tak heran jika para penonton asal Vietnam terus bertahan sampai akhir jika ada tim Vietnam bertanding di babak Grand Final.

Maka dari itu, tak heran jika hal ini terjadi. Bagaimanapun, walau Arena of Valor mungkin kurang berhasil di Indonesia atau di pasar barat, mereka masih menjadi rajanya di pasar Asia; terutama Thailand dan Vietnam.

Pertarungan pasar esports mobile masih terus berlangsung, malah makin panas di 2020. Salah satu penyebabnya adalah kehadiran Riot Games di tengah-tengah persaingan pasar MOBA di mobile device. Kehadiran League of Legends: Wild Rift kemungkinan besar akan menggoyahkan MLBB di Indonesia atau AOV di pasar Asia. Bukan tidak mungkin juga kalau game ini juga menggoyahkan duo raksasa Battle Royale, Free Fire dan PUBG Mobile. Akankah Wild Rift jadi kryptonite yang mengalahkan MLBB di Indonesia? Bagaimana kira-kira peta kekuatan persaingan esports mobile di 2020 nanti?

Sumber: Esports Charts

Garena Umumkan Free Fire Master League Season 1

Kisah kesuksesan game Free Fire diterima oleh masyarakat Indonesia mungkin sudah jadi kisah yang banyak diketahui oleh banyak orang. Tak heran, game ini memang bisa dibilang salah satu game mobile dengan kemudahan akses yang paling tinggi bagi masyarakat Indonesia. Ini juga menjadi opini salah satu pengamat yang diungkap lewat situs Gamasutra. Ia mengatakan bahwa 2 dari 4 faktor kesuksesan Free Fire di Asia Tenggara adalah soal akses, yaitu karena bisa dimainkan pada smartphone kelas low-end dan gameplay Free Fire yang sifatnya super kasual.

Menanggapi hal tersebut, penerbit Free Fire di Indonesia, Garena, mengumumkan rencana mereka untuk semakin mengembangkan lagi Free Fire di Indonesia. Dalam sebuah acara konfrensi pers yang diadakan di CGV Pacific Place, Jakarta, Garena menyebut bahwa salah satu strategi mereka adalah gelaran Free Fire Master League Season 1 (FFML S1).

Bukan hanya itu saja, Garena juga mengumumkan beberapa struktur kompetisi esports yang tertata lebih rapih. Selain dari FFML, nantinya esports Free Fire di Indonesia akan hadir dengan beberapa kelas, mulai dari kelas komunitas, amatir, dan profesional.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Christian Wihananto Produser Garena Free Fire mengatakan. “Kita sangat sadar bahwa jumlah pemuda Indonesia yang berminat dan berbakat di dunia game semakin meningkat. Melalui agenda turnamen esports 2020, kita harapkan dapat menjadi wadah bagi para pemuda ini agar dapat menjadi atlet esports yang melahirkan lebih banyak prestasi untuk bangsa. Selain mendukung turnamen berjenjang dari tingkat komunitas hingga profesional, di awal tahun ini kita juga mewadahi para tim profesional untuk meningkatkan strategi serta konsistensi permainan melalui Free Fire Master League Season I.”

Esports juga merupakan salah satu strategi kami untuk memberi kembali kepada komunitas. Selama ini, kami sudah sangat dicintai oleh gamers Indonesia, dengan besarnya penerimaan mereka terhadap Free Fire. Lewat esports, kami ingin membuat Free Fire jadi punya nilai lebih bagi para pemainnya. Maka dari itu yang kami lakukan adalah dengan membuat ekosistem. Harapannya supaya main Free Fire bisa jadi karir, jadi game ini bisa memberi kontribusi positif kepada masyarakat, dan juga agar kami bisa memberikan kebanggaan untuk Indonesia lewat Free Fire.” Lanjutnya dalam sebuah sesi tanya jawab bersama awak media.

Free Fire Master League Season 1 diikuti oleh 24 tim profesional dengan memperebutkan total hadiah sebesar Rp1,2 miliar. Berikut daftar tim yang mengikuti Free Fire Master League:

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
22 Organisasi esports dan 24 tim peserta Free Fire Master League Season 1. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono
  1. Aerowolf
  2. Alter Ego ZET
  3. Aura Esports
  4. Bigetron Magix
  5. BOOM Cerberus
  6. Boss Esports
  7. Dranix Dauntless
  8. Dranix Vendetta
  9. DG Esports
  10. EVOS Esports
  11. First Raiders
  12. GGWP.ID Soekarno
  13. Island of Gods
  14. Louvre Esports
  15. ONIC Elysium
  16. ONiC Olympus
  17. Recca Esports
  18. Rosugo Esports
  19. RRQ HADES
  20. Star8 Esports
  21. Team Elvo
  22. The Pillars Claymore
  23. Siren Esports
  24. XCN Esports

Nantinya 6 tim teratas akan menerima tiket untuk langsung melaju ke babak Grand Final Free Fire Indonesia Master 2020 Spring, pertandingan kasta tertinggi di skena kompetisi Free Fire.

