Huawei Resmi Luncurkan Smartwatch dengan HarmonyOS Pertama, Watch GT 3

Tren smartwatch pada saat pandemi memang cukup meningkat. Hal tersebut dikarenakan munculnya kebutuhan akan pendeteksian kadar oksigen dalam darah yang berkaitan dengan COVID-19. Oleh karena itu, produsen AIoT tidak berhenti mengeluarkan perangkat-perangkatnya yang bisa membantu kehidupan dari konsumennya. Salah satunya adalah Huawei dengan Watch GT3.

Patrick Ru, Country Head Huawei CBG Indonesia menjelaskan, “Peluncuran HUAWEI WATCH GT 3 merupakan tonggak besar dalam evolusi produk wearable Huawei menuju pasar kelas premium. Huawei memimpin industri dalam inovasi teknologi dan sekali lagi membuka cakrawala baru di industri dengan produk unggulannya. Huawei akan terus fokus untuk memberikan nilai-nilai hidup sehat, pengalaman olahraga yang lebih komprehensif secara real-time, dan membangun hubungan yang erat dengan penggunanya. Kami juga merasa terhormat Indonesia menjadi negara pertama di Asia Pasifik yang meluncurkan produk ini.”

Kita juga sudah mendengar dari tahun 2017 bahwa Huawei mengembangkan sistem operasi sendiri yang bernama HarmonyOS dan dapat diaplikasikan pada setiap produk dari Huawei. Setelah berhasil menyematkannya ke dalam smartphone dan tablet, kali ini HarmonyOS sudah menjadi sistem operasi untuk Huawei Watch GT3. HarmonyOS sendiri diklaim mampu untuk bersinergi dari satu perangkat ke perangkat lainnya secara seamless.

Pada jam tangan pintarnya yang baru ini, Huawei memiliki TruSeen 5.0+ untuk memantau  detak jantung secara  lebih akurat, masa pakai baterai hingga 14 hari (46mm) dan hingga 7 hari (42mm), serta Personal AI Running Coach yang memungkinkan pengguna untuk mengatur personalisasi aktivitas lari hingga dapat disesuaikan dengan tujuan dan kemampuan penggunanya. .Tanpa strap, Huawei Watch GT 3 46mm memiliki berat hanya 42,6g dengan tebal keseluruhan 11mm, dan Huawei Watch GT 3 42mm memiliki berat 35g dengan tebal keseluruhan 10,2mm.

Huawei Watch GT 3 juga dilengkapi dengan fitur pemantauan latihan lebih dari 100 mode latihan termasuk 18 mode latihan profesional, 12 latihan luar ruangan, seperti berlari, berjalan, mendaki gunung, bersepeda, berenang di perairan terbuka, golf, dll., dan 6 latihan dalam ruangan, seperti berjalan, berlari, bersepeda, berenang di kolam renang, freelethics , dan mesin dayung. Hal ini tentu saja sudah mencakup hampir semua olah raga yang ada saat ini.

Mulai 8 November hingga 26 November 2021, konsumen dapat mulai melakukan pre-order Huawei Watch GT 3 secara online dan offline. Huawei Watch GT 3 46 mm Classic Edition dengan strap kulit berwarna cokelat dibandrol seharga Rp3.499.000, lalu Active Edition dengan strap fluoroelastomer warna hitam seharga Rp3.399.000. Sedangkan Huawei Watch GT 3 42 mm Elegant Edition dengan strap kulit putih dibanderol seharga Rp3.499.000, serta strap fluoroelastomer hitam Active Edition seharga Rp3.399.000

HarmonyOS untuk generasi Watch GT sebelumnya?

Setelah kelahiran Huawei Watch GT 3 yang menggunakan HarmonyOS, tentu saja saya ingin menanyakan apakah jam tangan pintar generasi sebelumnya akan mendapatkan sistem operasi baru dari Huawei tersebut. Hal itu tentu saja berkaitan dengan beberapa bug seperti notifikasi dan kemudahan untuk terkoneksi dengan perangkat lainnya. Dengan menggunakan HarmonyOS, bisa saja segala masalah yang ada pada jam tangan pintar sebelumnya menjadi hilang.

Edy Supartono selaku Country Training Manager Huawei Indonesia mengatakan bahwa untuk seri-seri sebelumnya, walaupun belum bisa dipastikan secara spesifik tipe mana saja, bisa dipastikan untuk mendapatkan dukungan upgrade ke HarmonyOS. Untuk waktu dan kapannya juga belum bisa dipastikan. Namun yang pasti, saat ada upgrade nantinya tentu akan ada pengumuman atau notifikasi.

Hal ini tentu saja menjadi sebuah kabar baik untuk mereka yang masih memiliki generasi lama dari jajaran jam pintar Huawei. Seperti yang sudah diketahui, Huawei juga mengubah menu yang ada pada Watch GT3 dan sangat berbeda dengan yang ada di Watch GT2. Dengan adanya upgrade, tentu saja menjadi sebuah penyegaran untuk jam tangan Huawei yang lama.

Huawei Watch GT 3 Diperkenalkan di Indonesia: Smartwatch Pertama dengan HarmonyOS

Huawei saat ini sedang mendorong ekosistem dengan sistem operasi HarmonyOS pada setiap perangkatnya. Hal tersebut sudah dimulai dengan diluncurkannya smartphone yang sudah menggunakan sistem operasi tersebut. Saat ini, ternyata Huawei sudah memiliki sebuah perangkat AIoT yang juga menggunakan sistem operasi HarmonyOS. Perangkat tersebut berupa jam tangan pintar dengan nama Huawei Watch GT 3.

