Discovery/Shift Report: Indonesian Startup Ecosystem Shows Resilience in Q1 2024

The startup landscape in Indonesia experienced a remarkable shift in the first quarter of 2024. Despite the lingering effects of the 2023 “tech winter,” which saw significant challenges in global funding, the Indonesian startup ecosystem showed resilience and a notable increase in funding activities.

Key Highlights from Q1 2024 Report:

  1. Overall Funding Increase: Startup funding in Indonesia saw a 14.6% rise compared to the same period last year. This growth is attributed to an improving global economy, renewed investor trust, and emerging technological innovations.
  2. Shift in Funding Types: An almost equal split between equity and debt funding was observed in Q1 2024. This marks a shift from the traditional dominance of equity funding, with debt funding becoming a critical resource for fintech startups to expand their lending capabilities.
  3. Top Sectors for Investment:
    • Fintech: Continued to dominate the funding landscape, driven by increasing mobile internet penetration and a strong demand for digital payments and lending solutions.
    • Agritech: Gained attention for improving agricultural productivity and sustainability.
    • Climate Tech: Attracted investments for renewable energy, waste management, and conservation efforts.
    • Edtech: Benefited from the pandemic-induced shift to online learning, maintaining strong investor interest.
    • Legaltech and SaaS: These sectors also saw significant investments, highlighting the growing need for tech solutions in legal processes and business efficiencies.
  4. Mergers and Acquisitions: With no IPOs in 2023, M&A activities became a crucial strategy for startups to expand their market reach and enhance competitiveness.

Download the full report here: Indonesia Startup Funding Report – Q1 2024

This article generated by AI with supervision from content writer

DSInnovate Luncurkan “Startup Report 2023”, Bahas Dinamika Startup Indonesia

DSInnovate, unit riset dari DailySocial.id, baru saja merilis Startup Report 2023. Ini merupakan laporan tahunan yang mengulas tentang dinamika ekosistem startup di Indonesia dalam satu tahun terakhir.

Gambaran tentang ekosistem di tahun 2023 menjadi menarik diketahui, pasalnya banyak founder dan investor mengatakan bahwa tech-winter masih sangat terasa di tahun lalu. Hal ini terbukti dengan catatan data yang dikemukakan dalam laporan, bahwa terjadi penurunan total pendanaan mencapai 33,19% dibandingkan tahun sebelumnya. Ini sekaligus menjadi tren penurunan yang terjadi berturut-turut pascapandemi, membawa perolehan investasi kembali di titik sebelum pandemi.

Data pendanaan di Startup Report 2023
Data pendanaan di Startup Report 2023

Selain soal pendanaan, Startup Report 2023 juga membahas tentang daftar dana kelolaan yang berhasil ditutup putarannya oleh pemodal ventura untuk startup Indonesia. Terdapat juga data mengenai tren M&A yang melibatkan startup lokal dan perspektif mengenai startup yang akhirnya melakukan pivot atau menutup unit bisnisnya.

Laporan ini juga mengangkat perspektif dari stakeholder di industri, untuk mendapatkan komentar mengenai topik pembahasan tertentu. Misalnya Founder & CEO Baskit Yann Schuermans, memberikan gambaran tentang tren digitalisasi di sektor manufaktur dan distribusi. Ia mengatakan bahwa salah satu ‘pembunuh’ terbesar dalam bisnis ini adalah ‘asset heaviness’, saat pebisnis terlalu fokus pada persediaan dan mengambil posisi kredit yang terlalu besar.

Tidak dimungkiri sepanjang dua tahun terakhir, digitalisasi di sektor distribusi memang tengah gencar dilakukan oleh inovator, baik melalui model B2B Commerce ataupun Digital Supply Chain.

Untuk mendapatkan gambaran selengkapnya, termasuk mengenai proyeksi sektor yang akan menjadi tren di tahun 2024, unduh Startup Report 2023 melalui tautan berikut ini: klik di sini.

Disclosure: Mandiri Capital Indonesia dan Xendit mendukung pengembangan laporan ini

Pendanaan Startup Indonesia 2023 Alami Tren Penurunan, Kembali ke Level Sebelum Pandemi

Di tahun 2023, pendanaan startup Indonesia kembali mengalami penurunan. Tren ini sudah terjadi dalam dua tahun terakhir pasca-pandemi — setelah sebelumnya pada tahun 2021 sempat terjadi peningkatan signifikan (bahkan dibilang bisa menjadi salah satu tahun terbaik dalam hal perolehan investasi).

Bersumber dari pengumuman resmi dan input data regulator, DailySocial.id mencatat tahun 2023 ini startup Indonesia membukukan total pendanaan $2,85 miliar (dari 73 transaksi yang menyebutkan nilainya). Adapun total transaksi investasi yang berhasil dicatatkan sebanyak 139x.

Perolehan ini menunjukkan penurunan pertumbuhan year-over-year (yoy) -33,19% dibandingkan dengan periode 2022. Sekaligus menjadi penurunan kedua pasca-pandemi. Perlu dicatat, sejak tahun 2015 perolehan pendanaan startup Indonesia selalu menunjukkan pertumbuhan, bahkan ketika periode awal pandemi.

Pendanaan startup di tahun 2023 alami tren penurunan / DailySocial.id
Pendanaan startup di tahun 2023 alami tren penurunan / DailySocial.id

Ketika berbincang dengan stakeholder, penurunan ini disinyalir disebabkan sejumlah hal. Salah satunya karena adanya penyesuaian pasar atas dinamika ekonomi global, berdampak langsung pada penurunan minat investor ke sektor high-risk seperti venture capital.