Pertandingan Free Fire Master League akan dilaksanakan setiap hari Senin sampai Jumat mulai pukul 19:00 – 22:00 WIB. Pertandingan akan diselenggarakan mulai dari tanggal 14 Januari sampai 14 Februari 2020 secara offline, yang ditayangkan lewat secara livestream di akun Youtube Garena Free Fire Indonesia.

Kehadiran liga terstuktur tetap menjadi sesuatu kebutuhan terpenting di dalam ekosistem esports. Apa yang dilakukan Garena lewat Free Fire Master League adalah sesuatu yang diharapkan bisa memberikan dampak positif kepada ekosistem esports Free Fire. Namun bagaimana struktur atau sistem liga yang digunakan Garena pada FFML? Hasil wawancara Hybrid dengan Christian Wihananto membahas sistem liga FFML S1 akan kami jabarkan pada artikel berikutnya.

Review COD Mobile – Game FPS di Mobile Terbaik Sejauh Ini

Call of Duty Mobile (COD Mobile) resmi dirilis pada 1 Oktober 2019 lalu. Animo gamers sudah terlihat sangat tinggi, bahkan ketika game ini belum resmi dirilis. Tercatat, ada 1,7 juta pemain yang sudah mendaftar saat game besutan Tencent dan Activision ini masih dalam masa pra-registrasi.

Dengan animo yang sebegitu besar, saya akhirnya turut terjerumus ke dalam hype dan mencoba game ini. Namun, awalnya saya merasa sangat skeptis. Alasan saya skeptis dengan COD mobile sebenarnya karena saya masih merasa bahwa FPS di mobile (dan konsol) adalah penemuan paling absurd sepanjang peradaban manusia.

Sebagai seseorang yang bermain FPS menggunakan mouse dan keyboard sejak zaman Wolfenstein 3D, saya merasa kontrol joystick untuk FPS sangat tidak praktis. Jika joystick saja sudah tidak praktis, apalagi virtual joystick yang ada pada kebanyakan mobile games zaman sekarang. Soalnya, menurut saya kontrol sentuh untuk pergerakan rumit ala game FPS terasa sangat tidak intuitif.

Tetapi, ternyata anggapan saya salah dan malah jadi ketagihan main COD Mobile, karena satu dan lain hal. Sebagai seorang penggemar Call of Duty kelas teri (karena saya hanya main COD versi jadul, itupun versi bajakan), berikut ulasan COD: Mobile, dan alasan kenapa game ini bisa dibilang sebagai FPS mobile terbaik sejauh ini.

Sensasi Adu Tembak Tempo Cepat Khas Call of Duty

Pertama, mari kita bahas soal elemen gunfight. Berhubung game FPS pada mobile phone yang saya mainkan hanyalah PUBG Mobile dan COD Mobile ini, jadi dengan sangat terpaksa, saya harus membandingkan pengalaman adu tembak pada kedua game tersebut.

Memang terkesan tidak sebanding, gunfight pada PUBG Mobile cenderung realistis, sementara gunfight COD Mobile bersifat fast-paced penuh aksi layaknya sebuah film laga. Dalam COD Mobile, pokoknya Anda cukup tekan tombol tembak, dan arahkan ke musuh. Mau Anda menembak sambil bergerak, sliding, ataupun lompat, tembakan Anda akan tetap tepat sasaran selama Anda menggunakan Aim Down Sight (ADS) atau bidikan senjata.

Mekanisme menembak juga lebih sederhana. Tak ada mekanisme lean atau miring ke kiri dan kanan seperti pada PUBG Mobile. Jadi untuk peeking, Anda bisa bergerak ke kiri dan kanan pada tembok yang ada. Recoil senjata juga lebih mudah dikendalikan. Anda bisa menembak spray 30 peluru sekaligus, namun masih tepat sasaran, sampai peluru terakhir. Selain itu, musuh-musuh juga bercahaya merah, yang membuat mereka jadi lebih mudah dideteksi.

