Cerita Wafa Taftazani Mengembangkan Bisnis di Tiga Startup

Saat ini kehadiran usaha kreatif menjadi penting untuk mendorong inovasi, membentuk budaya, dan memajukan pertumbuhan ekonomi. Namun, tantangan yang masih mereka hadapi terkait dengan akses pembiayaan kerap menghambat upaya mereka untuk berkarya.

Ekonomi kreatif ini sering kali menghadapi tantangan unik dalam mendapatkan dukungan keuangan, sehingga penting untuk memahami secara mendalam kesulitan keuangan yang mereka hadapi dan mengeksplorasi solusi potensial.

Berangkat dari latar belakang yang dimiliki, Wafa Taftazani kemudian meluncurkan Upbanx, platform yang relevan untuk usaha kreatif mendapatkan akses pembiayaan bersama Co-founder lainnya yaitu Hendri Wijaya, dan Alif Jafar Fatkhurrohman.

Dalam diskusinya bersama Co-Founder & CEO KeTitik Bipin Mishra, Wafa mengungkapkan strategi membangun bisnis. Berikut rekaman diskusi tersebut selengkapnya:

 

Dukung konten kreator

Usaha kreatif dibangun berdasarkan aset yang tidak berwujud (intangible assets) seperti kekayaan intelektual, ekuitas merek, dan bakat kreatif. Menilai aset-aset yang tidak berwujud ini menjadi sangat sulit dilakukan, karena nilai tersebut kerap melebihi nilai pasar.

Institusi keuangan tradisional seperti bank akan kesulitan memahami atau menguantifikasi aset-aset yang tidak berwujud dari usaha kreatif, yang mengakibatkan penilaian potensi kesuksesan mereka yang rendah.

Upbanx hadir membantu usaha kreatif di Indonesia untuk mendapatkan akses pembiayaan. Saat ini platform tersebut sudah bekerja dengan berbagai konten kreator, mulai dari musisi, penerbit, hingga influencer yang memiliki akun media sosial di YouTube, Instagram, juga TikTok.

Memanfaatkan data dari akun media sosial konten kreator tersebut,  Upbanx mampu mengambil data untuk membuat credit profiling yang kemudian digabungkan dengan credit model yang sudah ada di mitra finansial Upbanx, seperti perbankan hingga multifinace.

Saat ini Upbank telah memiliki ratusan pegawai dengan 2 ribu pelanggan yang terdiri dari 60% brand adalah korporasi dan 40% adalah kreator.

“Karena secara tradisional usaha kreatif di Indonesia tidak dapat memperoleh akses ke pembiayaan, karena sifat bisnis ini kebanyakan adalah didorong oleh kepribadian secara individu atau personal dibandingkan dengan produk dan model bisnis,” kata Wafa.

Awal tahun 2022 lalu Upbanx telah mendapatkan pendanaan pra-pendanaan awal dengan nilai $5,2 juta atau sekitar 74 miliar Rupiah dengan klaim valuasi $120 juta (centaur) hanya dalam 6 bulan beroperasi atau 1 bulan berdiri resmi.

Bulan Mei 2022 lalu, Upbanx juga mulai membuka diri ke publik, setelah melewati stealth mode selama hampir satu tahun beroperasi. Perusahaan memanfaatkan lisensi p2p lending milik Modal Rakyat untuk mengembangkan platform perbankan digital buat kreator dan brand.

Fokus mengembangkan bisnis

Selain Upbanx, Wafa Taftazani juga memimpin beberapa perusahaan lainnya. Di antaranya adalah posisi dirinya sebagai Board Member di Modal Rakyat dan Co-founder VCGamers. Disinggung seperti apa rencana Wafa terkait dengan perusahaan yang ia pimpin saat ini, ditegaskan olehnya, fokus dirinya bersama dengan para pendiri lainnya adalah meningkatkan sustainability dan unit ekonomi di seluruh perusahaan.

Untuk mempercepat pertumbuhan perusahaan, kegiatan penggalangan dana juga akan terus dilakukan. Kondisi saat ini menurut Wafa tidak menjadi alasan untuk menunda kegiatan tersebut. Langkah yang tepat saat ini adalah memastikan semua perusahaan bisa terus tumbuh walaupun tanpa kegiatan penggalangan dana.

Secara keseluruhan saat ini Wafa sudah memiliki sekitar 250 pegawai yang berasal dari gabungan perusahaan yangg ia pimpin. Tentunya didukung oleh pendiri yang saat ini berjumlah 12 orang di masing-masing perusahaan. Menurut Wafa kesuksesan seorang entrepreneur tidak bisa berjalan secara sendiri, harus didukung oleh mitra yang tepat dan tentunya pegawai.

“Saya percaya tidak ada entrepreneur yang sukses sendiri, dilihat dari para co-founder yang mendukung semua bisnis. Saya tidak percaya seorang Elon Musk bisa sukses sendiri, dia mungkin memiliki tim pendukung yang melakukan oprasional setiap harinya. Namun Elon Musk adalah figur yang menghubungkan semua,” kata Wafa.

Disclosure: DailySocial.id merupakan print partner dari program “Startups Simplified, a Ketitik Podcast”

UpBanx Luncurkan UpThinx, Platform AI untuk Copywriting

PT UpBanx Global Indonesia meluncurkan UpThinx, platform berbasis AI untuk mempermudah proses copywriting dan ideation untuk para kreator, influencer, brand, agensi, freelancer, dan para profesional di industri kreatif.

