Tencent, Square Enix, dan Unity Rilis Laporan Keuangan Terbaru

Sejak minggu lalu, ada banyak perusahaan game dan esports yang mengumumkan hasil laporan keuangan mereka untuk Q3 2020. Kebanyakan dari perusahaan -perusahaan itu mengumumkan kabar baik. Pemasukan mereka meningkat karena pandemi virus corona membuat banyak orang menghabiskan lebih banyak waktu luangnya untuk bermain game. Berikut laporan keuangan dari Tencent, Square Enix, Unity, Douyu, dan Huya.

Mobile Game Jadi Kontributor Utama untuk Pemasukan Tencent Pada Q3 2020

Konglomerasi asal Tiongkok, Tencent, baru saja merilis laporan keuangan untuk Q3 2020. Pada kuartal ini, mereka mendapatkan pemasukan sebesar US$18,9 miliar, naik 29% dari US$14,7 miliar pada Q3 2019. Sementara keuntungan besih yang Tencent dapatkan pada Q3 2020 mencapai US$5,88 miliar, naik 85% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu, seperti yang disebutkan oleh The Esports Observer.

 

Pemasukan Tencent pada Q3 selama 3 tahun. | Sumber: The Esports Observer
Pemasukan Tencent pada Q3 selama 3 tahun. | Sumber: The Esports Observer

Pemasukan divisi game online Tencent juga mengalami kenaikan 45%, menjadi US$6,26 miliar. Menurut laporan Tencent, mobile game seperti Peacekeeper Elite — PUBG Mobile versi Tiongkok — dan Honor of Kings memberikan kontribusi paling besar pada total pemasukan mereka. Memang, bisnis mobile game Tencent menyumbangkan US$4,92 miliar pada total pemasukan Tencent sementara bisnis game PC hanya menyumbangkan US$1,76 miliar.

Selama periode Januari-Oktober 2020, baik Peacekeeper Elite maupun Honor of Kings memiliki pemain harian lebih dari 100 juta orang. Sementara di pasar global, dua mobile game yang memberikan kontribusi besar pada pemasukan Tencent adalah PUBG Mobile dan Clash of Clans.

Final Fantasy 7 Remake Bantu Naikkan Pemasukan Square Enix

Minggu lalu, Square Enix mempublikasikan laporan keuangan untuk semester pertama tahun fiskal mereka, yang dimulai pada April dan berakhir pada September 2020. Selama periode enam bulan tersebut, pemasukan Square Enix naik 43% dari periode yang sama tahun lalu menjadi US$1,67 miliar. Keuntungan yang mereka dapatkan juga naik menjadi US$155,4 juta. Secara keseluruhan, Square Enix menjual 12,08 juta game dalam enam bulan. Sebagai perbandingan pada semester pertama tahun lalu, total penjualan game Square Enix hanya mencapai 8,65 juta unit.

Selama semester pertama tahun fiskal mereka, Square Enix meluncurkan dua game AAA, yaitu Final Fantasy 7 Remake yang dirilis pada Q1 tahun fiskal dan Marvel’s Avengers, yang diluncurkan pada Q2. Square Enix memang tidak menyebutkan jumlah penjualan dari kedua game tersebut. Namun, Anda bisa memperkirakan apakah game-game itu laku di pasar dari laporan keuangan Square Enix.

Pada Q1 tahun fiskal, divisi HD Games — yang bertanggung jawab atas pembuatan game-game besar Square Enix — mendapatkan total pemasukan sebesar US$330,1 juta dengan laba sebesar US$96,8 juta. Sementara pada Q2, pemasukan divisi tersebut turun menjadi US$229,4 juta. Tak hanya itu, mereka juga mengalami kerugian sebesar US$48,4 juta, lapor GamesIndustry.

Sementara itu, Square Enix mengungkap, pemasukan mereka dari Final Fantasy 14 justru mengalami penurunan walau jumlah pemain game MMORPG itu naik. Kabar baiknya, pemasukan dari divisi Square Enix yang bertanggung jawab atas game PC browser dan smart devices juga mengalami kenaikan 44%, menjadi US$615 juta. Hanya saja, pemasukan divisi arcade Square Enix mengalami penurunan sebesar 39%. Mereka juga menderita kerugian sebesar US$15,7 juta. Square Enix menyebutkan, hal ini terjadi karena pandemi virus corona yang menyebabkan arcade-arcade di Jepang tutup.

Unity Buat Laporan Keuangan Pertama Sejak IPO

Unity Technologies baru saja melakukan penawaran saham perdana (IPO) pada September 2020 lalu. Sekarang, mereka mengumumkan laporan keuangan mereka untuk Q3 2020. Dalam kuartal yang berakhir pada 30 September, Unity mendapatkan pemasukan sebesar US$200,8 juta, naik 53,3% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.

