8 Chromebook dari Berbagai Kelas Harga dan Pabrikan

Rencana pengadaan laptop untuk pelajar dengan anggaran sebesar 2,4 triliun rupiah yang diumumkan oleh Kemendikbudristek baru-baru ini memicu perbincangan hangat mengenai Chromebook. Pasalnya, spesifikasi minimum yang diajukan memang mencakup Chrome OS sebagai sistem operasi laptop-nya.

Sepanjang eksistensinya sejak tahun 2011, Chromebook memang kerap diasosiasikan sebagai laptop berharga terjangkau yang ideal untuk kalangan pelajar. Kategori Chromebook bisa dibilang sudah berevolusi secara matang, dan variasi produknya pun terus bertambah seiring berjalannya waktu.

Kalau dulunya Chromebook high-end macam Chromebook Pixel kerap dianggap sebagai sebuah anomali, segmen tersebut sekarang sudah banyak pemainnya. Di saat yang sama, Chromebook murah pun juga tetap eksis, sebab relevansinya memang semakin nyata di era serba online seperti sekarang.

Di artikel ini, saya akan membahas mengenai beberapa Chromebook yang tersedia di pasaran. Jujur saja pilihannya di Indonesia tidak banyak, sebab popularitasnya memang masih kalah jauh dibanding laptop Windows maupun MacBook. Oleh karena itu, saya turut mengikutsertakan sejumlah opsi Chromebook yang sejauh ini cuma tersedia di luar pasar tanah air.

1. Asus Chromebook C204

Di Indonesia, Asus Chromebook C204 dapat dibeli langsung dari situs resmi Asus seharga Rp5.389.000. Spesifikasinya jauh dari kata mengesankan, tapi setidaknya sesuai dengan syarat minimum yang Kemendikbudristek ajukan: prosesor Intel Celeron N4020 (dual-core 1,1 GHz), RAM 4 GB LPDDR4, storage eMMC 32 GB, layar 11,6 inci beresolusi 1366 x 768, dan masa garansi selama satu tahun.

2. Samsung Chromebook 4

Alternatifnya, ada Samsung Chromebook 4 yang berspesifikasi identik. Yang berbeda hanyalah port konektivitasnya; Asus Chromebook C204 mengemas masing-masing dua port USB-A dan USB-C, sedangkan Samsung Chromebook 4 hanya dibekali satu port USB-A dan satu port USB-C saja. Itulah mengapa harganya bisa lebih murah; di marketplace, sejumlah seller menjualnya seharga 4,5 jutaan rupiah.

3. HP Chromebook 11 G8 Education Edition

Sekali lagi kita melihat perangkat dengan spesifikasi yang sangat menyerupai Asus Chromebook C204 tadi. Bedanya, HP Chromebook 11 G8 Education Edition mengemas RAM berkapasitas 8 GB. Di situs HP, harganya dipatok Rp6.850.000.

Selisih harga yang cukup jauh itu tentu bukan hanya untuk menebus RAM yang dua kali lebih besar saja, melainkan juga rancangan fisik yang lebih tangguh. HP mengklaim bahwa laptop ini mampu bertahan meski jatuh ke lantai kayu dari ketinggian 122 cm, atau ke lantai beton dari ketinggian 76 cm, atau seandainya tersiram minuman bersoda. HP bahkan percaya diri para murid yang usil bakal kesulitan mencabut satu demi satu tombol keyboard-nya.

4. Acer Chromebook Spin 513

Sesuai namanya, layar sentuh milik Acer Chromebook Spin 513 dapat diputar 360 derajat sehingga bisa digunakan layaknya sebuah tablet. Ia bahkan ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 7c yang mendukung prinsip “always on, always connected“, sehingga karakteristiknya benar-benar mirip seperti tablet, dengan estimasi daya tahan baterai hingga 14 jam pemakaian.

Melengkapi spesifikasinya adalah RAM 4 GB dan storage eMMC 64 GB. Layarnya sendiri merupakan panel IPS 13,3 inci dengan resolusi 1080p. Di situs Acer, harga jual yang tertera adalah Rp6.999.000.

5. Lenovo Chromebook Duet

Dengan mengadopsi model detachable, Lenovo Chromebook Duet sebenarnya lebih pantas dikategorikan sebagai tablet ketimbang laptop. Namun berhubung ia menjalankan sistem operasi Chrome OS, maka sah-sah saja menggunakan nama tersebut. Lebih penting lagi, paket penjualannya sudah mencakup aksesori keyboard sekaligus trackpad, serta cover belakang yang dilengkapi kickstand, sehingga perangkat dapat langsung digunakan dalam mode laptop.

