Acer Resmi Luncurkan Headset Windows Mixed Reality, Simak Pengalaman Menggunakannya

Windows Mixed Reality adalah platform bagian dari Windows 10 yang menyajikan pengalaman ‘realita campuran’ melalui unit headset. Dalam prakteknya, MR sendiri lebih luas dari bayangan kita. Device MR primadona Microsoft, yaitu HoloLens, dispesialisasikan pada pengalaman AR; sedangkan HMD immersive reality seperti punya Acer, HP dan Dell lebih difokuskan ke virtual reality.

Di Indonesia, perangkat Windows Mixed Reality punya Acer sudah cukup sering muncul di acara-acara pers yang dilangsungkan sang produsen consumer electronics Taiwan itu. Terakhir kali saya lihat, Acer membagi-bagikannya secara gratis bagi mereka yang membeli PC Predator Orion 9000. Saat itu, penjelasan Acer menyiratkan bahwa Orion 9000 dan WMR lebih disiapkan sebagai produk kelas bisnis.

AWMR 4

Baru dua bulan setelahnya, Acer akhirnya resmi meluncurkan Acer Windows Mixed Reality di tanah air. Namun berbeda dari dugaan saya sebelumnya, produk ini ternyata dapat diakses baik oleh kalangan enterprise ataupun end-user. Menurut Acer, WMR mereka itu merupakan penawaran terbaik di Indonesia saat ini karena proses setup-nya sangat sederhana, harganya masuk akal, kebutuhan sistemnya tergolong rendah, lalu produk juga dilindungi oleh garansi resmi.

AWMR 7

Seperti yang saya bahas sebelumnya, Acer WMR sejatinya ialah head-mounted display virtual reality. Ia didesain dari awal untuk mengisolasi penggunanya dari lingkungan sekitar, dan meskipun perangkat masih membutuhkan hardware eksternal untuk menjalankan konten dan tak beroperasi secara mandiri, kepraktisan pemakaian merupakan aspek yang membuatnya lebih unggul dari Oculus Rift maupun HTC Vive.

AWMR 6

 

Spesifikasi dan daftar kebutuhan hardware

Sebelum masuk ke sesi hands-on (atau mungkin lebih tepatnya, heads-on?), saya akan sedikit membahas spesifikasi Acer WMR. Perangkat ini menyuguhkan sepasang layar 2,89-inci beresolusi 1440x1440p 706ppi dengan refresh rate 90Hz dan field of view 100 derajat. Ia dibekali sensor gyro, accelerometer, magnetometer, proximity, dan mampu membaca gerakan 6-degree of freedom. Itu artinya, HMD bisa membaca enam jenis gerakan, yakni naik/turun, kiri/kanan, maju/mundur, roll, pitch dan yaw.

AWMR 8

Menariknya, tak butuh PC berspesifikasi monster untuk bisa menikmati konten VR via Acer WMR. Anda hanya memerlukan sistem dengan Intel Core i5 7200U (mobile), GPU HD Graphics 620 DX12, RAM DDR3 8GB, dan ruang penyimpanan 10GB agar device berjalan normal. Walaupun begitu, kehadiran GPU discrete seperti GeForce GTX 960/1050 atau Radeon RX 460/560 ke atas sudah pasti akan mendongkrak performanya.

AWMR 12

 

Proses setup

Ketika Oculus Rift dan HTC Vive membutuhkan sistem pelacakan luar agar bisa bekerja, masing-masing dinamai Constellation dan Lighthouse, headset Acer Windows Mixed Reality sama sekali tidak membutuhkan sensor eksternal. Secara teori, selama HMD mendeteksi controller-nya, Anda dapat bergerak bebas (hingga batasan panjang kabel atau ketika Anda menabrak sesuatu).

AWMR 1

Dalam paket penjualan, Acer telah membundel Windows Mixed Reality bersama sepasang motion controller WMR. Periferal kendali ini sebetulnya tak cuma dirancang buat headset Acer, tapi juga kompatibel ke HMD Lenovo, HP dan Dell. Dengan begini, kita tidak membutuhkan periferal baru ketika membeli perangkat-perangkat tersebut. Dimas Setyo selaku pre sales manager Acer Indonesia berjanji bahwa proses pemasangannya tidak akan memakan waktu lebih dari 10 menit.