Namun, Unity masih mengalami kerugian sebesar US$141,7 juta atau sekitar 70,6% dari total pemasukan mereka. Sebagai perbandingan, pada Q3 2019, kerugian Unity mencapai US$41,7 juta atau sekitar 31,9% dari total pendapatan mereka ketika itu, menurut laporan VentureBeat.

Fall Guys merupakan salah satu game populer yang dibuat dengan Unity. | Sumber: Steam
Fall Guys merupakan salah satu game populer yang dibuat dengan Unity. | Sumber: Steam

Sementara itu, jumlah pelanggan Unity yang memiliki pemasukan lebih dari US$100 ribu dalam 12 bulan per September 2020 mencapai 739 entitas, naik dari 553 entitas pada tahun 2019. Sayangnya, tidak ada game AAA yang dibuat menggunakan game engine buatan Unity. Kebanyakan developer besar, sepreti Activision Blizzard, Electronic Arts, dan Ubisoft, lebih memilih untuk menggunakan game engine mereka sendiri untuk membuat game AAA. Meskipun begitu, ada juga game yang dibuat menggunakan Unity yang menjadi sangat populer, seperti Fall Guys.

Pemasukan Douyu Pada Q3 2020 Naik 37%

Perusahaan platform streaming asal Tiongkok, Douyu, baru saja mengumumkan laporan keuangan mereka untuk Q3 2020. Pemasukan mereka mencapai US$385 juta untuk Q3, naik 37% jika dibandingkan dengan pemasukan mereka pada Q3 2019. Sementara keuntungan mereka mencapai US$9 juta.

Segmen live-streaming menjadi kontributor utama untuk total pendapatan Douyu. Divisi itu memberikan kontribusi sebesar US$355 juta atau sekitar 92% dari total pemasukan Douyu. Menurut Douyu, alasan mengapa pemasukan mereka dari segmen live-streaming naik pesat adalah karena fitur interaktif yang mereka sediakan serta penyempurnaan dari sistem pengadaan event untuk menarik pengguna berbayar, menurut The Esports Observer.

Douyu menyebutkan, jumlah pengguna bulanan mereka pada Q3 2020 mencapai 194 juta orang, naik 18,6% dari periode yang sama tahun lalu. Sementara jumlah pengguna mobile bulanan mereka mencapai 59,6 juta orang, naik 14,4% dari 52,1 juat pada Q3 2019. Dan terakhir, jumlah pengguna berbayar mereka mereka naik 12,7% menjadi 7,9 juta orang.

Q3 2020, Laba Bersih Huya Naik Dua Kali Lipat

Huya, perusahaan streaming game lain dari Tiongkok, juga telah mengumumkan laporan keuangan mereka untuk Q3 2020. Mereka menyebutkan, mereka mendapatkan pemasukan sebesar US$425 juta, naik 24% dari Q3 2019. Sementara laba bersih yang didapatkan oleh Huya mencapai US$38,2 juta, naik 105,3% dari tahun lalu, lapor The Esports Observer.

Sama seperti Douyu, live streaming menjadi bisnis utama Huya. Bisnis live streaming memberikan kontribusi sekitar 94% dari total pemasukan Huya, atau sekitar US$402 juta. Huya menyebutkan, salah satu alasan mengapa pemasukan divisi live streaming mereka naik adalah karena jumlah pengguna berbayar mereka juga bertambah. Selain itu, para pengguna juga menghabiskan uang lebih banyak saat mereka menonton Huya Live.

Per Q3 2020, jumlah pengguna bulanan Huya naik 18,3% menjadi 172,9 juta orang. Sementara jumlah pengguna mobile mereka mencapai 74,2 juta orang, naik 16,3% dari tahun lalu. Secara total, jumlah pengguna berbayar di Huya mencapai enam juta orang, naik sekitar 13,2% dari Q3 2019.

Meskipun Huya dan Douyu adalah rival, mereka akan melakukan merger. Tencent akan menguasai sebagian besar saham dari perusahaan gabungan antara Huya dan Douyu.

Tencent Holdings akan Lakukan Merger DouYu dan Huya dalam Waktu Dekat

Di awal pekan ini Tencent Holdings baru saja melayangkan surat rekomendasi agar platform layanan streaming DouYu dan Huya melakukan merger. Rencananya organisasi perusahaan Douyu akan dilebur menjadi satu ke dalam organisasi Huya.

Martin Lau selaku Presiden dari Tencent Holdings menyatakan ingin menjalankan proses merger sesegera mungkin. Tencent Holdings seakan belum menunjukkan adanya perlambatan aktivitas bisnisnya meskipun sudah mulai terlihat begitu kuat kehadirannya di ranah gaming dan esports secara global.