Smartwatch yang satu ini resmi diperkenalkan Huawei di Indonesia dan akan diluncurkan pada tanggal 8 November 2021 mendatang. Seperti biasa, Huawei mengadakan sebuah workshop untuk para jurnalis saat akan meluncurkan sebuah perangkat. Workshop tersebut diadakan pada tanggal 29 Oktober 2021 yang lalu melalui aplikasi Zoom.

Patrick Ru, Country Head Huawei CBG Indonesia, menjelaskan, “Kehadiran Huawei Watch GT 3 merupakan langkah besar dari perjalanan perangkat wearable Huawei. Sebagai pemimpin pasar yang selalu menyediakan inovasi teknologi, dan senantiasa menghadirkan produk unggulan, Huawei berupaya untuk terus menghadirkan produk-produk berkualitas  yang mendukung gaya hidup sehat, menyediakan pengalaman real-time sport yang lebih komprehensif, serta membangun koneksi yang begitu dekat dengan penggunanya.”

“Dengan produk wearable yang semakin terhubung dengan kehidupan penggunanya, Huawei juga akan terus mengembangkan teknologinya melalui peningkatan ekosistem software maupun hardware. Kami juga hadirkan inovasi terdepan untuk menghadirkan pengalaman terbaik bagi pengguna  dalam mengatur kebugaran dan kesehatan mereka melalui teknologi. Kami tidak sabar dalam menghadirkan Huawei Watch GT 3 kepada masyarakat,” tambah Patrick bersemangat.

Huawei Watch GT 3 merupakan perangkat smartwatch pertama yang menggunakan HarmonyOS besutan Huawei sendiri. Sistem operasi ini sendiri akan dapat terhubung dengan perangkat lainnya yang juga menggunakan HarmonyOS pula. Dengan HarmonyOS, Huawei pun juga bisa mendesain perangkatnya dengan lebih leluasa lagi.

Saat ini, menu dari Watch GT 3 pun sudah berbeda dari versi-versi sebelumnya. Jika dilihat, menu yang ada saat ini penuh dengan icon-icon aplikasi dan fitur dari perangkat tersebut. Hal tersebut tentu saja membuat navigasi dari jam tangan pintar ini menjadi lebih untuk dan juga mudah.

Jam tangan pintar ini juga menawarkan fitur AI Running Coach, serta fitur All-day Health Monitoring untuk mereka yang suka berolah raga. Ada pula fitur TruSeen, teknologi pemantauan detak jantung juga telah dikembangkan ke generasi 5.0+, yang dapat memantau detak jantung dan pemantauan saturasi oksigen (SpO2) yang diklaim lebih baik dan akurat dari generasi sebelumnya.

Dari segudang fitur yang ditawarkan oleh Huawei, Watch GT 3 masih belum memiliki dukungan koneksi dengan eSIM. Sayang memang, hal ini mengharuskan Watch GT 3 terhubung dengan smartphone untuk menerima panggilan suara.

Jam tangan pintar ini sudah bisa diinstal beberapa aplikasi pihak ketiga. Huawei mengklaim bahwa sudah ada lebih dari 15 third party apps yang dapat terhubung dengan Huawei Watch GT 3, mulai dari aplikasi olahraga hingga produktivitas sehari-hari. Huawei juga berjanji akan terus menambah aplikasi yang bisa terhubung dengan Watch GT 3. Semua itu bisa langsung dicari dengan menggunakan aplikasi dari Huawei.

Smart Screen dari Huawei Menjalankan HarmonyOS 2.0, Dirancang Untuk Belajar Anak

Pada bulan Juni lalu, Huawei memperkenalkan MatePad T10 Kids Edition di Indonesia. Sebuah tablet yang dirancang khusus untuk anak-anak usia dini dengan berbagai fitur untuk menyuguhkan pengalaman digital anak yang aman dan sehat.

Belum lama ini Huawei kembali mengungkap perangkat pintar baru berupa Smart Screen yang juga dirancang untuk memenuhi kebutuhan belajar anak. Ia menjadi produk pendidikan anak-anak pertama Huawei yang hadir dengan sistem operasi HarmonyOS 2.0 dan menghadirkan pengalaman pengguna yang benar-benar baru.

Untuk spesifikasinya, Huawei Smart Screen mengusung panel IPS 10,4 inci dengan resolusi 1200×2000 piksel dalam screen-to-body ratio 82,26%. Layarnya punya tingkat kecerahan maksimum 580 nits dan rasio kontras 1300:1. Urusan fotografi, Huawei mengandalkan kamera belakang 13MP f/1.8 dan kamera depan 8MP f/2.0.

Dimensi perangkat ini tentunya lebih bongsor daripada tablet, yaitu 190.83×247.18×88.52 mm dengan bobot sekitar 2,07 kg. Sebab ia mengemas empat mikrofon dan tiga speaker yang terdiri dari 2x 8W full range dan 2W mid to high-frequency untuk menyokong kegiatan kelas virtual.

Selain itu, kapasitas baterainya tergolong jumbo yaitu 10.995 mAh dengan dukungan pengisian cepat 22,5 w. Performanya didukung RAM sebesar 4GB dengan opsi penyimpanan internal 64GB atau 128GB. Fitur lain termasuk Bluetooth 5.0, konektivitasnya WiFi only, gravity sensor, ambient light sensor, dan status indicator.

Tentu saja, Huawei telah membekali Smart Screen dengan akses ke berbagai materi dan layanan pembelajaran. Beberapa fiturnya antara lain reading textbook, searching problem, famous teacher classes, Education Center, smart learning arrangement, parent management, vision protection, dan banyak lagi.