Platform ini diluncurkan karena di era sekarang kehadiran digital sangat penting untuk brand dalam memasarkan produk mereka. Agensi kreatif dan media sosial juga semakin marak, ditambah kreator individual di platform-platform seperti Instagram, YouTube, LinkedIn, dan TikTok yang jumlahnya terus meningkat.

Setiap pekerja kreatif ini memiliki identitas sendiri-sendiri yang dapat membedakan mereka dari kompetitornya. Melihat kesempatan tersebut, UpBanx meluncurkan tools untuk membantu mereka membuat berbagai konten caption Instagram, judul video YouTube, ide topik LinkedIn, outline blog, dan teks iklan Facebook.

“Selama satu tahun terakhir, UpBanx telah menggunakan AI untuk meningkatkan kelayakan kredit dalam ekonomi kreatif menggunakan data non-tradisional, seperti pendapatan iklan dan metrik-metrik engagement, yang memungkinkan akses ke pendanaan untuk ribuan individu dan bisnis yang sebelumnya dianggap unbankable,” terang Founder dan CEO UpBanx Wafa Taftazani dalam keterangan resmi, kemarin (15/5).

Ia melanjutkan, “Dengan UpThinx, UpBanx membawa misi ini selangkah lebih maju dengan menggunakan AI untuk meningkatkan produktivitas dan aksesibilitas dalam ekonomi kreatif, yang kami percaya akan menciptakan sebuah positive feedback loop yang akan memberdayakan sektor ini secara keseluruhan.”

Dijelaskan lebih lanjut, UpThinx menggunakan AI untuk menghasilkan berbagai macam konten berkualitas tinggi dalam hitungan detik, dengan optimasi SEO yang sudah terintegrasi. Kreator cukup memasukkan informasi untuk brief, seperti topik, detail produk, dan target audiens.

Setelah itu, UpThinx akan memberikan konten yang sudah teroptimalisasi dan terpersonalisasi. Platform ini juga akan memberikan rekomendasi agar konten yang dihasilkan mudah dibaca, jelas, dan sesuai dengan tone dan style dari kreator.

UpThinx hadir dengan beragam template siap pakai untuk memenuhi keperluan konten, mulai dari media sosial, blog, hingga email perusahaan. Kelebihan lainnya: meningkatkan efisiensi pekerjaan dan hemat waktu dengan menyediakan solusi yang hemat biaya bagi pekerja kreatif, serta secara signifikan meningkatkan daya output produksi para pelaku kreatif untuk mempermudah proses pencarian ide dan memulainya pembuatan konten.

Menurut Wafa, ke depannya produk ini akan terus mengembangkan jenis konten yang bisa di produksi dan meningkatkan kualitasnya. Rencananya, perusahaan akan menambahkan tambahan pembaruan, seperti integrasi dengan analitik tren real-time agar konten yang diproduksi lewat UpThinx relevan dan tepat waktu. Juga, penggunaan insight produktivitas dan efisiensi dari UpThinx untuk mempermudah akses pendanaan dari UpBanx.

Dalam menawarkan platform tersebut, UpThinx memberikan dua pilihan paket berlangganan: Personal dan Productive, masing-masing memberikan fasilitas sesuai dengan kebutuhan kreator individu atau tim.

Perkembangan UpBanx

UpBanx sendiri baru dirilis ke publik tepat satu tahun yang lalu, menawarkan konsep sebagai platform fintech untuk kreator, mulai dari transfer dana, earning (deposito dan funding), dan pembiayaan untuk kreator. Perusahaan bekerja sama dengan Modal Rakyat dan KoinWorks dalam menyediakan solusi-solusi tersebut.

Sebelum dirilis ke publik, startup ini melewati fase stealth selama setahun. Dalam pengembangannya, UpBanx telah didukung oleh jajaran investor dan angel investor. Nama-namanya adalah Y Combinator, Alpha JWC Ventures, Alto Partners Multi-Family Office, Number Capital, UBI Capital, Raffi Ahmad dan Nagita Slavina.

Kemudian, jaringan kreator Collab Asia dan DRM (Digital Rantai Maya), dan sejumlah angel investor ternama. Termasuk di jajaran angel investor ini adalah Melvin Hade (Partner GFC), Hendra Kwik (CEO Fazz Financial), Hendoko Kwik (CEO Modal Rakyat), Budi Handoko (CEO Shipper), dan Arya Setiadharma (CEO Prasetia Dwidharma).

Application Information Will Show Up Here

UpBanx Mulai Debut, Manfaatkan Lisensi “P2P Lending” Modal Rakyat

Platform fintech UpBanx mulai membuka diri ke publik, setelah melewati stealth mode selama hampir setahun beroperasi. Perusahaan memanfaatkan lisensi p2p lending milik Modal Rakyat untuk mengembangkan platform perbankan digital buat kreator dan brand.

Kepada DailySocial.id, CEO UpBanx Wafa Taftazani menjelaskan rencana memanfaatkan lisensi Modal Rakyat ini tentunya ada nilai lebih dan kurangnya. Nilai lebih yang ditawarkan adalah saat penyaluran dana ke peminjam sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan OJK. Dari segi risiko pun, sudah lebih minim dikarenakan mitra P2P di Modal Rakyat punya kualifikasi yang sangat baik saat melakukan analisa kelayakan peminjam.

“Minusnya, karena UpBanx tidak menyalurkan pembiayaan langsung, maka approval juga tidak ada di kami meskipun menurut tim kami itu potential leads. UpBanx harus tetap ikuti approval dari P2P,” ujarnya.