Headset Acer Windows Mixed Reality/

Merespons pertanyaan saya soal dukungan platform, Acer WMR kabarnya dapat mengakses game dan app dari Windows Store, SteamVR, hingga konten-konten Oculus Rift via aplikasi Oculus Home. Satu platform yang belum bisa diakses olehnya adalah Viveport, namun sejumlah game/app sebetulnya sudah tersedia di layanan berbeda sehingga kita tak perlu terlalu memusingkannya.

 

Heads-on

HMD Acer Windows Mixed Reality mempunyai struktur mirip PlayStation VR. Tubuhnya terdiri dari dua bagian: visor dan strap ring. Prosedur menggunakannya sangat sederhana, Anda bahkan tak memburuhkan bantuan orang lain buat memasangnya. Pertama kenakan strap di kepala, lalu setelah pas, tarik visor ke arah mata. Jika gambar blur atau headset masih belum terpasang nyaman, sesuaikan ukurannya dengan memutar dial di belakang. Terdapat ruang cukup luas di dalam sehingga orang-orang seperti saya tidak perlu melepas kacamata.

AWMR 13

AWMR 9

Tanpa sensor eksternal, headset Acer tetap mampu melacak gerakan kepala dan sensor secara presisi. Sejauh pengalaman saya, saya tidak merasakan adanya keterlambatan respons baik dalam permainan Ghostbusters VR serta game memanah ala The Lab: Longbow buatan salah satu partner lokal Acer, OmniVR. Mungkin ini disebabkan karena sang produsen memasangkan headset ke unit gaming desktop Predator G1.

AWMR 3

Karena ketiadaan tracker eksternal, pengguna harus selalu menyadari bahwa apa yang ia lihat di sana adalah dunia virtual. Mengarahkan tubuh ialah salah satu cara berinteraksi dengan konten VR, tapi walaupun Acer WMR mampu mendeksi peralihan posisi, sebaiknya Anda tidak berjalan ke mana-mana ketika mengenakannya – karena beresiko menabrak sesuatu atau seseorang.

AWMR 11

Mirip Doom VFR, Ghostbusters VR mengusung sistem navigasi berupa teleportasi/warp. Saat menikmati game, Anda sangat disarankan buat membiasakan diri dan terus ingat untuk memanfaatkan sistem warp. Jangan gemas dan bergerak sembarangan. Di bagian menu, saya juga melihat eksistensi dari permainan Superhot VR, namun kemarin saya belum sempat menjajalnya.

AWMR 2

Game memanah racikan OmniVR sendiri terasa sangat familier. Di sana, pemain ditantang untuk menembak balon dengan panah sebanyak-banyaknya demi memperoleh skor sebesar mungkin. Unit controller kiri berfungsi sebagai busurnya, lalu dengan controller kanan, Anda dapat mengatur tarikan dan melepas anak panah. Penyajiannya memang sederhana, tapi coba beberapa kali, dan otot tangan Anda akan terasa kencang. Game ini cocok untuk berolahraga, mengasah keakuratan, serta melatih koordinasi tangan dan mata.

AWMR 10

 

Harga dan ketersediaan

Tanpa controller, Acer WMR dibanderol di harga US$ 300, namun di Indonesia, Anda tidak bisa membelinya secara terpisah. Microsoft sempat bilang bahwa versi bundel headset dan motion controller akan dijajakan di kisaran US$ 400. Di tanah air, satu set head-mounted display dapat Anda miliki dengan mengeluarkan uang Rp 7,5 juta, sudah termasuk garansi selama satu tahun.

Jika membelinya sekarang hingga bulan Oktober 2018 nanti, Anda berhak mendapatkan game Ghostbusters VR secara gratis.

AWMR 5

Performa Oculus Go Kabarnya Berada di Atas Samsung Gear VR Plus Galaxy S7

Dengan dukungan canggihnya hardware PC, kualitas visual yang disuguhkan HTC Vive dan Oculus Rift memang mengagumkan. Tapi ada beberapa hal perlu terpenuhi agar proses adopsi headset VR kelas konsumen berjalan lebih cepat: pemakaiannya harus mudah, kontennya melimpah, harganya terjangkau, dan sebisa mungkin tidak membelenggu mobilitas sang pengguna.

Itulah faktor pencetus tren HMD VR standalone di kalangan produsen hardware, dan Facebook menjawabnya dengan memperkenalkan Oculus Go di bulan September silam. Dalam pengumumannya, sang produsen berniat untuk meluncurkan Oculus Go di awal tahun ini. Namun memasuki bulan ketiga 2018, produk ini masih belum tersedia.