Kenapa harus memilih Smart Screen dibanding tablet? Tablet mungkin perangkat yang lebih serbaguna, namun Smart Screen dari Huawei ini merupakan perangkat khusus yang diciptakan untuk tujuan tertentu yaitu sebagai perangkat untuk belajar anak.  Untuk harganya, Huawei Smart Screen dibanderol 2699 Yuan (Rp5,9 jutaan) untuk varian 4GB+64GB dan 2999 Yuan (Rp6,6 jutaan) untuk versi 4GB+128GB.

Sumber: Huawei Central

Huawei P50 dan P50 Pro Disingkap, Tawarkan Dua Pilihan Chipset tapi Tanpa Dukungan 5G

Setelah cukup lama dinantikan, Huawei akhirnya menyingkap lineup smartphone flagship terbarunya. Tidak seperti sebelumnya, Huawei kali ini hanya menghadirkan dua model saja, yakni P50 dan P50 Pro (tidak ada lagi model Pro+).

Absennya model Pro+ pada dasarnya membuat P50 dan P50 Pro jadi punya banyak kemiripan, utamanya dalam hal ukuran. Pada generasi sebelumnya, P40 dan P40 Pro punya perbedaan ukuran layar yang cukup signifikan.

Namun supaya tidak membingungkan, ada baiknya kita membahas fitur dan spesifikasi keduanya secara terpisah.

Spesifikasi Huawei P50

Dibandingkan P40, ukuran layar P50 jauh lebih besar di angka 6,5 inci. Panel yang digunakan berjenis OLED, dengan resolusi 2700 x 1224 pixel, refresh rate 90 Hz, dan touch sampling rate 300 Hz. Seperti yang bisa dilihat, lubang kameranya kini cuma satu di tengah.

P50 datang membawa chipset Qualcomm Snapdragon 888, RAM 8 GB, serta opsi storage 128 GB atau 256 GB. Baterainya tercatat punya kapasitas 4.100 mAh, serta mendukung fast charging 66 W via kabel. Tebal perangkat berkisar 7,92 mm, sedangkan bobotnya 181 gram. Secara keseluruhan, fisiknya tahan air dengan sertifikasi IP68.

Sesuai ekspektasi kita terhadap Huawei P Series, kamera selalu menjadi aspek unggulan. Huawei P50 mengandalkan tiga kamera belakang: kamera utama 50 megapixel f/1.8 dengan OIS, kamera ultra-wide 13 megapixel f/2.2, dan kamera periskop 12 megapixel f/3.4 dengan 5x optical zoom. Di depan, ada kamera selfie 13 megapixel f/2.4.

Spesifikasi Huawei P50 Pro

Layar OLED milik P50 Pro sedikit lebih luas di angka 6,6 inci, akan tetapi resolusinya pada dasarnya sama: 2700 x 1228 pixel. Yang berbeda adalah refresh rate-nya yang sudah 120 Hz, serta desain sisi kiri dan kanannya yang melengkung mengikuti kontur bodi.

Pada bagian dapur pacu, P50 Pro rupanya hadir dalam dua varian yang berbeda; satu dengan chipset Snapdragon 888, satu dengan Kirin 9000. Pilihan RAM 8 GB atau 12 GB juga tersedia, sementara penyimpanan internalnya bervariasi antara 128 GB, 256 GB, dan 512 GB.

P50 Pro mengemas baterai berkapasitas 4.360 mAh yang tak hanya mendukung fast charging 66 W via kabel, melainkan juga 50 W secara wireless. Sasisnya sedikit lebih tebal di angka 8,5 mm, dengan bobot 195 gram. Seperti adiknya, P50 Pro juga dibekali sertifikat ketahanan air IP68.

Namun perbedaan terbesarnya ada di sektor kamera. Bagian yang sama hanyalah kamera depan (13 megapixel), kamera utama (50 megapixel), dan kamera ultra-wide (13 megapixel). Selebihnya, P50 Pro dilengkapi kamera monokrom 40 megapixel f/1.6, serta kamera periskop 64 megapixel f/3.5 dengan 4x optical zoom dan 200x digital zoom.

Sebagai pelengkap, P50 Pro juga dibekali teknologi XD Fusion Pro, yang memungkinkan kameranya untuk menangkap dua kali lebih banyak cahaya jika dibandingkan dengan P40 Pro. Alhasil, dynamic range-nya pun dapat ditingkatkan hingga sekitar 28%.

Harga dan ketersediaan

Huawei berniat memasarkan P50 dan P50 Pro secara global, tapi untuk sekarang mereka baru punya informasi ketersediaan di pasar Tiongkok saja. Di sana, Huawei P50 dihargai 4.500 yuan (± 10,1 jutaan rupiah) untuk varian 8 GB/128 GB, atau 5.000 yuan (± 11,2 jutaan rupiah) untuk varian 8 GB/256 GB.

Untuk P50 Pro, Huawei mematok harga paling murah 6.000 yuan (± 13,4 jutaan rupiah) untuk varian 8 GB/128 GB yang dibekali chipset Snapdragon 888. Varian termahalnya, yang dibekali chipset Kirin 9000, RAM 12 GB, dan storage internal 512 GB, dibanderol 8.400 yuan (± 18,8 jutaan rupiah.

Seperti yang sudah bisa ditebak, kedua ponsel flagship ini menjalankan HarmonyOS 2.0, tanpa dukungan Google Mobile Services (GMS). Namun yang mungkin bakal menjadi deal-breaker buat sebagian konsumen adalah absennya dukungan jaringan 5G, baik di P50 maupun P50 Pro.