Hal lainnya yang turut menjadi perhatian dari kekurangan memanfaatkan lisensi P2P lending ini adalah nominal pinjaman dana yang ditentukan maksimal Rp2 miliar, menurut ketentuan OJK. Kendati begitu, menurut Wafa, UpBanx akan selalu berusaha mencari cara, misalnya dengan menjalin kerja sama dengan P2P lainnya agar peminjam yang membutuhkan dana lebih dari itu tetap bisa terakomodasi.

Sebelumnya, sempat tersiar kabar bahwa UpBanx akan memanfaatkan lisensi BPR Sentral Mandiri dan didukung ekosistem fintech milik Fazz Financial. Wafa pun menampik bahwa rencana menggunakan lisensi Modal Rakyat sudah ada dari awal. “Tidak ada pergeseran fokus, rencana kerja sama dengan Modal Rakyat sudah ada dari awal.”

UpBanx sendiri terlahir dari diskusi Wafa bersama Hendra Kwik (CEO Fazz Financial) yang menyarankan dirinya untuk menggabungkan seluruh pengalaman dalam mengelola brand [dari Shopee], kreator [dari YouTube], dan fintech [dari Modal Rakyat] menjadi satu.

UpBanx diluncurkan dengan harapan dapat menyelesaikan pain point terkait financing yang kerap dihadapi para kreator. Selain itu, ingin memberikan wadah kepada ekosistem ini sudah bisa saling berkolaborasi, sampai dengan mengoptimalkan aset kripto dan NFT untuk monetisasinya. UpBanx bergabung dalam Y Combinator batch Winter 2022.

“Awalnya tidak ada niat serius-serius banget di sini. Iseng daftar YC [Y Combinator], ternyata masuk. Begitu masuk sudah tidak bisa main-main lain karena diwajibkan menandatangani sejumlah dokumen legal, termasuk salah satunya harus resign dari kantor lama untuk full time di startup baru ini. Bersyukur banget banyak atensi dari investor hingga akhirnya menutup pendanaan yang kemarin,” imbuh Wafa secara terpisah dalam wawancara bersama DailySocial.id beberapa waktu lalu.

Diterangkan lebih jauh, pengalaman pengguna baik brand dan kreator akan sepenuhnya dipenuhi dalam satu aplikasi. Mereka akan dipertemukan dengan pihak lainnya, seperti transaksi jual beli ataupun dalam hal financing. Ketika pengguna registrasi dan melakukan pengajuan pembiayaan, tim UpBanx akan segera menindaklanjuti dengan menggali kebutuhan dari brand/kreator itu sendiri agar solusi UpBanx berikan dapat lebih tepat sasaran.

“Jadi brand dan kreator seperti punya advisor sendiri, terkait kebutuhan pembiayaan dan produk lain yang ada di UpBanx. Harapannya akan lebih tepat untuk mendapatkan solusi pembiayaan dan creator side. Lalu kami sempat dapat info dari beberapa calon debitur yang kesulitan mengajukan langsung ke P2P kemudian tidak ter-follow up.”

Selain menyediakan solusi keuangan, UpBanx juga akan memfasilitasi kolaborasi yang lancar antara kreator dan brand. Dalam waktu dekat, perusahaan akan bertindak sebagai platform peluncuran Web3 untuk kreator dan brand, untuk meningkatkan interaksi dengan penggemar lewat cara baru yang inovatif.

Dalam pengembangannya, UpBanx telah didukung oleh jajaran investor dan angel investor. Nama-namanya adalah Y Combinator, Alpha JWC Ventures, Alto Partners Multi-Family Office, Number Capital, UBI Capital, Raffi Ahmad dan Nagita Slavina, jaringan kreator Collab Asia dan DRM (Digital Rantai Maya), dan sejumlah angel investor ternama. Termasuk di jajaran angel investor ini adalah Melvin Hade (Partner GFC), Hendra Kwik (CEO Fazz Financial), Hendoko Kwik (CEO Modal Rakyat), Budi Handoko (CEO Shipper), dan Arya Setiadharma (CEO Prasetia Dwidharma).

Saat ini aplikasi UpBanx dapat diunduh di Play Store dan sedang tahap testing untuk App Store. Daftar tunggu untuk pengguna sudah dibuka sebelum akhirnya resmi diluncurkan untuk publik.

Application Information Will Show Up Here

Wafa Taftazani Menjawab Keraguan

Awal tahun 2022 ini, UpBanx dan VCGamers mengumumkan investasi perdananya. Platform perbankan digital untuk kreator UpBanx membukukan pendanaan pre-seed $5,2 juta dengan valuasi $120 juta (lebih dari Rp1,7 triliun), hanya dalam 6 bulan beroperasi. Sementara platform social commerce untuk pemain game VCGamers mendapatkan pendanaan seed $2,5 juta dan mencatatkan valuasi $20 juta (lebih dari Rp 280 miliar).

Dari dua startup tersebut, ada nama Wafa Taftazani di jajaran founder. Selain itu Wafa juga merupakan co-founder platform fintech lending Modal Rakyat.

DailySocial.id berkesempatan melakukan wawancara dengan Wafa, mendalami perjalanan kariernya, sampai akhirnya memutuskan sepenuhnya terjun ke dunia kewirausahaan digital. Tidak hanya dengan 1 startup, tapi 3 sekaligus.

Titik balik

“Sebenarnya saya tidak memiliki latar belakang terkait langsung dengan dunia teknologi dan startup. Kakek saya bekerja di Bank Indonesia (BI), sebelum namanya BI, beliau sudah bekerja 30 tahun. Ayah saya masuk ke BI juga, kerja juga sudah 30 tahun dan masih aktif, sekarang di OJK. Bisa dibilang, ada ekspektasi [dari keluarga] saya lanjut ke sana. Tapi berkali-kali disuruh daftar, saya tidak pernah menurut, sampai akhirnya kecemplung di dunia teknologi,” cerita Wafa mengawali perbincangan.

