IBM dan KORIKA Bahas Penerapan Gen-AI di Sektor Keuangan Indonesia

Integrasi kecerdasan buatan (AI) dalam sektor keuangan di Indonesia memiliki potensi besar untuk meningkatkan pengambilan keputusan berbasis data, efisiensi, keamanan, dan pengalaman pelanggan.

Studi terbaru oleh Advisia Group dan KORIKA yang mewakili IBM menunjukkan bahwa sektor keuangan mulai memprioritaskan penggunaan AI dalam berbagai fungsi, termasuk pengalaman nasabah, deteksi penipuan, dan pemrosesan pinjaman menggunakan chatbot, dashboard, dan aplikasi elektronik yang lebih ramah pelanggan.

Presiden KORIKA Hammam Riza, menyatakan bahwa AI generatif memiliki potensi untuk membuka sekitar USD 243,5 miliar kapasitas produktivitas di Indonesia, setara dengan hampir seperlima dari PDB Indonesia pada tahun 2022.

Sementara itu, Presiden Direktur IBM Indonesia Roy Kosasih menambahkan bahwa AI generatif akan membawa dampak positif pada bisnis, mulai dari pengambilan keputusan hingga pengalaman nasabah dan pertumbuhan pendapatan. Namun, fokus utama tetap pada keahlian sumber daya manusia untuk penggunaan AI yang optimal.

IBM berkomitmen memberdayakan lembaga keuangan Indonesia melalui platform AI Watsonx yang menyediakan toolkit canggih untuk meningkatkan dampak AI dan memanfaatkan data yang terpercaya. Watsonx memiliki arsitektur terbuka, solusi yang ditargetkan, komitmen terhadap transparansi, dan kemampuan untuk memberdayakan pengguna AI.

Dengan Watsonx, agen layanan pelanggan dapat memberikan layanan yang lebih cepat, personal, dan cerdas. AI ini juga memungkinkan karyawan memproses audit, pinjaman, dan aplikasi kredit dengan cepat, serta mendeteksi aktivitas yang tidak biasa untuk mencegah penipuan tanpa menghambat pengalaman pelanggan.

Watsonx memungkinkan perusahaan membangun, meningkatkan skala, dan mengatur solusi AI yang disesuaikan untuk tujuan bisnis mereka, mempercepat alur kerja AI yang bertanggung jawab. Dengan mengedepankan kemitraan antara manusia dan AI, lembaga keuangan di Indonesia dapat membuka potensi terbaik AI, meningkatkan pengalaman pelanggan, memperkuat keamanan, dan mendorong pertumbuhan bisnis di era yang dinamis ini.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Kemenkes Gandeng Google Kembangkan Gen AI untuk Inovasi Layanan Kesehatan

Dalam upaya mempercepat transformasi layanan kesehatan digital, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia berkolaborasi dengan Google Cloud untuk mengembangkan Kecerdasan Buatan Generatif (Gen AI). Kolaborasi ini bertujuan untuk menciptakan inovasi yang disesuaikan dengan kebutuhan layanan kesehatan di Indonesia.

Menurut Chief Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan Setiaji, penggunaan Gen AI diharapkan dapat memudahkan akses informasi bagi masyarakat, memperbaiki sistem kerja para profesional kesehatan, dan mengoptimalkan ekosistem layanan kesehatan melalui penerapan teknologi yang bertanggung jawab.

“Kami mengutamakan keseimbangan antara inovasi dan etika dalam penggunaan AI untuk memastikan bahwa kemajuan teknologi ini benar-benar membawa manfaat bagi kesejahteraan masyarakat,” ujar Setiaji.

Country Director Indonesia Google Cloud Fanly Tanto menambahkan, penggunaan Gen AI di sektor kesehatan memiliki potensi besar untuk memperbaiki kualitas diagnosis dan rencana perawatan yang lebih tepat.

“Kami berkomitmen untuk menyediakan solusi AI yang tidak hanya canggih tetapi juga aman dan terpercaya, menjamin perlindungan data pribadi pasien,” terang Fanly.

Kolaborasi ini adalah bagian dari upaya berkelanjutan Kemenkes dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia, sejalan dengan tujuan transformasi kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan implementasi Gen AI, diharapkan dapat tercipta layanan kesehatan yang lebih efisien dan inklusif bagi semua lapisan masyarakat.