Tech-winter utamanya disebabkan kenaikan suku bunga Bank Sentral yang membuat obligasi negara lebih menarik untuk diinvestasi dibandingkan modal ventura. Implikasinya, pasokan modal yang lebih kecil menghasilkan tingkat investasi yang lebih rendah. Efek domino lain dari kenaikan suku bunga adalah penilaian yang lebih rendah, karena sebagian besar investor startup menggunakan model DCF (Discounted Cash Flow) untuk menilai bisnis, dalam model DCF jika suku bunga naik, penilaian turun,” jelas Head of Investment MDI Ventures Gani Putra Lie dalam sebuah wawancara.

Di sisi lain, startup mulai memikirkan strategi untuk mencapai titik profitabilitas lebih cepat. Di tengah proses fundraising yang semakin sulit, bahan bakar dioptimalkan untuk membuka peluang pertumbuhan bisnis. Sebagian termasuk mulai mengupayakan konsolidasi, efisiensi operasional, dan inovasi untuk mempertahankan runway bisnisnya.

Tren pendanaan 2023

Dari data pendanaan sepanjang tahun 2023 turut ditemukan sejumlah fakta menarik. Pendanaan tahap awal (seed funding) masih mendapati porsi tertinggi secara jumlah transaksi. Kendati demikian, jumlah pendanaan lanjutan (seri A atau di atasnya) juga terlihat tidak sedikit.

Tingginya jumlah putaran pendanaan awal mengindikasikan kepercayaan investor yang masih terjaga untuk generasi founder selanjutnya atas inovasi-inovasi baru yang dilahirkan. Sementara untuk pendanaan lanjutan juga memperlihatkan komitmen investor melakukan follow-on funding guna mendukung portofolio startup yang telah dimiliki sebelumnya.

Sejumlah investor memang sempat membeberkan bahwa di situasi tech-winter mereka memilih melakukan “portofolio mode”. Alih-alih mengeksplorasi peluang investor baru, mereka memilih fokus untuk membantu founder di portofolionya mengakselerasi bisnis.

Gambaran pendanaan startup tahun 2023 didasarkan tahapannya / DailySocial.id
Gambaran pendanaan startup tahun 2023 didasarkan tahapannya / DailySocial.id

Lalu jika ditinjau dari vertikal industrinya, fintech masih mendominasi perolehan investasi terbanyak. Tren ini masih berlanjut sejak lima tahun terakhir. Dilanjutkan sektor SaaS dan healthtech. Kendati demikian berbagai vertikal industri juga mendapatkan perhatian investor (pada grafik di bawah, kategori ‘lainnya’ terdiri dari 24 sektor bisnis yang berbeda).

Gambaran pendanaan startup tahun 2023 didasarkan vertikal industrinya / DailySocial.id
Gambaran pendanaan startup tahun 2023 didasarkan vertikal industrinya / DailySocial.id

Dari pendanaan yang ada, didapat 10 putaran dengan nilai terbesar. Tokopedia mendapat investasi dari induk TikTok menjelang akhir tahun 2023 kemarin, sebagai upaya perusahaan untuk menggabungkan kekuatan bisnis dan mengembalikan operasional TikTok Shop di Indonesia.

Sektor lain yang banyak menempati top 10 adalah kendaraan listrik — mereka adalah startup lokal yang bergerak di bidang manufaktur kendaraan listrik dan infrastruktur pendukungnya. Diketahui, memang diperlukan investasi besar untuk mengawali bisnis ini.

Startup Industri Putaran  Nilai Pendanaan
Tokopedia Marketplace Venture Round  $ 1.500.000.000,00
Kredivo Holdings Fintech Series D  $     270.000.000,00
Investree Fintech Series D  $     234.000.000,00
eFishery Aquatech Series D  $     200.000.000,00
Halodoc Healthtech Series D  $     100.000.000,00
ALVA Electric Vehicle Series B  $       50.000.000,00
Charged Asia Electric Vehicle Venture Round  $       40.000.000,00
MAKA Motors Electric Vehicle Seed Funding  $       37.600.000,00
Evermos Social Commerce Series B  $       30.000.000,00
Swap Enegry Electric Vehicle Series A  $       22.000.000,00

Dana kelolaan pemodal ventura

Kendati terjadi perlambatan investasi di tahun 2023, bukan berarti ekosistem startup Indonesia di ambang pesimistis. Karena sepanjang tahun lalu, belasan pemodal ventura mengumumkan dana kelolaan baru yang siap untuk berinvestasi ke startup Indonesia di tahun ini. Dana kelolaan ini memiliki fokus yang cukup beragam, menyasar berbagai tahapan startup.

Dana Kelolaan VC  Nilai Kelolaan Fokus Investasi Fokus Sektor
NSV I Northstar Group  $140.000.000,00 Early Stage Consumer, Fintech, Enterprise Solution
BTN Fund Bank Tabungan Negara, Mandiri Capital Indonesia  $25.000.000,00 Multi Stage Proptech, Mortgage Tech, Fintech, Embedded Finance, Construction Tech, Open Finance, SaaS
Telkomsel Ventures 2 Telkomsel  Undisclosed Multi Stage Internet Solution, AI, SME, E-Commerce, Digital Content
Fund 1 Kopital Ventures  $12.000.000,00 Early Stage Sector Agnostic
Healthcare Fund East Ventures  $30.000.000,00 Early Stage Healthtech
East Ventures South Korea Fund in Partnership with SV Investment East Ventures, SV Investment  $100.000.000,00 Multi Stage Biotech, Heakthtech, EV, Celantech, Online Media
Ascent Fund 3 Ascent Venture Group  $200.000.000,00 Multi Stage Sector Agnostic
Fund V Vertex Ventures SEA dan India (VVSEAI)  $541.000.000,00 Multi Stage Sector Agnostic
500 SEA III 500 Global  $143.000.000,00 Early Stage Sector Agnostic
Merah Putih Fund CVC BUMN  $300.000.000,00 Growth Stage Sector Agnostic
Energi Fund Pertamina  Undisclosed Multi Stage Energy
Argor Fund Argor  $240.000.000,00 Multi Stage Sector Agnostic
Peak XV Fund Sequoia Capital  $2.000.000.000,00 Multi Stage Sector Agnostic
Growth Plus East Ventures  $250.000.000,00 Growth Stage Sector Agnostic
Growth Fund III B Capital  $2.100.000.000,00 Growth Stage Sector Agnostic
Fund 1 Creative Gorilla Capital  $19.200.000,00 Early Stage D2C
NSV I Northstar Group  $90.000.000,00 Early Stage Consumer, Fintech, Enterprise Solution