Wafa mengawali karier profesionalnya dengan bekerja sebagai di dunia investment banking, tepatnya di MUFG. Ia mulai masuk ke dunia bisnis teknologi sepulang studi S2 di University of Cambridge, Inggris.

Ia masuk ke Shopee yang kala itu masih di fase awal pendirian di Indonesia. Dari sana, Wafa mendalami model bisnis teknologi yang berkembang pesat, termasuk terkait e-commerce, fintech, dan berbagai terminologi startup lainnya.

Kembali ke tahun 2013, Wafa sudah kenal dengan Stanislaus Tandelilin [co-founder Modal Rakyat] ketika sama-sama bekerja di dunia perbankan. Kala itu mereka mulai berdiskusi, bermimpi, untuk membangun sebuah startup berbasis teknologi, khususnya berkaitan dengan keuangan.

Sebagai gambaran, di tahun tersebut ekosistem startup digital memang sedang di fase awalnya.

“Waktu itu hanya bisa bermimpi. Belum ada keberanian dan dukungan seperti yang ada saat ini, infrastrukturnya, modalnya, koneksinya. Sampai akhirnya pada 2017 Stanis main ke kantor [Wafa masih bekerja di Google], lalu mengingat kembali rencana tersebut. Dan pada akhirnya di tahun 2018 dibentuklah Modal Rakyat bersama Stanis dan 2 co-founder lainnya,” ungkap Wafa.

Wafa saat masih aktif menjalani peran di tim Youtube di Google / Dok. Pribadi Wafa

“Di tahun 2018 pun pas bikin p2p lending banyak yang bilang telat. Tapi saya percaya, Modal Rakyat tidak akan menjadi seperti pinjol yang datang dan pergi seperti yang banyak bermunculan akhir-akhir ini. Kami memiliki model bisnis dan kemitraan yang kuat dengan banyak institusi. Terbukti sampai sekarang masih bertahan dan menjadi partner banyak pihak,” imbuh Wafa.

Setelah Shopee, pada Agustus 2017, Wafa mulai berkarier di Google, khususnya di unit YouTube yang membuatnya banyak berinteraksi dengan kreator-kreator Indonesia.

Di Modal Rakyat, yang merupakan bagian FAZZ Financial Group, ia bekerja secara paruh waktu. Pada akhir tahun 2021, Wafa memutuskan untuk keluar dari Google dan memantapkan diri menjadi founder startup penuh waktu.

“Selama kerja di Google 4 tahun lebih, saya belajar banyak, kenal dengan beberapa venture capital, konten kreator, startup founder. Turning point-nya karena Covid-19, yang membuat saya banyak di rumah lalu merenung: Modal Rakyat mau dibawa ke mana, karier saya mau di bawa ke mana? Lalu akhirnya memberanikan diri, apalagi Upbanx akhirnya masuk ke Y Combinator,” terang Wafa.

Di VCGamers awalnya Wafa menjadi investor untuk pre-seed mereka. 1-2 bulan berjalan, ia merasa cocok dengan produk dan tim sampai akhirnya memutuskan menjadi co-founder dan aktif membantu proses fundraising.

Upbanx sendiri terlahir dari diskusinya bersama Hendra Kwik (CEO Fazz Financial) yang menyarankan Wafa menggabungkan pengalamannya dalam mengelola brand [dari Shopee], kreator [dari YouTube], dan fintech [dari Modal Rakyat] menjadi satu.

Upbanx diluncurkan dengan harapan dapat menyelesaikan pain point terkait financing yang kerap dihadapi para kreator, selain juga ingin memberikan wadah kepada ekosistem ini sudah bisa saling berkolaborasi, sampai dengan mengoptimalkan aset kripto dan NFT untuk monetisasinya.

“Awalnya tidak ada niat serius-serius banget di sini. Iseng daftar YC [Y Combinator], ternyata masuk. Begitu masuk sudah tidak bisa main-main lain, karena diwajibkan menandatangani sejumlah dokumen legal, termasuk salah satunya harus resign dari kantor lama untuk full time di startup baru ini. Bersyukur banget banyak atensi dari investor hingga akhirnya menutup pendanaan yang kemarin,” imbuh Wafa.

Memimpin dua startup

Diakui awalnya ia sempat khawatir tentang tanggapan investor ketika harus memimpin 2 startup sekaligus. Wafa menilai, para investor bisa melihat gambaran besarnya bahwa Upbanx dan VCGamers akan membentuk suatu sinergi yang menghasilkan dampak menyeluruh bagi ekosistem kreator.

“Upbanx dan VCGamers ini closing funding cuma beda dalam hitungan hari. Sempat khawatir saat menjelaskan ke investor bahwa saya menjalankan 2 startup sekaligus. tapi mereka berhasil melihat the big picture-nya, begitu pula dengan YC,” terangnya.

Wafa menjelaskan apa yang membuat 3 startupnya bisa melambung meskipun konsentrasinya harus terbagi. Faktor utamanya adalah visi dan dukungan tim yang kuat.