Alasannya lagi-lagi karena sanksi yang diberikan Amerika Serikat kepada Huawei. Padahal seandainya tidak ada larangan itu, P50 dan P50 Pro pasti bakal mendukung 5G mengingat kedua jenis chipset yang digunakan sama-sama kompatibel dengan teknologi jaringan generasi kelima tersebut.

Sumber: GSM Arena.

Huawei Matepad 11 Diperkenalkan: Tablet Pertama dengan HarmonyOS 2

Perseteruan dengan pemerintah Amerika ternyata tidak membuat Huawei patah semangat. Hal ini ditandai dengan munculnya perangkat tablet baru dari Huawei yang akan dijual di Indonesia. Tablet tersebut diberi nama Huawei MatePad 11 dan sudah menggunakan sistem operasi terbaru besutan mereka sendiri, yaitu HarmonyOS 2.

Patrick Ru, Country Head Huawei CBG Indonesia menjelaskan, “Kita sudah menjadi semakin mobile dalam melakukan pekerjaan, terutama di situasi pandemi. Bekerja tidak lagi dikaitkan dengan berada di meja kantor. Sekarang, bekerja sudah bisa dilakukan di mana saja, baik dari rumah atau pun cafe favorit Anda. Itulah mengapa memiliki gadget tepat yang dapat mendukung produktivitas sangat penting saat ini dan kami dapat mengatakan bahwa Huawei MatePad 11 adalah jawabannya. Konsumen di Indonesia dapat menantikan tablet yang tidak hanya dilengkapi dengan fitur terbaik tetapi juga HarmonyOS 2 baru kami.”

Huawei MatePad 11 juga merupakan tablet Huawei pertama yang mendukung kecepatan refresh rate 120 Hz. MatePad 11 menghadirkan Multi-screen Collaboration PC-Tablet baru, termasuk tiga mode, yaitu Mirror Mode, Extend Mode, dan Collaborate Mode. Jadi, tablet ini nantinya bakal berfungsi sebagai monitor ke 2 jika dihubungkan dengan laptop Huawei.

Huawei MatePad 11 juga dapat dilengkapi dengan sebuah stylus yang memiliki nama M-Pencil. M-Pencil yang disematkan pada tablet terbarunya ini ternyata sudah merupakan generasi ke 2 dan memiliki latensi serendah 2 ms, sehingga ssaat menggambar akan menjadi lebih cepat. Huawei Smart Magnetic Keyboard dan mouse juga sudah didukung pada tablet ini sehingga nantinya akan beroperasi layaknya sebuah PC.

Berbeda dengan perangkat Huawei lainnya, MatePad 11 tidak menggunakan SoC buatan Kirin. MatePad 11 yang akan diluncurkan menggunakan Snapdragon 865 buatan Qualcomm. Namun, sepertinya tablet ini hanya menggunakan WiFi 6 saja dan tidak menggunakan jaringan seluler.

Ada alasan tersendiri mengapa MatePad 11 tidak menggunakan Kirin. Saat ditanyakan, pihak Huawei mengatakan bahwa terdapat masalah pada pasokan chipset dari Kirin. Hal tersebut lah yang membuat Huawei menggunakan SoC buatan Qualcomm.

Tablet ini nantinya juga akan diluncurkan di Indonesia. Namun, Huawei Indonesia belum memberikan informasi mengenai kapan perangkat yang satu ini datang ke Indonesia. Harganya pun juga belum bisa diberikan oleh cabangnya di Indonesia ini. Oleh karena itu, mari kita tunggu peluncuran dari tablet terbaru dari Huawei yang satu ini.

Huawei Luncurkan Tiga Tablet dan Dua Smartwatch Baru Bersamaan dengan Perilisan HarmonyOS 2.0

Setelah menjalani tahap beta testing selama beberapa bulan, versi final HarmonyOS 2.0 akhirnya resmi diperkenalkan, dan akan merambah ke sekitar 100 perangkat Huawei, termasuk smartphone dan tablet. Dalam kesempatan yang sama, Huawei turut mengumumkan sederet perangkat baru, mulai dari tablet, smartwatch, TWS, hingga monitor.

Untuk tablet-nya, total ada tiga model anyar yang diperkenalkan, yaitu Huawei MatePad Pro 12.6, MatePad Pro 10.8, dan MatePad 11. Pada ketiga perangkat tersebut, kita bisa melihat bagaimana tampilan antarmuka HarmonyOS 2.0 telah dioptimalkan untuk layar besar tablet. Dengan dock yang terpisah, sejumlah widget, dan control panel, pengalaman yang didapat pengguna akan lebih mirip seperti mengoperasikan perangkat desktop.

Huawei pun tidak lupa menyempurnakan fitur mirroring-nya, sehingga tablet tak hanya bisa disambungkan dengan ponsel Huawei saja. Bagi yang mempunyai laptop Huawei yang kompatibel, mereka bisa memakai trio tablet HarmonyOS 2.0 ini sebagai layar kedua, atau malah sebagai sebuah alas menggambar untuk aplikasi seperti Adobe Photoshop.

Huawei MatePad Pro 12.6 dan MatePad Pro 10.8

Huawei MatePad Pro 12.6 / Huawei

Dari segi spesifikasi, MatePad Pro 12.6 merupakan model yang paling flagship. Ia hadir membawa layar OLED 12,6 inci dengan resolusi 2560 x 1600 pixel, tapi sayang refresh rate-nya cuma 60 Hz. MatePad Pro 10.8 di sisi lain mengemas panel IPS LCD dengan resolusi yang sama persis, tapi refresh rate-nya sudah 120 Hz.