“Secara singkat, kami melihat tahun 2023 masih melambat, tahun 2024 akan ada pemulihan secara bertahap. Oleh sebab itu, saran dari kami, startup harus dapat bertahan (mempunyai runway) hingga tahun 2025 […] East Ventures tidak pernah berhenti berinvestasi. Kami tidak peduli apakah hari ini cerah atau hujan, kami akan tetap berinvestasi pada founder yang bagus dan berhenti berinvestasi jika tidak ada lagi founder yang bagus untuk diinvestasikan.  Kami telah melihat peningkatan kualitas para founder dari waktu ke waktu,” ujar Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Superbank dan Genesis Siapkan Rp600 Miliar untuk Solusi Pembiayaan Startup

PT Super Bank Indonesia (Superbank) dan Genesis Alternative Ventures (Genesis) mengumumkan solusi pembiayaan dengan komitmen gabungan senilai Rp600 miliar untuk mendukung industri startup di Indonesia.

Solusi pembiayaan ini mengombinasikan kredit bank konvensional dan investasi dari pemodal ventura yang ditujukan bagi startup yang membutuhkan akses terhadap modal kerja dengan dilusi minimal terhadap ekuitas pemegang saham. Targetnya startup teknologi dengan tahap pendanaan seri B dan seri C.

“Kami senang dapat bekerja sama dengan Genesis untuk menghadirkan sumber pembiayaan yang kuat bagi startup Indonesia yang inovatif. Dalam lingkungan bisnis yang dinamis seperti sekarang, akses ke pembiayaan adalah kunci kesuksesan bagi usaha inovatif,” ujar Direktur Utama Superbank Tigor M. Siahaan.

Superbank adalah bank BUKU I yang baru saja mengganti identitas dari nama sebelumnya Bank Fama pada awal 2023 usai dicaplok oleh EMTEK, Grab, dan Singtel. Untuk memperkuat posisinya di segmen UMKM dan retail, Superbank sebelumnya juga menjalin kemitraan strategis dengan Amartha untuk memperluas akses pembiayaan.

Sementara itu, Co-Founder & Managing Partner Genesis Jeremy Loh mengatakan, “Indonesia memiliki banyak sekali peluang startup dan talenta teknologi lokal. Genesis dan Superbank memiliki komitmen yang sama dalam mengembangkan potensi besar di sektor ini dan mendukung lebih banyak pendiri startup di Indonesia.”

Genesis Alternative Ventures dikenal sebagai venture lender yang menyuntikkan pendanaan startup dalam skema pinjaman. Beberapa portofolionya di Indonesia antara lain RateS (social commerce), Saturdays (D2C), dan HappyFresh (online grocery).

Berdasarkan Startup Report 2022, total nilai transaksi pendanaan ke industri startup Indonesia mencapai $4,2 miliar dengan 260 kesepakatan transaksi yang diumumkan. Nilai tersebut naik dari tahun 2021 yang sebesar $6,9 miliar meski jumlah transaksinya lebih rendah sebanyak 214 kesepakatan.

Nilai Pendanaan Startup Indonesia Merosot 74 Persen di Semester Ganjil 2023

Iklim investasi startup Indonesia pada semester ganjil (H1) 2023 memperlihatkan perlambatan yang signifikan. Berdasarkan data publik yang dicatat DailySocial.id, terjadi penurunan 74% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (H1 2022).

Di semester ganjil tahun ini setidaknya 73 pendanaan startup diumumkan ke publik (34 transaksi disebutkan nominalnya) dengan nilai $707 juta.

Sebagai perbandingan, di H1 2022, 149 transaksi pendanaan (99 transaksi diumumkan nilainya) membukukan $2,69 miliar. Sementara di H1 2021 ada 87 transaksi pendanaan startup (46 transaksi diumumkan nilainya) yang membukukan $1,3 miliar.

Tren penurunan pendanaan startup Indonesia di H1 2023

Pendanaan di H1 2023 mayoritas disokong pendanaan lanjutan eFishery dan Kredivo Holdings. Keduanya menyumbang 66,4% dari total perolehan investasi di periode tersebut.

Pendanaan startup terbesar di H1 sepanjang 3 tahun terakhir

Menurut CEO BNI Ventures Eddi Danusaputro, yang mempengaruhi penurunan tren pendanaan tersebut tidak jauh dari faktor makro, terkait meningkatnya cost of capital.

“Ini tentu menjadikan para investor lebih selektif karena harus mencari return of investment yang pasti dan/atau lebih bagus. Investor juga menjadi lebih selektif karena sekarang banyak startup yang sudah terbuai dengan valuasi tinggi dan menghindari koreksi, jadinya berpikir ulang untuk fundraising  — atau menunda. Di sisi lain saya juga melihat banyak startup yang tidak gesit untuk pivot ke path to profitability,” ujar Eddi.

Founding Partner DS/X Ventures Rama Mamuaya menambahkan, “Dengan tingginya cost of capital, maka investor banyak yang fokus ke mode portofolio management, memastikan portofolio mereka bisa survive, sehingga prioritas untuk menambah portofolio baru jadi menurun. Ditambah dengan likuiditas startup yang masih underperform di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Semua masih wait and see situasi ekonomi makro dan inflasi global.”

Kondisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia. India juga mendapati perlambatan momentum pertumbuhan startup digital. Sektor SaaS yang menjadi ujung tombak industri di sana mengalami penurunan nilai investasi hingga 79% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Sektor-sektor penting

Berdasarkan data, sektor bisnis populer cenderung masih sama selama 3 tahun terakhir. Fintech, SaaS, Edtech, dan Logistics mendapatkan minat yang tinggi dari para investor, baik di tahap pra-awal/awal maupun tahap lanjutan.

Sektor yang paling banyak diminati dalam pendanaan startup

Minat pendanaan ke model bisnis B2B juga mengalami peningkatan. Sejumlah startup fintech yang didanai adalah penyedia layanan infrastruktur pembayaran.

Dana masih tersedia

Para investor sepakat dan merasakan tren penurunan minat pendanaan tersebut, termasuk East Ventures. Juru Bicara Pheseline Felim mengatakan faktor-faktor makro tadi memang memberikan ketidakpastian dan berbagai tantangan. Perusahaan perlu melakukan efisiensi karena uang menjadi “lebih pintar” atau “sulit didapat”. Dari sisi investor, mereka semakin berhati-hati dalam memberikan pendanaan.

“Namun, perlu diingat bahwa uang masih tersedia. East Ventures tetap aktif melakukan investasi ke perusahaan teknologi di Asia Tenggara. Hingga semester pertama 2023, kami telah melakukan setidaknya 17 deals dan kami akan terus melakukan investasi ke depannya,” ujarnya.

Sejumlah dana kelolaan baru juga lahir tahun ini untuk meramaikan iklim investasi startup di tanah air., termasuk DS/X Ventures, First Move, Creative Gorilla Capital, dan dana lanjutan Merah Putih Fund.

Di sisi lain, banyak VC mengumumkan dana kelolaan baru dengan jumlah besar dalam setahun terakhir. Berikut adalah beberapa dana kelolaan yang diumumkan tahun ini untuk startup Asia Tenggara dan India, termasuk Indonesia:

Venture Capital Nilai Dana Kelolaan Baru
Argor (Go-Ventures) $240 juta
Peak XV Partners (Sequoia SEA) $2,5 miliar
East Ventures $250 juta
B Capital $2,1 miliar
Northstar Group $90 juta

Startup Genome: Ekosistem Startup Jakarta Bernilai 1.063 Triliun Rupiah

Ibukota Indonesia, Jakarta, menempati urutan ke-15 dari 100 kota di seluruh dunia dalam daftar “Top 10 Emerging Ecosystems by Ecosystem Value” yang dirilis oleh Startup Genome bertajuk Global Startup Ecosystem Report (GSER) 2023. Nilai ekosistem startup Jakarta diestimasi sebesar $71 miliar (lebih dari Rp1.063 triliun).

Di urutan pertama dan kedua ditempati oleh Nanjing ($127 miliar) dan Detroit ($103 miliar). Lalu, setelah Jakarta secara berderetan ditempati oleh Hong Kong ($54 miliar) dan Kuala Lumpur ($46 miliar).

Bicara peringkat, bila dirunut dari tiga tahun lalu, posisi Jakarta merosot sejak 2022 keluar dari 10 besar. Di 2020, Jakarta masuk urutan kedua, kemudian turun ke urutan ketiga di 2021. Lalu di 2022, merosot ke urutan ke-12, jauh lebih unggul dari Hong Kong (2) dan Guangzhou (6), untuk skala Asia. Adapun pada tahun ini, peringkat Jakarta kembali turun ke peringkat 15.

Walau begitu, dilihat berdasarkan nilai ekosistem startup Jakarta dari tahun ke tahun mencatatkan tren peningkatan. Di 2021 diestimasi bernilai $34 miliar, melonjak hampir dua kali lipat menjadi $62 miliar di tahun berikutnya.

Global Startup Ecosystem Report (GSER) 2023

Ini adalah tahun ketiga Startup Genome merilis daftar ekosistem dari kota-kota sebagai bagian dari laporan GSER, dalam rangka menyoroti area metropolitan yang mendapatkan relevansi dan berdampak pada ekonomi dengan cara yang bermakna.

Dalam laporannya, Startup Genome menjelaskan Emerging Ecosystem Ranking merupakan komunitas startup pada tahap awal pertumbuhan. Metodologi yang digunakan untuk pemeringkatan ini dimaksudkan untuk menampilkan ekosistem yang menunjukkan potensi tinggi untuk menjadi pemain global teratas di tahun-tahun mendatang.

Bobot faktor yang digunakan untuk mengurutkan ekosistem ini sedikit berbeda dari yang digunakan dengan Global Startup Ecosystem Ranking untuk mencerminkan status kemunculannya dan menekankan faktor yang lebih berpengaruh dalam ekosistem yang baru mulai tumbuh. Bobot yang diberikan pun lebih sedikit dengan nilai exit lebih dari $50 juta dan aktivitas startup lebih terfokus pada pendanaan tahap awal.

Dari seluruh kota yang diurutkan, disimpulkan bahwa keseluruhan kota di Top 100 Emerging Ecosystem bernilai lebih dari $1,5 triliun, naik 50% dari 1 Juli 2019–31 Desember 2021 hingga 1 Juli 2020–31 Desember 2022. Kemudian, Eropa adalah wilayah yang paling terwakili di Emerging Ecosystem, terlihat dari kontribusinya dari 37% hingga 41% sejak GSER 2022.

Dijelaskan lebih jauh, pendanaan tahap awal mencakup pendanaan tahap awal dan seri A. Pendanaan tahap awal merupakan indikator penting dari kesuksesan potensial karena sebagian besar startup yang menerima putaran seri A telah menunjukkan potensi mereka dengan menciptakan produk yang layak minimal, dengan menghasilkan pendapatan, atau dengan menunjukkan bahwa mereka hampir meluncurkan produk.