Penyempurnaan ini menandai langkah maju Kemenkes dalam memanfaatkan teknologi canggih untuk mendukung kesehatan masyarakat, sekaligus membuka jalan bagi inovasi-inovasi baru yang akan terus memperkaya sektor kesehatan di Indonesia.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

UpBanx Luncurkan UpThinx, Platform AI untuk Copywriting

PT UpBanx Global Indonesia meluncurkan UpThinx, platform berbasis AI untuk mempermudah proses copywriting dan ideation untuk para kreator, influencer, brand, agensi, freelancer, dan para profesional di industri kreatif.

Platform ini diluncurkan karena di era sekarang kehadiran digital sangat penting untuk brand dalam memasarkan produk mereka. Agensi kreatif dan media sosial juga semakin marak, ditambah kreator individual di platform-platform seperti Instagram, YouTube, LinkedIn, dan TikTok yang jumlahnya terus meningkat.

Setiap pekerja kreatif ini memiliki identitas sendiri-sendiri yang dapat membedakan mereka dari kompetitornya. Melihat kesempatan tersebut, UpBanx meluncurkan tools untuk membantu mereka membuat berbagai konten caption Instagram, judul video YouTube, ide topik LinkedIn, outline blog, dan teks iklan Facebook.

“Selama satu tahun terakhir, UpBanx telah menggunakan AI untuk meningkatkan kelayakan kredit dalam ekonomi kreatif menggunakan data non-tradisional, seperti pendapatan iklan dan metrik-metrik engagement, yang memungkinkan akses ke pendanaan untuk ribuan individu dan bisnis yang sebelumnya dianggap unbankable,” terang Founder dan CEO UpBanx Wafa Taftazani dalam keterangan resmi, kemarin (15/5).

Ia melanjutkan, “Dengan UpThinx, UpBanx membawa misi ini selangkah lebih maju dengan menggunakan AI untuk meningkatkan produktivitas dan aksesibilitas dalam ekonomi kreatif, yang kami percaya akan menciptakan sebuah positive feedback loop yang akan memberdayakan sektor ini secara keseluruhan.”

Dijelaskan lebih lanjut, UpThinx menggunakan AI untuk menghasilkan berbagai macam konten berkualitas tinggi dalam hitungan detik, dengan optimasi SEO yang sudah terintegrasi. Kreator cukup memasukkan informasi untuk brief, seperti topik, detail produk, dan target audiens.

Setelah itu, UpThinx akan memberikan konten yang sudah teroptimalisasi dan terpersonalisasi. Platform ini juga akan memberikan rekomendasi agar konten yang dihasilkan mudah dibaca, jelas, dan sesuai dengan tone dan style dari kreator.

UpThinx hadir dengan beragam template siap pakai untuk memenuhi keperluan konten, mulai dari media sosial, blog, hingga email perusahaan. Kelebihan lainnya: meningkatkan efisiensi pekerjaan dan hemat waktu dengan menyediakan solusi yang hemat biaya bagi pekerja kreatif, serta secara signifikan meningkatkan daya output produksi para pelaku kreatif untuk mempermudah proses pencarian ide dan memulainya pembuatan konten.

Menurut Wafa, ke depannya produk ini akan terus mengembangkan jenis konten yang bisa di produksi dan meningkatkan kualitasnya. Rencananya, perusahaan akan menambahkan tambahan pembaruan, seperti integrasi dengan analitik tren real-time agar konten yang diproduksi lewat UpThinx relevan dan tepat waktu. Juga, penggunaan insight produktivitas dan efisiensi dari UpThinx untuk mempermudah akses pendanaan dari UpBanx.

Dalam menawarkan platform tersebut, UpThinx memberikan dua pilihan paket berlangganan: Personal dan Productive, masing-masing memberikan fasilitas sesuai dengan kebutuhan kreator individu atau tim.

Perkembangan UpBanx

UpBanx sendiri baru dirilis ke publik tepat satu tahun yang lalu, menawarkan konsep sebagai platform fintech untuk kreator, mulai dari transfer dana, earning (deposito dan funding), dan pembiayaan untuk kreator. Perusahaan bekerja sama dengan Modal Rakyat dan KoinWorks dalam menyediakan solusi-solusi tersebut.

