Mengupas Persoalan Krisis Talenta dan Rendahnya Minat Generasi Muda Terjun ke Dunia Teknologi

Persoalan talenta hingga kini masih menjadi perbincangan di kalangan pelaku startup, investor hingga akademisi. Makin besarnya pertumbuhan startup saat ini ternyata belum bisa merekrut secara maksimal talenta muda yang berkualitas, khususnya di bidang pemrograman/developer.

Dalam kesempatan Global Mobile Internet Conference (GMIC) Jakarta 2017, para pakar yang terdiri dari investor, entrepreneur dan akademisi yang berkecimpung langsung di dunia teknologi, membicarakan persoalan tersebut. Dari hasil diskusi terungkap beberapa hal, mulai dari rendahnya kualitas pendidik dan masih minimnya jumlah anak muda yang ingin terjun ke dunia teknologi, menjadi beberapa faktor penyebab rendahnya jumlah hingga kualitas “supply” developer di Indonesia saat ini.

Meningkatkan kualitas pengajar

Sebagai salah satu sekolah IT-Preneur yang sudah hadir sejak tahun 1987 lalu, Purwadhika Startup dan Coding School, konsisten untuk selalu memberikan pelajaran hal-hal yang terkait dengan teknologi. Jika dulunya fokus pengajaran lebih kepada pembuatan komputer, tahun 2017 ini fokus pengajaran lebih kepada pemrograman. Menurut Founder dan President Purwadhika Startup & Coding School dan Neurosoft Indonesia Purwa Hartono, salah satu kendala yang menghambat pertumbuhan tenaga ahli di bidang tersebut adalah minimnya kualitas dan kemampuan pengajar hingga lemahnya kurikulum di Indonesia saat ini. Sehingga tidak bisa menarik perhatian anak muda untuk kemudian terjun ke dunia teknologi.

“Masih banyak anak muda saat ini yang lebih senang mengejar gelar dan bekerja di perusahaan pemerintah hingga swasta. Selain itu sebagian besar dari mereka masih melihat coding dan pemrograman adalah pelajaran yang sulit untuk dicerna,” kata Purwa.

Senada dengan Purwa, CEO Hacktiv8 yang selama ini telah melahirkan tenaga coder yang sukses bekerja di startup lokal ternama seperti GO-JEK hingga Tokopedia mengungkapkan, pengajar yang berkualitas dan memiliki kesabaran tinggi menjadi faktor penentu keberhasilan siswa. Dalam hal ini Hacktiv8 yang merupakan kelas Pemrograman Full Stack JavaScript di Jakarta, memiliki misi untuk melahirkan tenaga kerja baru yang bisa diandalkan dan memiliki akuntabilitas. Seperti yang diungkapkan oleh CEO, Hacktiv8 Ronald Ishak.

“Untuk memastikan siswa dari Hacktiv8 nantinya bakal langsung diterima di startup ternama di Indonesia saat ini, kami terus melakukan kolaborasi dengan startup seperti GO-JEK hingga Kudo.”

Dukungan investor dan pemerintah

Untuk bisa menciptakan sebuah peluang sekaligus mengumpulkan tenaga muda yang memiliki minat menjadi engineer, dukungan dari investor lokal hingga asing dan pemerintah juga memiliki peranan penting. Dalam hal ini menurut Founding Partner Kejora Ventures dan Direktur Founder Institute Andy Zain, melalui venture capital dan Founder Institute yang ia pimpin diharapkan bisa menghasilkan calon entrepreneur dan startup berkualitas, melalui program binaan yang dilakukan oleh Kejora sekaligus Founder Institute.

“Hingga kini kami cukup bangga telah memiliki startup binaan yang berhasil memenangkan kompetisi startup. Sesuai dengan tujuan dari kami yaitu mencetak startup juara yang berkualitas.”

Bukan hanya hadiah berupa uang Rp100 juta yang diberikan oleh Founder Institute, namun juga kesempatan untuk mengembangkan produk hingga proses validasi. Jika startup telah melewati proses tersebut, Founder Institute akan mendukung hingga peluncuran produk tiba.

Untuk itu pemerintah melalui Bekraf, idealnya juga bisa memikirkan cara-cara baru yang bisa memancing minat dari anak muda Indonesia untuk menjadi entrepreneur di bidang teknologi yang berkualitas.