“Oleh karena itu, jumlah dan jumlah putaran tahap awal dalam suatu ekosistem merupakan indikator keberhasilan dan pertumbuhannya,” tulis Startup Genome.

Untuk mendukung temuannya tersebut, laporan ini juga mencantumkan 10 kota dengan ekosistem total pendanaan tahap awal terbesar. Jakarta masuk ke dalam urutan ke-2 dengan nilai $1,52 miliar. Urutan pertama ditempati oleh Guangzhou ($1,56 miliar), setelah Jakarta diisi oleh Hong Kong ($1,45 miliar).

Selain itu, berdasarkan total perusahaan unicorn yang berhasil dicetak dalam satu dekade terakhir, Jakarta mendapat urutan ketiga dengan total tujuh unicorn. Sementara itu, Hong Kong memiliki 11 unicorn dan Guangzhou memiliki 10 unicorn.

Menariknya, dari 19 kota dengan pencetak unicorn terbanyak, lima kota di antaranya: Guangzhou, Chengdu, Nanjing, Wuhan, dan Wuxi, berasal dari Tiongkok. Bila ditotal mencapai 36 unicorn. Lalu disusul India, dengan total 11 unicorn dari kota Pune (7) dan Chennai (4).

DSLaunchpadX Umumkan Top 9 Startup untuk Pitching ke Lebih dari 50 Investor di Demo Day

DSLaunchpadX, program inkubator startup yang diinisiasi oleh  DailySocial.id bersama DS/X Ventures, telah mencapai babak akhir. Setelah melalui proses inkubasi selama 4 minggu, termasuk sesi webinar dan 1-on-1 bersama 8 super-mentors pilihan, kini terpilih 9 startup terbaik untuk mengikuti tahapan Demo Day.

Dalam Demo Day, para founder akan dipertemukan (matchmaking) dengan 58 investor, yang terdiri dari venture capital (VC) dan angel investor lokal maupun regional. Adapun rangkaian Demo Day akan diselenggarakan pada Rabu, 1 Maret 2023 secara virtual. Di sesi tersebut setiap founder berkesempatan untuk melakukan pitching dan mendapatkan umpan balik langsung dari para investor.

“DSLaunchpadX dibuat dengan tujuan untuk membantu founders Indonesia dalam mengakselerasi pertumbuhan startup mereka sendiri, dan kami sangat berterima kasih kepada semua mentor luar biasa yang telah membimbing dan membantu para founders kami,” ujar Partner DS/X Ventures Amir Karimuddin.

Berikut ini daftar startup DSLaunchpadX yang akan masuk ke sesi Demo Day:

Startup Short Description
Akar Akar build, manufacture, and distribute modular farming to accelerate hyperlocal food security.
Bengkel Mania One stop solution for msme automotive workshop.
EVA HRIS EVA focus is on a Recruiting Management System, which is designed to assist HR/Recruiters teams in automating the recruitment process from shortlisting, giving notifications, assessments, and digital interviews until suitable candidates are found.
Kuesio Kuesio is an online questionnaire platform, creating convenience in conducting surveys and research for Indonesian researchers.
Maxy Academy Bridging universities and companies through higher quality students
Orderfaz Orderfaz is a one-click checkout solution to boost your online store conversion and upgrade your sales to the next level.
Rangkai Indonesian Tech Film Startup that focuses on the collection of Indonesian film and building creative economy ecosystem infrastructure.
Saku Laundry Saku Laundry is solution for laundry industry based on application designed to solve problems in daily operations with IoT support system and become market place that connects laundry merchants and customers in Indonesia.
SMEs PACK SMEs Pack is B2B Export SMEs Product Aggregator to address supply chain problems and distribution. The SMEs Pack connects SMEs with Direct Buyers to enable SMEs to sell products at fair prices and sustainable quantities.

Perjalanan Startup di DSLaunchpadX

Sejak dibuka pada awal tahun 2020 dengan nama DSLaunchpad, ribuan startup telah mendaftarkan diri ke program inkubasi online dengan lebih dari 40 mentor terbaik dari Indonesia. Di 2023, bekerja sama dengan DS/X Ventures dan mengubah nama menjadi DSLaunchpadX, lebih dari 300 startups telah mendaftarkan diri. Dari jumlah tersebut kemudian dilakukan seleksi dan verifikasi untuk memilih 30 startup terbaik yang berhak mengikuti sesi inkubasi selama 4 minggu di bulan Februari 2023.

Adapun startup yang tergabung terdiri dari berbagai kategori dan bisnis model, mulai dari agritech, edutech, SaaS, fintech, dan lain-lain. Sebagian besar mereka berada di tahap pre-seed dan seed stage. Menariknya, mayoritas dari peserta DSLaunchpadX berbasis di luar Jakarta.

Selama 4 minggu tersebut, para startup mendapatkan berbagai pembekalan yang sepenuhnya dilakukan secara virtual. Sejumlah super-mentor juga dihadirkan untuk memberikan insights lebih mendalam seputar dunia startup dan pengalaman sebagai founders:

Mentor Perusahaan
James Prananto CBD & Co-Founder Kopi Kenangan
Hendra Kwik CEO & Co-Founder Fazz
Marshall Pribadi CEO & Co-Founder PrivyID
Hiro Kiga CEO & Co-Founder Wallex
Gibran Huzaifah CEO & Co-Founder eFishery
Melisa Irene Partner East Ventures
Adrian Gunadi CEO & Co-Founder Investree
Eddi Danusaputro CEO BNI Ventures

Setiap kegiatan dan penugasan yang diberikan dalam proses inkubasi dipantau dan dinilai secara komprehensif melalui platform DSLaunch yang dikembangkan oleh DailySocial.id. Platform ini didesain khusus untuk memudahkan founder, mentor, dan penyelenggara dalam melakukan rangkaian proses kegiatan inkubator/akselerator startup.