Sebelum dirilis ke publik, startup ini melewati fase stealth selama setahun. Dalam pengembangannya, UpBanx telah didukung oleh jajaran investor dan angel investor. Nama-namanya adalah Y Combinator, Alpha JWC Ventures, Alto Partners Multi-Family Office, Number Capital, UBI Capital, Raffi Ahmad dan Nagita Slavina.

Kemudian, jaringan kreator Collab Asia dan DRM (Digital Rantai Maya), dan sejumlah angel investor ternama. Termasuk di jajaran angel investor ini adalah Melvin Hade (Partner GFC), Hendra Kwik (CEO Fazz Financial), Hendoko Kwik (CEO Modal Rakyat), Budi Handoko (CEO Shipper), dan Arya Setiadharma (CEO Prasetia Dwidharma).

Application Information Will Show Up Here

Inovasi Alibaba Menjawab Potensi AI Generatif

AI generatif merupakan salah satu jenis teknologi kecerdasan buatan yang dapat menghasilkan berbagai jenis konten antara lain teks, citra, audio, dan data sintetik. Tren AI generatif kini semakin terdorong karena didorong oleh ramahnya tampilan UI/UX sehingga memudahkan pengguna baru untuk membuat teks, grafik, dan video berkualitas tinggi dalam hitungan detik.

AI generatif sangat menjanjikan dalam segala hal, terutama dalam digital marketing karena perusahaan dapat dengan mudah menciptakan konten marketing yang baru dan unik. Dalam proses analisis data, algoritma pada AI generatif akan melatih diri mereka untuk menghasilkan konten yang lebih akurat dan sesuai dengan data konsumen yang dimiliki perusahaan.

Itu baru bicara satu pekerjaan yang terbantu, masih banyak potensi menjanjikan lainnya untuk pekerjaan lainnya. Topik ini menjadi salah satu yang diangkat oleh Joe Tsai, Executive Vice Chairman Alibaba Group, dalam paparannya di hari pertama BEYOND EXPO 2023 yang digelar pada hari ini (10/5).

Menurutnya, sejak ChatGPT mempopulerkan AI generatif pada tahun lalu, membuka mata pada dunia bahwa ini akan mengubah cara industri kreatif membuat konten dan memainkan faktor penting ke depannya. “Salah satu industri yang berubah karena inovasi ini adalah hiburan digital,” kata Tsai.

Inovasi dari Alibaba untuk permudah industri hiburan digital dapat lebih efisien dengan menghasilkan konten terbaik adalah menghadirkan Zreal Studio. Produk ini berada di bawah unit divisi Digital and Media Entertainment Group. Belum banyak informasi yang bisa didapatkan terkait ini di internet.

Tsai bilang, teknologi yang dibangun Zreal Studio ini mampu membuat digital artist dengan karakter sesuai keinginan (Artificial Intelligence Generated Content/AIGC). Ia mendemonstrasikan iklan yang menampilkan artis buatan bernama Leah.

“Dengan digitalisasi, kita dapat menyatukan olahraga yang sangat Amerika, seperti baseball, dengan seseorang [aktris AI Leah] yang dibuat dalam citra aktris Tiongkok. Kemudian kita dapat menggabungkan keduanya menjadi semacam adegan Tiongkok-Amerika dalam mempromosikan bisbol Liga Utama.”

Tak hanya itu, dia juga menunjukkan bagaimana layar LED canggih dapat secara signifikan memangkas ruang yang dibutuhkan untuk syuting film dan menyederhanakan logistik pengoperasiannya. Biasanya secara tradisional sebuah studio film untuk membuat hal yang serupa rata-rata butuh waktu satu bulan. Akan tetapi dengan AI generatif waktunya dipangkas hingga tiga minggu menjadi satu minggu saja. “Karena digitalisasi gambar bisa lebih cepat dan bisa menjadi aset digital buat perusahaan.”

Ia melanjutkan, “dengan panel LED, kami dapat membuat studio dengan ruang yang sangat kecil. Kami memiliki studio di Beijing seluas sekitar 2.000 meter persegi yang dapat menangani semuanya. Kami memiliki ratusan ribu adegan yang Anda buat sebelumnya dan tampilkan di layar. Itu membuat syuting film menjadi sangat mudah, jadi Anda tidak perlu pergi ke berbagai lokasi film.”