“Selain dari roadmap yang dimiliki oleh Bekraf, tentunya dukungan dari investor, kelas pemrograman dan sekolah startup bisa turut membantu untuk menciptakan engineer hingga startup baru lebih banyak lagi,” kata Deputi Infrastruktur Bekraf Hari Sungkari.

––

Disclosure: DailySocial adalah media partner Global Mobile Internet Conference Jakarta 2017.

Program Bootcamp Impact Byte Targetkan Cetak Programmer Handal dalam 8 Minggu

Salah satu permasalahan dalam akselerasi bisnis digital di Indonesia saat ini adalah keterbatasan talenta. Meski di Indonesia banyak terdapat universitas yang mencetak sarjana komputer, tetap saja ketika bertanya kepada startup digital ataupun korporasi kebanyakan mengatakan masih belum cukup untuk menemui developer yang berkompetensi. Melihat hal tersebut, M. Haidar Hanif Ex Instructor dari Hackativ8 dan William Hendradjaja dari Impact Hub Jakarta menginisiasi program Impact Byte.

Impact Byte adalah coding bootcamp intensif selama 8 minggu untuk mendidik seseorang dengan latar belakang apa pun menjadi progammer profesional. Arahnya peserta akan dididik untuk menguasai kemampuan full stack web application. Para peserta juga akan dibekali berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan seorang developer, mulai dari pembentukan mindset, pemahaman alur pengembangan perangkat lunak, rekayasa perangkat lunak, arsitektur basis data, hingga cara membangun sebuah produk digital.

Basis bahasa pemrograman yang akan diajarkan adalah JavaScript modern. Selain karena menjadi salah satu primadona saat ini di kalangan pengembang, JavaScript menawarkan fleksibilitas yang dapat diterapkan dalam beragam produk digital, mulai dari web, desktop, Android, iOS, IoT, hingga robotika. Secara lebih mendetil, berikut materi yang ditawarkan pada bootcamp tersebut:

  • Minggu pertama: peserta akan mempelajari dasar-dasar web seperti HTML dan CSS, serta software development seperti, Git dan GitHub, User Inteface (UI), dan algoritma dasar.
  • Minggu kedua: peserta akan belajar untuk menguasai pengembangan front-end dan back-end dengan jQuery, REST API, Node.js, dan Agile.
  • Minggu ketiga: peserta akan dibekali ilmu tentang pembangunan basis data dengan tools antara MySQL, PostgreSQL, Firebase, MongoDB, serta metode pengetesan dan paradigma pemrograman lainnya seperti object-oriented dan functional programming.
  • Minggu keempat: peserta akan mendalami arsitektur aplikasi menggunakan libraryjs dan Redux.
  • Minggu kelima: peserta akan mendapatkan materi seputar keamanan produk digital seperti authentication dan authorization.
  • Minggu keenam: peserta akan berusaha untuk membuat salah satu replika sederhana dari produk-produk digital populer yang sudah.
  • Minggu ketujuh dan kedelapan: peserta akan ditantang bekerja sama dalam tim untuk mengembangkan produk digital mereka sendiri sebagai syarat kelulusan.

Impact Byte juga memberikan fasilitas career support untuk membantu para lulusan untuk mendapatkan pekerjaan ataupun networking dalam membangun karier mereka. Untuk program ini, Impact Byte telah menggandeng beberapa rekanan strategis seperti, CIDER Binus, Jakarta Social Entreprenurs, Collective.id, Sixty Two Experiences, CyberMantra, InTouch, MauBelajarApa, Froyo Framework, Nodeflux, Piyiku, Pinjam.co.id, Plater, Qlue, Saga.id, Octoprint, PawHi, dan Zahir.

Impact Byte mulai membuka pendaftaran batch pertama pada tanggal 10 Agustus 2017. Para calon peserta dapat mendaftarkan diri mereka melalui website https://impactbyte.com. Demi menjaga kualitas lulusan, setiap calon peserta yang mendaftar akan melalui proses seleksi tertulis dan wawancara. Pembelajaran akan dimulai di bulan Oktober 2017 dengan jumlah maksimal 10-12 peserta.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner program Impact Byte.

Go-Jek Luncurkan Program Beasiswa Pemrograman GO-SCHOLAR TECH

Go-Jek mengumumkan kerja sama dengan Hacktiv8, sebuah lembaga pendidikan informal di bidang pemrograman untuk meluncurkan program GO-SCHOLAR TECH. Program tersebut merupakan program beasiswa yang memiliki tujuan untuk mencetak programmmer kelas dunia yang diluncurkan untuk mendukung industri teknologi di Indonesia.