Berdasarkan hasil penilaian, selanjutnya dipilih 9 startup terbaik yang akan mengikuti sesi Demo Day.

Demo Day Virtual, Didukung Platform Startup.id

Acara Demo Day akan dilakukan sepenuhnya virtual. Kegiatan ini juga didukung oleh Startup.id, yakni sebuah platform startup-investor matchmaking yang dikembangkan DailySocial.id. Lewat platform ini, para founder bisa menunjukkan informasi dan performa bisnisnya; para investor potensial juga bisa terhubung langsung dengan startup yang diminati untuk melakukan penjajakan investasi.

“Akses ke pendanaan merupakan salah satu permasalahan yang sering dialami founder startup tahap awal ketika ingin melakukan scaling dan ekspansi. Melalui Startup.id, DailySocial.id berusaha mendemokratisasi kebutuhan ini dengan memudahkan founder dan investor bertemu di satu platform. Matchmaking tak lagi dibatasi referensi dan relasi,” imbuh Amir.

Lewat Demo Day ini, diharapkan para founder bisa memberikan impresi terbaiknya di depan para investor untuk menghasilkan kerja sama strategis guna mengakselerasi startupnya.

Di Q4 2022, Startup Indonesia Bukukan Pendanaan Lebih dari $580 Juta

Tahun 2022 bukanlah tahun yang mudah untuk startup global, termasuk ekosistem Indonesia. Meskipun demikian, terdapat sejumlah catatan menarik yang ditorehkan sepanjang Q4 2022. Di periode ini, startup Indonesia berhasil membukukan 52 transaksi pendanaan dengan nilai lebih dari $580 juta (lebih dari 9 triliun Rupiah).

Capaian ini membuat perolehan total pendanaan sepanjang tahun 2022 senilai $4,2 miliar berdasarkan 260 transaksi yang diumumkan ke publik. Jika dibandingkan dengan tahun lalu, ada tren penurunan setara -38% dibanding total pendanaan $6,8 miliar di 2021.

Meskipun pendanaan masih kuat di Q1 2022, tren sepanjang tahun hingga Q4 memang menunjukkan perlambatan, baik dari jumlah transaksi maupun total nominal, seiring dengan perubahan konstelasi bisnis teknologi global.

Secara total, fintech masih menjadi sektor terfavorit dengan jumlah transaksi (27 transaksi) dan nominal ($1,7 miliar) terbanyak. Sementara SaaS (19 transaksi), agritech (17), food tech (15), dan logistik (14) juga menjadi sektor favorit investor di tahun 2022 ini.

Jika ditinjau dari perolehannya, 10 perusahaan ini mendapatkan setidaknya $100 juta pendanaan – sebagian gabungan dari equity dan debt funding.

Startup Perolehan Dana
DANA $450,000,000
Akulaku $310,000,000
Traveloka $300,000,000
Xendit $300,000,000
Modalku $144,000,000
Kredivo $140,000,000
Moladin $137,000,000
Sayurbox $120,000,000
PINTU $113,000,000
Fazz $100,000,000

Pendanaan tahap lanjutan ini mengokohkan status Akulaku dan DANA sebagai unicorn selanjutnya di Indonesia.

Tren pendanaan

Jika dilihat dari porsi pendanaannya, tahap awal masih mendominasi jumlah transaksi pendanaan. Hal ini menjadi sinyal kuat bahwa investor masih memiliki kepercayaan tinggi pada aspiring founder lokal dan memosisikan diri untuk membantu memvalidasi ide dan menemukan product-market fit.

Round Jumlah
Seed Funding 90
Pre-Seed 42
Series A 36
Pre-Series A 20
Series B 22
Venture Round 13
Series C 11
Corporate Round 10
Pre-Series B 7
Series D 6
Debt 3

Yang memang terlihat kesulitan adalah startup tahap berkembang yang hendak melakukan penggalangan dana di tahap lanjutan.

Sejumlah investor menilai, faktor guncangan perekonomian global menjadi penyebab perlambatan pendanaan. Ini dilandasi faktor ekonomi dunia yang mengantisipasi resesi dengan kenaikan suku bunga dan inflasi tinggi.

Termasuk faktor yang membuat kondisi semakin kompleks adalah pengaruh perang Rusia-Ukraina yang mengakibatkan gangguan supply chain, pengetatan peraturan startup di Tiongkok, dan penjualan besar-besaran saham-saham teknologi di Amerika Serikat. Walhasil valuasi startup menuju taraf “normalisasi”, demi ekosistem startup yang lebih sehat.

Cerita Albert Lucius Dapatkan Inspirasi dari Kudo untuk Membangun TipTip

Sosok Albert Lucius yang sebelumnya dikenal sebagai Co-founder dan CEO Kudo, memutuskan untuk membangun startup baru yang memiliki perbedaan dari sebelumnya. Fokusnya ingin menjembatani para konten kreator sekaligus pendukung mereka, agar bisa membagikan konten yang berkualitas dan mendapatkan penghasilan dari karya yang dihasilkan.

Pengalamannya membangun dan membesarkan bisnis, mulai Kudo sampai akhirnya turut mengembangkan Grab dan OVO, dijadikan inspirasi bagi Albert saat membangun TipTip.

TipTip sendiri sudah resmi diluncurkan pada bulan Juli 2022 lalu. Namun, TipTIp belum pernah berkampanye secara luas. Hal ini dikarenakan selama periode Juli hingga Oktober, TipTip banyak melakukan pengembangan inovasi produk dan uji coba dengan komunitas creator.

Baru di awal November lalu, tepatnya 3 November 2022, TipTip memperkenalkan kampanye pertama mereka “Lakuin di TipTip” ke publik yang luas. TipTip menargetkan dapat meraih 150,000 pengguna dan 15,000 kreator, serta memperluas cakupan hingga tingkat nasional hingga kuartal II tahun 2023 dan meraih 1 juta pengguna dalam waktu 2 tahun mendatang.