Info lebih jauh terkait kinerja hardware Oculus Go belum lama diungkap oleh chief technical officer Oculus VR John Carmack lewat Twitter. Menanggapi pertanyaan mengenai kemampuan headset VR tersebut, Carmack menyatakan bahwa Oculus Go mampu menyuguhkan kualitas grafis lebih baik dari Samsung Gear VR yang dipasangkan dengan smartphone Galaxy S7.

Di bulan Januari kemarin, Oculus VR mengumumkan kolaborasi bersama Xiaomi untuk memproduksi Oculus Go, serta mempersilakan produsen elektronik Beijing itu buat memasarkan HMD standalone Mi VR-nya sendiri khusus di wilayah Tiongkok. Walaupun berbeda nama, penampilan serta spesifikasi keduanya serupa. Mereka dibekali Qualcomm Snapdragon 821 – SoC yang turut mengotaki Google Pixel dan LG G6.

Pemilihan chip ini cukup menarik mengingat waktu itu Snapdragon 835 sudah tersedia. Sepertinya keputusan Oculus VR dipengaruhi oleh keinginan mereka menjajakan Oculus Go sebagai HMD virtual reality terjangkau. Dan karena tidak didesain untuk menjalankan fungsi-fungsi smartphone, Snapdragon 821 dapat lebih dioptimalkan ke aspek penyajian virtual reality.

Oculus Go menyajikan layar ‘fast-switch‘ 2K 2560x1440p. Carmack menjelaskan, panel tersebut mengusung jenis LCD, sehingga level kontrasnya tidak istimewa. Tetapi display ini mempunyai lebih banyak subpixel, lalu Oculus VR juga bilang telah memperbaiki masalah yang menyebabkan rendahnya mutu warna.

Selain aspek visual, produsen juga memperhatikan sisi output suara serta kebebasan interaksi. Oculus VR melengkapi Go dengan sistem audio spasial serta unit controller motion. Dan di waktu ke depan, produsen akan membubuhkan fitur ‘casting‘ konten ke layar sekunder.

Oculus Go rencananya akan dijajakan di harga US$ 200.

Berbicara soal performa, sulit bagi Oculus Go untuk mengejar headset ber-platform  Snapdragon 845 Mobile VR. Namun pemanfaatan Snapdragon 821 sendiri menunjukkan kesiapan Qualcomm memenuhi permintaan terhadap chip pendukung headset VR standalone di kelas berbeda.

Via VentureBeat.

HTC Vive Focus Punya Sejumlah Kesamaan Spesifikasi Dengan Vive Pro

Jika 2016 diklaim sebagai tahunnya kebangkitan kedua perangkat virtual reality konsumen, maka antara akhir 2017 hingga sekarang merupakan momen kelahiran headset VR standalone. Varian ini adalah titik tengah antara head-mounted display high-end yang mengharuskan penggunaannya tertambat ke PC serta headset virtual reality berbasis smartphone.

Sebagai dua pemain utama di ranah ini, baik Oculus VR dan HTC telah menawarkan solusi penyajian konten VR secara ‘untethered‘. Perusahaan milik Facebook itu memperkenalkan Oculus Go di bulan Oktober 2017, sedangkan rivalnya dari Taiwan memasarkan Vive Focus secara terbatas di kawasan Tiongkok. Menariknya, meski Vive Focus sudah tersedia, detail spesifikasi hardware-nya belum terkuak sepenuhnya.

Kabar baiknya, Road to VR berkesempatan untuk menjajal perangkat itu di MWC 2018 dan melaporkan rincian hardware-nya melalui artikel hands-on. Berdasarkan pengamatan mereka, Vive Focus punya kesamaan spesifikasi dengan Vive Pro – versi baru Vive yang dibekali layar beresolusi lebih tinggi, kamera luar sekunder, headphone, serta mic berteknologi noise cancellation.

Namun ketika Vive Pro harus mendapatkan dukungan PC agar bisa bekerja, Vive Focus menyimpan kapabilitas proses konten secara mandiri berkat dukungan chip Qualcomm Snapdragon 835 serta baterai built-in. System-on-chip ini juga digunakan oleh Lenovo Mirage Solo, tetapi HTC menekankan bahwa ada sejumlah aspek yang membuat perangkat mereka lebih premium.