Mekanisme Aim Down Sight (ADS atau menembak dengan membidik) yang hadir di COD Mobile juga terasa sangat khas Call of Duty, layaknya versi konsol ataupun PC. Jadi walau adu tembak berjalan dengan tempo yang cepat, Anda tetap harus melakukan transisi dari mode hip-fire ke mode ADS agar peluru Anda tidak nyasar. Transisi ini juga dapat dilakukan dengan mudah, yang nanti akan kita ulas secara lebih lanjut bersama dengan sistem kontrol lainnya yang disajikan dalam COD Mobile.

Tetapi, walau sedari tadi saya bilang menembak di COD Mobile itu mudah, bukan berarti game ini jadi membosankan. Sistem progression COD Mobile ditata dengan cukup rapih, membuat proses belajar di dalam game ini jadi menyenangkan dan sangat rewarding.

Pemain dibawa mempelajari game ini tahap demi tahap, mulai dari sistem kontrol dan cara menembak musuh, mekanisme-mekanisme permainan seperti Scorestreaks, sampai peraturan ragam mode pertarungan 5v5 yang jadi hidangan utama di COD Mobile.

Setelah Anda lepas dari mode tutorial, target selanjutnya Anda adalah menaikkan level akun agar dapat menikmati mekanik lanjutan yang ada di COD Mobile. Awal permainan, modal Anda hanyalah senjata M4 polos tanpa attachment, ditambah kemampuan Scorestreak dan Operator Skill saja. Mode permainan juga terbatas hanya Frontline 5v5.

Sumber: Tangkapan layar pribadi - Akbar Priono
Sumber: Tangkapan layar pribadi – Akbar Priono

Seiring level akun meningkat, Anda akan mulai menemukan kerumitan baru. Anda jadi bisa membawa perlengkapan tambahan. Muncul senjata baru dengan karakteristik tertentu yang tak bisa sembarang Anda gunakan. Muncul mekanisme perk (semacam skill pasif kalau di dalam MOBA) yang bisa membuat karakter jadi lebih cepat, lebih kuat, atau lebih sigap. Mode yang dimainkan juga jadi makin beragam. Ada mode Team Deathmatch, Domination, Search and Destroy, dan bahkan Battle Royale.

Pemain juga dibawa menikmati Ranked Match dengan tahap demi tahap. Pada rank terendah, Anda hanya bisa bermain Team Deathmatch saja. Nantinya pada rank tertinggi Anda akan dibawa bermain mode Search and Destroy yang tak hanya butuh kemampuan menembak saja, namun juga strategi yang solid.

Seiring waktu, permainan juga jadi semakin menantang mengikuti level akun dan rank yang Anda miliki. Awal-awal, musuh yang Anda hadapi mungkin hanya bisa menembak sambil diam. Semakin tinggi level dan rank, lawan-lawan Anda jadi bisa menembak sambil strafing dengan lincah, flick-shot cepat dengan senjata sniper bahkan dari jarak dekat sekalipun, dan lain sebagainya.

Antara 5v5 dengan Battle Royale

Pada beberapa paragraf sebelumnya saya sudah menyebut mode-mode yang ada di dalam COD Mobile. Pada intinya, COD Mobile membagi mode permainan jadi dua, 5v5 dan Battle Royale. Pertandingan 5v5 dibagi lagi menjadi beberapa bagian, Frontline, Team Deathmatch, Domination, lalu Search and Destroy.

Pada mode Frontline, setiap kali mati Anda akan langsung hidup kembali di tempat yang sama. Team Deathmatch mirip dengan Frontline, bedanya setelah mati Anda bisa hidup kembali di tempat yang berbeda. Domination masih memiliki peraturan ala Team Deathmatch, bedanya dalam mode ini Anda harus menguasai satu poin tempat atau lebih, dalam durasi selama mungkin agar dianggap menang.

Search and Destroy biasa ditemukan di game-game FPS di PC, seperti Rainbow Six: Siege ataupun Counter-Strike: Global Offensive. Pada mode tersebut, dua tim memiliki dua tujuan yang berbeda. Tim satu harus memasang bom, tim lainnya harus menggagalkan bom yang dipasang. Kematian dihukum lebih keras dalam mode ini. Setelah mati, Anda akan respawn, tapi pada ronde berikutnya. Siapa yang memenangkan 6 ronde (baik dengan memasang, menggagalkan bom atau membasmi semua tim musuh) akan memenangkan permainan.

