Aliansi dengan Bank Mandiri, Strategi OVO Dongkrak Pengguna Baru

Platform fintech dan loyalitas pelanggan milik Grup Lippo OVO mengumumkan aliansi bisnis dengan Bank Mandiri demi mewujudkan ambisinya untuk membuka ekosistem untuk akses pembayaran seluas-luasnya.

Nantinya baik pengguna kartu debit, kartu kredit, e-money, dan e-cash dapat bertransaksi di jaringan merchant yang telah bermitra dengan OVO. Begitu pun bagi pengguna OVO, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan transaksi non tunai bagi kedua perusahaan.

Hanya saja implementasi dari aliansi ini belum bisa dinikmati segera oleh para pengguna. Sebab baru akan diluncurkan pada kisaran pertengahan tahun atau paling lambat kuartal ketiga tahun ini. Sekarang kedua perusahaan baru teken kerja sama lewat penandatanganan kesepahaman sebagai seremonialnya.

“Jadi nantinya di mesin EDC Bank Mandiri bisa menerima transaksi dari OVO. Kemudian akan digulirkan ke lokasi merchant yang belum ada mesin EDC. Kami berdua akan buat co-marketing sehingga promo-promo bisa dipakai untuk pengguna dari kedua perusahaan,” terang CEO OVO Adrian Suherman, Kamis (29/3).

Tak hanya soal membuka akses pembayaran jadi lebih luas, kerja sama ini akan diseriusi untuk di bawa ke tahap lebih lanjut. Ke depannya, OVO akan menerima layanan Mandiri di aplikasinya dan dapat memanfaatkan jaringan elektronik Bank Mandiri seperti ATM dan Mandiri Online sebagai infrastruktur pendukung.

Pengguna OVO juga bisa isi ulang saldo OVO Cash dan tarik dana melalui jaringan Bank Mandiri. Bakal tersedia pula penawaran untuk fasilitas kredit, produk investasi, dan masih banyak lagi.

Bagi Bank Mandiri aliansi ini sangat berguna bagi perseroan untuk meningkatkan interoperabilitas dengan perusahaan teknologi seperti OVO. Pihaknya juga berharap dapat memperoleh nasabah baru dari pengguna OVO yang sebelumnya bukan nasabah perseroan.

“Kami selaku perusahaan perbankan terdepan di Indonesia, selalu berusaha untuk terbuka terhadap inovasi. Terlebih di era digital ini, bekerja sama dengan perusahaan teknologi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan interoperability,” ucap Direktur Teknologi Informasi dan Operasi Bank Mandiri Rico Usthavia Frans.

Diklaim mesin EDC Bank Mandiri telah tersebar di 250 ribu merchant, sementara OVO sekitar 23 ribu merchant yang tersebar di 209 kota di seluruh Indonesia. OVO memiliki 9,5 juta pengguna, dengan profil demografi 60% di antaranya adalah perempuan, berusia 23-35 tahun.

Tak berhenti di sini, ke depannya OVO akan kembali menjalin kemitraan dengan perusahaan fintech dan perbankan lainnya untuk kemitraan sejenis demi meningkatkan akseptasi untuk bertransaksi di mana pun.

Bidik sampai 20 juta pengguna baru

Di samping bermitra dengan Bank Mandiri, OVO juga melakukan sejumlah inisiatif penambahan fitur untuk memberi nilai tambah bagi penggunanya. Ditargetkan sampai akhir tahun ini pengguna OVO dapat mencapai 15-20 juta pengguna dari posisi saat ini 9,5 juta.

“Jujur saja untuk target awal yang kita bidik untuk jumlah pengguna sudah tercapai. Untuk itu kami bidik angka lebih tinggi sampai akhir tahun ini di angka 15-29 juta pengguna.”

Menurut Adrian, faktor yang mendongkrak jumlah pengguna terlihat dari promo bayar parkir yang diadakan dalam mal jaringan Grup Lippo. Berikutnya adalah layanan redeem point untuk setiap transaksi lewat aplikasi, pengguna tertarik untuk memanfaatkannya.

Dari segi produk, bakal ada banyak pengembangan untuk para pengguna. Produk yang belum lama ini diluncurkan adalah OVO Invest untuk jual beli reksa dana. Dalam hal ini perusahaan bekerja sama dengan Ciptadana untuk produk reksa dana pasar uang. Fitur tersebut masih hadir dalam bentuk beta.