Satu contohnya ialah penggunaan lensa dan layar yang turut diusung Vive Pro. Itu berarti, kedua headset menyuguhkan field of view serta performa optik serupa. Vive Focus memanfaatkan display OLED beresolusi 1600×1440 untuk masing-masing mata. Perbedaannya terletak pada refresh rate: Vive Pro sanggup menghidangkan 90Hz, tapi Vive Focus hanya dapat menyentuh 75Hz.

Di bagian dalam, Vive Focus dibekali kipas, berperan sebagai pendingin aktif agar konten bisa dijalankan lebih lancar, lalu terdapat speaker built-in yang tersembunyi di strap. Road to VR menyampaikan bahwa Focus beroperasi dengan sangat responsif. Headset mampu mendeteksi enam sudut gerakan (atas/bawah, kanan/kiri, depan/belakang, pitch, yaw dan roll), tetapi unit controller-nya cuma dibekali sensor 3DoF.

Di China, Vive Focus dijajakan di harga yang tergolong tinggi, mulai dari ¥ 4.000 untuk versi almond white – atau kisaran US$ 630 (sebelum dikurangi pajak).

Belum ada konfirmasi dari pihak HTC soal apakah mereka punya rencana buat menghadirkan Focus di luar kawasan Tiongkok. Namun bahkan jika nanti tersedia, faktor harga akan menjadi penghalang terbesar proses adopsinya, apalagi kita juga perlu ingat bahwa Vive Focus tetaplah HMD kelas portable.  Kualitas visualnya belum bisa menandingi Vive versi standar.

HTC Kantongi Paten Headset VR yang Bisa Dipasang ke Smartphone

Kurang beruntung di sektor mobile, HTC perlahan ikut bermain di ranah VR melalui sub-brand mereka yang bernama Vive. Sejumlah perangkat berbasis VR juga sudah dilahirkan di bawah merk ini. Dan sekarang, HTC kemungkinan besar segera melakukan ekspansi di sektor VR yang dapat dipasangkan ke smartphone seusai terungkapnya paten baru yang sudah disetujui oleh USPTO.

Berdasarkan sumber, HTC sudah pernah mengajukan paten yang sama ke USPTO dan Trademark Office di bulan Juli 2016 tapi ditolak oleh keduanya karena dinilai gagal menjelaskan keunikan fiturnya. Setelah melakukan sejumlah penyesuaian, HTC akhirnya berhasil mengantongi paten dari USPTO dan disebut sedang berupaya merealisasikannya.

Headset VR dalam paten HTC ini hampir serupa dengan headset VR yang sudah ada di pasaran. Bedanya, headset ini bisa dilipat sehingga bentuknya makin ramping ketika tidak digunakan. Headset berperan sebagai aksesoris dan sistem lensa dengan dua bagian. Bagian pertama dengan lensa ganda yang bisa dilipat, dan bagian lainnya berupa case magnet untuk dikaitkan ke smartphone.

htc-telefoon-770x479

Ketika smartphone dicopot, lensa bisa dilipat dan perangkat akan berubah menjadi modul VR mini yang akan tergantung pada ukuran layar. Pengguna bisa menggeser smartphone ke bagian dasar perangkat dan memegang perangkat dengan satu atau dua tangan sambil menikmati konten-konten VR.

htc-mobile-vr-headset-770x353

Rincian final headset HTC ini masih belum bisa dibeberkan apalagi dispekulasikan. HTC masih membutuhkan waktu yang panjang untuk berhasil merealisasikannya ke dalam produk akhir. Berapa lama? Bisa sangat lama. Namun dengan fokus yang tak lagi tersita ke sektor mobile, HTC punya lebih banyak sumber daya untuk menggarap proyek ini.

Sumber berita AndroidHeadlines dan Wipo.

Lenovo Mirage Solo, Headset VR Standalone Berbasis Daydream Pertama

Saat ini untuk menikmati pengalaman gaming virtual reality (VR) yang memuaskan, kita harus rela merogoh kocek yang begitu dalam. Baik itu untuk menyiapkan PC yang bertenaga atau konsol gaming dan juga headset VR premium seperti Oculus Rift, HTC Vive, atau Sony PlayStation VR.

Namun hadirnya headset VR standalone alias berdiri sendiri, digadang-gadang akan menjadi salah satu headset VR mobile yang mumpuni dengan harga lebih terjangkau. Satu diantaranya ialah Lenovo Mirage Solo berbasis Google Daydream yang diperkenalkan di ajang CES 2018.

Bersifat standalone ini artinya Anda tak perlu menyambungkan ke PC ataupun smartphone untuk masuk ke realita maya. Sebab perangkat ini sudah dibekali hardware untuk memproses konten VR sendiri.