Sumber: Tangkapan layar pribadi - Akbar Priono
Sumber: Tangkapan layar pribadi – Akbar Priono

Mode Battle Royale, sama seperti PUBG Mobile. Anda terjun, looting, bertahan hidup sampai akhir, lalu jadi juara. Namun, Battle Royale pada COD Mobile hadir dengan sedikit twist. Pemain bisa memilih satu dari enam Class yang ada. Ada Scout, Clown, Medic, Ninja, Defender, dan Mechanic.

Masing-masing punya kemampuan khusus. Scout bisa mendeteksi musuh, Clown bisa memanggil zombie yang menyerang musuh, Medic menyembuhkan musuh lebih cepat, Ninja punya mobilitas yang tinggi, Defender lebih tahan semua damage kecuali dari tembakan, dan Mechanic mampu mendeteksi jebakan dan kendaraan dengan lebih cepat.

Selain dari kelas, beberapa perbedaan Battle Royale versi COD Mobile ini adalah, Anda bisa menghidupkan kembali teman yang sudah mati, dan juga kehadiran helikopter sebagai salah satu pilihan kendaraan yang bisa dikendarai. Dihadapkan dengan fitur-fitur menyegarkan tersebut, entah kenapa saya tetap merasa Battle Royale di COD Mobile itu membosankan. Mungkin karena sudah terlalu terbiasa dengan baku tembak tempo cepat yang memacu adrenalin pada mode 5v5.

Sementara Battle Royale? Tempo pertarungan jadi lebih lambat, belum lagi proses pergerakan circle yang lambat, bikin saya jadi makin bosan. Kalau ada satu hal yang bisa diperbaiki dari COD Mobile Battle Royale, mungkin adalah mekanisme circle-nya. Membuat tempo circle jadi lebih cepat mungkin akan membuat permainan jadi lebih seru dan mendebarkan.

Selain itu, lawan yang saya hadapi, kadang juga terlihat seperti bingung mau melakukan apa; yang membuat permainan jadi semakin kurang menarik. Mungkin karena rank saya terlalu rendah, sehingga lawan yang saya hadapi belum segitu hebat, atau mungkin karena yang saya lawan adalah bot

Tetapi Battle Royale COD Mobile memberi pengalaman yang kurang lebih lebih mirip dengan Battle Royale pada Call of Duty: Black Ops 4. Jadi jika Anda seperti saya (yang hanya mampu mencicipi Call of Duty: Black Ops 4 saat free week saja, namun tidak bisa membeli karena harganya yang terlalu mahal), COD Mobile bisa menjadi padanan yang tidak terlalu buruk.

Secara keseluruhan, memang pertarungan 5v5 masih lebih superior di dalam COD Mobile. Tetapi keseruan 5v5 dalam COD Mobile lebih dari sekadar adu tembak saja, karena ada beberapa mekanisme unik yang cukup membedakan COD Mobile dengan game FPS biasanya. Dua hal yang terasa paling beda dengan kebanyakan FPS lain (baik PC ataupun Mobile) adalah Scorestreaks dan Operator Skill.

Sumber: Tangkapan layar pribadi - Akbar Priono
Sumber: Tangkapan layar pribadi – Akbar Priono

Mekanisme Scorestreaks sendiri sebenarnya pertama kali muncul pada mode multiplayer Call of Duty: Black Ops 2. Mekanisme ini memungkinkan pemain menggunakan ragam perlengkapan canggih, saat ia berhasil mengalahkan musuh secara berturut-turut tanpa mati. Perlengkapan Scorestreaks paling dasar ada 3, UAV, Hunter Killer Drone, dan Predator Missile.

UAV memungkinkan Anda untuk mendeteksi posisi musuh pada minimap. Hunter Killer merupakan drone kecil yang bisa diterbangkan, mencari musuh, lalu meledak. Sementara Predator Missile adalah rudal yang bisa Anda kendalikan untuk mengalahkan musuh-musuh. Seiring level Anda meningkat, pilihan Scorestreaks lain akan terbuka, tentunya dengan fungsi yang semakin variatif.

Sementara itu Operator Skill sendiri sebenarnya hampir mirip dengan perlengkapan Scorestreaks. Bedanya, Operator Skill biasanya berbentuk senjata. Setelah mendapat kill demi killbar Operator Skill akan terisi, dan bisa digunakan setelah bar tersebut penuh. Mekanisme ini mirip dengan mengisi skill ultimate pada Overwatch, kalau mungkin Anda pernah memainkannya.