Jika menilik lebih jauh mengenai Tencent Holdings, setidaknya saat ini tercatat Tencent Holdings memiliki lebih dari sepertiga dari keseluruhan saham layanan streaming Douyu. Di sisi lain di waktu yang sama Tencent Holdings mempunyai sekitar 37% dan mengampu status sebagai pemegang saham mayoritas pada layanan streaming Huya.

via: esportsobserver
via: esportsobserver

via: esportsobserver

Lebih jauh lagi, tercatat hingga saat ini baik Huya maupun Douyu adalah platform layanan streaming yang berturut-turut menduduki posisi pertama dan kedua dari sisi Mothly Active Users di Tiongkok. Dengan bergabungnya kedua layanan streaming di atas akan membawa dampak yang sangat besar bagi Tencent Holding yang akan menjadi salah satu pemain terbesar dalam bisnis platform layanan streaming di Tiongkok.

Adapun jangan sampai terlupa bahwa faktanya Tencent Holdings masih memiliki satu unit bisnis lagi yang menyajikan konten dan streaming untuk game dan esports yaitu egame. Sebelumnya Huya dan DouYu adalah layanan streaming yang bersaing dengan sengit untuk menjadi platform nomor satu di tengah komunitas gamers Tiongkok yang terus berkembang.

Sedikit menyinggung persaingan di pasar global, dengan inisaitif yang diambil Tencent Holding maka dalam waktu dekat Tencent Holding akan menguasai pasar lokal Tiongkok nyaris mendekati angka 75%. Sebuah jumlah yang cukup besar yang bisa diraih lebih mudah daripada harus berkonflik dengan Amerika Serikat ataupun negara lainnya.

via: weibo
via: weibo

Akhirnya, masih sangat mungkin ke depannya bagi Tencent Holdings akan melakukan merger dengan layanan streaming lain yang ada di bawah kendalinya. Layanan streaming Bilibili dan Kualshou juga masih terdaftar dalam portfolio investasi Tencent Holdings. Tidak dapat dipungkiri bahwa Tencent Holdings telah berevolusi menjadi perusahaan raksasa yang menggelontorkan pendanaan dalam jumlah yang serius kepada beberapa perusahaan di dalam maupun di luar negeri.

Coba Masuki Pasar Tiongkok, Dignitas Kerja Sama dengan HUYA

Dignitas, organisasi esports yang menjadi bagian dari Harris Blitzer Sports & Entertainment, mengumumkan bahwa mereka telah menandatangani kontrak kerja sama dengan platform streaming game asal Tiongkok, HUYA. Sayangnya, tidak diketahui berapa nilai kerja sama antara Dignitas dengan HUYA ini.

Melalui kerja sama ini, tiga pemain Counter-Strike: Global Offensive dari Dignitas akan mulai membuat konten untuk disiarkan di HUYA mulai 1 Agustus 2020. Ketiga pemain tersebut antara lain Patrik “f0rest” Lindberg, Christopher “GeT_RiGhT” Alesund, dan Adam “friberg” Friberg, menurut laporan The Esports Observer.

Industri esports diperkirakana akan menjadi industri bernilai US$1 miliar pada 2020. Tiongkok menjadi salah satu pasar esports paling besar di dunia. Berdasarkan data dari iResearch Consulting Group, pemasukan industri esports di Tiongkok pada tahun 2020 akan mencapai 117,5 miliar yuan (sekitar Rp250 triliun). Jika dibandingkan dengan tahun lalu, pemasukan industri esports di Tiongkok tahun ini naik 25 persen. Salah satu alasan industri esports di Tiongkok bisa tumbuh pesat adalah karena dukungan dari pemerintah.

dignitas huya
Lima pemain CS:GO Dignitas untuk 2020. | Sumber: Gaming.net

Mengingat besarnya industri esports di Tiongkok dan pesatnya pertumbuhan industri esports di sana, tidak heran jika Dignitas juga tertarik untuk memasuki pasar tersebut. Faktanya, Dignitas bukanlah satu-satunya organisasi esports yang mencoba untuk menembus pasar Tiongkok melalui kerja sama dengan HUYA.

Pada Mei 2020, Team Secret mengumumkan kerja samanya dengan platform streaming game asal Tiongkok tersebut. Sementara Team Liquid memperbarui kolaborasinya dengan HUYA per Juni 2020. Bagi HUYA, menjalin kerja sama dengan berbagai organisasi esports yang berasal dari luar Tiongkok akan membantu mereka untuk mengembangkan bisnis di luar negara asalnya.