Dilanjutkan dengan diskusi panel, selain Tsai, bergabung pula Jin Liqun (President dan Chairman, Asian Infrastructure Investment Bank), Andrew Sheng (Chief Consultant with China Banking & Insurance Regulatory Commission), dan Kishore Mahbubani (mantan Presiden Dewan Keamanan PBB).

Topik AI generatif kembali dibahas dalam diskusi dengan tema besar “What’s Next” tersebut. Dari sekian banyak kekhawatiran dari kehadiran AI dan produk turunannya karena secara filosofis dapat memisahkan manusia dengan ikatan fisik sebagai makhluk sosial. Tak heran, wacara berbagai pekerjaan dapat terganti oleh robot belakangan semakin kencang.

Tsai justru berpendapat ia tidak sepenuhnya sepakat dengan kekhawatiran tersebut. Mau bagaimanapun peran manusia dalam kehidupan nyata itu tidak tergantikan. Otak manusia lebih unggul dari robot karena memiliki miliaran neuron yang bisa berkomunikasi dengan triliunan koneksi.

“Jangan pernah lupa bahwa kita benar-benar perlu berbicara satu sama lain secara fisik. Intinya, apa yang kita lihat hari ini adalah perceraian, di mana Anda saling mengirim email. Mungkin Anda menggunakan cara pertama yang lebih baik untuk menjelaskan mengapa Anda tidak setuju.”

Ia melanjutkan, “Tetapi implikasi fisiknya sangat besar. Kita bisa memecahkan banyak hal melalui imajinasi. Tetapi jika kita tidak berhati-hati, imajinasi yang terdistorsi dapat benar-benar menyebabkan dunia nyata berada dalam ketidakseimbangan yang serius.”

Kompetitor ChatGPT

Pada bulan lalu, Alibaba meluncurkan produk sejenis ChatGPT yang disebut Tongyi Qianwen, menyusul perusahaan teknologi raksasa lainnya yang juga memperkenalkan chatbot AI generatif buatan mereka sendiri.

Mengutip dari BBC, Tongyi Qianwen secara kasar diterjemahkan sebagai “mencari jawaban dengan mengajukan seribu pertanyaan”. Belum ada versi Bahasa Inggris dari produk tersebut.

“Kami berada pada momen penentuan teknologi yang didorong oleh AI generatif dan komputasi awan,” kata Chairman dan Chief Executive Alibaba Daniel Zhang.

Disebutkan, Tongyi Qianwen mampu bekerja dalam bahasa Inggris dan Tiongkok, rencana awalnya akan ditambahkan ke DingTalk, aplikasi messaging milik Alibaba. Tongyi Qianwen dapat melakukan sejumlah tugas, termasuk mengubah percakapan dalam rapat menjadi catatan tertulis, menulis email dan menyusun proposal bisnis. Integrasi berikutnya akan disematkan ke dalam Tmall Genie, yang mirip dengan asisten suara Alexa dari Amazon.

Pada awal tahun ini, Alibaba DAMO Academy (DAMO) memaparkan prakiraan tahunannya tentang tren teknologi terkemuka yang dapat membentuk banyak industri di tahun-tahun mendatang. Di antara tren teknologi terkemuka, AI generatif telah memperoleh daya tarik yang cukup besar.

Diharapkan inovasi ini membuat langkah lebih lanjut dengan aplikasinya yang terus berkembang untuk mengubah cara konten digital diproduksi. Dibantu oleh kemajuan teknologi di masa depan dan pengurangan biaya, AI generatif akan menjadi teknologi inklusif yang secara signifikan dapat meningkatkan variasi, kreativitas, dan efisiensi pembuatan konten, menurut DAMO.

“Dalam tiga tahun ke depan, kita akan melihat model bisnis muncul dan ekosistem menjadi matang karena AI Generatif dipasarkan secara luas. Model AI generatif akan lebih interaktif, aman, dan cerdas, membantu manusia menyelesaikan berbagai pekerjaan kreatif,” tulis laporan tersebut.

*) DailySocial.id merupakan media partner dari BEYOND EXPO 2023