Kehadiran fitur tersebut, melengkapi produk awal OVO sejak pertama kali berdiri di 2016, yakni OVO Points yang merupakan program loyalitas pelanggan untuk pelanggan merchant rekanan atau mitra OVO. Dari poin yang dikumpulkan, pengguna dapat menukarnya dengan berbagai penawaran di setiap rekanan OVO.

Terdapat juga OVO Cash, produk uang elektronik yang dapat digunakan untuk pembayaran berbagai transaksi. Pengguna dapat top up, kirim dana ke OVO dan non OVO, bayar tagihan listrik, beli pulsa, dan bayar asuransi.

Application Information Will Show Up Here

Hypermart Uji Coba Aplikasi Grocery Online

Hype aplikasi grocery online terus berlanjut. Setelah HappyFresh, Honestbee, dan KeSupermarket, kini hadir aplikasi mobile Hypermart yang mengandalkan jaringan pasar swalayan besar milik Lippo Group ini. Di masa uji coba ini, aplikasi Hypermart, yang sementara ini hanya tersedia di platform Android, memberikan layanan untuk mereka yang tinggal di radius 10 km dari 7 gerai Hypermart percontohan di Jabodetabek. Mereka akan menggelar layanan yang lebih besar di tahun 2017.

Spin off Hypermart dari MatahariMall menyusul “kakaknya” Matahari Store yang sudah resmi meluncurkan aplikasi mobile tersendiri. MatahariMall mengakomodasi operasional aplikasi ini, tapi kami belum memiliki informasi lebih lanjut apakah Hypermart sudah memiliki tim shopper dan jasa logistik yang terdedikasi untuk mengurusi layanan online-nya.

Tidak banyak yang membedakan aplikasi Hypermart ini dengan aplikasi grocery online lainnya. Mereka menjanjikan pengantaran ke rumah di hari yang sama (same day delivery), COD (cash on delivery), beli online dan ambil di store (O2O), dan pencarian produk yang diklaim lebih mudah.

Selain metode pembayaran dengan COD, aplikasi Hypermart juga mendukung pembayaran dengan menggunakan kartu kredit dan bank transfer.

Aplikasi yang baru diperbarui tanggal 20 Desember ini melayani konsumen yang bertempat tinggal di radius 10 km dari Hypermart Cyberpark Karawaci, Puri Indah,Kemang, WTC Serpong, Mega Glodok Kemayoran, Cibubur, dan Serang.

Pihak MatahariMall sendiri menjanjikan update yang lebih intensif tentang operasional online Hypermart awal tahun depan.

Kehadiran aplikasi Hypermart dan KeSupermarket — yang terakhir ini dikelola oleh pemilik Ranch Market dan Farmer’s Market — membuat pasar segmen ini semakin kompetitif. Dua pemain yang berasal dari sektor teknologi, HappyFresh dan Honestbee harus terus memperkuat kemitraannya dengan berbagai layanan untuk membuatnya tetap relevan.


Disclosure: Amir Karimuddin berkontribusi untuk penulisan artikel ini

Application Information Will Show Up Here

Grup Lippo Luncurkan Platform E-Commerce Korporasi Mbiz

Grup Lippo kembali memperluas segmen bisnis digitalnya secara agresif. Hari ini (22/3) Grup Lippo mengumumkan kehadiran layanan e-commerce Business to Business (B2B) dan Business to Government (B2G) bernama Mbiz di Jakarta. Mbiz sendiri saat ini masih dalam tahap beta meski sudah bisa diakses oleh publik.

Mbiz didirikan Grup Lippo sebagai solusi proses pengadaan barang secara online bagi perusahaan dan instansi pemerintah dengan layanan yang dapat disesuaikan menurut kebutuhan masing-masing.

Mbiz adalah layanan berbasis e-commerce kedua dari Grup Lippo yang sebelumnya telah meluncurkan layanan e-commerce B2C MatahariMall pada September 2015 silam. Pun begitu, jumlah investasi yang dikeluarkan Grup Lippo untuk Mbiz tidak diungkapkan.

CEO Lippo Digital Group Adrian Suherman mengatakan, “Sejak kuartal tiga 2015, Mbiz telah mulai memberikan layanan untuk unit bisnis Lippo. Dengan inisiatif ini, Lippo turut membangun ekosistem digital di mana para mitra tidak hanya menjual ke konsumen ritel tetapi juga perusahaan dan instansi pemerintah.”

