Mom-and-Pop Stores Potential for Innovation This Year

In 2019, there are some specific solutions targeting mom-and-pop stores or warung in Indonesia, either food or supply chain segment. Names such as Wahyoo, Warung Pintar, Bukalapak, Tokopedia, and Grab are involved in the development of warung. Not only in terms of digitization, but also to improve the quality of the small businesses.

In the list of names mentioned, Wahyoo and Warung Pintar are quite different. Wahyoo, founded in 2017, aimed specifically at the food stall.

Using technology, Wahyoo delivers a solution for stall owners to have easy access to FMCG brands. Until the end of 2019, they’ve accommodated 13,050 food stalls.

Another one is Warung Pintar that provides solutions for mom-and-pop stores or personal retail. Modified the space with the latest trend, such as power outlets, wifi, TV, and many more.

Aside from Jabodetabek, Warung Pintar is expanding to Banyuwangi. Per 2019, Warung Pintar team is said to acquire 1,500 productive talents to gate the warung.

Meanwhile, Tokopedia, Bukalapak, and Grab are helping warung to grow in a particular way. Tokopedia with Mitra Tokopedia, Bukalapak with Mitra Bukalapak, and Grab with Grab Kios by Kudo. Those three have similar approach in terms of helping the warung business grow.

They provide warung’s owners with a special app, for the owners to have access also provide consumer’s needs through the app, such as balance top-up, data package, PPOB bills, and others.

2019 is the beginning, 2020 is for validation

What the tech-company did with solutions to the warung business is kind of innovative. In fact, it’s very potential to grow big. With tons of investment and 2019’s achievement, this year is going to be the stage for their solutions that is not only innovative but also comes with positive impact.

Wahyoo‘s CEO, Peter Shearer talked to DailySocial that they will be focused on product innovation and developing more features in the app.

“In 2020, we’re to focus on product innovation, developing more in-app features to answer their [warung’s owners] demand, build a strong relationship with strategic partners, such as Telco, financial institution, online transportation, supply chain startups, and many others,” he said.

Warung Pintar’s Co-founder and CEO, Agung Bezajrie Hadinegoro shared a similar response. After two years of listening to and learn from Warung Pintar’s merchant owners, he made a commitment to make a serious improvement in their services.

“This year’s innovation will be focused on providing high-quality services for warung’s owners. These past 2 years we’ve been learning from the owners, we’ve come to the conclusion that the grass-root community has been aware of the technology. It’s a matter of how the industry players create products in line with their needs and behavior. This year, we also aimed to expand to a broader area,” he continued.

For Tokopedia, Bukalapak, and Grab, the chance for warung’s prosperity is huge, considering those three are the giants that do not only create solutions but also grow the ecosystem. There are two things might happen to warung business, become the financial inclusion agent and the last supply chain distribution before it comes to consumers.

The e-money development with other digital payments is very likely to be integrated with warung and its position as the closer ones to the communities. In general, warung’s consumers are those in the neighborhood. The demand for warung that is used to be daily supply, such as rice, soaps, and others, can expand to financial needs, such as money transfer, disbursement, and others.

On the other side, to create a distribution chain with promising offers can make more benefits for warung business. Also, the various scheme of payments is to grow the warung business even bigger.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Potensi Inovasi Warung Tahun Ini

Di tahun 2019 lalu ada beberapa solusi yang spesifik menyasar warung, baik warung makan maupun toko kelontong. Nama-nama seperti Wahyoo, Warung Pintar, Bukalapak, Tokopedia, dan Grab tercatat sebagai perusahan teknologi yang ambil bagian di dalamnya. Tidak hanya soal digitalisasi, tetapi juga mengupayakan bisnis warung menjadi lebih baik.

Dalam daftar nama yang disebutkan di atas, Wahyoo dan Warung Pintar sedikit berbeda. Wahyoo yang didirikan pada tahun 2017 secara spesifik menargetkan warung makan.

Dengan teknologi, Wahyoo berupaya membawa solusi untuk memudahkan para pemilik warung mendapatkan produk dari brand FMCG.  Hingga akhir tahun 2019 kemarin, Wahyoo sudah berhasil mengajak 13.050 warung makan.

