Ini Dia Daftar Pemenang Game Developers Choice Awards 2016

Di bulan Januari silam, tim penyelenggara GDC mengumumkan daftar nominasi permainan video yang berkesempatan memperoleh penghormatan tahunan Game Developers Choice Awards. Penghargaan terbagi dalam sembilan kategori, dan sesuai agenda, para pemenangnya diumumkan pada tanggal 16 Maret minggu lalu. Bagi gamer, judul-judul jawara itu tak sulit ditebak.

Seperti di ajang award sebelumnya, The Witcher 3: Wild Hunt kembali menunjukkan dominasi. Namun kali ini ia mendapatkan perlawanan sengit dari ranah independen, yaitu Her Story karya Sam Barlow. Selain menyabet tiga penghargaan GDCA 2016, Her Story juga memboyong dua trofi Independent Games Festival ke-18. Daftar lengkap Game Developers Choice Awards 2016 dapat Anda lihat di bawah:

Best Handheld/Mobile Game – Her Story (Sam Barlow)

Honorable mentions: Prune, The Room Three, Subterfuge, Pac-Man 256, Sage Solitaire, SteamWorld Heist, You Must Build a Boat

Best Debut – Moon Studios (Ori and the Blind Forest)

Honorable mentions: Asteroid Base (Lovers in a Dangerous Spacetime), Question (The Magic Circle), Thomas Happ (Axiom Verge), Dinosaur Polo Club (Mini Metro), MidBoss (Read Only Memories)

Best Audio – Crypt of the NecroDancer (Brace Yourself Games)

Honorable mentions: Fallout 4, The Witcher 3, Life is Strange, SOMA, Bloodborne, Splatoon

Best Technology – The Witcher 3: Wild Hunt (CD Projekt RED / CD Projekt)

Honorable mentions: Rise of the Tomb Raider, Batman: Arkham Knight, Splatoon, Super Mario Maker, Halo 5: Guardians

Best Design – Rocket League (Psyonix)

Honorable mentions: Her Story, Super Mario Maker, Undertale, The Witcher 3, Ori and the Blind Forest

Best Visual Art – Ori and the Blind Forest (Moon Studios / Microsoft Studios)

Honorable mentions: Metal Gear Solid V, Rise of the Tomb Raider, Batman: Arkham Knight, The Order: 1886, Everybody’s Gone to the Rapture, Fallout 4

Best Narrative – Her Story (Sam Barlow)

Honorable mentions: Everybody’s Gone to the Rapture, Fallout 4, Until Dawn, Cibele, Soma

Innovation Award – Her Story (Sam Barlow)

Honorable mentions: Rocket League, Keep Talking and Nobody Explodes, Cibele, Life is Strange, Metal Gear Solid V

Game of the Year – The Witcher 3: Wild Hunt (CD Projekt RED / CD Projekt)

Nominasi: Fallout 4, Metal Gear Solid V, Bloodborne, Rocket League

Honorable mentions: Her Story, Super Mario Maker, Undertale, Splatoon, Life is Strange

Penghargaan lainnya meliputi:

Audience Award – Life is Strange (DONTNOD Entertainment)

Pioneer Award – Markus “Notch” Persson

Ambassador Award – Tracy Fullerton

Lifetime Achievement Award – Todd Howard

 

Kita bisa melihat hal menarik di list ini. Pertama, jumlah penghargaan The Witcher 3 dikalahkan oleh Her Story. Kemudian, game-game perkasa seperti Metal Gear Solid V, Bloodborne dan Fallout 4 malah sama sekali tidak membawa pulang satupun penghargaan Game Developers Choice Awards 2016. Hal tersebut memperlihatkan ketatnya persaingan, dan menjadi bukti bahwa 2015 merupakan salah satu tahun gaming terbaik.

Via Polygon.

VR Headset Optoma Tak Perlu Kabel untuk Terhubung ke PC

Setelah bertahun-tahun memproduksi proyektor, Optoma mulai keluar dari zona nyamannya dengan menarget ranah virtual reality. Di ajang Game Developers Conference 2016 yang tengah dihelat di kota San Fransisco, mereka memperkenalkan VR headset perdananya.

