Warung Pintar Umumkan Kehadiran sebagai “Holding Supply Chain”

Warung Pintar mengumumkan posisinya sebagai grup yang khusus menaungi solusi rantai pasok untuk ekosistem warung, mulai dari pemilik warung, toko kelontong, pengusaha grosir, distributor, hingga brand. Kabar ini diumumkan selang empat bulan setelah aksi akuisisinya terhadap Bizzy.

Saat ini Warung Pintar Group memiliki empat solusi digital yang masing-masing bertugas untuk membantu penguatan rantai pasok warung dari hulu ke hilir.

Pertama, aplikasi Warung Pintar yang ditujukan untuk para pemilik warung dan toko kelontong untuk memenuhi stok warung. Fitur lain yang tersedia adalah fitur Catatan Pintar (pencatatan utang), Komunitas Pintar (program pengembangan bisnis warung), dan Iklan Pintar (pemasukan iklan brand untuk pemasukan tambahan warung).

Kedua, aplikasi Grosir Pintar yang digunakan oleh toko grosir agar dapat terhubung langsung dengan ratusan pemilik warung dalam jarak 5-10 km. Selain itu, tersedia fitur Bisnis Pintar untuk pengadaan inventaris. Sejauh ini perusahaan telah menggandeng lebih dari 600 mitra pengusaha grosir ang masing-masing melayani sekitar 200-300 pemilik warung yang masuk dalam aplikasi tersebut.

Ketiga, Warung Pintar Distribusi yang telah hadir sejak awal perusahaan berdiri. Layanan ketiga ini sekarang semakin solid karena memiliki lebih dari 50 gudang dan depo di seluruh Indonesia. Terdapat sistem manajemen gudang dan solusi inventaris di dalamnya.

Terakhir, Bizzy Connect yang merupakan produk terbaru, menghubungkan brand dan distributor langsung ke pemilik warung. Sistem distribusi digital yang terintegrasi ini didukung dengan aplikasi untuk manajemen salesman hingga sistem pelacakan pengiriman yang efektif. Bagi brand, dilengkapi dasbor untuk memantau distribusi barang secara langsung.

Sumber: Warung Pintar Group

Kini, terdapat lebih dari 500 brand dan distributor yang bergabung, termasuk nama besar seperti Reckitt Benckiser dan Coca Cola. “Pada 2021 ini kami berhasil melengkapi solusi digital untuk channel tradisional, kehadiran Bizzy buat kami semakin kaya solusinya,” ucap CEO Warung Pintar Group Agung Bezharie Hadinegoro dalam konferensi pers virtual, Rabu (7/7).

Solusi dari Warung Pintar Group diklaim mampu mendorong peningkatan efisiensi warung karena pemilik warung dapat efisien hingga 40% baik itu dari sisi harga yang bersaing dan mendapat pendapatan tambahan. Pun, bagi pemilik brand dan distributor kini dapat terhubung langsung dengan warung, tanpa ada lagi pihak penengah. Pemilik warung memiliki lebih banyak sumber produk dengan harga bersaing, hampir 20%-25% lebih murah.

Agung menyadari di tengah pandemi ini warung termasuk sektor yang paling terdampak. Berdasarkan hasil survei internal perusahaan, pada awal pandemi, sebanyak 93% pemilik warung mengalami penurunan penjualan hingga 28%.

Di satu sisi, sebesar 74% (sekitar $267 miliar) bisnis ritel Indonesia terjadi di channel tradisional dan jumlah warung adalah 60% dari angka tersebut. Warung juga menjadi channel distribusi utama dengan kontribusi terhadap PDB sebesar empat kali lebih tinggi dari e-commerce.

Pangkal masalah pada warung adalah sistem distribusinya yang berlapis yang menurunkan efisiensi antara 20%-25%. Informasi yang terfragmentasi dan asimetris menyebabkan alpanya visibilitas data yang menghambat pertumbuhan semua pihak, sayangnya banyak pemain yang berusaha membawa solusi hanya pada satu pihak. Hal tersebut mendisrupsi pasar yang akhirnya meningkatkan terjadi skeptisisme adopsi digital pada ekosistem warung.

“Solusi digital Warung Pintar Group dirancang sebagai kekuatan fundamental yang sangat dibutuhkan untuk mengangkat pertumbuhan ekonomi yang lebih signifikan di dalam salah satu channel distribusi terbesar di Indonesia,” tambah Agung.