Kepada DailySocial.id, Albert membagikan informasi seputar potensi ekonomi kreatif di Indonesia saat ini dan ke depannya; serta pentingnya bagi Indonesia untuk bisa menggeser mindset konten yang bersifat viralitas menjadi konten berkualitas.

Kesuksesan M&A Kudo dan Grab

Albert bersama saat ini Kudo / Kudo
Albert Lucius di kantor kudo / Kudo

Salah satu visi yang sejak dulu ditanamkan Albert adalah, bagaimana teknologi bisa membantu dan memudahkan masyarakat luas. Bersama Kudo dengan mengedepankan jaringan agen, Albert dan tim memberikan opsi kepada masyarakat luas untuk berjualan secara online. Hal tersebut dinilai terbukti sukses dengan diakuisisinya Kudo oleh Grab pada tahun 2017 lalu.

Menurut Albert proses merger and acquisition (M&A) terbilang berjalan secara cepat dan lancar, menjadi kebanggaan tersendiri bagi Albert, yang telah membangun Kudo sejak tahun 2014 bersama co-founder Agung Nugroho. Setelah bergabung dalam ekosistem Grab, Albert kemudian dilibatkan untuk mengembangkan layanan platform superapp tersebut. Termasuk mengembangkan teknologi e-money dari perusahaan yang terafiliasi yaitu OVO.

“Saya menjabat sebagai Direktur Grab dan juga Chief Product Officer OVO. Kita ingin membuat produk yang bisa diterima oleh masyarakat Indonesia. Saat itu di tahun 2017 dan 2018 masih di era e-money berbeda dengan sekarang. Saat ini QRIS sudah di mana-mana, dulu perangkat masih banyak dan metode masih belum diterima.”

Setelah mengembangkan Grab dan OVO, tahun 2021 Albert kemudian memutuskan untuk beristirahat sejenak sambil mencari inspirasi baru untuk bisa membangun startup baru.

Kesamaan antara Kudo dan TipTip

Lepas dari OVO kemudian tahun 2021, Albert menemukan inspirasi untuk menggarap solusi di sektor ekonomi kreatif. Idenya untuk memberdayakan konten kreator yang saat ini sudah banyak mengedepankan pemikiran financial freedom. Besarnya passion dari Albert untuk bisa menciptakan teknologi yang bermanfaat untuk semua ia terapkan di TipTip.

“Dulu saat membangun Kudo saya membuat aplikasi supaya masyarakat menengah ke bawah yang agak gaptek pun bisa mendapatkan income dan bisa berdagang secara digital. Demikian juga dengan Grab dan OVO, tampak sekali bagaimana teknologi bisa memudahkan kehidupan orang banyak, terutama saat pandemi.”

Albert melihat saat ini kebanyakan konten kreator masih mengandalkan advertising, clicks, hingga viralitas untuk bisa mendapatkan penghasilan. Belum lagi dengan tuntutan di antara mereka yang harus memiliki jumlah pengikut atau pendukung yang besar.

Pada akhirnya konten tersebut hanya bersifat viral saja, namun tidak memiliki kualitas yang baik. Albert mencatat saat ini ada banyak konten kreator di berbagai daerah yang memiliiki skill dan talenta yang unik, meskipun jumlah pendukung mereka di media sosial seperti Instagram hingga Telegram dan WhatsApp Group sedikit jumlahnya.

“TipTip menawarkan platform yang tujuannya adalah menjembatani antara konten kreator dan pendukungnya secara langsung. Dengan demikian konten kreator bisa membuat konten, melakukan berbagai opsi dan interaksi kepada pendukungnya dan pendukung mereka bisa memberikan apresiasi langsung melalui tipping, donasi atau melalui pembelian paket digital dari konten kreator tersebut.”

Meskipun memiliki perbedaan, namun konsep tersebut yang juga telah ia terapkan di Kudo sebelumnya. Secara khusus, melalui TipTip ia ingin memberdayakan mereka yang memiliki potensi dan prestasi. Dengan mengedepankan konten yang berkualitas, Albert ingin mengajak lebih banyak kreator membuat konten yang bermanfaat dan tentunya bisa dimonetisasi.

Hingga Oktober 2022, TipTip mencetak pertumbuhan positif dengan volume pendapatan meningkat hingga 9x serta jumlah pengguna yang bertambah 4x lebih banyak dari sejak resmi diluncurkan bulan Juli lalu.

Pertumbuhan ini merupakan hasil dari rangkaian kegiatan hyperlocal TipTip di 8 kota di Indonesia termasuk Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Malang, dan Bali. TipTip sendiri menargetkan dapat meraih 150 ribu pengguna dan 15 ribu kreator, serta memperluas cakupan hingga tingkat nasional hingga Q2 tahun 2023.

Fokus perusahaan tahun 2023

Jajaran tim manajemen TipTip / TipTip
Jajaran tim manajemen TipTip / TipTip

Disinggung seperti apa peta persaingan platform untuk kreator konten di Asia Tenggara saat ini khususnya Indonesia, menurut Albert karena pilihan dari TipTip yang cukup unik, belum ada platform yang menawarkan layanan yang dihadirkan oleh Tiptip.

“Kita justru memanfaatkan jaringan yang sudah dimiliki oleh konten kreator tersebut di berbagai media sosial, dengan membagikan link tersebut kemudian akan langsung diarahkan ke platform TipTip dimana konten tersebut diunggah oleh kreator di TipTip.”

Meskipun saat ini sudah banyak startup yang juga menyasar kepada pemberian layanan khusus untuk konten kreator, namun di antara mereka masih menawarkan layanan secara spesifik. Misalnya khusus untuk live streaming, layanan untuk kemudahan pembiayaan atau pembayaran hingga podcast. TipTip tidak memfokuskan kepada satu layanan saja dan mengklaim tidak terikat kepada satu metode.