Kedua perangkat sama-sama mendukung format HDR10, lengkap beserta coverage DCI-P3 color gamut secara menyeluruh. Huawei tidak lupa menyematkan delapan buah speaker Harman Kardon, plus empat buah mikrofon yang mampu menangkap suara dengan jelas dari jarak 5 meter. Kamera selfie-nya sendiri diposisikan di bezel samping sehingga perangkat bisa dipakai video call dalam orientasi landscape.

Huawei MatePad Pro 10.8 / Huawei

Urusan performa, MatePad Pro 12.6 mengandalkan chipset Kirin 9000E, sedangkan MatePad Pro 10.8 ditenagai Snapdragon 870. Keduanya sama-sama dibekali RAM 8 GB dan pilihan storage 128 atau 256 GB. Di belakang, ada tiga buah kamera, lengkap dengan 3D depth sensor. Keduanya sama-sama kompatibel dengan stylus M-Pencil generasi baru yang lebih presisi sekaligus lebih responsif.

Sebagai model yang lebih besar, MatePad Pro 12.6 otomatis mengemas baterai yang lebih besar pula, persisnya 10.000 mAh, dengan dukungan fast charging 40 W, wireless charging 27 W, dan reverse wireless charging 10 W. MatePad Pro 10.8 di sisi lain mengusung baterai berkapasitas 7.250 mAh.

Di kawasan Eropa, MatePad Pro 12.6 akan segera dipasarkan dengan harga mulai €799 (± Rp13,9 jutaan), sedangkan ketersediaan MatePad Pro 10.8 masih belum dirincikan. Kedua model sama-sama bakal hadir dalam tiga pilihan warna: abu-abu, putih, dan hijau.

Huawei MatePad 11

Huawei MatePad 11 / Huawei

Sesuai dugaan, MatePad 11 tanpa embel-embel Pro ini hadir mengusung spesifikasi yang sedikit lebih inferior. Kinerjanya mengandalkan chipset Snapdragon 865, RAM 6 GB, dan storage 128 GB. Layarnya merupakan panel LCD 10,95 inci dengan resolusi 2560 x 1600 pixel dan refresh rate 120 Hz.

MatePad tercatat mengemas baterai berkapasitas 7.250 mAh yang mendukung fast charging 22,5 W. Seperti duo MatePad Pro baru tadi, MatePad 11 juga kompatibel dengan stylus baru. Perangkat ini rencananya akan dijual seharga €399 (± Rp6,9 jutaan) di dataran Eropa.

Huawei Watch 3 dan Watch 3 Pro

Huawei Watch 3 / Huawei

Beralih ke smartwatch, Huawei menyingkap Watch 3 dan Watch 3 Pro. Masing-masing tampil dengan gaya yang berbeda; Watch 3 dengan gaya modern dan layar nyaris tanpa bezel, sedangkan Watch 3 Pro dengan gaya lebih klasik dan ukuran sedikit lebih besar.

Material yang digunakan keduanya pun berbeda. Watch 3 menggunakan konstruksi berbahan stainless steel, sedangkan Watch 3 Pro menggunakan bahan titanium, plus kaca safir untuk memproteksi layarnya. Layarnya sendiri sama-sama merupakan panel AMOLED 1,43 inci dengan kepadatan pixel 326 ppi dan tingkat kecerahan maksimum 1.000 nit. Juga sama adalah sisi belakang yang terbuat dari keramik, plus ketahanan air hingga kedalaman 50 meter.

Total ada lebih dari 100 mode latihan yang didukung. Selain memonitor laju jantung dan saturasi oksigen dalam darah (SpO2), kedua smartwatch turut dibekali sensor untuk mengukur suhu kulit tubuh. Huawei pun tidak lupa melengkapi keduanya dengan eSIM, sehingga perangkat dapat digunakan secara mandiri. Kehadiran HarmonyOS 2.0 juga berarti aplikasi bisa diunduh langsung ke smartwatch, tidak perlu ponsel sebagai perantaranya.

Huawei Watch 3 Pro / Huawei

Huawei tidak merincikan spesifikasinya secara lengkap, tapi yang pasti kedua perangkat mengandalkan RAM 2 GB dan storage 16 GB. Khusus pada Watch 3 Pro, ada dual-band GPS receiver yang memungkinkan pendeteksian lokasi secara lebih akurat dan stabil.

Terkait daya tahan baterai, Watch 3 diklaim mampu beroperasi selama 3 hari nonstop dengan 4G aktif, atau sampai 14 hari jika mengaktifkan fitur Ultra-Long Lasting Mode. Watch 3 Pro di sisi lain bisa tahan sampai 5 hari pemakaian dengan 4G aktif, atau sampai 21 hari menggunakan fitur Ultra-Long Lasting Mode.

Di Tiongkok, Huawei Watch 3 bakal segera dijual dengan harga 2.600 yuan (± Rp5,8 jutaan), sedangkan Huawei Watch 3 Pro dibanderol 3.300 yuan (± Rp7,4 jutaan).

Sumber: GSM Arena 1, 2.

Huawei Merilis HarmonyOS 2.0 Beta, Tersedia untuk Smartphone Huawei Tipe Tertentu

Saat ini smartphone terbaru Huawei masih menggunakan sistem operasi Android meski tanpa dukungan Google Mobile Services (GMS), diganti dengan layanan Huawei Mobile Services (HMS). Namun Huawei juga tengah mengembangkan sistem operasi terbarunya yang disebut HarmonyOS.