Konferensi pers virtual Warung Pintar Group / DailySocial

Langkah berikutnya

Dengan posisi baru sebagai grup, Agung menjelaskan fokus perusahaan akan kembali ke akar bahwa warung harus lebih kuat dari sebelumnya. Oleh karenanya, perusahaan akan membawa lebih banyak fitur baru yang segera dirilis pada tahun ini. Sayangnya, ia enggan membeberkan lebih lanjut.

Menurutnya, meski ada banyak minimarket hingga supermarket, warung tetap memegang peranan penting. Lantaran tidak hanya menjadi tempat transaksional, tapi sebagai suatu komunitas untuk berkumpul dan mengobrol. Terlebih, di Indonesia ruang untuk tumbuhnya layanan e-commerce masih begitu besar.

“Warung digital itu adalah kendaraan yang bisa membawa menuju pintu gerbang yang bisa menjangkau lebih banyak orang Indonesia masuk ke platform digital.”

Sebagai bagian dari transformasi, kini Warung Pintar tidak lagi menyediakan warung gerobak kuning. Terhitung saat ini Warung Pintar Group tumbuh 100 kali lipat sejak awal pandemi untuk jumlah warung yang dilayani -dari 5 ribu menjadi 500 ribu warung. Artinya, 1 dari 7 warung yang ada di Indonesia berada dalam jaringan Warung Pintar Group.

Adapun pengguna aktifnya mencapai 106 ribu warung yang bertransaksi setiap bulannya. Disebutkan juga perusahaan telah memroses jutaan transaksi pada tahun ini. Agung menargetkan Warung Pintar dapat menggaet hingga 1 juta warung sampai tahun depan.

Terkait pemberitaan soal penggalangan dana, ia menyampaikan bahwa $6 juta tersebut adalah bagian dari aksi akuisisi perusahaan terhadap Bizzy, sehingga bukan putaran khusus. Namun demikian, ia bilang saat ini perusahaan sedang aktif berdiskusi dengan investor soal kemungkinan putaran baru.

“Kita aktif ngobrol dengan investor, yang mana yang bisa memberikan semangat gotong royong, yang bisa kasi tambahan value dan kapabilitas kepada kami agar lebih banyak warung yang terdigitalisasi,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Warung Pintar Introduces Application for Wholesalers, Entering the Supply Chain Business

The new retail startup Warung Pintar recently launched its latest innovation. Named “Grosir Pintar”, the application seeks to provide wholesale entrepreneurs access to inventory management and reach a wider market.

Simply put, wholesale owners can immediately offer their merchandise to shop owners which registered with the Warung Pintar application. This new feature is also equipped with logistics services to support the delivery of goods.

“Warung Pintar directly cooperates with wholesale entrepreneurs who stand alone in each region. We do this to maintain the quality of goods and services to keep them optimal and encourage empowerment in the entire shop ecosystem,” Warung Pintar’s Co-Founder & COO Harya Putra said.

He further explained that shop owners have access to a wider variety of goods, including local specialty products, at competitive prices; and can receive orders within hours through the same-day delivery service.

“Delivery of goods, both for wholesalers and shop owners, is performed by the logistics system owned by Warung Pintar. Embracing local residents to join as couriers, is one of our efforts to revive the economy in the region as a whole by providing equal benefits,” Harya added.

The business model applied by Grosir Pintar is commission based. Although he did not explain the details, Harya explained that the calculations were in accordance with the agreement with the wholesalers and adjusted to the established standards.

“Starting from direct findings from wholesalers in the field, in the midst of this pandemic, there are physical limitations that lead to difficulties in reaching shop customers, the fulfillment of goods, and increased logistics costs. That’s why we embraced more than 60 of the best wholesalers in 14 cities,” Harya said.

Starting in Surabaya, until now, Grosir Pintar can be accessed in Jakarta, Bandung, Depok, Kediri, Mojokerto, Jember, and several other cities in Java.

Warung supply chain

Digital players are increasingly working on the supply chain business for warungs. With a unique approach, currently, there are several startups playing in this area. First, with the capital financing approach (invoice financing), startups like AwanTunai make it easier for shop owners to fill their merchandise shelves through productive credit. Connecting micro and small entrepreneurs with distribution partners who provide a variety of needs – including wholesalers.

Through the GoToko application, Decacorn Gojek also tries to offer the same service for stall or grocery store owners to fulfill sales goods and products. They also take advantage of various services in their ecosystem, such as logistics with GoSend, payments via GoPay, and business management through GoBiz.

It’s not the last, Chilibeli, previously known as social commerce, is targeting the C2C segment, in the middle of last year, introduced Chilimart. With a B2B concept, they target micro-entrepreneurs as their target market. In addition, previously there was also the Ula application, which was designed as a marketplace for the fulfillment of merchandise in a warung. Ula is also integrated with AwanTunai’s financing services.