“Rata-rata kreator yang datang ke TipTip ingin berbagi dan membuat kelas spesial. Jadi secara eksekusi bisa jadi kita juga menyediakan ebook, live streaming, video, dan lainnya. Kuncinya kita adalah platform yang memberikan sarana bagi mereka untuk berinteraksi.”

Untuk bisa melancarkan semua proses tersebut yang sepenuhnya mengandalkan aplikasi dan website TipTip, perusahaan pun kemudian merekrut tim engineer berkualitas.  TipTip saat ini telah memiliki sekitar 120 pegawai. Fokus perusahaan tahun depan adalah ingin terus berkembang mengikuti tren dari pertumbuhan ekonomi kreatif saat ini.

Dalam debutnya, perusahaan juga telah mengantongi pendanaan tahap awal sebesar $10 juta (sekitar 143 miliar Rupiah). Angka tersebut diklaim sebagai salah satu pendanaan tahap awal terbesar yang pernah ada. Putaran ini dipimpin oleh East Ventures, dengan partisipasi dari Vertex, EMTEK, SMDV, dan beberapa family offices terkemuka.

Menurut Albert, dana segar akan dimanfaatkan perusahaan untuk mengakselerasi pertumbuhan TipTip dalam menjangkau dan memberdayakan ekonomi kreator di kawasan ini. Juga, memperluas tim dan mempercepat adopsi platform.

“Meskipun funding kita kuat tapi kita tidak berani jor-joran. Kita terus melakukan hiring pegawai namun dalam jumlah yang terbatas, kita juga menjaga nilai salary. Hal ini dilakukan agar tidak perlu dilakukannya layoff hingga mengurangi gaji pegawai.”

Application Information Will Show Up Here

Startup Indonesia Q3 2022: 62 Pengumuman Pendanaan dengan Nilai Total $983 Juta

Sepanjang Q3 2022, investasi ke startup di Indonesia, berdasarkan data yang diumumkan ke publik, bisa dibilang masih stabil jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Namun demikian, jika dibandingkan dengan dua kuartal sebelumnya, ada penurunan di sisi jumlah transaksi dan nilai pendanaan.

Kondisi pasar

Tahun 2022 ini bisa dibilang sebagai tahun yang menantang bagi pelaku startup digital. Sejumlah startup harus mengganti strateginya, dengan memfokuskan kekuatan penuh pada sustainabilitas dan arah profitabilitas. Metrik sebelumnya terpaku ke pertumbuhan dan traksi yang setinggi-tingginya. Hal ini karena adanya pergeseran paradigma investasi startup. Investor menjadi “konservatif” dan menginginkan angka-angka yang lebih masuk akal, ketimbang banyak “bermain-main di valuasi”.

Beberapa startup di Indonesia terdampak langsung. Mereka harus mengerem pengeluaran yang berakibat pada pengurangan jumlah pegawai, efisiensi bisnis (dengan mematikan sub-unit yang tidak signifikan traksinya), sampai pilihan pivot. Di sisi lain, ekosistem yang sudah tergolong “tahan banting” membuat perputaran uang di sektor digital ini masih tetap kencang, terlebih untuk pendanaan di tahapan early stage.

Pendanaan startup

Pada Q1 2022, ekosistem startup di Indonesia membukukan 76 transaksi pendanaan. Dari 50 putaran yang disebutkan nilainya, terkumpul $1,22 miliar. Jumlah ini meningkat 2x lipat dibandingkan periode yang sama tahun 2021 lalu.

Sementara itu, sepanjang Q2 2022 terdapat 71 transaksi yang membukukan dana lebih dari $1,4 miliar. Jumlahnya tidak sebanyak perolehan Q1 2022, namun di sisi nominal terdapat peningkatan hampir $300 juta.

Di Q3 2022 ini terjadi penurunan di sisi jumlah transaksi dan nominal yang dibukukan. Terdapat 62 transaksi pendanaan dengan nilai yang diumumkan sebesar $983 juta. Jumlah ini sebenarnya tidak berbeda jika dibandingkan dengan Q3 tahun 2021, yakni 68 transaksi bernilai $974 juta.

Dilihat lebih dalam, tren tahapan pendanaan masih relatif sama. Secara jumlah pendanaan awal (pre-seed sampai seri A) mendapati jumlah transaksi paling tinggi.

Pendanaan startup Q3 2022 dan Q3 2021 didasarkan pada tahapannya / DailySocial.id

Lalu jika ditinjau dari jenis bisnis yang mendapatkan pendanaan, trennya juga masih relatif sama. Fintech memimpin perolehan terkait jumlah dan nilai transaksi. Sektor berikutnya yang bisa di-highlight adalah logistik dan agritech. Keduanya mendapati minat yang meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Sektor startup yang paling banyak didanai sepanjang Q3 2022 / DailySocial.id

Investor paling aktif

Dari pendanaan di atas, 128 pemodal institusi berkontribusi, selain juga melibatkan puluhan pemodal individu di 12 transaksi pendanaan. Berikut ini daftar pemodal ventura paling aktif selama periode Q3 2022:

Venture Capital Jumlah Pendanaan
East Ventures 15
AC Ventures 9
Alpha JWC Ventures 3
Go-Ventures 3
Teja Ventures 3
BRI Ventures 3

Di rentang periode tersebut, East Ventures berinvestasi di berbagai sektor, mulai dari startup wellness, SaaS, web3, beauty-tech, wealthtech, D2C, F&B, hingga beberapa sektor lainnya. Satu hal yang menarik, September lalu East Ventures memimpin pendanaan seri A Gokomodo senilai $26 juta yang memecahkan rekor pendanaan seri A terbesar di startup Indonesia hingga saat ini.