“Saya biasanya datang dengan visi, ide, dan keberanian mengambil risiko. Untuk mengeksekusinya maka butuh support system, terdiri dari co-founder yang solid dan tim yang luar biasa. Saya punya aspek-aspek itu. Saya beruntung mereka sangat berkomitmen, karena kalau tidak ya ide-ide tadi paling cuma jadi omongan di grup WhatsApp. Saya kasih visi, mereka percaya dengan visi tersebut, sampai mau resign dari pekerjaan sebelumnya dan lain-lain,” cerita Wafa.

Visi tersebut digerakkan passion yang dimilikinya. Dia bercerita akan ketertarikannya terhadap personal finance, mendorong setiap inovasi untuk membantu orang lain meraih independensi finansialnya. Secara tidak langsung dipengaruhi latar belakang keluarga yang bekerja di sektor finansial, tiga startup yang turut didirikan Wafa semuanya memiliki benang merah utama, yakni fintech.

“Yang terpenting itu adalah trust dan ini tidak bisa dibangun dalam waktu yang singkat. Ini soal bagaimana saya meyakinkan Hendra untuk mendukung saya, bagaimana menjalin hubungan dengan VC yang sekarang mendukung startup saya. Di luar karena beritanya bareng-bareng kesannya jadi sangat instan. Padahal tidak, itu memakan waktu bertahun-tahun. Beberapa VC yang kemarin masuk adalah investor dari startup yang dulu pernah saya bantu, baik sebagai advisor ataupun konsultan. Jadi saya bukan orang baru buat mereka,” ujar Wafa.

Tentang valuasi Upbanx

Upbanx menjadi soonicorn di ronde pendanaan pertamanya. Tentu hal ini menimbulkan pertanyaan banyak orang tentang dari mana angka valuasi tersebut datang, mengingat produk Upbanx juga belum sepenuhnya meluncur. Menjawab hal ini, Wafa mengatakan valuasinya 100% datang dari investor.

“Saya menjamin valuasi itu lahirnya dari investor, dari seberapa besar mereka menilai kami. Saya tidak pernah bilang valuasi startup saya sekian. Dan bagi saya selaku founder, tidak ada mindset untuk [mendahulukan] memperbesar valuasi, karena fokus utama saya saat ini adalah pada pengembangan produk. Makanya sekarang saya lebih banyak ketemu kreator atau calon pengguna Upbanx untuk meminta masukan mereka sebagai calon pengguna,” kata Wafa.

Ia melanjutkan, “Buat saya valuasi itu juga akan dipengaruhi oleh produk, karena setiap produk startup memiliki economic value. Dari sana mereka akan menilai dan memutuskan apakah ingin turut memiliki produk tersebut atau tidak.”

Terkait produk, pertengahan tahun ini Upbanx ditargetkan bisa merilis dua modul utamanya, yakni Financing dan Marketplace. Secara perlahan mereka memasukkan sejumlah kreator dan brand. Diklaim sudah ada lebih dari 400 yang masuk ke daftar antrean.

Sementara VCGamers tahun ini juga akan meluncurkan aplikasi mobile dan komponen metaverse untuk memudahkan pengguna berintegrasi dan melakukan utilisasi token.

Belajar dari kegagalan

Kepercayaan menjadi pegangan terpenting yang digenggam dalam perjalanan kewirausahaannya / Dok. Pribadi Wafa

Jauh sebelum ini, rekam jejak Wafa dalam dunia kewirausahaan sudah dimulai sejak bertahun-tahun lalu. Di luar startup digital, ia pernah memiliki beberapa usaha, dua di antaranya jasa desain interior dan agency. Semua mengalami kegagalan. Beberapa ditinggalkan karena tidak bisa fokus mengerjakan. Dari perjalanan yang kurang manis tersebut, Wafa belajar banyak hal. Satu hal yang signifikan adalah pentingnya membangun kepercayaan.

“Pertama dan yang paling penting justru trust to ourselves.  Karena kalau kita tidak percaya terhadap diri sendiri, akhirnya tidak berani mengambil keputusan yang diperlukan. Kurangi self doubt, membatasi diri dengan alasan ‘saya tidak punya privilege tertentu’. Orang hanya akan percaya pada diri kita, setelah diri kita sendiri percaya pada kita,” tegasnya.

Saat ini Wafa juga aktif menjadi angel investor di beberapa startup. Kendati tidak mau menyebutkan identitas startupnya, termasuk di jajaran portofolionya adalah startup di bidang edtech dan F&B.

Ketika berinvestasi, hipotesisnya selalu mengacu pada product market fit dan founder market fit. Di aspek produk, Wafa selalu ingin memastikan bahwa apa yang dibuat adalah yang orang mau, kadang tidak harus melulu soal memecahkan masalah. Kemudian, di aspek founder, ia selalu ingin memastikan apakah mereka adalah orang yang pas untuk mengerjakan produk di pasar ini.

Roadmap integrasi produk

Secara produk, Upbanx juga telah terintegrasi dengan ekosistem Fazz Financial (induk yang menaungi Modal Rakyat), termasuk dengan Cashfazz. Untuk kreator yang membutuhkan pendanaan, maka mereka akan dihubungkan dengan Modal Rakyat, dan brand yang membutuhkan virtual card atau e-money akan didukung ekosistem Fazz yang lain.

Antara Upbanx dan VCGamers juga sudah melakukan pilot project untuk integrasi. Misalnya terkait token VCG yang beberapa waktu lalu diluncurkan. Di platform Upbanx mereka melakukan kerja sama dengan RANS Entertainment melalui modul kolaborasi. Use case ini diharapkan akan diperluas, sehingga menjadikan Upbanx tidak hanya menjadi launchpad/marketing partner, tetapi bisa menjadi liquidity partner pada proyek-proyek Web3 yang akan dikembangkan para kreator.