Disampaikan Chief Human Resource Office Go-Jek Monica Oudang, industri teknologi yang semakin pesat saat ini belum didukung oleh sumber daya manusia yang mahir dan cakap di bidangnya. Oleh karena itu butuh program pembelajaran yang dapat melatih dan meningkatkan kemampuan teknik dan kognitif di bidang pemrograman.

“Masih banyak permasalahan di Indonesia yang belum dapat diselesaikan secara cepat dan inovatif dan teknologi bisa membantu menyelesaikannya. Maka dari itu, dibutuhkan talenta kelas dunia untuk menciptakan solusi yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Kami berharap melalui GO-SCHOLAR TECH anak bangsa dapat ikut serta dalam membantu permasalahan permasalahan tersebut,” tutur Monica.

Ia lebih jauh juga menambahkan bahwa program GO-SCHOLAR TECH ini merupakan bentuk komitmen GO-JEK dalam mendukung pengembangan ekosistem sektor teknologi di Indonesia. Dalam penyelenggaraannya program GO-SCHOLAR TECH ini Go-Jek berkolaborasi dengan Hacktiv8.

Program ini terbuka untuk umum. Dalam program yang akan berlangsung selama 6 bulan ini para peserta akan mendapatkan mentoring langsung dari senior prograamer. Selain itu para peserta diberikan kesempatan untuk mengerjakan proyek dan mengikuti magang untuk mengimplementasikan teori yang telah dipelajari.

Pendaftaran telah dibuka mulai dari 3 Juli sampai dengan 23 Juli 2017. Untuk bisa terdaftar, selain mengisi form pendaftaran calon peserta harus menjalani serangkaian tes berupa tes pemrograman secara online dan wawancara.

“Setelah tahap pendaftaran dan seleksi selesai pada 23 Juli 2017, peserta yang lolos akan menjalani tahap persiapan selama 6 pekan secara online. Di akhir tahap ini akan diadakan tes untuk mengukur kesiapan peserta untuk memasuki tahap intensif. Setelah lulus tahap persiapan, peserta akan mengikuti tahap intensif yang berlokasi di Jakarta selama kurang lebih 10 pekan,” kata Monica.

Pada tahapan terakhir, yakni magang, lanjut Monica, para peserta akan diberikan pelatihan soft skill agar semakin siap dalam memasuki industri teknologi.

Hacktiv8 dan Solusi Menjawab Kebutuhan Tenaga Pengembang di Indonesia

Hari Jumat lalu (19/05), DailySocial mendapatkan kesempatan untuk menghadiri acara kelulusan batch kelima siswa Hacktiv8 Indonesia, program pendidikan atau pelatihan intensif selama 12 Minggu untuk mendidik siapa pun untuk mahir sebagai full-stack Javascript programmer.

Dalam kesempatan tersebut, 14 orang siswa yang dibagi menjadi beberapa tim, diminta memberikan presentasi di hadapan tamu undangan, yang berasal dari kalangan startup dan korporasi di Indonesia. Yang menarik dari kegiatan ini adalah kesempatan para siswa untuk secara langsung untuk memperlihatkan kemampuannya.

Kebanyakan siswa yang mendaftarkan diri di program Hacktiv8 adalah mereka yang telah menguasai pemrograman dan hal terkait. Meskipun demikian, ada juga di antara mereka yang berasal dari latar belakang pemasaran dan berniat untuk mempelajari lebih mendalam pair programming, HTML/CSS, JavaScript ES2016, Version Control, Database, Node JS & Express JS, React & Reduct, Test-Driven Development, Deployment & Scaling dan Engineering Empathy, yang menjadi topik yang diajarkan di Hacktiv8

Kepada DailySocial, Managing Director Hacktiv8 Ronald Ishak mengungkapkan acara kelulusan menjadi menarik untuk disimak, karena bisa dilihat secara langsung sejauh mana kemampuan dari masing-masing siswa terkait dengan kurikulum dan topik yang telah mereka pelajari, dibantu oleh mentor atau pengajar yang ada.

We just want to share the world kalau orang yang sebelumnya ‘buta’ programming bisa jadi programmer dalam waktu 12 minggu,” kata Ronald.

Makin besarnya kebutuhan startup dan perusahaan teknologi akan tenaga pengembang di Indonesia, menjadi sasaran utama lulusan program ini.