Operator Skill yang pertama kali terbuka adalah Purifier, sejenis Flamethrower yang bisa membakar musuh dengan cepat. Seiring level meningkat, akan terbuka jenis Operator skill lain seperti, Scythe si gatling gun kecil yang mematikan, ataupun War Machine si grenade launcher peledak otomatis.

Sumber: Tangkapan layar pribadi - Akbar Priono
Sumber: Tangkapan layar pribadi – Akbar Priono

Tambahan fitur ini membuat aksi adu tembak di COD Mobile jadi sangat menyenangkan (dan juga sangat menyebalkan). Menyenangkan jika Anda berhasil mendapatkan Scorestreak atau Operator Skill, yang membuat Anda bisa semakin mendominasi jalannya permainan; terutama pada mode Team Deathmatch ataupun Domination. Menyebalkan jika Anda berada di sisi tim yang kalah, sehingga Anda harus mati oleh segala peralatan aneh yang akan membuat Anda merasa permainan jadi tidak adil.

Namun yang disayangkan adalah dua fitur ini cenderung tak terpakai dalam mode Search and Destroy. Operator Skill memang tidak diaktifkan dalam mode tersebut. Mode Scorestreak sebetulnya tetap ada, namun hampir tidak mungkin untuk bisa dimanfaatkan, karena setiap ronde, semua hal akan direset, termasuk progress Scorestreak.

Jadi pada mode Search and Destroy, pembeda yang terasa hanyalah fitur Perks saja. Ini sebenarnya tidak terlalu jadi masalah, tapi saya merasa, penambahan skill tertentu atau class tertentu pada mode ini tentu akan membuat COD Mobile jadi lebih berwarna.

Kontrol 1-tap ADS yang Mengubah Segalanya

Saya sudah mengatakan soal ini di awal paragraf, FPS mobile dengan kontrol virtual joystick itu sebenarnya sangat konyol dan tidak praktis sama sekali. Tapi untungnya COD Mobile berhasil membantah hal tersebut, dan menyajikan kontrol praktis, yang langsung secara 180 derajat mengubah sudut pandang saya terhadap game FPS di mobile.

Secara umum, sistem kontrol di COD Mobile dibagi dua, Simple Mode dan Advanced Mode. Kalau Anda baru mulai belajar main FPS di mobile, kontrol Simple Mode jadi kontrol paling praktis untuk Anda gunakan. Anda tak perlu lagi repot menyentuh kontrol tembak. Cukup swipe untuk arahkan moncong senjata Anda ke musuh, selanjutnya senjata akan secara otomatis menembak setelah beberapa saat menemukan musuh pada targetnya.

Kalau Anda tak mau repot menekan terlalu banyak tombol, kontrol ini bisa Anda gunakan, tapi hanya untuk sementara waktu. Ironisnya, ketika rank Anda semakin tinggi, kontrol ini justru malah tak lagi praktis karena musuh jadi bergerak semakin lincah.

Sumber: Tangkapan layar pribadi - Akbar Priono
Sumber: Tangkapan layar pribadi – Akbar Priono

Saya sendiri sebenarnya baru mencapai rank Veteran II dan level karater 30. Tetapi saya sudah kesulitan mendapat lebih banyak kill dengan kontrol Simpe Mode, karena crosshair tak sempat mengunci target yang bergerak dengan lincah dan luwes.

Untuk itu, Anda bisa menggunakan sistem kontrol Advanced Mode. Sistem ini sebetulnya punya layout yang mirip dengan PUBG Mobile. Virtual joystick di kiri, lalu tombol tembak, reload, bidik ADS, jongkok, lompat, perlengkapan dan segala macamnya di kanan. Namun menurut saya, satu pembeda sederhana yang  langsung mengubah pendapat saya terhadap game FPS di Mobile adalah sistem 1-tap ADS.

Pada sistem ini, satu kali tap tombol tembak, Anda akan otomatis transisi ke mode ADS dan menembak. Mode ini membuat pengalaman adu tembak di mobile jadi berkali lipat lebih praktis. Perubahan sederhana ini yang menurut saya, membuat gunfight di COD Mobile jadi jauh lebih nikmat jika dibandingkan dengan PUBG Mobile.

Fitur 1-tap ADS ini bahkan juga bisa Anda manfaatkan ketika menggunakan senjata laras panjang. Anda cukup tahan tombol tembak, swipe ke arah target, lepas tombol untuk menembakkan peluru ke musuh. Perubahan sederhana seperti ini, menurut saya, membuat beberapa teknik game FPS seperti flick-shot, tracking, atau menembak strafing, jadi bisa diterapkan dengan lebih mudah.