Dignitas merupakan organisasi esports asal Amerika Utara yang dibentuk pada 2003. Saat ini, mereka memiliki tim yang berlaga di berbagai game esports, seperti League of Legends, CS:GO, Super Smash Bros. Rocket Laegue, SMITE, dan Clash Royale. Pada September 2016, organissai esports ini diakuisisi oleh tim basket Amerika Serikat, Philadephia 76ers. Sementara pada September 2019, mereka akhirnya selesai melakukan merger dengan Clutch Gaming dan membuat perusahaan induk baru bernama New Meta Entertainment.

HUYA Dapatkan Hak Siar Turnamen ESL dan DreamHack

ESL dan DreamHack, dua Tournament Organizer dari Modern Times Group, umumkan kerja sama mereka dengan platform live streaming asal Tiongkok, HUYA. Kerja sama ini terjalin dalam bentuk kesepakatan penayangan yang berlangsung selama satu tahun. Ini berarti turnamen CS:GO Pro Tour dan turnamen Dota 2 ternama akan ditayangkan secara eksklusif di HUYA untuk khalayak di Tiongkok, lengkap dengan tayangan berbahasa Tiongkok.

Beberapa turnamen yang akan tayang di HUYA untuk khalayak Tiongkok sendiri termasuk, ESL Pro Tour, ESL One Tournament, Intel Extreme Masters. Selain itu, HUYA juga akan memiliki hak untuk menayangkan DreamHack CS:GO dan DreamHack Dota 2, yang didapatkan melalui sebuah kesepakatan sub-licensing.

Sumber: Twitter @IEM
Intel Extreme Masters, turnamen kasta satu dunia di dalam ekosistem CS:GO. Sumber: Twitter @IEM

Ini bukan pertama kalinya HUYA mendapatkan kesepakatan penayangan turnamen esports. Mengutip Dot Esports, HUYA juga memegang hak penayangan eksklusif dari tiga liga besar skena League of Legends, yaitu: LCK (Liga Korea), LCS (Liga Amerika Utara), dan LEC (Liga Eropa).

Masih dari Dot Esports, sebelumnya Modern Times Group juga dikabarkan pernah bernegosiasi dengan HUYA, dan meminta perusahaan streaming asal Tiongkok untuk berinvestasi kepada ESL. Namun demikian negosiasi tidak berakhir dengan baik, yang berakhir dengan MTG memutus kontrak kerja sama dengan HUYA, yang diumumkan pada Januari 2020 kemarin.

“Kami tetap percaya bahwa kerja sama antara HUYA dengan MTG ini memiliki potensi yang besar bagi industri esports secara global. Namun, kedua belah pihak melihat pemutusan negosiasi menjadi satu-satunya jalan untuk bisa tetap bergerak maju. Walau demikian, ekspansi ke dalam pasar esports Tiongkok tetap menjadi prioritas untuk MTG, dan kami tidak sabar untuk mengambil kesempatan tersebut dalam waktu dekat.” Ujar Jorgen Madsen Lindemann, CEO dan President of MTG pada pengumuman tersebut.

https://twitter.com/ESLCS/status/1286315135657631759

Pertandingan terdekat yang akan ditayangkan oleh HUYA adalah ESL One Cologne 2020. Pada 5 Mei 2020 lalu, ESL sempat memutuskan untuk memindahkan penyelenggaraan turnamen ini ke dalam keadaan tertutup, karena menghadapi situasi pandemi COVID-19 yang semakin mengkhawatirkan. Format turnamen kini diubah lagi menjadi format online, yang membagi pertandingan ke dalam beberapa divisi, yaitu Eropa, Amerika Utara, Oseania, dan Asia.

ESL mengumumkan tim yang tergabung dalam divisi tersebut lewat twit yang mereka posting kemarin. Dot esports mengatakan bahwa sampai saat ini baru TYLOO yang mengkonfirmasi akan mengikuti turnamen tersebut, walaupun dalam pengumuman ESL menyertakan Vici Gaming, Invictus Gaming, dan Beyond Esports.

Team Liquid Lanjutkan Kerja Sama Dengan HUYA hingga 2022

Posisi Team Liquid sebagai salah satu organisasi esports terbesar di seluruh dunia mungkin sudah hampir tidak bisa dipungkiri lagi. Kisah sukses tim ini, salah satunya terjadi karena prestasi yang mereka dapatkan, hampir di semua lini game esports dunia, mulai dari fighting games, MOBA, hingga FPS.

Tidak heran jika banyak brand ingin bekerja sama dengan organisasi esports asal Belanda ini. Terakhir kali, mereka bekerja sama dengan dua brand, yaitu Marvel Comics untuk rilis merchandise Black Widow, dan kursi gaming Secretlab seraya merayakan ulang tahunnya yang ke-20. Kini yang terbaru, Team Liquid mengumumkan bahwa mereka telah memperpanjang kerja sama dengan platform streaming asal Tiongkok, HUYA, hingga tahun 2022.