Spesifikasinya meliputi chipset MediaTek Helio P60T, RAM 4 GB, storage internal 64 GB atau 128 GB, dan layar sentuh IPS 10,1 inci dengan resolusi 1920 x 1200 pixel. Sayang sekali sejauh ini belum ada tanda-tanda Lenovo Chromebook Duet bakal tersedia di Indonesia. Padahal harganya cukup terjangkau di angka $280.

6. Dell Inspiron Chromebook 14 2-in-1

Rancangan convertible merupakan nilai jual utama Dell Inspiron Chromebook 14 2-in-1, dan itu kian disempurnakan oleh adanya stylus bawaan yang punya rumah sendiri di bagian bawah laptop. Spesifikasinya sendiri cukup lumayan: prosesor Intel Core i3-8130U, RAM 4 GB, storage 128 GB, dan layar sentuh IPS 14 inci beresolusi 1080p. Di Amazon, harganya dipatok $629.

7. Google Pixelbook Go

Bicara soal Chromebook, kita tentu tidak bisa melupakan Pixelbook Go selaku produk rancangan Google sendiri. Desain yang atraktif merupakan salah satu aspek unggulannya, demikian pula konfigurasi spesifikasi yang amat variatif: pilihan prosesor Intel Core m3 sampai Core i7 generasi ke-8, RAM 8 GB atau 16 GB, storage 64 GB hingga 256 GB, serta opsi layar 1080p ataupun 4K.

Harganya pun bervariasi antara $649 sampai $1.399. Pixelbook Go pada dasarnya eksis untuk membuktikan bahwa Chromebook tidak selamanya harus terkesan murahan.

8. Acer Chromebook Spin 713

Edisi 2021 dari Acer Chromebook Spin 713 menunjukkan bahwa laptop Chrome OS pun bisa mengikuti tren yang ditetapkan oleh kategori laptop Windows. Mulai dari prosesor Intel generasi ke-11, port Thunderbolt 4, Wi-Fi 6, sampai layar dengan aspect ratio 3:2, semuanya bisa didapat di laptop ini.

Sentuhan premium bahkan turut Acer sematkan dalam wujud lapisan kaca Gorilla Glass yang memproteksi layar sekaligus touchpad-nya. Di AS, perangkat ini dipasarkan dengan banderol mulai $699.

Gambar header: Google.

Elon Musk Ikut Kritik Kasus Apple Store, Tunjukkan Dukungan ke Epic Games

Perseteruan antara Epic Games melawan Apple memang telah berjalan beberapa saat. Meskipun masih belum ada hasil final dalam persidangan ini namun ternyata topik ini masih kerap diperbincangkan oleh banyak orang di dunia maya.

Salah satunya adalah bos dari Tesla dan SpaceX, Elon Musk yang akhirnya mengutarakan sudut pandangnya atas perseteruan Epic dan Apple ini. Lewat cuitan singkatnya Elon menunjukkan ketidaksetujuannya atas apa yang Apple Store lakukan dan mengatakan bahwa apa yang dilakukan Epic Games benar.

Elon menyebut Apple App Store sebagai bukti dari keberadaan pajak global di internet. Hal ini merujuk kepada biaya yang harus diberikan oleh para pengembang game, seperti Epic Games kepada Apple selama game battle-royale mereka, Fortnite, berada di dalam Apple Store.

Pengusaha yang juga berkecimpung di dunia crypto ini menjelaskan bahwa dirinya sebenarnya menyukai produk Apple dan menggunakannya. Namun dirinya memang merasa bahwa pajak sebesar 30% tanpa ada benefit apapun tidak masuk akal.

Tidak hanya berhenti di situ, keesokan harinya Elon juga melanjutkan cuitannya membahas Android dengan Google Play Store-nya. Uniknya, Epic sebelumnya telah membuat gugatan serupa dengan Apple kepada Google.

Dirinya menjelaskan bahwa harusnya keberadaan Android dapat memberikan tekanan kompetitif yang membuat Apple menurunkan biaya yang dibebankan. Namun Android malah melakukan praktek yang sama yang membuat keduanya memonopoli pasar aplikasi mobile bersama-sama.

Beberapa pengikut Elon Musk bahkan menyarankan agar Elon membuat ‘app store’ sendiri dan bahkan Tesla Phone yang nantinya akan memiliki peraturan dan regulasinya sendiri yang berbeda dari Apple dan Google.

Salah seorang fans bahkan punya ide yang lebih gila dengan mengatakan bahwa cara terbaik untuk melampaui Apple dan Google adalah menciptakan infrastruktur mobile terbuka yang mengintegrasikan mata uang crypto dalam tingkatan sistem operasinya.