Di sini Wafa sekaligus menjawab soal RANS Ventures yang mendukung pendanaan awal Upbanx dan VCGamers. Wafa saat ini memiliki role di sana (masih dirahasiakan posisinya). Ia adalah orang yang mendorong RANS, yang didirikan oleh selebritas Raffi Ahmad dan Nagita Slavina, untuk masuk ke ekosistem startup.

Menurutnya, hal ini akan menjadi momentum yang tepat ketika RANS sebentar lagi IPO. Diversifikasi bisnis ke digital akan meningkatkan ketertarikan masyarakat untuk melihat roadmap perusahaan ke depan.

“Indonesia ini sangat beruntung karena pasar konsumennya besar, bahkan sebenarnya tidak perlu ekspansi global untuk menjadi decacorn asal startup bisa membangun produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Namun saya sendiri tertantang untuk go global. Untuk itu sejak awal DNA bisnis Upbanx dan VCGamers memang ke sana, mulai dari penamaan, hingga pemilihan investor yang memiliki jangkauan global,” tutup Wafa.

VCGamers Secures 37.3 Billion Rupiah Funding, Introducing Social Commerce and NFT for Games

VCGamers is a social commerce platform for gamers. The company recently announced to reach a $20 million valuation or equivalent to 287.4 billion Rupiah. Previously, in mid-2021, VCGamers has secured a $2.6 million seed funding or equivalent to 37.3 billion Rupiah, led by BEENEXT and Rans Ventures – the venture capital unit owned by celebrities Raffi Ahmad and Nagita Slavina.

A number of angel investors participated in the funding, including Ari Fadyl (Google APAC’s executive) and Jerry Soer (VP of Collab Asia).

“VCGamers aims  to become an all-in-one home and platform for gamers, and to provide economic empowerment for small businesses and entrepreneurs in the gaming ecosystem. We are fully committed to building a platform that can serve the needs of all gamers in Indonesia and the region,” the Co-Founder & CEO, Isya Sony Subrata said .

Isya founded VCGamers along with Hartanto, Ibnu Anggara, and Wafa Taftazani. Wafa recently announced his new startup Upbanx has received $5.2 million and currently participating in the Y Combinator program. He was previously known as the founder of Modal Rakyat and also an angel investor for several startups.

After the funding, VCGamers will accelerate product development, grow the business, and plan to expand into Southeast Asia. VCGamers is currently under PT Sotta Teknologi, with its headquarter in Bekasi, West Java.

Currently they offer services through a web platform. The game players can buy and sell various items/assets/currencies used in a gaming ecosystem. Developed as a hub, VCGamers  allows users to connect with each other, including hosting events such as tournaments or creating an esports team.

Entering the NFT ecosystem

Furthermore, VCGamers will enter the Web3 game. Today (07/1) they will conduct a debut offering for the VCG token which will later become one of the transaction support assets in the social commerce. In addition, VCG is designed to revive the NFT gaming ecosystem, including for trading game items and assets. Its total supply reaches 100 million, operating on top of the Binance platform.

A social commerce-based approach is considered relevant to animate transactions in the gaming business.It is due to many items are obtained by individuals – and can be traded to other users. VCG can provide support for a better transaction process, especially if it succeed in penetrating the regional market – especially for cross-border transactions which is more affordable.

In the area of asset and gaming item marketplace, VCGamers is not a solo player. There is also itemku which is also Bukalapak’s subsidiary. The market value of the gaming industry in Indonesia is projected to reach 24.4 trillion Rupiah last year. It is projected to continuously increase as more mature business models are applied to the business ecosystem — particularly driven by the development of esports businesses.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

VCGamers Dapat Pendanaan 37,3 Miliar Rupiah, Hadirkan Platform Social Commerce dan NFT untuk Game

VCGamers merupakan sebuah platform social commerce untuk pemain game. Baru-baru ini mereka mengumumkan telah mencapai valuasi $20 juta atau setara 287,4 miliar Rupiah. Sebelumnya pada pertengahan tahun 2021 lalu, VCGamers membukukan pendanaan awal senilai $2,6 juta atau setara 37,3 miliar Rupiah yang dipimpin oleh BEENEXT dan Rans Ventures — unit usaha modal ventura milik selebriti Raffi Ahmad dan Nagita Slavina.

Sejumlah angel investor turut berpartisipasi dalam pendanaan tersebut, di antaranya Ari Fadyl (eksekutif Google APAC) dan Jerry Soer (VP Collab Asia).

“Tujuan VCGamers adalah menjadi rumah dan platform all-in-one bagi para gamer, dan untuk memberikan pemberdayaan ekonomi bagi usaha kecil dan pengusaha di ekosistem game. Kami berkomitmen penuh untuk membangun platform yang dapat melayani kebutuhan semua gamer di Indonesia dan regional,” ujar Co-Founder & CEO Isya Sony Subrata.

Selain Isya, VCGamers turut didirikan Hartanto, Ibnu Anggara, dan Wafa Taftazani. Wafa sendiri baru-baru ini juga mengumumkan startup barunya Upbanx yang telah mendapatkan pendanaan investor $5,2 juta bebarengan dengan keikutsertaannya ke dalam program Y Combinator. Ia juga sebelumnya dikenal sebagai pendiri Modal Rakyat dan menjadi angel investor di sejumlah startup.

Pascapendanaan ini, VCGamers akan mengakselerasi pengembangan produk, menumbuhkan bisnis, dan merencanakan ekspansi ke Asia Tenggara. VCGamers sendiri bernaung di bawah PT Sotta Teknologi, memiliki markas pusat di Bekasi, Jawa Barat.