Sumber: Team Liquid
Sumber: Team Liquid

Sebagai bagian dari perpanjangan kerja sama ini, wajah-wajah yang baru menjadi bagian dari Team Liquid akan melakukan streaming di HUYA untuk pertama kalinya.

Bagi kalian yang mungkin belum tahu HUYA merupakan salah satu platform streaming terbesar di Tiongkok. Walau terdengar cukup asing, namun HUYA sebenarnya sudah akrab di Indonesia dengan merek yang berbeda, yaitu Nimo TV.

Team Liquid dengan HUYA telah bekerja sama sebelumnya pada bulan Juni tahun lalu, yang berbentuk tayangan livestream para pemain Team Liquid divisi League of Legends, CS:GO, Apex Legends, Hearthstone, dan PUBG. Mengutip Esports Insider, ada 22 pemain dan konten kreator Team Liquid yang terlibat dalam perbaruan kerja sama ini.

Masih dari Esports Insider, lebih lanjut Mike Milanov COO Team Liquid memberikan pandangannya soal perpanjangan kerja sama ini. “HUYA tetap akan menjadi rekan Team Liquid paling penting dalam ekspansi kami ke Tiongkok. HUYA tak hanya membantu kami untuk bernavigasi di pasar streaming yang kompetitif di Tiongkok, tetapi juga membantu kami untuk memberi dampak yang terasa terhadap khalayak baru. Kami tak sabar untuk membuat konten dan pengalaman yang memorable kepada khalayak baru kami lewat kolaborasi ini.”

Sumber: Dean Takahashi - Venture Beat
Mike Milanov, COO Team Liquid, saat diwawancarai Venture Beat di fasilitas esports training center terbaru yang dibuat berkolaborasi dengan Alienware. Sumber: Dean Takahashi – Venture Beat

Ziyang Zhao (Peter) Vice President HUYA juga menambahkan. “Kami sangat senang bisa memperpanjang kerja sama dan melanjutkan kolaborasi kami dengan Team Liquid. Melalui HUYA, Team Liquid bisa terus menyajikan konten mereka kepada fans esports Tiongkok, dan mempertemukan serta mengkomunikasikan dua budaya yang berbeda lewat platform kami.”

Ini bukan pertama kalinya HUYA menggandeng ekosistem esports barat ke dalam sebuah kolaborasi. Sebelumnya mereka juga sudah bekerja sama dengan organisasi esports asal Eropa, Team Secret bulan lalu, dan melakukan kerja sama hak siar LCS dan LEC di pasar Tiongkok melalui platform mereka bulan Januari lalu.

Tencent Jadi Pemegang Saham Mayoritas Platform Streaming Game Huya

Tencent membeli 16,5 juta saham Class B di Huya, platform streaming game serupa Twitch di Tiongkok, pada awal bulan ini. Untuk membeli saham tersebut dari JOYY, perusahaan media sosial yang menjadi induk Huya, Tencent mengeluarkan US$262,6 juta (sekitar Rp4,1 triliun). Dengan ini, Tencent menjadi pemegang saham mayoritas dari Huya. Secara keseluruhan, total saham yang dimiliki oleh Tencent mencapai setidaknya 50,1 persen. Meskipun begitu, Huya tetap akan beroperasi mandiri.

Dua tahun lalu, Tencent menanamkan investasi sebesar US$461,6 juta (sekitar Rp7,2 triliun) di Huya. Menariknya, mereka melakukan hal ini kurang dari 24 jam setelah mereka mengucurkan modal sebesar US$632 juta (sekitar Rp9,8 triliun) ke Douyu, platform streaming game yang merupakan pesaing Huya, menurut laporan Games Industry. Sekarang, Tencent menjadi pemegang saham mayoritas di Douyu dan Huya. Namun, mereka juga memiliki platform streaming game sendiri, yaitu eGame. Strategi Tencent untuk menguasai industri platform streaming game di Tiongkok serupa dengan strategi mereka dalam industri game. Tencent memang sangat aktif dalma membeli saham atau mengakuisisi developer game. Pada Januari 2020, Tencent dikabarkan akan mengakuisisi Funcom, developer dari Conan Exiles.

Sebagai bagian dari perjanjian antara Tencent dan Huya, Lingdon Huang, yang menjabat sebagai General Manager for Interactive Entertainment di Tencent, akan menjadi Director dan Chairman dari dewan direktur Huya. Tak hanya itu, tiga manager Tencent lainnya — yaitu Zhi Cheng, Hai Tao Pu, dan Guang Xu — juga akan menjabat sebagai direktur di Huya.