Based on BPS data, 63 million micro-entrepreneurs are mostly engaged in retail or trade. The potential for a large economic unit gives digital players a special spirit to work on this market.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Masuk ke Bisnis “Supply Chain”, Warung Pintar Luncurkan Aplikasi untuk Pengusaha Grosir

Startup new retail Warung Pintar belum lama ini meresmikan inovasi terbarunya. Bernama “Grosir Pintar”, aplikasi tersebut berusaha memberikan akses bagi pengusaha grosir untuk melakukan manajemen inventaris dan menjangkau pasar yang lebih luas.

Sederhananya, pemilik grosir bisa langsung menawarkan barang dagangannya ke pemilik warung yang tergabung di aplikasi Warung Pintar. Fitur baru tersebut turut dilengkapi dengan layanan logistik untuk menunjang pengiriman barang.

“Warung Pintar menggandeng langsung pengusaha-pengusaha grosir yang berdiri sendiri di setiap wilayah. Hal ini kami lakukan untuk menjaga kualitas barang hingga pelayanan agar tetap optimal serta mendorong pemberdayaan di seluruh ekosistem warung,” ujar Co-Founder & COO Warung Pintar Harya Putra.

Lebih lanjut ia menjelaskan, bagi pemilik warung mereka memperoleh akses untuk memenuhi barang yang lebih variatif, termasuk produk andalan lokal, dengan harga yang kompetitif; serta dapat menerima pesanan dalam hitungan jam melalui layanan same-day delivery.

“Pengiriman barang, baik bagi pengusaha grosir maupun pemilik warung, dilakukan oleh sistem logistik yang dimiliki oleh Warung Pintar. Merangkul warga setempat untuk bergabung sebagai kurir, hal ini merupakan salah satu upaya kami untuk menghidupkan perekonomian di wilayah secara menyeluruh dengan memberikan keuntungan yang sama rata,” imbuh Harya.

Model bisnis yang diterapkan Grosir Pintar adalah bagi hasil (commision based). Kendati tidak menerangkan detail, Harya menjelaskan kalkulasinya sesuai kesepakatan dengan pengusaha grosir dan disesuaikan dengan standarisasi yang telah ditetapkan.

“Berangkat dari temuan langsung dari pengusaha grosir di lapangan, di tengah pandemi ini, terdapat batasan-batasan fisik yang berujung pada kesulitan dalam menjangkau pelanggan warung, pemenuhan barang, serta melonjaknya biaya logistik. Karena itulah, kami merangkul lebih dari 60 grosir terbaik di 14 kota,” kata Harya.

Diawali di Surabaya, hingga saat ini, Grosir Pintar dapat diakses di Jakarta, Bandung, Depok, Kediri, Mojokerto, Jember, dan beberapa kota lainnya di Pulau Jawa.

Supply-chain warung

Bisnis penyedia rantai pasokan (supply chain) untuk warung makin ramai digarap oleh pemain digital. Dengan pendekatan unik, saat ini ada beberapa startup yang main di ranah tersebut. Pertama dengan pendekatan pembiayaan modal (invoice financing), startup seperti AwanTunai memudahkan pemilik warung untuk memenuhi rak dagangannya melalui kredit produktif. Menghubungkan pengusaha mikro-kecil dengan rekanan distribusi yang menyediakan berbagai kebutuhan – termasuk para pengusaha grosir.

Melalui aplikasi GoToko, decacorn Gojek juga mencoba tawarkan layanan yang sama untuk pemilik warung atau toko kelontong untuk memenuhi barang dan produk penjualan. Mereka turut memanfaatkan berbagai layanan di ekosistemnya, seperti logistik dengan GoSend, pembayaran via GoPay, dan pengelolan bisnis lewat GoBiz.

Tak berhenti di situ, Chilibeli yang sebelumnya dikenal sebagai social commerce menyasar segmen C2C, pertengahan tahun lalu kenalkan Chilimart. Berkonsep B2B, mereka menyasar pengusaha mikro sebagai target pasar mereka. Selain itu sebelumnya juga ada aplikasi Ula yang memang didesain sebagai marketplace untuk pemenuhan barang dagangan di warung. Ula juga terintegrasi dengan layanan pembiayaan milik AwanTunai.

Berdasarkan data BPS, 63 juta pengusaha mikro mayoritas bergerak di bidang ritel atau perdagangan. Potensi unit ekonomi yang besar memberikan semangat tersendiri bagi pemain digital untuk menggarap pasar tersebut.

Application Information Will Show Up Here