Tjufoo dan Sinbad Resmikan Merger

Tjufoo dan Sinbad telah resmi bergabung membentuk Horizon, yang diposisikan untuk memajukan pasar omnichannel consumer goods di Indonesia. Pengumuman besar ini dibuat dalam acara tahunan VC Socials 2024, yang diselenggarakan oleh TNB Aura, pemodal ventura yang berbasis di Singapura.

Horizon, yang kini dipimpin oleh TJ Tham, bertujuan untuk memaksimalkan potensi pertumbuhan brand-brand lokal melalui integrasi teknologi canggih dan pendekatan distribusi yang inklusif.

“Kami berupaya memastikan bahwa setiap tahapan dalam rantai pasok kami diperkuat dengan teknologi terdepan, memberikan keuntungan bagi brand lokal untuk bersaing di tingkat yang lebih tinggi,” ujar Tham.

Sinergi antara Tjufoo dan Sinbad menjanjikan revolusi dalam pengalaman belanja D2C dan B2B, dengan Horizon yang kini mengemban misi untuk mendemokratisasi akses ke produk-produk berkualitas tinggi.

Emilio Wibisono, yang sebelumnya menjabat sebagai CEO Sinbad dan kini bertindak sebagai Chief Business Officer di Horizon, menambahkan, “Kami sangat antusias dengan potensi transformasi yang kami bawa ke pasar Indonesia, memungkinkan peningkatan efisiensi dan akses pasar yang lebih luas bagi semua stakeholder.”

Selain itu, Horizon juga mengutarakan komitmennya untuk mendukung keberlanjutan dan pengembangan ekonomi digital di Indonesia, menargetkan pemanfaatan teknologi untuk mendukung efisiensi operasional dan kepuasan pelanggan.

Dengan dukungan penuh dari TNB Aura, Horizon diharapkan tidak hanya akan memperluas jangkauannya di Indonesia tetapi juga akan memainkan peran kunci dalam memajukan industri consumer goods dengan pendekatan yang lebih inovatif dan inklusif.

Merger ini diharapkan menjadi tonggak penting dalam evolusi industri consumer goods Indonesia, membuka babak baru dalam era digitalisasi dan inovasi produk.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Tjufoo dan Sinbad Tengah Rampungkan Merger

Startup brand aggregator Tjufoo tengah melakukan finalisasi merger dengan B2B commerce Sinbad. Kabar ini pertama kali diterbitkan oleh DealStreetAsia. Kepada DailySocial.id, Founder & CEO Tjufoo TJ Tham membenarkan adanya aksi korporasi ini. Setelah sepakat melakukan konsolidasi, tim tengah bekerja untuk merampungkan kesepakatan ini. Ditargetkan proses merger akan rampung pada Juni 2024 mendatang.

Bagi TJ, pihaknya sangat beruntung menemukan dan bisa bermitra dengan Sinbad, karena ada banyak sinergi bisnis yang bisa diupayakan keduanya untuk menghasilkan potensi bisnis yang lebih besar.

Diketahui Sinbad memiliki kapabilitas layanan supply chain untuk mendistribusikan produk dari brand principal ke lebih dari 4400 toko di 1000 lebih kabupaten/kota di Indonesia. Sementara fokus Tjufo adalah menginkubasi dan menghasilkan produk konsumer yang dipasarkan di berbagai kalangan. Sehingga secara model bisnis keduanya bisa diintegrasikan dengan baik.

Terkait ke depan apakah kedua perusahaan akan melebur atau tetap menjadi entitas terpisah, TJ mengatakan bahwa eksekutif dari kedua perusahaan tengah memikirkan hal tersebut. Cepat atau lambat –setelah fundraising selesai– keputusan tersebut akan segera diambil.

Tjufoo tengah rampungkan pendanaan

Sejak awal tahun, Tjufoo memang dikabarkan tengah menggalang pendanaan baru. Menurut data yang dilaporkan ke regulator, seperti dikutip Alternative.pe, ada sejumlah investor yang telah masuk putaran baru ini salah satunya Binus Investama, PT Tri Mulia Agung, dan sejumlah angel investor. Sebelumnya perusahaan juga telah mendapatkan pendanaan awal dari TNB Aura.