COD Mobile #9
Seperti pada PUBG Mobile, kontrol juga bisa dikustomisasi sesuai preferensi Anda. Sumber: Tangkapan layar pribadi – Akbar Priono

Tetapi menurut saya, fitur ini hanya membuat COD Mobile jadi lebih praktis saja karena pertandingan melawan pemain berpengalaman tetap membutuhkan skill tersendiri. Nyatanya dalam permainan, kemampuan jempol Anda tracking pergerakan adalah modal terpenting pemain dalam menghadapi adu tembak. Karena praktis tidak sama dengan mudah, menurut saya sistem seperti ini seharusnya bisa menjadi standar baru bagi game FPS mobile, terutama yang memiliki mode ADS.

Kendati ada mode 1-tap ADS, namun bukan berarti tak ada kekurangan pada sistem kontrol COD Mobile. Salah satu masalah yang saya rasakan adalah input gerakan virtual joystick dan menembak yang kadang tidak sinkron. Jadi, walau niat hati melakukan Strafing, karakter kadang jadi diam saja karena virtual joystick yang bergerak tidak karuan atau terlepas.

Mungkin ini ada hubungannya dengan kemampuan suatu smartphone menerima respon multitouch. Saya sendiri menggunakan Xiaomi Pocophone F1, yang memang terkenal punya banyak masalah terkait LCD. Jadi, mungkin memang butuh smartphone yang punya kemampuan merespon touch dengan baik, agar pengalaman bermain COD Mobile jadi lebih nyaman.

Monetisasi khas Tencent dengan Konten yang Itu-itu Saja

Rasanya kurang lengkap jika tidak menyematkan pembahasan tentang microtransaction atau monetisasi ketika mengulas game mobile. Apalagi mengingat strategi microtransaction adalah nyawa penyambung hidup bagi game mobile gratis.

Seperti kebanyakan game gratisan lainnya, COD Mobile langsung punya berbagai bentuk microtransaction sejak hari pertama dirilis. Semua elemen dalam game diberi skin, senjata, tas, parasut dan glider (untuk mode Battle Royale), kendaraan, emote, bahkan granat sekalipun punya skin tersendiri. Sayangnya, konten skin dan segala macam tetek-bengeknya dalam COD Mobile, terkesan membosankan dan repetitif.

Jika Anda mendapatkan konten tambahan dengan tantangan lebih, Battle Pass bisa menjadi alternatif. Seperti Royale Pass pada PUBG Mobile, Anda bisa mendapat berbagai macam hadiah dengan melakukan berbagai macam misi di Battle Pass COD Mobile. Walau penawaran Battle Pass di dalam COD Mobile kadang terasa mengganggu, tapi saya masih merasa bahwa ini adalah monetisasi paling fair bagi pemain. Cukup satu kali beli, dapat banyak item in-game, permainan juga jadi lebih menyenangkan karena reward dari misi Battle Pass.

Sumber: Tangkapan layar pribadi - Akbar Priono
Sumber: Tangkapan layar pribadi – Akbar Priono

Tetapi lagi-lagi konten Battle Pass juga cenderung repetitif dan membosankan. Isinya hanyalah Skin, Weapon XP Card, CP (COD Points, mata uang premium COD Mobile), dan Battle Pass Crate mulai dari Battle Pass level 100 sampai 400. Mungkin karena baru Season 1, jadi konten tambahan yang disediakan juga masih terbatas, belum ada variasi lain yang lebih menarik.

Misi yang disajikan dalam Battle Pass juga terbilang masih masuk akal. Anda bisa bermain seperti biasa dan level Battle Pass akan tetap naik secara tanpa disadari. Saya sendiri saat ini sudah berada di level 27 pada Battle Pass versi gratis, hanya dengan bermain seperti biasa saja — tanpa harus fokus diri pada suatu misi tertentu.

Lanjut ke topik lain dalam microtransaction, yaitu pengaruhnya terhadap gameplay. Beberapa pemain kadang enggan memainkan game multiplayer gratis karena khawatir dengan permainan akan cenderung jadi pay to win. Monetisasi pada COD Mobile memang berpengaruh ke dalam gameplay, karena skin senjata dalam game ini memiliki stat atau Perks.

Sumber: Tangkapan layar pribadi - Akbar Priono
Sumber: Tangkapan layar pribadi – Akbar Priono

Perks senjata tersedia pada beberapa skin dengan tingkat rarity tertinggi. Bagaimana cara mendapat senjata dengan tingkat rarity tertinggi? Tentu saja dengan ‘GACHA’. Sejauh ini saya sendiri merasa bahwa pengaruh Perks terhadap gameplay masih belum sampai di tingkat Pay to Win.