Hal tersebut memang bukan tidak mungkin dilakukan oleh sang bilionaire eksentrik satu ini. Elon Musk sering mencoba berbagai hal baru untuk memperluas bisnisnya, termasuk yang terakhir adalah masuk ke dalam dunia cryptocurrency. Mungkin saja Tesla Phone akan menjadi nyata di masa depan.

[Video] Peranan Google Sukseskan Startup di Indonesia

Banyaknya startup yang kian menjamur di era transformasi digital belakangan ini membuat Google turut berkontribusi aktif dalam menyukseskan perusahaan rintisan di berbagai belahan dunia melalui beragam program.

DailySocial bersama Thye Yeow Bok, Head of Startup Ecosystem SEA SAF Google, membahas lebih jauh tentang sejauh mana kinerja dan peranan Google untuk melahirkan startup terbaik melalui program Google for Startups Accelerator: Indonesia.

Untuk video menarik lainnya seputar startup dan teknologi, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV.

[Video] Program Bangkit 2021 dan Misinya Meningkatkan Kemampuan “Digital Talent” Indonesia

Di tahun 2021 ini, Bangkit, program Google Indonesia berkolaborasi dengan Ditjen Dikti Kemendikbud, Gojek, Traveloka, dan Tokopedia, memiliki misi  mengundang talenta segar dari universitas.

DailySocial mewawancarai Asia Pacific Education Programs Lead Google William Florance untuk mengetahui rencana Bangkit 2021 meningkatkan skill digital talent di Indonesia.

Kunjungi pula video-video lainnya di kanal YouTube DailySocialTV.

Cara Membagikan File Google Drive di Smartphone dan PC

Menggugah dan membagikan file di Google Drive merupakan dua aktivitas paling utama, sesuai dengan fungsi dari layanan milik Google ini. Tapi, membagikan file tanpa pengetahuan bisa berpotensi membuat privasi dokumen Anda diacak-acak oknum usil.

Continue reading Cara Membagikan File Google Drive di Smartphone dan PC

Smartwatch Samsung Berikutnya Akan Menggunakan One UI Watch Berbasis Wear OS dari Google

Meski Google punya sistem operasi untuk perangkat wearable yang disebut Wear OS, namun smartwatch Samsung selalu menggunakan OS bikinannya sendiri. Galaxy Watch3 misalnya, Samsung memakai Wearable OS 5.5 berbasis Tizen. Bagaimana bila kelebihan dua OS wearable tersebut digabungkan?

Pada ajang Google I/O 2021 bulan Mei lalu, Google sempat mengumumkan kerja samanya dengan Samsung untuk mengembangkan OS wearable baru. Benar saja, di ajang MWC 2021 ini Samsung mengumumkan OS smartwatch berikutnya yang disebut One UI Watch dan berbasis Wear OS dari Google.

Samsung belum mengungkapkan detail mengenai Galaxy Watch4, namun penerus Galaxy Watch3 itu dipastikan akan menjadi yang pertama menjalankan One UI Watch dan rencananya akan dirilis pada acara Galaxy Unpacked berikutnya. Karena berbasis Wear OS dari Google, One UI Watch akan terintegrasi lebih dalam dengan smartphone Android daripada Tizen OS.

Sebagai contoh bila kita menginstal aplikasi dari Play Store yang memiliki aplikasi watch, maka smartwatch juga akan secara otomatis menginstalnya. Sinkronisasi antara kedua perangkat juga terjadi lebih seamless, di mana smartwatch menampilkan pengaturan yang ditetapkan pada smartphone. Contohnya jika kita menambah word clock Jakarta dan New York, memblokir nomor telepon tertentu, pengaturan tersebut juga akan dibawa ke smartwatch.

Selain itu, One UI Watch juga membuka daftar aplikasi yang lebih besar di pergelangan tangan kita daripada Wearable OS berbasis Tizen. Sejumlah judul populer seperti Strava, Adidas Running, Calm, Spotify, YouTube Music, dan Google Maps akan tersedia untuk Galaxy Watch.

Samsung juga mengatakan Galaxy Watch berikutnya akan memiliki masa pakai baterai yang lebih lama, performa lebih cepat, dan dukungan beragam aplikasi lebih banyak berkat Wear OS dari Google. Untuk membedakan smartwatch dengan Wear OS dari produsen lain, Samsung akan menghadirkan tool desain watch face untuk para desainer. Kita nantikan saja, smartwatch Samsung berikutnya dengan One UI Watch yang diharapkan Galaxy Watch4 pada bulan Agustus mendatang.

Sumber: GSMArena