Dibandingkan Oculus Rift dan HTC Vive, ada sesuatu yang unik dari VR headet besutan Optoma ini: ia tidak memerlukan kabel untuk terhubung ke PC. Koneksinya memanfaatkan sinyal nirkabel yang beroperasi di frekuensi 60 GHz, jauh lebih cepat dibandingkan Wi-Fi.

Hal ini membuat Optoma cukup percaya diri dengan mengklaim bahwa konten yang di-stream oleh VR headset-nya dapat berjalan mulus tanpa lag. Pun demikian, VR headset Optoma masih memerlukan aksesori terpisah berupa transmitter USB guna mengaktifkan fungsi head tracking.

Perihal spesifikasi, headset ini mengemas layar AMOLED 5,46 inci dengan resolusi 1920 x 1080 pixel dan sudut pandang seluas 90 derajat. Optoma mengembangkannya mengikuti standar OSVR yang digagaskan oleh Razer, yang berarti ia bakal kompatibel dengan konten-konten yang dirancang untuk platform tersebut.

Pendekatan yang diambil Optoma ini jelas berbeda dari headset Sulon Q yang juga nirkabel karena mengemas komponen komputer terintegrasi. Ia pun juga tidak sama dengan Samsung Gear VR atau Google Cardboard yang mengandalkan smartphone sebagai pengolah konten.

Sejauh ini belum ada informasi mendetail lebih lanjut mengenainya. Optoma pun sepertinya belum menemukan nama keren untuk headset ini selain Virtual Reality Head Mounted Display. Rencananya headset ini akan dirilis di tahun ini juga, namun belum ada kepastian tentang banderol harganya.

Sumber: PC World dan Wareable.

Processing Unit PlayStation VR Ternyata Tak Memberi Tambahan Tenaga?

‘Festival VR’ yang dimulai awal tahun ini berlanjut di event GDC 2016. Setelah lama ditunggu-tunggu, Sony akhirnya memberi tahu rincian mengenai harga, waktu peluncuran dan isi bundel PlayStation VR. Namun selain premis inovasi dan dukungan beragam konten, mereka tampak masih malu-malu menyingkap detail teknisnya, terutama rahasia dari unit boks ekternal.

Kita semua tahu, VR menuntut dukungan sistem ber-hardware mumpuni. Untuk PSVR, banyak orang berasumsi Sony menambahkan kekuatan olah data pada boks yang tersambung ke headset, dinamai processor unit oleh sang produsen. Terlepas dari namanya itu, seorang staff Sony menyampaikan bahwa processing unit sebetulnya tidak memberikan tambahan tenaga untuk GPU maupun CPU, dan bukan pula berperan sebagai upgrade atau ekspansi.

Via Polygon, Chris Norden selaku senior staff engineer akhirnya menjelaskan fungsi sesungguhnya dari processing unit PlayStation VR. Pertama, kotak sebesar empat tumpuk case CD itu bertugas untuk mengolah dan menyuguhkan audio 3D. Berkatnya, developer tidak perlu memperkirakan ke mana pemain melihat. Mereka hanya tinggal menempatkan sumber suara di ruang virtual, lalu processor unit akan mengolahnya secara real-time.

Processing unit juga bertanggung jawab menangani displaysocial screen‘, mengacu pada layar kedua PlayStation VR. Boks ini memungkinkan console PS4 menampilkan gambar di headset serta TV secara bersamaan. Ia dapat bekerja dalam dua mode, yaitu mirror dan separate. Fitur mirror diklaim sanggup menyajikan output bebas distrosi dari display di mata kanan. Kemudian mode separate menyampaikan output video dan audio berbeda, berjalan di resolusi 720p dengan 30 frame per detik.

Dengan processing unit, PlayStation VR juga mempunyai kemampuan menarik: cinematic mode, di mana headset akan mensimulasikan layar seluas lima meter (225-inci) sejauh 2,5-meter di ruang virtual, kompatibel ke semua game atau konten non-VR. Beberapa fitur yang turut didukungnya meliputi Share Play serta Live, dan hampir semua elemen UI PS4 sudah disesuaikan ke mode tersebut.