Menurut Huawei, HarmonyOS adalah sistem operasi yang ringan dan ringkas dengan fungsi yang kuat, dan pertama-tama akan digunakan untuk perangkat pintar seperti smartwatch, smart display, smart TV, sistem di dalam kendaraan, dan smart speaker. Kini Huawei telah merilis HarmonyOS 2.0 beta untuk perangkat smartphone Huawei tipe tertentu.

Huawei

Pengguna dan developer yang menggunakan smartphone yang didukung diundang untuk uji coba. Daftar perangkat tersebut adalah Huawei P40, P40 Pro, Mate 30, Mate 30 Pro, serta satu tablet MatePad Pro.

HarmonyOS 2.0 beta dapat diunduh lewat OTA (Over The Air) bila mendaftar di webiste resmi Huawei (bahasa China). Bila disetujui, Anda akan menerima email konfirmasi dan pembaruan akan dikirimkan ke smartphone beberapa setelahnya. Nantinya pengguna dapat kembali lagi ke EMUI 11, pastikan backup data sebelum melakukannya karena akan menghapus semua data.

Dari antarmuka pengguna, HarmonyOS terlihat identik seperti EMUI. OS baru ini juga masih dapat menjalankan aplikasi Android dengan baik, namun Huawei tidak hanya mengandalkan aplikasi Android saja. Huawei mengajak para developer dan membuat kompetisi developer untuk membuat aplikasi baru yang dirancang untuk OS tersebut.

Selain itu, HarmonyOS juga menyertakan banyak fitur baru, ide desain intinya adalah untuk memberdayakan apa yang disebut Huawei sebagai “Internet of Everything“. Artinya UI HarmonyOS dan aplikasinya perlu menyesuaikan dengan banyak layar berbeda, termasuk smartphone, tablet, mobil, dan sebagainya.

Sumber: GSMArena

Huawei Watch GT 2 Diluncurkan: Lengkap dengan GPS dan Menyala sampai 2 Minggu!

Jika diperhatikan, ternyata persaingan pada kelas wearables masih cukup sengit. Selama ini, vendor asal Korea saja yang terlihat banyak mengeluarkan perangkat tersebut. Akan tetapi, Huawei ternyata masih belum menyerah pada pasar ini dengan mengeluarkan Huawei Watch GT 2.

Pada acara yang diselenggarakan di D’Labs tanggal 10 Oktober 2019 lalu, Huawei memperkenalkan jam pintar terbarunya. Jam pintar yang diluncurkan kali ini memiliki dua varian, yaitu seri sporty dan classic. Untuk seri sporty, Huawei menggunakan strap Fluoroelastomer yang diklaim lebih lembut, ringan, serta tipis.

Huawei Watch GT 2 - Launch

Huawei juga mengklaim bahwa jam pintarnya memiliki daya tahan baterai yang lebih lama dibandingkan dengan smartwatch lain yang ada dipasaran. Dengan pemakaian biasa, Huawei Watch GT 2 mampu bertahan hingga 14 hari. Hal tersebut didapat dalam keadaan tersambung dengan smartphone melalui koneksi bluetooth.

Edy Supartono, Training Director Huawei CBG Indonesia, mengatakan bahwa daya tahan baterai yang dimiliki oleh Watch GT2 tidak lain karena memiliki baterai sebesar  455 mAh. Selain itu, Huawei Watch GT 2 menggunakan SoC Kirin A1 yang memiliki prosesor khusus wearable, ARM Cortex-M7. Selain itu, Edy juga mengatakan bahwa jangkauan koneksi GT 2 dua kali lebih jauh dari Apple Watch S4.

Huawei Watch GT 2 - Auf

Pada jam pintar ini juga sudah memiliki GPS tersendiri. Saat berolah raga, tentu saja kita ingin melakukan tracking kemana saja perginya. Edy mengatakan jika dengan menggunakan GPS, GT 2 akan dapat bertahan selama 36 jam. GT 2 juga memiliki sertifikasi 5 ATM yang dapat terbenam dalam air tawar selama 10 menit di kedalaman 50 meter.

Huawei juga menyematkan beberapa feature seperti TruSeen 3.5 yang memonitor detak jantung selama 24 jam, mode olah raga indoor dan outdoor, TruSleep 2.0 yang mendiagnosa masalah tidur, dan TruRelax yang memonitor tingkat stres. GT 2 juga sudah terdapat speaker dan mikrofon yang tertanam yang dapat melakukan panggilan langsung dengan jarak 150 meter dari telepon. Hal tersebut juga berarti bahwa jam tangan ini mampu memainkan musik secara langsung.

Huawei Watch GT 2 - Belakang

Huawei Watch GT 2 dijual dengan harga Rp. 2.799.000 untuk versi sporty. Sedangkan untuk versi classic, Huawei menjualnya pada harga yang lebih tinggi, Rp. 2.999.000. Perangkat ini sudah mulai bisa di pre-order dari tanggal 10 hingga 22 Oktober 2019 di jaringan toko Erajaya.

Huawei Band 4

Tidak hanya Huawei Watch GT 2 saja yang diperkenalkan pada ajang kali ini. Huawei juga mengenalkan Huawei Band 4, sebuah gelang pintar yang memiliki dimensi lebih kecil. Dengan dimensi yang kecil tersebut, membuatnya memiliki bobot yang hanya 20 gram saja dengan layar berwarna berdimensi 0,96 inci.