Sebelumnya pada pertengahan 2023, Tjufoo mengklaim telah mencapai profitabilitas dengan operasional yang efisien. Sebagai “house of brand“, mereka memilih langkah ekstra selektif dalam mengakuisisi brand, untuk memastikan setiap binaannya dapat mendapatkan optimasi bisnis. Saat ini ada 6 merek bisnis yang ada alam manajemennya, meliputi ACMIC, Granova, Cypruz, Dew It, Muscle First, dan Dapur Cokelat.

Konsolidasi ini juga bisa dinilai sebagai langkah positif. Pasalnya secara industri, lini brand aggregator tengah mengalami tantangan yang cukup berarti. Sejumlah pemain telah terdampak, termasuk salah satu yang terbesar yakni Thrasio. Tahun lalu rival mereka Hypefast juga baru melakukan efisiensi lewat PHK 30% karyawan demi kejar target profitabilitas.

Sekilas tentang Sinbad

Sinbad didirikan sejak tahun 2018 oleh Emilio Wibisono dan Jabert Hachchouch dengan misi untuk menyederhanakan rantai pasok dalam proses perdagangan dan pengadaan di Indonesia. Diklaim pemesanan produk melalui Sinbad akan langsung terhubung ke distributor utama dengan tarif terendah yang ada di pasaran, dengan FMCG sebagai kategori utamanya.

Akhir 2022 lalu, Sinbad dikabarkan tengah menggalang pendanaan seri A. Menurut data dari regulator, Centauri Fund dari MDI Ventures memimpin putaran ini diikuti Genesia Ventures, Central Capital Ventura, dan sejumlah investor.

Application Information Will Show Up Here

Blibli, Tiket.com, dan Ranch Market Merger [UPDATE]

Blibli, Tiket.com, dan Ranch Market mengumumkan penyatuan bisnis (merger) menjadi “Blibli Tiket”. Inisiatif ini diumumkan melalui sebuah video komersial yang diunggah di kanal kanal YouTube Blibli hari ini (14/10).

“Blibli Tiket merupakan campaign of a unified omnichannel ecosystem antara Blibli bersama entitas anak, Tiket.com – penyedia layanan perjalanan dan gaya hidup terlengkap; dan Ranch Market – a leading high quality supermarket chain di Indonesia. Ekosistem omnichannel Blibli Tiket memberikan kemudahan dan nilai tambah bagi para pelanggan, serta menyediakan layanan yang lebih lengkap, bermanfaat dan terintegrasi dari tiap channel dan platform di dalam ekosistem,” ujar VP Public Relations Blibli Yolanda Nainggolan.

Belum diketahui bagaimana struktur legal pasca merger. Ketika dikonfirmasi pihak perusahaan belum mau memberikan komentar. Dari pantauan di situs Blibli, saat ini struktur direksi perusahaan sudah dikondisikan layaknya PT umum dengan Direksi dan Dewan Komisaris, termasuk komisaris independen.

Kabar soal merger ini sebenarnya sudah terendus sejak beberapa bulan lalu, bebarengan dengan rumor rencana IPO yang akan digalakkan perusahaan tahun ini. Sementara integrasi aplikasi antara Blibli dan Tiket.com sudah dilakukan sejak awal tahun ini, dimulai dengan integrasi akun antar-aplikasi.

Tiket.com adalah pionir OTA (Online Travel Agent) di Indonesia. Berdiri sejak tahun 2011, perusahaan ini diakuisisi oleh Djarum Group melalui Blibli pada tahun 2017. Pun demikian Ranch Market, tahun 2021 lalu Blibli mengakuisisi saham mayoritas perusahaan untuk memperkuat lini grocery yang dimiliki.

Kendati angka valuasinya tidak disebutkan secara eksplisit, baik Blibli maupun Tiket.com saat ini mengonfirmasi telah menyandang status unicorn. Harapannya, bergabungnya ketiga layanan ini diharapkan bisa memberikan pengalaman yang utuh, melalui fitur unggulan yang mereka miliki.