Tencent huya
Daftar game terpopuler di layanan streaming Douyu. | Sumber: Niko Partners

 

Pada awal bulan April 2020, Niko Partners, perusahaan analis yang fokus pada negara-negara Asia, meluncurkan streaming tracker untuk game-game di Tiongkok. Tracker itu mengumpulkan data tentang game-game terpopuler di platform streaming game di negeri Tirai Bambu tersebut, seperti Huya, Bilibili, dan Douyu. Berdasarkan data Niko Partners, Honor of Kings — yang juga dikenal dengan nama Arena of Valor — menjadi game yang paling banyak ditonton. Sepanjang Maret 2020, total durasi konten ditonton dari Arena of Valor mencapai lebih dari 469 ribu jam. Di posisi kedua duduk Player Unknown’s Battleground, diikuti oleh League of Legends, lapor Game Daily.

Menariknya, dari 20 game terpopuler di platform streaming game, sebanyak 14 di antaranya merupakan game dari Tencent atau NetEase. Memang, dua perusahaan ini menguasai pasar game di Tiongkok. Pada 2019, NetEase mendapatkan pemasukan sebesar US$6,5 miliar (sekitar Rp100,8 triliun). Sementara Tencent mendapakan pemasukan 377,8 miliar yuan atau sekitar Rp856 triliun. Selain itu, data dari Niko Partners menunjukkan bahwa mobile game adalah segmen dengan pertumbuhan paling cepat di Tiongkok. Salah satu pendorongnya adalah mobile esports.

Sumber header: The Esports Observer

Batal Kerja Sama dengan Huya, ESL Kukuh untuk Masuk ke Pasar Tiongkok

Tiongkok adalah negara dengan jumlah penduduk terbanyak, menjadikannya sebagai pasar yang menggiurkan bagi pelaku dari industri apapun, tak terkecuali game dan esports. Menurut Statista, industri mobile game di Tiongkok pada tahun ini akan bernilai hampir US$20 miliar. Karena itu, tidak heran jika Modern Times Group (MTG), perusahaan induk dari ESL dan DreamHack, tertarik untuk masuk ke pasar Tiongkok. Pada September 2019, ESL mulai berdiskusi dengan Huya, platform streaming asal Tiongkok, untuk membuat perusahaan joint venture.

Tidak hanya itu, Huya juga berencana untuk menanamkan modal sebesar US$30 juta ke ESL, yang membuat mereka menjadi pemegang saham minoritas. Ketika itu, ESL juga berencana untuk menerbitkan saham baru dengan total nilai US$22 juta untuk melakukan ekspansi ke Tiongkok, termasuk mendanai perusahaan joint venture yang hendak mereka buat dengan Huya. Sayangnya, diskusi tersebut tidak berbuah manis. MTG dan Huya mengumumkan bahwa mereka tidak akan melanjutkan diskusi untuk bekerja sama.

Sumber: Esports Insider
MTG sempat mulai bernegoisasi dengan Huya pada September 2019. Sumber: Esports Insider

MTG mengatakan, alasan kedua belah pihak untuk berhenti melanjutkan diskusi adalah karena “perbedaan pandangan kedua perusahaan tentang alokasi risiko dan hal-hal komersial lainnya”. Setelah MTG mengumumkan batalnya kerja sama dengan Huya, nilai saham mereka turun 19,2 persen. Meskipun begitu, MTG menyebutkan, mereka tetap berencana untuk melakukan ekspansi ke pasar Tiongkok.

“Kami tetap percaya bahwa kerja sama ini akan memberikan untung baik untuk MTG, Huya, dan industri esports secara global. Meskipun begitu, kedua belah pihak percaya bahwa jalan terbaik saat ini adalah untuk menghentikan negoisasi kerja sama,” kata CEO dan President MTG, Jørgen Madsen Lindemann, seperti dikutip dari The Esports Observer. “Namun, memasuki ke pasar Tiongkok tetap menjadi prioritas bagi MTG dan kami akan mengambil kesempatan yang ada dalam waktu dekat.”

MTG juga meyakinkan, batalnya kerja sama dengan Huya tidak akan memengaruhi rencana operasi ESL pada 2020. Minggu lalu, MTG mengumumkan tentang hasil peninjauan dari finansial mereka. Mereka memiliki simpanan senilai 90 juta krone (sekitar Rp128 miliar). Sebesar 40 juta krone (sekitar Rp57 miliar) akan mereka investasikan untuk ESL.