Untuk melakukan pengisian baterai, gelang pintar ini hanya perlu dicabut dari strap-nya dan langsung dicolok pada charger dengan standar USB. Untuk fitur bawaannya, Huawei Band 4 juga memiliki hal yang sama dengan GT 2, yaitu Mode olah raga, TruSleep, dan TruSeen. Huawei Band 4 juga memiliki sertifikasi 5 ATM pula.

Hal lain yang dimiliki oleh Huawei Band 4 adalah kemampuannya untuk menjadi remote control kamera. Tentunya hal tersebut banyak dicari oleh pengguna yang ingin mengambil gambar dari jarak yang jauh. Baterainya pun juga diklaim lebih lama, yaitu bertahan 7 hari jika dipakai dalam penggunaan standar.

Sayangnya, Huawei belum menentukan berapa harganya. Mereka mengatakan bahwa akan memberitahukan berapa nilainya di kemudian hari.

Bukan HarmonyOS

Saat diembargo oleh pemerintah Amerika Serikat, Huawei tidak lagi memiliki lisensi untuk menggunakan Google Mobile Service pada perangkat Android-nya. Oleh karena itu, mereka langsung menggenjot untuk membuat sistem operasi yang ternyata sudah digagas dari tahun 2017 lalu. HarmonyOS, begitu namanya, akan dapat diinstalasikan dari perangkat dengan penyimpanan internal kecil hingga besar.

Huawei Watch GT 2 - QnA

Pihak Huawei juga pernah mengatakan bahwa mereka bakal meluncurkan sebuah jam pintar dengan menggunakan HarmonyOS. Dan saat ini, Huawei Watch GT 2 pun sudah diluncurkan. Apakah GT 2 sudah menggunakan HarmonyOS?

Deputy Country Director Huawei Device Indonesia, Lo Khing Seng, secara tegas mengatakan bahwa Huawei GT 2 belum menggunakan sistem operasi HarmonyOS. Namun, dia mengatakan bahwa GT 2 berjalan didalam ekosistem yang mereka jalankan saat ini. Jam tangan pintar ini juga tidak menggunakan sistem operasi Android Wear.

Huawei HarmonyOS: Bukan Pesaing Android, Belum untuk Perangkat Smartphone

Perang dagang antara Amerika dan Tiongkok memiliki dampak yang berimbas pada perusahaan yang memiliki hubungan antar dua negara tersebut.  Yang saat ini ramai dibicarakan adalah hubungan antara Google dari Amerika dan Huawei dari Tiongkok. Imbasnya adalah Huawei tidak diperbolehkan untuk menggunakan sistem operasi Android pada perangkat mereka di masa depan.

Huawei ternyata masih memiliki cadangan rencana saat hal seperti ini terjadi. Huawei sudah memiliki Hongmeng, sebuah sistem operasi yang dikembangkan mulai dari tahun 2017 silam. Baru-baru ini, Huawei memberi nama baru pada Hongmeng, yaitu Huawei HarmonyOS.

Ide awal Huawei membuat sistem operasi adalah karena produk-produk yang bakal diluncurkan nantinya tidak hanya smartphone saja. Huawei saat ini sudah memiliki smartwatch, tablet, laptop, smartband, TV, head unit, dan earphone. Di masa depan, IoT juga bakal menjadi sebuah ladang yang harus digarap oleh mereka. Huawei merasa bahwa Android yang merupakan turunan dari Linux tidak bisa mengakomodasi perangkat-perangkat tersebut.

Microkernel

Hal tersebut dikarenakan Android memiliki kernel yang sangat besar. Ada sekitar 100 juta baris kode pada kernel Android yang membuat sebuah perangkat tidak bisa berjalan dengan mulus. Menurut James Lu, Senior Manager EMUI Product Marketing Huawei Consumer Business Group mengklaim bahwa hal tersebutlah yang masih dikeluhkan para pengguna perangkat wearable saat ini. Efisiensi kode pada Android masih dipandang kurang untuk perangkat-perangkat non smartphone.

James Lu
James Lu, Senior Manager EMUI Product Marketing Huawei Consumer Business Group

Selain itu, sebuah sistem operasi biasanya akan sangat tergantung kepada hardware yang digunakan. Hal tersebut yang masih berlaku hingga saat ini, seperti Windows tergantung pada prosesor x86 dan Android pada ARM. Ekosistem yang terbentuk juga sangat bergantung pada sistem operasi yang ada, seperti Android dan iOS.

Jadi, HarmonyOS dibuat untuk menutupi kekurangan yang ada pada Android. HarmonyOS juga dibuat agar dapat berkomunikasi antara satu perangkat dengan perangkat lainnya. James memberikan contoh pada saat ingin melakukan sebuah panggilan video, Huawei ingin agar kamera terbaik yang ada dalam sebuah ruangan yang digunakan, bersamaan dengan microphone dan speaker terbaik. Misalkan kita memiliki sebuah laptop, smart camerasmart speaker, maka HarmonyOS bisa saja menggunakan kamera pada smart camera, suara pada smart speaker, dengan layar dan mic dari laptop.

Hal ini dimungkinkan jika sebuah sistem operasi memiliki kernel yang kecil. Oleh karenanya, HarmonyOS mengusung microkernel yang memiliki baris kode hanya sepersepuluh dari Android. “HarmonyOS dapat mengurangi latensi respons aplikasi hingga mencapai 25,7% dan fluktuasi latensi 55,6%,” ujar James.

Distributed Architecture

HarmonyOS nantinya bakal mampu dipasangkan pada perangkat-perangkat dengan berbagai skenario. Rencananya, pemasangan sistem operasi ini bakal bisa dijalankan pada perangkat dengan RAM dengan hitungan Kilobyte hingga Gigabyte seperti yang ada pada saat ini. Hal ini dimungkinkan dengan Distributed architecture yang baru pertama kali digunakan pada OS untuk perangkat mobile.