Bundel PlayStation VR sendiri berisi headset, processor unit, kabel khusus untuk headset VR, kabel HDMI, kabel USB, headphone stereo, kabel power dan unit adaptor. Paket tidak termasuk PS Move, PS Camera dan controller DualShock. Camera adalah komponen wajib, dan jika kebetulan Anda belum mempunyainya, Sony telah menyiapkan alternatif.

Presiden Sony Computer Entertainment Worldwide Shuhei Yoshida bilang pada Tech Insider, akan tersedia bundel PlayStation VR yang dilengkapi unit motion controller Move beserta PS Camera.

Sumber tambahan: Gamespot & IGN.

Sony Singkap Info Waktu Peluncuran dan Harga PlayStation VR

Berbicara virtual reality, trio Oculus Rift, HTC Vive dan Sony PlayStation VR akan selalu disebut. Rahasia mengenai Rift serta Vive sudah disingkap berminggu-minggu silam, dan sejak saat itu perhatian gamer tertuju pada PSVR. Beberapa jam lalu, CEO Sony Computer Entertainment Andrew House akhirnya menyingkap informasi penting yang begitu dinanti-nanti.

Bertepatan dengan berlangsungnya GDC 2016, House mengumumkan harga serta waktu perilisan PlayStation VR. Sesuai janji produsen, device ini dibanderol seharga ‘console baru’, yaitu US$ 400. Artinya ia merupakan alternatif lebih murah, dan lebih mudah khususnya buat para pemilik PlayStation 4 karena head-mounted display kompatibel langsung ke console itu. PSVR rencananya akan meluncur pada bulan Oktober 2016 nanti.

Secara tertulis, sang CEO turut menyampaikan upaya Sony mengembangkan ekosistemnya. Sampai hari ini, terhitung ada 230 developer yang sedang membangun konten PlayStation VR. Mereka terdiri dari tim independen sampai studio-studio besar di bawah publisher raksasa. House memperkirakan, akan tersedia 50 permainan mendampingi pelepasan PSVR ke publik hingga akhir 2016.

Sony PlayStation VR Launch Date 01

Kapabilitas PlayStation VR juga dijanjikan tidak terpatok di satu titik. Fiturnya akan bertambah seiring update, dan Sony turut membayangkan genre-genre permainan baru yang hanya mungkin tercipta berkat virtual reality. Tapi aspek paling menarik dari PSVR terletak pada kemudahan konsumen untuk memilikinya. Menakar dari perhitungan kasar, harga headset plus PS4 setara dengan Vive tanpa PC pendukung. Namun benarkah penawaran Sony semanis ini?

Ternyata tidak. Selepas presentasi GDC mereka, Sony baru memberi tahu bahwa agar PlayStation VR dapat kompatibel ke PlayStation 4, kita harus melengkapinya dengan PS Camera. Bukan itu saja, tampaknya kita memerlukan periferal PlayStation Move untuk menikmati mayoritas game di sana. Di toko retail global, Camera dijajakan di kisaran US$ 60, lalu Anda perlu mengeluarkan US$ 50 lagi buat sebuah Move.

Jika dijumlahkan semua (belum disesuaikan ke Rupiah, dan anggap saja Anda belum mempunyai PS4), pengalaman virtual reality di console Sony itu menuntut biaya antara US$ 800-850. Dan kini kita tiba pada pertanyaan terbesarnya: apakah sepadan?

Sony Japan Studio berencana membundel PSVR dengan The PlayRoom VR, bisa diunduh gratis dari Store, berisi enam game yang dapat dinikmati bersama kawan-kawan dan keluarga. Selain itu, sejumlah permainan blockbuster juga akan kompatibel secara penuh ke device: Battlezone, Gran Turismo Sport, Until Dawn: Rush of Blood, Final Fantasy XIV, The London Heist sampai Eve: Valkyrie. Judul-judul tersebut memastikan PSVR tak kalah saing dari Rift maupun Vive.