Kemudian ada Warung Pintar yang menyediakan solusi yang mentransformasikan toko kelontong atau personal retail. Mengemas ulang tampilan warung lengkap dengan fasilitas kekinian, seperti colokan listrik, wifi, televisi, dan lain sebagainya.

Selain Jabodetabek, Warung Pintar mulai tersedia di Banyuwangi. Per 2019 kemarin, pihak Warung Pintar mengklaim berhasil menyerap 1.500 tenaga kerja produktif untuk menjadi penjaga warung.

Sementara itu Tokopedia, Bukalapak, dan Grab membantu warung untuk tumbuh dengan program masing-masing. Tokopedia punya Mitra Tokopedia, Bukalapak ada Mitra Bukalapak, dan Grab memiliki Grab Kios by Kudo. Ketiganya memiliki pendekatan yang serupa dalam hal membantu pemilik warung berkembang.

Ketiganya hadir dengan menyediakan aplikasi khusus bagi para pemilik warung. Melalui aplikasi tersebut pemilik warung dapat mengakses dan melayani kebutuhan beberapa kebutuhan finansial para pembeli, seperti pulsa, paket data, pembayaran tagihan PPOB, dan lain-lain.

2019 adalah awal, 2020 adalah pembuktian

Apa yang dilakukan para perusahaan teknologi dengan solusinya terhadap warung cukup inovatif. Hanya saja potensi untuk jadi lebih besar terbuka sangat lebar. Dengan sejumlah investasi dan capaian yang ada di tahun 2019, tahun ini akan menjadi ajang pembuktian bahwa solusi mereka selain inovatif tapi juga memberikan dampak yang positif.

CEO Wahyoo Peter Shearer kepada DailySocial menyebutkan bahwa mereka akan fokus pada inovasi produk dan memperkaya fitur di dalamnya.

“Karena ini di tahun 2020, fokus kami lebih ke inovasi produk, memperkaya fitur yang ada di dalam aplikasi sesuai dengan kebutuhan mereka [pemilik warung], memperkuat partnership dengan mitra yang strategis seperti perusahaan Telko, institusi finansial, transportasi online, startup penyuplai bahan baku, dan lain-lain,” terang Peter.

Hal senada juga disampaikan Co-founder dan CEO Warung Pintar Agung Bezahrie Hadinegoro. Setelah dua tahun mendengar dan belajar dari pemilik warung Warung Pintar berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas layanan mereka.

“Inovasi di tahun ini akan fokus dalam memberikan quality service yang terbaik untuk juragan warung. Setelah 2 tahun kami belajar bersama para juragan, kami percaya masyarakat akar rumput telah cakap dengan teknologi. Tinggal bagaimana para pemain di industri ini menciptakan produk yang sesuai dengan needs dan behavior pemilik warung. Tahun ini juga fokus kami untuk ekspansi ke berbagai wilayah yang lebih luas,” jelas Agung.

Bagi Tokopedia, Bukalapak, dan Grab, peluang untuk menyejahterakan warung terbuka lebar, mengingat ketiganya adalah “raksasa” perusahaan teknologi yang tidak hanya membangun solusi juga menumbuhkan ekosistem. Ada dua hal yang mungkin bakal terjadi pada warung, menjadi agen inklusi keuangan dan juga sebagai mata rantai terakhir distribusi sebelum sampai ke pengguna.

Pertumbuhan e-money dan juga pembayaran digital lainnya sangat mungkin dikombinasikan dengan warung dan posisinya sebagai agen yang paling dekat dengan masyarakat. Pada umumnya warung memiliki pelanggan yang hidup di sekitarnya. Kebutuhan terhadap warung yang awalnya hanya soal barang seperti beras, sabun, dan lainnya bisa ditingkatkan menjadi kebutuhan untuk tranfer uang, mencairkan uang, dan kegiatan finansial semacamnya.

Di sisi lain, membangun rantai distribusi dengan penawaran yang menjanjikan bisa membuat warung semakin diuntungkan. Belum lagi skema pembayaran beragam akan membuat bisnis warung semakin hidup.