Saat ini mereka menjajakan layanannya melalui platform web. Di sana para pemain game dapat membeli dan menjual berbagai item/aset/mata uang yang digunakan dalam sebuah ekosistem permainan game. Dikembangkan menjadi sebuah hub, VCGamers juga memungkinkan antarpengguna untuk saling terhubung, termasuk untuk mengadakan sebuah acara seperti turnamen atau membuat tim esports.

Masuki ekosistem NFT

Rencana berikutnya yang akan segera dimatangkan, VCGamers akan masuk ke permainan Web3. Hari ini (07/1) mereka akan melakukan penawaran perdana untuk token VCG yang nantinya akan menjadi salah satu aset penunjang transaksi di social commerce milik mereka. Selain itu VCG juga didesain untuk menghidupkan ekosistem NFT game di dalamnya, termasuk untuk memperjual-belikan item dan aset game. Total suplainya mencapai 100 juta, berdiri di atas platform Binance.

Pendekatan berbasis social commerce juga dinilai relevan untuk menghidupkan transaksi dalam bisnis game. Pasalnya item-item game memang banyak didapat oleh individu –dan dapat diperjual-belikan kepada pengguna lain. VCG dapat memberikan dukungan untuk proses transaksi yang lebih baik, apalagi jika nantinya VCGamers berhasil menembus pasar regional – khususnya untuk transaksi cross-border yang lebih terjangkau.

Di ranah marketplace aset dan item game sendiri VCGamers tidak sendiri, sejumlah pemain telah masuk di kawasan ini. Salah satunya itemku yang saat ini menjadi anak perusahaan dari Bukalapak. Nilai pasar industri game di Indonesia diproyeksikan telah mencapai 24,4 triliun Rupiah pada tahun lalu. Diproyeksikan akan terus meningkat seiring dengan model bisnis yang makin matang diaplikasikan pada ekosistem bisnis tersebut — khususnya didorong perkembangan pebisnis esports.

Fintech for Creator Platform UpBanx Secures 74 Billion Rupiah Funding, Claiming Centaur Valuation in Its First Year

The fintech platform UpBanx, which aims to develop a digital banking platform for creators (or influencers) and brands, announced a pre-seed funding of $5.2 million or around 74 billion Rupiah, claiming a valuation of $120 million (centaur) within only 6 months of operation or 1 official month. The service alone is yet to accessible for public.

The current funding was participated by Y Combinator, Alpha JWC Ventures, Alto Partners Multi-Family Office, Number Capital, UBI Capital, Raffi Ahmad and Nagita Slavina, the creator network of Collab Asia and DRM (Digital Chain Maya), and a number of well-known angel investors.

It is also listed in the ranks of these angel investors, Melvin Hade (GFC Partner), Hendra Kwik (CEO of Fazz Financial), Hendoko Kwik (CEO of Modal Rakyat), Budi Handoko (CEO of Shipper), and Arya Setiadharma (CEO of Prasetia Dwidharma).

UpBanx was founded by Wafa Taftazani (ex-Googler and Co-Founder of Modal Rakyat), Hendri Wijaya, and Alif Jafar Fatkhurrohman. The company is part of the prestigious Y Combinator incubator batch W22 .

The CEO, Wafa Taftazani said, “We built UpBanx as an integrated platform for the creator economy and beyond. Apart from providing financial solutions, we will also facilitate seamless collaboration between creators and brands. In the near future, we will also act as a Web3 launch platform for creators. and brands, to help support fan engagement in new, innovative ways.”

UpBanx will be available in 2022. The concept is somewhat different from most digital banking. In order to join, participants must be creators on YouTube, Instagram, or TikTok. The curation criteria is yet to announce by the platform.

UpBanx will later use a banking license owned by BPR Sentral Mandiri and supported by Fazz Financial’s fintech ecosystem, including Modal Rakyat and Cashfazz.

There are not many digital banking platforms that specifically target niche markets. Previously, Hijra from Alami was also projected to be the first Islamic digital bank.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Platform Fintech untuk Kreator UpBanx Raih Pendanaan 74 Miliar Rupiah, Klaim Valuasi Centaur di Tahun Pertama Beroperasi

Platform fintech UpBanx, yang bertujuan mengembangkan platform perbankan digital untuk kreator (atau influencer) dan brand, mengumumkan perolehan pendanaan pra-pendanaan awal dengan nilai $5,2 juta atau sekitar 74 miliar Rupiah dengan klaim valuasi $120 juta (centaur) hanya dalam 6 bulan beroperasi atau 1 bulan berdiri resmi. Layanannya sendiri belum bisa diakses oleh publik.

Pendanaan kali ini diikuti Y Combinator, Alpha JWC Ventures, Alto Partners Multi-Family Office, Number Capital, UBI Capital, Raffi Ahmad dan Nagita Slavina, jaringan kreator Collab Asia dan DRM (Digital Rantai Maya), dan sejumlah angel investor ternama.

Termasuk di jajaran angel investor ini adalah Melvin Hade (Partner GFC), Hendra Kwik (CEO Fazz Financial), Hendoko Kwik (CEO Modal Rakyat), Budi Handoko (CEO Shipper), dan Arya Setiadharma (CEO Prasetia Dwidharma).

UpBanx didirikan oleh Wafa Taftazani (ex-Googler dan Co-Founder Modal Rakyat), Hendri Wijaya, dan Alif Jafar Fatkhurrohman. Mereka mengikuti inkubator prestisius Y Combinator batch W22.