Investor di Industri Esports Semakin Banyak, Gunakan Strategi yang Berbeda

Seiring dengan semakin berkembangnya industri gaming dan esports, semakin banyak perusahaan yang tertarik untuk menjadi investor di industri tersebut. Karena itu, jangan heran jika ETF (Exchange-Traded Fund) yang bergerak di bidang gaming dan esports semakin menjamur. Pada Selasa, perusahaan ETF Global X mengumumkan bahwa mereka akan meluncurkan Global X Video Games & Esports ETF — yang memiliki ticker symbol HERO — dalam waktu dekat. HERO bukanlah ETF pertama di bidang esports dan gaming. Ada beberapa ETF lain yang telah berdiri, seperti Roundhill BITKRAFT Esports & Digital Entertainment ETF (NERD) dan VanEck Vectors Video Gaming and eSports ETF (ESPO). Meskipun kedua ETF itu bergerak di bidang gaming dan esports, NERD dan ESPO memiliki strategi investasi yang berbeda.

NERD ETF memfokuskan investasi pada perusahaan-perusahaan yang bisnisnya memang terkait langsung dengan esports, termasuk publisher game, platform streaming, penyelenggara turnamen esports, dan perusahaan yang memiliki tim esports. Mereka membagi perusahaan yang mereka investasikan menjadi tiga kategori: Pure-Play, Core, dan Non-Core. Perusahaan yang masuk ke dalam kategori Pure-Play adalah perusahaan yang memiliki bisnis model dan pertumbuhan bisnisnya terkait langsung dengan esports. Sementara perusahaan Core adalah perusahaan yang memiliki keterlibatan yang signifikan di esports, tapi esports bukanlah bisnis utama perusahaan. Terakhir, perusahaan Non-Core adalah perusahaan yang terlibat dalam esports, tapi esports tak memberikan pemasukan signifikan pada perusahaan. Sejumlah perusahaan yang masuk dalam portofolio NERD antara lain Activision Blizzard, platform streaming Tiongkok Huya, Capcom, Sea, dan Take-Two Interactive.

Penonton di Overwatch League | Sumber: Activision Blizzard
Penonton di Overwatch League | Sumber: Activision Blizzard

Investasi terbesar NERD adalah Activision Blizzard. Menurut Seeking Alpha, ini tidak aneh, mengingat Activision Blizzard sukses memonetisasi intelektual properti mereka dengan membuat liga esports, seperti Overwatch League. Co-founder dan CEO Roundhill Investments, Will Hershey menganggap, Overwatch League berhasil menaikkan level esports di Amerika Serikat. Overwatch League menggunakan model franchise, mengharuskan tim yang ingin bertanding di dalamnya untuk membayar sejumlah uang. Pada awalnya, hanya ada 12 slot untuk Overwatch League dan masing-masing tim harus membayar US$20 juta. Tahun ini, jumlah tim di Overwatch League bertambah menjadi 20 slot dan 8 tim baru harus membayar US$35 juta untuk masuk ke liga tersebut. Ke depan, dikabarkan Overwatch League akan menambah jumlah tim hingga 28 tim dan meminta bayaran US$60 juta untuk masuk ke dalam liga. Ini adalah model bisnis yang menguntungkan. Tak berhenti sampai di situ, Activision Blizzard juga akan mengadakan Call of Duty League, menggunakan formula yang sama dengan Overwatch League.

Selain developer game, NERD juga memfokuskan investasinya pada platform streaming seperti Huya dari Tiongkok. Mereka juga memiliki saham di Afreeca, situs streaming game di Korea Selatan. Menariknya, mereka justru tak tertarik untuk membeli saham di perusahaan pembuat hardware, seperti NVIDIA dan AMD atau pembuat konsol, seperti Microsoft, Sony, dan Nintendo. Hersey mengaku, NERD memang lebih mementingkan perusahaan yang lebih terlibat dengan esports. Tak aneh jika mereka fokus pada esports, mengingat pertumbuhan industri esports yang sangat pesat. Pada tahun ini, esports diperkirakan bernilai US$1,1 miliar dan dalam waktu tiga tahun, angka itu akan naik menjadi hampir US$3 miliar, menurut Goldman Sachs.

Selain Huya dan Afreeca, NERD juga memiliki saham di Sea, perusahaan induk Garena. Ini menunjukkan bahwa mereka cukup fokus pada kawasan Asia. Terkait hal ini, Hersey berkata pada CNN Business, “Selama 20 tahun belakangan, ada anak-anak di Korea Selatan yang tumbuh besar dan ingin menjadi gamer profesional. Sementara di Amerika Serikat, esports baru booming dalam satu, dua tahun belakangan, berkat keberdaan Fortnite.”