Aplikasi menarik yang telah tervalidasi

Lulusan batch 5 Hactiv8
Lulusan batch 5 Hacktiv8

Salah satu aplikasi yang dipresentasikan adalah aplikasi travel itinerary yang bernama “Plan it now”. Selama kurang lebih 5-7 hari, masing-masing tim diminta untuk membuat aplikasi yang menarik dan berpotensi diminati target pengguna. Hal tersebut merupakan komitmen Hacktiv8 yang menugaskan pembuatan aplikasi yang baik dan memiliki impact kepada publik.

Sekilas aplikasi Plan it now yang dibuat siswa lulusan Hacktiv8 batch kelima serupa dengan Trip Advisor, namun memiliki tambahan agenda, peta, dan minat yang dikustomisasi untuk pengguna.

ReactID Meetup Edisi Maret Akan Sajikan Tiga Pembahasan Menarik tentang Implementasi Teknologi ReactJS

ReactID Meetup merupakan sebuah pertemuan komunitas yang ditujukan bagi para developer yang tertarik untuk mengeksplorasi teknologi React, React Native, Flux, Redux, GraphQL dan teknologi terkini lainnya. Dalam edisi bulan Maret kali ini, React.ID Meetup akan membawakan tiga tema , yakni Easy React Native with Exponent, Composable React Components dan Styling Your React App.

Acara ini akan diselenggarakan pada Selasa, 7 Maret 2018 mulai pukul 19.00 – 21.00 di HACKTIV8. Adapun tiga pemateri yang akan membawakan tema tersebut adalah Founder & CEO Kodefox Simon Strummer, Developer Kodefox Bagus Juang Wiantoro dan Curriculumn Director Hacktiv8 Riza Fahmi. Pendaftaran untuk acara ini masih dibuka melalui tautan ini. Acara ini juga akan disiarkan secara live stream melalui tautan ini.

Berbekal ilmu yang didapat ketika bekerja menjadi Front-End Developer Facebook, kemudian mendirikan KodeFox sebuah software agency yang spesialis membuat aplikasi web dan mobile dengan teknologi React, Simon Sturmer akan membawakan topik React Native with Exponent. Tema “Composable React Components” akan dibawakan Bagus Juang Wiantoro, seorang yang sebelumnya sangat mendalami tentang JavaScript. Sedangkan “Styling Your React App” akan dibawakan Riza Fahmi.

Sebagai informasi, React ID merupakan sebuah komunitas yang digawangi oleh Front-End Engineer Sale Stock Sonny Lazuardi bertujuan untuk mengumpulkan para pengembang lokal yang tertarik dengan teknologi ReactJS. ReactJS sendiri merupakan sebuah pustaka yang diinisiasi oleh Facebook, saat ini banyak digunakan untuk mengembangkan user interface.

Desclaimer: DailySocial merupakan media partner React.ID Meetup 2017.

Hacktiv8 Berikan Beasiswa Penuh untuk Pembaca DailySocial

Untuk menjawab kebutuhan industri terhadap perkembangan teknologi digital yang cukup pesat, perlu diimbangi dengan tersedianya sumber daya manusia (SDM) dengan skill yang sesuai. Sebelumnya diberitakan, terjadi ketimpangan antara supply dan demand di Indonesia bagi lulusan perkuliahan yang ingin bekerja di perusahaan berbasis digital.

Permasalahan ini akhirnya menjadi multidimensional, karena melibatkan pemerintah, institusi, dan mahasiswa itu sendiri. Daripada berlarut-larut mencari siapa yang salah, seluruh pihak perlu terlibat untuk menciptakan solusi yang nyata dengan melakukan langkah percepatan.

Hacktiv8 sebagai lembaga pelatihan pemrograman intensif untuk menjadi full stack developer di Jakarta, melakukan kerja sama dengan portal berita DailySocial mengadakan beasiswa penuh bagi pembaca menjadi peserta didik baru untuk menjadi seorang developer handal.

Hacktiv8 mensyaratkan usia calon pelamar antara 20 sampai 30 tahun dan telah menyelesaikan pendidikan SMA atau sederajat. Selain itu, peserta harus dapat mengikuti kelas intensif yang diadakan selama 12 minggu tanpa cuti, dengan durasi 11 jam per harinya.

Adapun kelasnya sendiri dimulai pada 29 Agustus 2016. Calon peserta yang berminat bisa mengisi formulir registrasi lewat tautan ini dan sertakan alasan mengapa anda adalah kandidat yang tepat untuk menerima beasiswa paling lambat 11 Agustus 2016. Sesi wawancara akan dilakukan mulai tanggal tersebut. Pengumuman pemenang beasiswa dilakukan pada 15 Agustus 2016.