Menariknya lagi, via Twitter, Sony mengonfirmasi bahwa Star Wars Battlefront juga akan hadir di PlayStation VR – setelah kemunculan trailer bocor berjudul Trials on Tatooine VR di YouTube awal minggu ini.

Sumber: Blog PlayStation. Tambahan: Kotaku.

MyDream Swift Siap Mengubah Game Biasa Menjadi Optimal untuk Virtual Reality

Di ajang GDC 2016, Valve akan mendemonstrasikan SteamVR Desktop Theater Mode, yakni sebuah fitur dimana pengguna Oculus Rift atau HTC Vive nantinya bisa memainkan game apa saja yang tersimpan dalam library Steam-nya menggunakan VR headset masing-masing. Namun Valve rupanya tidak sendirian, developer MyDreamVR juga punya ide yang serupa.

Mereka mengumumkan aplikasi MyDream Swift yang punya fungsi sangat mirip, yakni mengubah game non-VR menjadi siap untuk dikonsumsi via sebuah VR headset. Swift terintegrasi dengan Steam, yang berarti semua game yang ada di dalam library dapat dioptimalkan untuk tampilan VR.

Kendati demikian, Swift agak sedikit berbeda karena lebih diprioritaskan untuk gamegame berjenis first-person shooter (FPS) dengan sudut pandang orang pertama. Soal kompatibilitas, Swift telah mendukung game dengan teknologi grafik DX9 maupun DX11, dan performa game dipastikan tidak akan menurun ketika dikonversi menjadi tampilan VR.

MyDream Swift

Hal lain yang unik dari Swift adalah fitur Cinema Mode, yang memungkinkan pengguna untuk meneruskan konten non-Steam (video misalnya) menuju ke VR headset. Jadi ketimbang menonton film memakai monitor, pengguna bisa menikmatinya langsung di depan mata memakai Oculus Rift atau HTC Vive.

Saat ini MyDreamVR telah menerima pre-order Swift seharga $30 lewat situs resminya, dan pengguna dipersilakan mengunduhnya mulai tanggal 28 Maret mendatang. Paket pembeliannya turut mencakup game MyDream VR seharga $20.

Sumber: TechCrunch.

Berkat SteamVR Desktop Theater Mode, Game PC Biasa Nantinya Bisa Dimainkan Menggunakan VR Headset

Salah satu alasan yang membuat orang-orang merasa skeptis terhadap virtual reality adalah, karena teknologinya masih baru, jumlah kontennya bisa dipastikan terbatas, sama seperti yang dialami oleh TV 4K. Memang anggapan ini ada benarnya, tapi toh para pemain di industri VR tidak akan tinggal diam.

Kalau di TV 4K kita bisa menonton video 1080p yang di-upscale resolusinya, apakah di ranah VR kita tak bisa memainkan game biasa menggunakan VR headset? Menurut Valve yang juga bertanggung jawab atas pengembangan headset HTC Vive, jawabannya bisa. Belum lama ini, mereka mengumumkan adanya fitur SteamVR Desktop Theater Mode.

Fitur ini pada dasarnya memungkinkan gamegame PC biasa untuk dimainkan menggunakan VR headset yang kompatibel dengan platform SteamVR – sejauh ini baru HTC Vive dan Oculus Rift. Jadi ketimbang melihat tampilan game di monitor, pengguna bisa langsung ‘menjelajahi’ dunia virtual tersebut.

SteamVR Desktop Theater Mode sebenarnya sudah dicanangkan oleh Valve jauh sebelum ada desas-desus soal HTC Vive. Kini teknologinya sepertinya sudah siap untuk didemonstrasikan di hadapan pengunjung acara Game Developers Conference 2016 pekan depan.

Saat nanti fitur ini sudah dirilis, pengguna Oculus Rift maupun HTC Vive bisa memainkan seluruh game yang terdapat pada library Steam-nya masing-masing dalam mode VR. Saya pun langsung membayangkan betapa asyiknya mengeksplorasi Commonwealth di game Fallout 4 menggunakan Oculus Rift.

Sumber berita dan gambar: Road to VR.