CEO Wafa Taftazani mengatakan, “Kami membangun UpBanx sebagai platform terintegrasi untuk ekonomi kreator dan lebih luasnya. Selain menyediakan solusi keuangan, kami juga akan memfasilitasi kolaborasi yang lancar antara kreator dan brand. Dalam waktu dekat, kami juga akan bertindak sebagai platform peluncuran Web3 untuk kreator dan brand, untuk membantu fan engagement dengan cara baru yang inovatif.”

UpBanx bakal hadir tahun 2022 ini. Konsepnya agak berbeda dengan perbankan digital kebanyakan. Untuk bergabung, peserta harus menjadi kreator di YouTube, Instagram, atau TikTok. Belum diketahui bagaimana kriteria kurasi yang dilakukan platform nantinya.

UpBanx nantinya akan menggunakan lisensi perbankan milik BPR Sentral Mandiri dan didukung ekosistem fintech milik Fazz Financial, khususnya Modal Rakyat dan Cashfazz.

Belum banyak platform perbankan digital yang spesifik menargetkan pasar-pasar ceruk (niche). Sebelumnya Hijra dari Alami juga diproyeksikan menjadi bank digital syariah pertama.

Startup P2P Lending Modal Rakyat Fokus Sasar UMKM dan Milenial

Industri fintech lokal kedatangan pemain baru. Bernama Modal Rakyat, startup tersebut menyajikan layanan p2p lending untuk pelaku UMKM. Modal Rakyat resmi melakukan soft launching pada Juli 2018 lalu, pasca resmi terdaftar dan mendapatkan izin pengawasan dari OJK.

Startup ini didirikan oleh empat orang co-founder, yakni Stanislaus Tandelilin (Co-Founder SaleStock), Hendoko Kwik, Christian Hanggra, dan Wafa Taftazani (Country Strategic Partnership Manager YouTube Indonesia).

“Layaknya Dianrong di Tiongkok dan Capital Trust di India, kami ingin menjadi teknologi finansial lending satu-satunya yang menyediakan penyaluran modal ke dua segmen produktif, yaitu segmen usaha mikro dan juga kecil menengah. Penetrasi yang kami harapkan adalah sampai ke seluruh pelosok Indonesia,” ujar CEO Stanislaus Tandelilin, yang akrab dipanggil Stanis, kepada DailySocial.

Peluang pendanaan UMKM terbuka lebar

Kendati lanskap p2p lending sudah banyak pemainnya, tim Modal Rakyat tetap optimis. Mereka mengungkapkan bahwa saat ini setidaknya ada lebih dari 57 juta UMKM yang membutuhkan akses pendanaan. Peningkatan tersebut turut dibarengi dengan kesadaran masyarakat terhadap edukasi finansial.

“… hal itu dibuktikan dengan banyaknya generasi milenial yang mulai menjadi pendana di Modal Rakyat,” lanjut Stanis.

Menargetkan kalangan muda sebagai pemberi pinjaman, Modal Rakyat turut melahirkan inovasi produk untuk mengakomodasi kebutuhan dan tren yang ada. Salah satu yang sedang dijalankan adalah penggunaan fitur streaming video layaknya Instagram TV untuk memberikan introduksi UMKM yang akan meminjam dana. Dalam video akan ditampilkan informasi tentang jenis usaha, tempat usaha, bahkan kegiatan usaha dari peminjam.

Di sisi konsumen (peminjam), dalam beberapa waktu mendatang Modal Rakyat juga akan meluncurkan opsi pinjaman kepada segmen mikro ke agen atau warung pulsa dengan memanfaatkan teknologi big data dan machine learning. Stanis sangat meyakini, produk tersebut nantinya akan menjadi terobosan solusi finansial di segmentasi usaha mikro.

Sementara opsi pinjaman yang sudah ada, untuk sektor usaha kecil dan menengah produk Modal Rakyat adalah pembiayaan invoice. Sedangkan untuk usaha mikro Modal Rakyat memberikan modal usaha, baik dalam bentuk tunai maupun dalam bentuk barang yang siap dijual.

Platform Modal Rakyat
Laman pendanaan di platform Modal Rakyat / Modal Rakyat

Tengah merampungkan proses pendanaan

Untuk meningkatkan cakupan dan traksi bisnis, saat ini tim Modal Rakyat menyampaikan tengah memproses penutupan pendanaan awal (seed funding) dengan nilai mencapai 7 digital. Saat ini sudah ada beberapa investor yang hendak berpartisipasi. Tim Modal Rakyat tentang mendiskusikan dan memastikan kepengurusan izin untuk pendanaan tersebut ke OJK.

Selain itu banyak hal yang juga diupayakan untuk menggaet pemberi pinjaman dana. Keuntungan yang ditawarkan sendiri mencapai 18% per tahunnya, dengan tenor peminjaman yang cukup beragam, mulai dari satu bulan. Penyaringan UMKM sebagai peminjam juga menjadi konsentrasi tim Modal Rakyat.

“Kami hadir sebagai alternatif platform pendanaan yang menumbuhkan kekayaan dengan bunga di atas deposito. Tidak lupa kami juga mengurangi risiko pendanaan yang ada lewat agunan dan asuransi,” ujar Stanis.

Terkait proses menjamin mutu peminjam Stanis juga menjelaskan mekanisme survei lapangan yang dilakukan.

“Sejauh ini kami melakukan survei ke lapangan dan mengambil video dari setiap usaha yang kami datangi. Hal ini sejalan dengan tujuan kami dalam memastikan transparansi dan keamanan bagi para pendana.”