Lenovo Mirage Solo

Untuk menampilkan konten, Lenovo Mirage Solo dibekali layar 5,5 inci beresolusi 2560 x 1440 piksel dengan refresh rate 75Hz dan sudut pandang mencapai 110 derajat.

Untuk pemrosesan data, Lenovo memercayakan chipset Qualcomm Snapdragon 835 ditopang RAM 4GB, memori internal 64GB dengan slot microSD hingga 256GB, dan baterai 4.000 mAh.

Harga Lenovo Mirage Solo dibanderol $500 atau sekitar Rp 6,7 juta. Rencananya akan mulai dipasarkan pada kuartal kedua 2018.

Lenovo Mirage Camera

Kalau Lenovo Mirage Solo dirancang untuk mengonsumsi konten VR, Lenovo Mirage Camera dirancang untuk memproduksi konten VR, dengan kemampuan menyiarkan video VR 180 derajat secara langsung.

Lenovo Mirage Camera dibekali lensa fish-eye berkemampuan merekam konten 3D dengan sudut pandang luas, didukung dua kamera beresolusi 13 megapixel yang mampu merekam gambar stereoskopis dan video 4K @30fps.

Lenovo Mirage terintegrasi dengan Google Photos dan YouTube. Bagian inti ditenagai chipset Snapdragon 626 dengan 2GB RAM, dan memori internal 16GB dengan slot microSD hingga 128GB. Anda bisa berbagi konten langsung dari Mirage tanpa perlu smartphone, berkat built-in WiFi. Ada juga versi LTE yang dilengkapi dengan modem seluler Qualcomm X9 LTE.

Perangkat ini mengisi ulang menggunakan konektor USB-C, dan dapat bertahan hingga dua jam untuk merekam video HD dalam sekali charge. Lenovo Mirage Camera dibanderol dengan harga $300 atau Rp 4,2 juta dan akan tersedia pada kuartal kedua 2018.

Sumber: Ubergizmo 1, Ubergizmo 2.

Dokumen FCC Singkap Info Mengenai Headset VR Standalone Lenovo, Mirage Solo

Perjalanan mencari perangkat penyaji konten virtual reality yang ideal terus berlangsung dan kini, headset standalone jadi fokus para produsen elektronik. Tak lama selepas penyingkapan resmi HTC Vive Focus di Vive Developer Conference di Beijing, kali ini giliran Lenovo yang ketahuan sedang menggarap HMD pendukung platform Google Daydream.

Upaya pengembangan headset immersive reality Lenovo mulai menarik perhatian saat mereka mengumumkan kolaborasi bersama Disney buat menyajikan konten hiburan interaktif bertajuk Star Wars: Jedi Challenges. Lalu di ajang IFA Berling 2017 September kemarin, sang raksasa teknologi asal Tiongkok itu akhirnya memamerkan head-mounted display AR bernama Mirage tersebut.

Mengacu pada informasi dari Google di acara I/O 2017 bulan Mei silam, proyek pengerjaan HMD AR/VR standalone Lenovo tentu tidak berhenti sampai di sana, meski sejauh ini produsen belum memberikan update secara resmi. Dan belum lama, kabar ini kembali dipertegas oleh kemunculan dokumen FCC yang menyebutkan perangkat bernama ‘Lenovo Mirage Solo’ dengan nomor model VR-1541F dan Google Daydream.

Dokumen FCC

Namun berbeda dari headset Daydream View, Lenovo Mirage Solo dapat bekerja mandiri tanpa memerlukan smartphone. Berdasarkan dokumen FCC, HMD tersebut dilengkapi baterai Li-Ion 4.000mAh dan konektivitas Bluetooth 5.0. Dokumen tidak menyebutkan jenis chip yang jadi otaknya, tapi kita boleh berasumsi bahwa komponen ini disediakan oleh Qualcomm. Sebagai acuan, Vive Focus memanfaatkan Snapdragon 835.

Buat menunjang penggunaan, Mirage Solo turut dibekali unit kendali motion, dinamai ‘Lenovo Daydream controller’ (dengan nomor model DG1CA), komponen earphone wired, serta kabel USB sepanjang 1-meter – kemungkinan berfungsi untuk mengisi ulang baterai. Menakar penyajiannya itu, Lenovo sepertinya bermaksud buat memberikan pengguna satu solusi lengkap.