Memang beberapa Perks terdengar cukup menyebalkan. Contohnya senjata HG 40 – Black Gold, yang bisa Anda dapatkan pada Season Weapon Crate. Skin senjata tersebut punya Perks yang akan mengisi peluru Anda kembali jika Anda mendapatkan Double Kill. Bayangkan betapa menyebalkannya Perks ini, terutama dalam mode Team Deathmatch. Jika Anda sangat jago, Anda bisa terus hidup dan tak pernah kehabisan peluru. Tetapi, sepertinya Perks ini tak akan terlalu mengganggu dalam pertarungan Search and Destroy (yang mungkin akan jadi standar esports COD Mobile). Toh semuanya akan reset kembali setelah satu ronde selesai.

Grafis Biasa Saja dengan Animasi yang Luar Biasa

Saya sengaja meletakkan pembahasan soal grafis di bagian paling terakhir, karena saya kerap merasa urusan grafis sebenarnya antara penting-tidak-penting dalam sebuah game FPS kompetitif. Saya sendiri lebih sering menggunakan pengaturan Graphic Quality di tingkat Low dengan pengaturan Frame Rate di tingkat Max, agar dapat merespon segala sesuatu dengan lebih cepat.

Walau demikian, jujur saya kagum dengan grafis COD Mobile. Meski dengan pengaturan terendah sekalipun, saya masih tetap bisa menikmati tampilan grafis yang ada. Tekstur senjata ataupun lingkungan tetap terasa detail walau mungkin tidak HD. Mengubah Graphic Quality ke tingkat Very High akan membuka opsi grafis lainnya yang menurut saya cukup baik untuk sebuah game mobile.

Sumber: Tangkapan layar pribadi - Akbar Priono
Sumber: Tangkapan layar pribadi – Akbar Priono

Pada tingkat Very High Anda dapat menemukan fitur Depth of Field, Bloom, Realtime Shadow, Ragdoll, sampai Anti-Aliasing untuk lebih memperhalus lagi grafis Anda. Anehnya, saya tidak merasakan perubahan grafis yang signifikan saat mengubah pengaturan ke tingkat Very High. Perubahan paling terasa hanyalah animasi pergerakan musuh yang kini jadi lebih halus.

Memang, satu hal yang paling sangat saya puji dari COD Mobile ini adalah animasinya. Dalam pengaturan grafis Low sekalipun, Anda tetap dapat menikmati animasi pergerakan karakter layaknya game Call of Duty terdahulu. Animasi ketika berlari, transisi dari mode tembak hipfire ke ADS, dan bahkan ketika Anda sliding, semuanya terasa halus, yang mungkin setingkat dengan animasi game pada platform PlayStation Portable (2004).

Kesimpulan – Game FPS di Mobile Terbaik Sejauh Ini

Saya tidak bisa mengatakan bagaimana perbandingan antara COD Mobile dengan seri Call of Duty lainnya yang pernah rilis di PC ataupun konsol. Satu hal yang pasti, saya merasakan feels COD dari hal yang saya ingat pernah cicipi, seperti: gunfight tempo cepat namun tetap mengandalkan ADS yang khas COD, gadget dan senjata-senjata canggih ala Call of Duty: Modern Warfare, dan battle royale ala mode Blackout di Call of Duty: Black Ops 4.

Lalu, jika COD Mobile harus berdiri sendiri sebagai game FPS di mobile, saya juga merasa bahwa COD Mobile berhak mendapat gelar sebagai game FPS di mobile terbaik sejauh ini. Fitur 1-tap ADS adalah fitur sederhana yang membuat saya betah memainkan FPS di mobile bahkan berjam-jam sekalipun.

Terakhir kalau soal monetisasi dan microtransaction, saya merasa sejauh ini COD Mobile tidak terlalu memoroti pemainnya; walau tetap ada gacha skin di dalam game. Fitur Battle Pass harus diperbaiki lagi agar punya konten yang lebih menarik, namun itu bisa dimaklumi karena COD Mobile baru masuk season 1. Saya berharap semoga saja season 2 bisa menyajikan Battle Pass yang lebih variatif dan menarik bagi pemain. Terakhir, soal skin memberi Perks, mungkin bisa menjadi lampu kuning bagi Anda yang khawatir soal game yang Pay to Win. Sejauh ini, hal tersebut belum berdampak besar di dalam game, dan semoga seterusnya akan bertahan seperti itu.