Sumber: WePC
Sumber: WePC

Sementara itu, ESPO memiliki strategi lain. Mereka tak hanya memfokuskan investasi mereka pada perusahaan streaming dan game, tapi juga hardware. Edward Lopez, Head of ETF Product for VanEck berkata bahwa ESPO memfokuskan investasi mereka pada pada perusahaan yang setidaknya 50 persen dari penjualan mereka datang dari esports dan game. Karena itulah, ESPO juga menanamkan saham di Nvidia dan AMD, yang dikenal dengan kartu grafis dan prosesor buatan mereka. ESPO juga memiliki saham di Nintendo dan perusahaan game Zynga. “Perusahaan-perusahaan ini adalah bagian dari ekosistem gaming, meski mereka tak berperan banyak di esports,” katanya.

Jika menakar keuntungan yang didapatkan, strategi ESPO tampaknya lebih sukses. Data dari Seeking Alpha menunjukkan, keuntungan yang didapatkan ESPO — yang didirikan pada Oktober 2018 — mencapai 25 persen. Sementara keuntungan NERD — yang baru didirikan pada Juni 2019 — hanya mencapai lima persen. Meskipun begitu, industri esports masih akan terus tumbuh. Jadi, tak menutup kemungkinan, akan ada lebih dari satu ETF yang sukses di industri tersebut. “Industri game diuntungkan karena semakin banyak orang yang enggan menonton televisi — tak hanya generasi milenial, tapi juga generasi yang lebih muda,” ujar Lopez. “Gaming adalah bisnis serius dan tak lagi sekadar mainan untuk anak-anak.”

Gandeng Huya, ESL Bakal Masuki Pasar Esports Tiongkok

ESL mengumumkan kerja samanya dengan platform streaming video asal Tiongkok, Huya. Dengan ini, Huya akan membeli saham ESL senilai US$30 juta, menjadikan perusahaan Tiongkok itu sebagai pemegang saham ESL baru pertama sejak mereka mendapatkan investasi dari Modern Times Group (MTG) pada 2015.

Kabar ini muncul setelah ESL mengumumkan bahwa mereka akan mengadakan Intel Extreme Masters di Beijing pada November mendatang. Ketika itu, ESL menyebutkan bahwa komunitas esports Tiongkok sebagai “salah satu komunitas paling berdedikasi” di dunia. Sementara itu, Huya juga telah menjalin kerja sama dengan organisasi esports asal Barat, seperti Team Liquid. Di Indonesia, Huya menyediakan platform streaming bernama NimoTV.

“Kami senang dapat menjalin kerja sama dengan ESL, yang menunjukkan bahwa Huya dapat masuk ke sektor esports global,” kata CEO Huya, Rongjie Dong, seperti dikutip dari Esports Insider. “Bersama dengan ESL, kami tak sabar untuk membuat konten esports kelas dunia untuk para fans gaming di Tiongkok.”

Melalui kerja sama ini, ESL dan Huya akan membuat perusahaan joint venture baru. Tujuan perusahaan itu adalah untuk mengembangkan ekosistem esports di Tiongkok. Nantinya, turnamen lokal di Tiongkok akan terhubung dengan turnamen internasional yang digelar oleh ESL. Ini akan memberikan kesempatan pada atlet esports Tiongkok untuk tampil di kancah internasional. Sementara ESL diuntungkan karena mereka dapat masuk ke Tiongok, yang merupakan pasar esports terbesar. Jorgen Madsen Lindemann, CEO MTG, perusahaan induk ESL mengatakan, Huya akan menjadi rekan yang baik untuk membantu ESL dalam melakukan ekspansi ke Tiongkok.

Kenaikan saham MTG | Sumber: Bloomberg

Kenaikan saham MTG | Sumber: Bloomberg

Setelah berita tentang kerja sama ESL dengan Huya diumumkan, nilai saham MTG naik hingga 25 persen. Ini adalah kenaikan nilai saham paling besar dari MTG. Menurut analis Morgan Stanley, Julia Matoshchuk, kerja sama dengan Huya merupakan langkah yang sangat strategis untuk MTG. “Kerja sama dengan Huya memberikan MTG akses ke pasar esports terbesar dengan pertumbuhan paling cepat, memperkuat posisi ESL sebagai perusahaan esports terbesar di dunia dan membuat perusahaan dari Barat semakin tertarik untuk memasang iklan dengan ESL.”

Tidak heran jika ESL tertarik untuk masuk ke pasar esports Tiongkok. Dikutip dari Esports Observer, menurut laporan Tencent, pada 2020, audiens esports di Tiongkok akan mencapai 350 juta orang, naik dari 250 juta orang pada 2017. Sementara mereka memperkirakan, audiens esports global adalah 590 juta orang. Itu artinya, 59 persen audiens esport berasal dari Tiongkok. Sementara nilai industri esports di Tiongkok pada 2020 diperkirakan akan naik menjadi US$1,5 miliar dari US$760 juta pada 2017.

Sumber: The Esports Observer, Esports Insider, Bloomberg

Sumber header: Esports Insider