Dengan disetujuinya Lenovo Mirage Solo oleh Komisi Komunikasi Federal Amerika Serikat (FCC), kita boleh berasumsi agenda pengungkapannya dilakukan dalam waktu dekat. Ada cukup besar kemungkinan Lenovo akan mengumumkan Mirage Solo di acara CES 2018, digelar pada tanggal 9 sampai 12 Januari 2018 di Las Vegas.

Mirage sendiri bisa jadi merupakan keluarga produk penunjang konten immersive reality, bukan hanya terdiri dari HMD saja. Bulan lalu, situs LetsGoDigital sempat menemukan device bernama VR180 Mirage Camera dalam database Eurasian Customs Union, yaitu kamera 180 derajat yang dioptimalkan untuk menciptakan video YouTube.

Dokumen mengenai Lenovo Mirage Solo bisa Anda baca lebih lengkap melalui tautan ini.

Via Android Central. Sumber: LetsGoDigital. Header: 9to5Google.

HTC Resmi Umumkan Headset Virtual Reality Standalone Vive Focus

Dengan pelepasan Oculus Rift dan HTC Vive di momen yang hampir bersamaan, 2016 disebut-sebut sebagai tahun lahirnya platform virtual reality modern. Namun saat itu, VR masih menyimpan banyak kekurangan: harganya mahal, perlu dukungan sistem berspesifikasi tinggi, kemudian pemakaiannya kurang intuitif karena masih mengikat user di satu tempat saja.

Setidaknya ada dua upaya dilakukan produsen buat mengatasi masalah terakhir itu, yakni dengan menyediakan PC ‘wearable atau melalui pengadaan HMD portable seperti yang tengah digodok oleh HTC. Di event Google I/O bulan Juli silam, perusahaan hardware asal Taiwan itu menyingkap headset VR standalone pertamanya. Premisnya sangat menarik, sayang device hanya disiapkan buat kawasan Tiongkok saja.

Setelah rumor di bulan September lalu yang mengekspos nama dari headset VR standalone tersebut, HTC akhirnya melakukan pengumuman secara resmi di Vive Developer Conference di Beijing. Di acara tersebut, produsen membenarkan pemakaian nama Vive Focus, meluruskan sejumlah informasi terkait produk, sembari memamerkan wujud dari perangkat mereka itu.

Penampilan dari Vive Focus memang sesuai dengan outline yang sudah di-tease oleh HTC di website mereka. Berdasarkan gambar, headset terlihat ergonomis sekaligus futuristis. Bagian belakang visor-nya dibuat melengkung ke atas, searah strap, kemudian posisinya diamankan lagi oleh strap sekunder – melintas di belakang kepala pengguna. Dari pengamatan saya, lengkungan dan posisi strap kedua memberikan area yang luas untuk telinga, sehingga kemungkinan lebih nyaman saat dipakai sambil mengenakan headphone.

HTC Vive Focus

Detail mengenai hardware dan spesifikasinya belum sepenuhnya terungkap, tapi memang benar, Vive Focus diotaki chip Qualcomm Snapdragon 835. Anda tidak lagi perlu mencantumkan smartphone atau menyambungkannya ke PC karena di sana sudah tersedia unit prosesor, layar, serta baterai. Hardware juga dilengkapi rangkaian kamera, yang memungkinkan headset melacak posisi pengguna tanpa memerlukan sensor eksternal.

Untuk mencapai hal tersebut, HTC pernah membahas soal pemanfaatan teknologi tracking canggih Google berama WorldSense, namun di pengumuman Vive Focus, produsen malah belum menyebutnya. Hal ini boleh jadi disebabkan oleh keputusan HTC membatalkan versi Daydream-nya buat Amerika dan Eropa, demi memfokuskan perhatiannya pada Tiongkok. Alternatifnya, ada peluang Vive Focus mengandalkan software pelacak dari Qualcomm atau bahkan racikan HTC sendiri.

HTC belum menyingkap harga Vive Focus, tapi kita boleh berasumsi, device dijajakan di harga yang tak jauh berbeda dari Oculus Go – versi standalone dari Oculus Rift.

Via Road to VR, The Inquirer & The Verge.

Headset VR Oculus Rift Memperoleh Pemangkasan Harga Besar-Besaran Secara Permanen

Di awal ketersediaannya, aspek utama yang menghambat pemasaran headset VR adalah tingginya harga dan kebutuhan hardware. Pelan-pelan hal itu berubah. Kini makin banyak tersedia sistem VR ready, baik dalam wujud desktop maupun laptop. Dan ada kabar gembira saat fokus produsen mulai beralih pada penyediaan unit standalone: harga HMD VR generasi pertama mulai menurun.