Sparks:

  • Kontrol 1-tap ADS membuat pengalaman bermain FPS di mobile jadi sangat menyenangkan
  • Adu tembak 5v5 tempo cepat khas Call of Duty yang seru dan penuh aksi
  • Fitur kelas yang membuat mode Battle Royale jadi lebih menyegarkan
  • Animasi dan pergerakan karakter yang sangat halus bahkan pada pengaturan grafis tingkat Low sekalipun

Slacks:

  • Mode Battle Royale membosankan karena temponya terlalu lambat
  • Konten Battle Pass dan microtransaction yang itu-itu saja
  • Skin memberi Perks, berpotensi menjadi pay to win
  • Grafis terkesan biasa saja, bahkan pada tingkat pengaturan Very High

Garena Janjikan Turnamen Esports untuk Call of Duty: Mobile

Call of Duty: Mobile baru diluncurkan pada 1 Oktober 2019. Namun, menurut data dari Sensor Tower, game itu diunduh sebanyak 35 juta kali. Tidak hanya itu, dari microtransaction, CoD: Mobile telah mendapatkan US$2 juta. Di Indonesia, CoD: Mobile dirilis di bawah naungan Garena sebagai publisher. Selain Indonesia, Garena juga menjadi publisher dari CoD: Mobile di enam negara lain, yaitu Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipia, Thailand, dan Taiwan. Pihak Garena menyebutkan, di tujuh negara tersebut, CoD: Mobile telah diunduh sebanyak lima juta kali.

Selama ini, Garena cukup aktif dalam mengadakan turnamen esports untuk game mereka, seperti Free Fire atau Arena of Valor. CoD: Mobile bukan pengecualian. Baik Director of Garena Indonesia, Hans Kurniadi Saleh dan Producer of CoD: Mobile, Edmundo Swiyondo mengatakan, mereka telah berencana untuk mengadakan turnamen esports untuk CoD: Mobile. Sayangnya, keduanya belum dapat memberikan informasi tentang kapan turnamen tersebut diadakan. “Untuk turnamen, kita pasti ada planning, tapi kita belum ada detail rencana yang bisa kami informasikan,” kata Hans ketika ditemui di Pacific Century Place, Selasa, 8 Oktober 2019.

Sementara Edmundo menjelaskan, di Garena, keputusan untuk membuat turnamen esports ditentukan oleh divisi dari masing-masing game. Jika banyak dari game Garena yang dijadikan esports, itu wajar karena esports kini memang tengah menjadi menjadi pembicaraan hangat. “Kita lihat pasar esports di dunia dan di Indonesia berkembang pesat selama dua, tiga tahun  belakangan, terutama esports mobile. Untuk menjawab antusiasme para penggemar, makanya setiap game Garena menghadirkan esports, untuk menjangkau segmen yang memang antusias pada esports,” ujarnya.

Soal skala turnamen, Hans mengatakan, Garena biasanya mulai membangun ekosistem esports sebuah game dengan mengadakan turnamen yang tidak terlalu besar. Dia menjadikan turnamen Free Fire sebagai contoh. “Kita mulai dari tingkat komunitas. Seperti Free Fire. Satu tahun sebelum kita mengadakan turnamen nasional, kita membuat yang namanya Jakarta Invitational. Kita adakan acara dengan skala yang lebih kecil sebelum membuat acara yang lebih besar,” ujarnya. Dia menyebutkan, salah satu alasan Garena tidak langsung membuat turnamen dalam skala besar adalah karena mereka ingin melihat respons dari para pemain dan tim esports profesional terlebih dulu.

Belum satu minggu sejak CoD: Mobile diluncurkan, tim Alter Ego telah mulai mencari pemain untuk divisi CoD: Mobile. Rekrutmen ini hanya terbuka untuk tim yang berisi lima orang. Terkait hal ini, Hans mengatakan, awal mulai terbentuknya ekosistem esports sebuah game tidak melulu dari diadakannya turnamen. Bisa jadi, tim profesional justru membuat tim terlebih dulu. Melihat hype CoD: Mobile yang cukup tinggi, wajar jika Garena berencana untuk mengadakan turnamen esports dari game tersebut. Bagi publisher, mengembangkan turnamen esports untuk game yang mereka rilis memiliki keuntungan sendiri, seperti membuat pemain bermain game lebih lama atau menghabiskan uang lebih banyak untuk membeli item dalam game.