Pihak Hacktiv8 membatasi peserta didik hanyalah yang berdomisili di wilayah Jabodetabek, sama sekali belum terdaftar sebagai peserta Hacktiv8, dan belum pernah/sedang menerima beasiswa di program lainnya, misalnya Women in Tech atau College Scholarship.

Penerima beasiswa juga tidak bisa menyerahkan hadiahnya kepada orang lain, diuangkan, atau ditransferkan sisanya apabila tidak lulus.

Hacktiv8 merupakan portofolio startup perusahaan modal ventura lokal RMKB Ventures.

Tunggu apalagi? Raih beasiswanya dengan mendaftarkan diri Anda sekarang.

Program Hacktiv8 Berikan Pelatihan Intensif untuk Menjadi Full-Stack Developer

Setuju atau tidak ekosistem startup di Indonesia mulai menunjukkan geliat pertumbuhan yang signifikan. Tanda-tanda ini bisa dilihat dari pergerakan pemerintah yang mulai aktif merumuskan regulasi untuk startup di berbagai bidang, termasuk juga munculnya startup-startup baru. Tapi ada salah satu permasalahan yang hampir ditemui semua startup atau perusahaan rintisan digital. Yakni seorang developer. Untuk itu program pendidikan atau pelatihan intensif seperti Hacktiv8 hadir menjadi salah satu jalan keluar.

Kesenjangan kemampuan yang ada di dunia pendidikan, dalam hal ini universitas, dan juga industri, dalam hal ini startup, dipandang banyak pihak sebagai salah satu masalah serius di dunia developer program. Startup sebagai bisnis yang mesin utamanya ada pada teknologi digital tentu berharap memiliki tim dengan kemampuan programming yang mapan, mahir untuk dengan mudah mengembangkan sebuah produk atau layanan. Program sepeti Hactiv8 berusaha meramu kurikulumnya sendiri untuk melahirkan para developer yang berkualitas.

Hacktiv8 sendiri merupakan program pelatihan intensif selama 12 Minggu untuk mendidik siapa pun untuk mahir sebagai full-stack Javascript programmer. Bahkan untuk menjaga konsentrasi para pesertanya pihak Hactiv8 menyarankan peserta untuk tidak terikat dengan tanggung jawab lain selama mengikuti program pelatihan.

Dalam program pelatihannya ini pihak Hactiv8 menyusun sendiri kurikulum yang akan mereka ajarkan. Beberapa topik utama yang akan diajarkan antara lain pair programming, HTML/CSS, JavaScript ES2016, Version Control, Database, Node JS & Express JS, React & Reduct, Test-Driven Development, Deployment & Scaling dan Engineering Empathy.

Dalam rilisnya Hacktiv8 bahkan menjamin setiap peserta yang lulus akan mendapatkan pekerjaan dalam waktu 120 hari dengan penghasilan minimum Rp10 juta, jika tidak seluruh biaya pelatihan dijanjikan akan dikembalikan. Saat ini Hacktiv8 juga telah bekerja sama dengan startup ternama seperti Go-Jek, MatahariMall, Tokopedia, Veritrans dan banyak lagi dalam hal penyaluran lulusan.

“Semakin banyaknya perusahaan yang mendapat investasi dalam dua tahun belakangan telah membuat kebutuhan akan developer semakin tinggi. Perusahaan yang telah mendapat investasi bahkan mampu dan rela membayar lebih tinggi namun jumlah developer belum berkembang dengan cepat. Kami telah mengunjungi sejumlah startup ternama di Indonesia—seperti GO-JEK dan Tokopedia—dan 10 dari 10 perusahaan yang kami kunjungi telah menjadi partner kami,” ujar  Managing Director Hacktiv8 Ronald Ishak.

Untuk informasi Hacktiv8 merupakan bagian dari portofolio startup dari perusahaan modal ventura lokal RMKB Ventures. Diterangkan Ishak program ini memang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan perusahaan rekanan Hacktiv8.

“Indonesia akan menjadi pemain utama dalam ekonomi digital. Kita perlu lebih banyak developer untuk membantu kita sampai ke sana. Universitas-universitas di Indonesia memang banyak menghasilkan lulusan ilmu komputer, tapi kelulusan mereka kurang cepat dibandingkan pertumbuhan demand akan developer yang semakin tinggi,” terang Ishak.