Di awal bulan Oktober, HTC mengabarkan pemotongan harga head-mounted display Vive ke US$ 600 dan membundelnya dengan game  Fallout 4 VR. Facebook tampaknya tak mau ketinggalan. Setelah resmi menyingkap Oculus Go, produsen juga mengumumkan pemangkasan harga Rift secara besar-besaran. Headset virtual reality yang dahulu dibanderol US$ 600 itu kini hanya dijajakan seharga US$ 400.

Lewat blog resmi, tim Oculus menjelaskan bahwa alasan mereka mengurangi harga Rift ialah karena ingin agar konten VR dapat bisa dinikmati oleh lebih banyak orang. US$ 400 adalah harga paket all-in-one, sudah termasuk unit controller Oculus Touch serta sensor. Oculus belum mengabarkan apakah diskon berlaku buat headset yang dijual tanpa Touch.

Dan soal bonus konten, Facebook tak mau kalah dari penawaran HTC dengan Fallout 4 VR. Rift turut dibundel bersama tak kurang dari enam aplikasi gratis – di antaranya ada Robo Recall, dua tool garapan Oculus, yaitu Medium dan Quill, game shooter ARKTIKA.1, serta permainan Lone Echo dan Echo Arena.

Mereka menyampaikan, “Rift tetap akan ada dan siap menghidangkan pengalaman virtual reality luar biasa hingga bertahun-tahun ke depan. Kami tidak sabar untuk menyingkap kejutan-kejutan yang telah disiapkan, dari mulai beragam fitur menarik di software baru, konten-konten seru, serta IP-IP kelas blockbuster.”

Sebelumnya, produsen sempat mengurangi harga Oculus Rift di bulan Juli silam, lalu memperpanjang program diskon ke bulan Agustus karena tingginya permintaan. Menurut informasi dari Oculus, konsumen mereka lebih memilih bundel all-in-one ketimbang membeli unit headset-nya saja. Promo tersebut dijadwalkan untuk berakhir pada tanggal 21 Agustus, namun kini Oculus malah menerapkannya secara permanen.

Berkat pemotongan harga di periode summer sale kemarin, penjualan Rift meningkat cukup drastis – sebesar delapan persen – membuatnya jadi pilihan lebih populer dari HTC Vive. Persentase market share sementara antara Oculus Rift dan HTC Vive yang diperoleh PCGamesN di bulan September ialah 43,81% versus 52,31% – menempatkan headset VR HTC itu di depan Rift.

Sumber: Oculus.

Headset VR Oculus Go Bisa Beroperasi Tanpa Dukungan PC atau Smartphone

Konten virtual reality memang idealnya dinikmati tanpa membuat pengguna tertambat di satu tempat. Hal ini memotivasi produsen hardware untuk menciptakan PC berwujud tas punggung, dan juga mendorong pengembangan headset VR standalone. Kita tahu HTC sedang mencurahkan perhatian mereka pada versi mandiri Vive, dan tentu saja Oculus tak mau ketinggalan.

Dalam keynote Oculus Connect 4 hari Rabu kemarin, CEO Facebook Mark Zuckerberg mengabarkan bahwa Oculus VR saat ini sedang menggarap head-mounted display virtual reality standalone yang mereka namai Oculus Go. Seperti perangkat anyar buatan HTC, Oculus Go bisa bekerja tanpa perlu tersambung ke komputer ataupun harus ditunjang oleh smartphone. Seluruh hardware esensial ada di dalamnya.

Oculus Go 1

Berdasarkan gambar yang dipublikasikan oleh Oculus VR, penampilan Oculus Go terlihat seperti campuran antara Daydream View baru dengan Rift. Bagian HMD-nya terlihat minimalis, tampaknya menggunakan struktur plastik, dilengkapi bantalan berlapis kain yang empuk dan mendukung sirkulasi udara. Bagian headband terbentang ke belakang kepala user, ditambah satu strap lagi di atas agar headset tak mudah terlepas.

Oculus Go 2

Oculus Go disiapkan untuk menangani bermacam-macam konten VR, dari mulai ‘pengalaman visual 360 derajat’, aplikasi sosial, dan game. Device juga bisa dimanfaatkan sebagai teater portable pribadi, buat menikmati film dan serial TV favorit.