*Pembaruan per 17 Oktober 2022: Kami menambahkan statement dari pihak Blibli terkait “Blibli Tiket”

Application Information Will Show Up Here

Revaluasi Aset: Manfaat, Jurnal, dan Kekurangannya

Berbicara tentang aset mungkin yang sering terpikirkan adalah barang berharga yang dimiliki oleh perseorangan atau juga perusahaan seperti bangunan, rumah, atau juga peralatan.

Bukan sekadar barang, aset juga sering digunakan untuk perhitungan keuangan perusahaan contohnya dalam perhitungan leverage ratio. 

Namun, apakah kamu tahu jika aset juga bisa mengalami penyusutan dan revaluasi? Bahkan ada metode untuk mengukur revaluasi tersebut, loh! Hal ini dinamakan revaluasi aset. 

Bagi kamu yang belum familiar dengan istilah ini tidak perlu khawatir, karena di sini kamu akan mengetahui pembahasan revaluasi aset dari definisi, rumus, dan juga kekurangannya.

Apa Itu Revaluasi Aset?

Revaluasi aset adalah sebuah penilaian kembali atas aset tetap sebuah perusahaan karena adanya kenaikan atau penurunan nilai aset di pasaran, atau juga nilai aset yang terlalu rendah dalam laporan keuangan.

Tujuan revaluasi aset tetap ini adalah untuk memperbaharui nilai aset jangka panjang agar sesuai dengan nilai pasarnya dan juga membuat bagian keuangan perusahaan bisa melakukan perhitungan dan analisis penghasilan secara tepat. Revaluasi aset juga akan berhubungan dengan materi aset tetap dan aset tetap tidak berwujud sebuah perusahaan.

Harga sebuah aset bisa berubah itu tergantung berbagai faktor seperti inflasi, pasokan di pasaran renda, permintaan yang banyak atau sedikit, dan juga devaluasi. Apa itu devaluasi? Kebijakan pemerintah dalam menurunkan nilai mata uang sebuah negara.

Aset tetap juga sering disebut sebagai aktiva tetap yaitu aktiva sebuah perusahaan yang sifatnya permanen yang digunakan untuk menjalankan operasional perusahaan. Contoh aktiva tetap adalah gedung dan juga kendaraan.

Dasar Hukum yang Mengatur Revaluasi Aset

Revaluasi aset tentunya sudah diatur perintah dalam undang-undang (UU) Nomor 36 Tahun 2008 mengenai perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1993 mengenai pajak penghasilan. Dalam PPh Pasal 19 Ayat UU 36/2008 berisi:

  1. Menteri Keuangan berwenang menetapkan peraturan tentang penilaian kembali aktiva dan faktor penyesuaian apabila terjadi ketidaksesuaian antara unsur-unsur biaya dengan penghasilan karena perkembangan harga.
  2. Atas selisih penilaian kembali aktiva sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterapkan tarif pajak tersendiri dengan Peraturan Menteri Keuangan sepanjang tidak melebihi tarif pajak tertinggi.

Selain itu penilaian revaluasi aset juga tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan 9 PMK) Nomor 191/PMK.10/2015 mengenai penilaian kembali aktiva tetap untuk tujuan perpajakan bagi permohonan yang diajukan pada tahun 2015 dan tahun 2016.

Melalui peraturan ini, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) akan melakukan pengurangan tarif PPh Pasal 19 bagi perusahaan yang melakukan revaluasi aset.

Apa Saja Aset yang Dapat Direvaluasi?

Dikutip dari berbagai sumber, ternyata tidak semua aset perusahaan bisa dilakukan penilaian kembali atau revaluasi. Hanya aset tetap berwujud yang berada di indonesia saja yang bisa direvaluasi.

Contoh revaluasi aset tetap adalah aset properti seperti bangunan karena berwujud dan keberadaannya bisa diketahui secara pasti. Revaluasi aset ini juga bisa dilakukan oleh semua badan usaha tetap yang sudah memiliki kewajiban pajak badan dalam negeri.

Manfaat Revaluasi Aset

Revaluasi aset ini memiliki manfaat dalam bisnis perusahaan sebagai berikut:

1. Sebagai bentuk kekayaan perusahaan

Tujuan revaluasi aset adalah untuk memberikan penilaian terhadap aset tetap perusahaan, dengan begitu aset ini akan tercantum dalam laporan keuangan dan apabila sebuah perusahaan akan melakukan go public dapat dipakai untuk menyusun laporan aset dengan harga yang realistis.