OS Masa Depan

Distributed architecture yang digunakan oleh Huawei meliputi empat bagian, dengan menggunakan Distributed virtual bus yang bakal menangani komunikasi antar perangkat, Device virtualization, Distributed data management, dan Distributed task scheduling. Distributed virtual bus yang ada di HarmonyOs juga diefisiensikan protokolnya sehingga menjadi lebih mudah untuk terkoneksi, karena memiliki latensi di bawah 20ms, kecepatan hingga 1,2 Gbps, serta pengurangan packet loss hingga 25%.

Oleh karena Android memiliki mekanisme scheduling (proses mengatur, mengendalikan dan mengoptimalkan pekerjaan dan beban kerja) dari Linux, membuat latensi akan menjadi lebih besar. Oleh karena itu Huawei membuat scheduling yang menganalisa beban kerja secara real time dengan mencocokkan dan memperkirakan karakteristik dari sebuah aplikasi.

Tingkat keamanan yang digunakan pada HarmonyOS berbeda dari kebanyakan OS. HarmonyOS adalah yang pertama kali menggunakan metode verifikasi Trusted Execution Environment (TEE). James mengatakan bahwa TEE lebih aman dari Rich Execution Environment (REE) yang digunakan di banyak sistem operasi.

Satu hal yang ditakutkan oleh para vendor adalah akses root yang ilegal yang beresiko menghapus sistem secara keseluruhan. Pada HarmonyOS, akses root pun dihapus dengan membagi kernel ke dalam dua bagian, di mana microkernel memiliki kunci akses tersendiri, sedangkan pada kernel eksternal akan mengunci setiap service yang ada dengan kunci yang berbeda-beda sehingga lebih sulit untuk ditembus.

Integrated Development Environment (IDE)

Lalu bagaimana dengan para developer yang ingin membuat dan mengembangkan aplikasi untuk HarmonyOS? Satu kendala yang ada biasanya adalah para developer diharuskan untuk mempelajari bahasa pemrograman baru yang sudah pasti memakan waktu lama. Hal ini pun juga ternyata telah dipikirkan oleh Huawei.

HarmonyOS Arch

Huawei menerapkan Integrated Development Environment (IDE) untuk HarmonyOS. Dengan IDE, developer hanya diharuskan untuk melakukan pembuatan satu aplikasi saja untuk dipakai pada banyak perangkat yang berujung pada efisiensi pengembangan software. Pada IDE juga sudah menerapkan kontrol dan adaptasi resolusi layar yang berbeda-beda secara otomatis, mendukung drag-and-drop, serta dapat melakukan pratinjau programming secara visual.

Pemrograman yang dilakukan juga tidak memerlukan bahasa pemrograman baru. Hal tersebut dikarenakan pada Huawei sudah membuat compiler HUAWEI ARK yang mendukung C/C++, Java, JS, Kotlin, dan lain sebagainya. James mengklaim bahwa hal ini tentu akan meningkatkan produktivitas pengembangan aplikasi.

Bukan Saingan Android dan iOS

Dari semua yang telah dijelaskan oleh James, beliau menyatakan bahwa HarmonyOS tidak dibuat untuk menjadi saingan Android. Bahkan James menyatakan bahwa semua perangkat smartphone Huawei yang ada saat ini bakal tetap menggunakan Android. Hal tersebut disebabkan oleh ekosistem yang dimiliki oleh Android sudah matang.

Aplikasi yang ada pada ekosistem Android membuatnya lebih dipilih. James mengatakan bahwa satu hal yang membuat Android bisa sukses adalah kemampuannya untuk berjalan pada berbagai platform. Selain itu, Android merupakan sistem operasi dengan metode open source, sehingga banyak developer yang bisa berkontribusi untuk mengembangkannya.

Huawei P30 Pro

Apple juga dapat sukses dengan iOS karena berhasil membuat papan ketik pada layar dan pertama kali menggunakan metode multitouch. Sayangnya, iOS hanya dibuat khusus untuk perangkat Apple saja.

Android juga khusus dikembangkan pada perangkat smartphone saja. Sedangkan HarmonyOS pengembangannya lebih luas dari Android. Contohnya saja, sebentar lagi HarmonyOS bakal digunakan pada perangkat smartTV dari Huawei. James juga mengatakan bahwa pada tahun 2020 nanti mereka bakal meluncurkan HarmonyOS untuk smartwatch.

Akan tetapi, James mengatakan jika nantinya pemerintah Amerika kembali menerapkan pemblokiran terhadap Huawei untuk menggunakan sistem operasi Android, mereka pun sudah siap. HarmonyOS juga bakal dikembangkan untuk dapat berjalan pada perangkat smartphone dan tablet. Namun, hal tersebut akan dilakukan sebagai jalan terakhir saja.

Roadmap
Sejarah dan perencanaan HarmonyOS

Huawei juga membuat HarmonyOS menjadi open source. Hal itu dikarenakan Huawie menginginkan banyak developer yang dapat berkontribusi untuk mengembangkan HarmonyOS.

Hingga saat ini, Huawei masih belum memiliki jangka waktu, kapan HarmonyOS  bakal tersedia untuk perangkat smartphone dan tablet. Oleh karena itu, kita masih harus menunggu kemunculan perangkat pertama yang menggunakan HarmonyOS sehingga bisa mendapatkan sedikit gambaran bagaimana sistem operasi ini berjalan.