Oculus Go 4

Untuk sekarang, Facebook belum mengungkap detail spesifikasi Oculus Go secara rinci. Dalam presentasinya, Hugo Barra selaku head of VR Facebook menyampaikan bahwa timnya merancang Oculus Go buat mengisi celah di antara headset VR high-end dengan device berbasis perangkat mobile. Produsen kabarnya memanfaatkan layar LCD ‘fast-switch‘ 2560x1440p, telah mengoptimalkan hardware-nya agar mampu menghidangkan konten 3D secara maksimal, serta membubuhkan dukungan sistem audio spasial.

Oculus Go 3

Oculus VR turut membekali Oculus Go dengan unit motion controller. Meskipun tak sebesar Oculus Touch, desainnya lebih ergonomis dari controller Daydream View, lalu ia juga mempunyai touchpad ala controller Vive. Selain itu, saya melihat ada tombol trigger, satu tombol back dan satu lagi tombol berlogo Oculus. Controller diamankan oleh tali yang bisa Anda sematkan di tangan.

Produsen berjanji, Oculus Go dapat mengakses lebih dari 1.000 konten virtual reality. Uniknya lagi, ekosistem Go juga tersambung ke Samsung Gear VR, sehingga app-app Android yang telah Anda beli buat Gear VR bisa diakses dari Oculus Go.

Oculus Go akan mulai dipasarkan di awal tahun 2018. Perangkat HMD VR tersebut dijajakan seharga mulai dari US$ 200.

Headset VR Standalone HTC Kemungkinan Akan Punya Nama Baru: Vive Focus

Babak selanjutnya dalam kompetisi pengembangan virtual reality ialah mencari cara agar penggunaannya natural, intuitif serta tidak membuat pengguna tertambat di satu tempat saja. Sejak beberapa tahun lalu, PC berkonsep ransel pendukung headset VR mulai bermunculan; tapi upaya menciptakan head-mounted display standalone juga telah lama dilakukan.

Salah satu penjelmaan terkini dari gagasan tersebut sudah selesai digarap oleh HTC, namun sayang, ia baru diperkenalkan di kawasan Tiongkok. Sejauh ini, detail teknis mengenainya masih sangat minim. Produsen perangkat elektronik konsumen Taiwan itu juga hanya menyebutnya Vive standalone. Tapi sepertinya, HTC telah menyiapkan nama resmi buatnya. Hal ini boleh jadi menandai rencana perusahaan buat memasarkannya di luar China.

Situs berbahasa Belanda Lets Go Digital menemukan setidaknya dua kali pengajuan nama untuk untuk perangkat head mounted display baru itu, satu pada European Union Intellectual Property Office dan satu lagi di United States Patent And Trademark Office, dilakukan hampir bersamaan minggu lalu. Mengingat HTC saat ini sedang mencurahkan perhatiannya pada headset Vive standalone, maka kemungkinan besar nama tersebut akan diberikan untuknya.

Vive Focus adalah nama baru dari HMD virtual reality anyar HTC. Device beroperasi di atas platform mobile Google Daydream, dan rencananya, segala informasi mengenainya akan diungkap dalam konferensi pers di awal bulan Oktober besok. Selain virtual reality, Google sepertinya juga akan membahas augmented reality dan perangkat penunjangnya.

Dari diskusi bersama rekan saya Glenn, ada peluang HMD Vive standalone yang sudah diluncurkan di Tiongkok dan Vive Focus mempunyai desain bahkan spesifikasi serupa. Perbedaan keduanya terletak pada dukungan Google Daydream serta teknologi WorldSense yang memungkinkan headset melacak posisi objek secara presisi. WorldSense menjanjikan kebebasan bergerak dan berinteraksi, mempersilakan Anda memiringkan kepala, jongkok atau melakukan gerakan mengintip.

Tak seperti headset VR mobile biasa, Vive standalone (atau Vive Focus) tidak memerlukan smartphone buat mengolah serta menyajikan konten. Headset telah menyimpan system-on-chip  Qualcomm Snapdragon 835 on-board. Saat digunakan buat mengotaki device, chip top-end 10nm itu memberikan perangkat kemampuan untuk mendeteksi ruang 3D serta kesiapan menunjang sistem motion tracking 6DoF (degrees of freedom).

Rincian mengenai HTC Vive Focus akan disingkap lebih lengkap dalam acara di tanggal 4 Oktober 2017 nanti.

Via UploadVR.