Operasional Mbiz sendiri saat ini dipimpin oleh dua orang co-founder, yakni Ryn Hermawan dan Andrew Mawikere. Sementara itu Adrian Suherman dan Arnold Sebastian Egg berperan sebagai Supervisory Board Mbiz.

Sebelum bergabung dengan Mbiz, Ryn sendiri telah mengecap pengalaman berkecimpung di industri digital bersama DHL Express Indonesia dan FedEx. Sedangkan Andrew memiliki latar belakang karier di finansial bersama J.P Morgan.

Andrew menyebutkan bahwa saat ini dalam platform Mbiz sudah tersedia sepuluh kategori, di antaranya adalah IT, peralatan tulis, peralatan industri, hingga groceries.

Sehubungan dengan kondisi Mbiz yang masih berada dalam tahap beta, untuk tahun 2016 ini fokus Mbiz adalah pengembangan sistem dan juga menambah jumlah produk dan kategori yang disediakan. Selain itu, Mbiz juga dalam proses penjajakan sebagai vendor untuk proyek e-katalog pemerintah Indonesia untuk institusi pemerintah.

“Kami memberikan kemudahan [untuk perusahaan dan pemerintah] di antaranya, transaksi dapat dilakukan kapan dan di mana saja, digital approval melalu email [untuk supervisor], e-invoice dan faktur pajak elektronik yang keseluruhan transaksinya tersimpan di web untuk audit dan keperluan lainnya. Kami berharap […] dapat membangun proses procurement yang transparan, nyaman, serta bisnis yang berkelaanjutan dengan berbagai pihak,” tutup Ryn.

Grup Lippo Gelar Layanan Internet Berbasis Satelit First Net

Grup Lippo mendirikan bisnis baru penyedia layanan internet berbasis satelit (Lippo Star 1) bernama First Net. Layanan tersebut didesain untuk menyediakan akses internet di kawasan pedalaman dan daerah terpencil di Indonesia. First Net hadir di bawah bendera Delta Nusantara Network, anak perusahaan Grup Lippo First Media, yang berkolaborasi dengan operator satelit lokal Adiwara.

Layanan First Net telah meluncur sejak Desember 2015 silam. Sejak peluncuran perdananya, perusahaan mengklaim telah melakukan pembicaraan dengan beberapa klien potensial. Beberapa di antaranya bergerak di sektor perkebunan kelapa sawit, pendidikan (sekolah), dan maskapai penerbangan, terutama di daerah Sumatera Selatan, Pulau Nias, dan Papua.

Direktur Delta Nusantara Networks Aryanto Koedinar menjanjikan bahwa First Net dapat menyediakan akses internet berkecepatan 2-20 Mbps dengan memanfaatkan teknologi  Very Small Aperture Terminal (VSAT). Terkait dengan biaya, layanan bulanan diatur pada kisaran harga hingga Rp 15 juta berdasarkan situs resminya.

VSAT mengacu pada stasiun penerima sinyal dari satelit dengan antena penerima berbentuk piringan yang berukuran kurang dari tiga meter. Fungsi utamanya adalah untuk menerima dan mengirim data ke satelit, contohnya pada transaksi kartu kredit atau polling. Kelebihannya, VSAT memiliki kemampuan untuk digunakan pada benda bergerak, seperti pada kapal laut.

Cara kerja teknologi VSAT / First Net

Dikutip dari Jakarta Globe, Ariyanto mengatakan, “Masih ada peluang yang sangat besar untuk perusahaan-perusahaan internet di Indonesia [dan] VSAT dapat mengisi kesenjangan di daerah terpencil yang memiliki infrastruktur menantang.”

“Kami dapat menjangkau daerah-daerah terpencil yang biasanya sulit dijangkau oleh [layanan] kabel. Jadi, perusahaan perkebunan atau perusahaan tambang dapat menggunakan layanan kami, begitu juga sekolahan dan rumah sakit,” tambahnya.

Delta Nusantara Networks sendiri adalah anak perusahaan First Media yang berada di bawah payung Grup Lippo. Sejauh ini, Delta telah menginvestasikan dana sebesar $1,5-2 juta dalam rangka mempersiapkan setidaknya dua transponder satelit untuk layanan, yang akan diarahkan lebih untuk klien perusahaan.

Hadirnya layanan First Net, yang berkolaborasi dengan operator satelit lokal Adiwara, akan bersaing dengan IM2 dari Indosat, Metrasat, dan IndiHomeSky. Ketiga layanan tersebut juga menggunakan teknologi VSAT yang mirip dalam menawarkan akses Internet berbasis satelit.