2. Sebagai pengontrol modal

Revaluasi aset juga dapat menurunkan debt to equity ratio dalam leverage ratio perusahaan. Hal ini apabila perusahaan akan melakukan peminjaman modal di bank akan bisa diproses dengan mudah, karena apabila modal meningkat capital adequacy ratio akan mengikuti.

3. Menarik investor

Dengan adanya revaluasi aset maka kinerja keuangan perusahaan juga akan meningkat dan bisa menjadi poin plus untuk menarik investor. Kamu bisa mulai dengan melakukan peluncuran saham perusahaan atau juga obligasi.

4. Mengurangi kewajiban pajak

Nilai aset perusahaan yang mengalami perubahan juga bisa berpengaruh terhadap nilai penyusutan, apabila nilai penyusutan naik laba yang dihasilkan juga akan menurun. Sehingga kewajiban pajak akan berkurang.

5. Membantu perusahaan untuk merger

Revaluasi aset akan berguna bagi perusahaan yang akan merger, karena perusahaan tersebut harus melakukan penilaian ulang terhadap aset tetapnya. Sehingga pada saat itu nilai aset yang sesungguhnya dapat diketahui.

Contoh Jurnal Revaluasi Aset Tetap

Cadangan revaluasi aset ke atas

Perusahaan A melakukan revaluasi aset bangunan dan menemukan nilai pasar harus Rp600 juta. Nilai tercatat pada neraca di tanggal 1 juni 2022 adalah Rp400 juta, artinya perusahaan tersebut kehilangan nilai aset sebesar Rp200 juta.

Maka entri jurnal revaluasi aset ke atas:

ParticularsDebitCredit
Building AccountRp200 juta 
Revaluation Reserve Rp200 juta

Kenaikan nilai aset tetap nantinya tidak akan dicatat di dalam laporan laba rugi.

Cadangan revaluasi nilai ke bawah

Perusahaan  A melakukan revaluasi aset bangunan dan menemukan nilai pasar harus Rp500 juta. Nilai tercatat pada neraca di tanggal 1 juni 2022 adalah Rp350 juta.

Entri jurnal revaluasi nilai ke bawah:

ParticularsDebitCredit
Revaluation ReserveRp150 juta 
Building Account Rp1500 juta

Saat harga aset tetap menurun dan perusahaan tidak memiliki saldo kredit yang sama dengan penurunan harga. Sehingga penurunan nilai aset akan masuk debit dalam laporan laba rugi sebesar selisih jumlah cadangan penilaian kembali yang dikurangi penurunan di pasar harga aset tetap.

Kekurangan Revaluasi Aset

Selain memiliki manfaat, revaluasi aset juga memiliki kekurangan yang perlu kamu ketahui:

  1. Jumlah penyusutan atas revaluasi aset sering tidak menunjukkan pola yang abstrak atau tidak teratur.
  2. Perusahaan akan mengeluarkan banyak biaya dalam melakukan revaluasi aset, karena revaluasi aset harus dilakukan oleh yang profesional dan mungkin saja tidak semua bagian keuangan perusahaan tersebut bisa melakukannya.
  3. Perusahaan kamu tidak dapat melakukan revaluasi aset tiap tahun, karena terkadang biaya aset tetap juga tidak mengalami penurunan.

Nah, demikian pembahasan mengenai revaluasi aset yang merupakan penilaian kembali terhadap aset tetap sebuah perusahaan. Untuk melakukan revaluasi kamu harus selalu mengkonfirmasi dna mengecek nilai pasar saat ini.

Indosat Ooredoo Hutchison Rampung Merger, Kejar Inovasi Digital dan Jaringan 5G

Mengawali tahun baru, Indosat Ooredoo dan Hutchison 3 Indonesia mengumumkan telah menyelesaikan penggabungan usaha setelah menerima semua persetujuan hukum dan pemegang saham yang diperlukan. Dengan nama baru, Indosat Ooredoo Hutchison (IOH), akan beroperasi dan tetap menjadi perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia dengan ticker ISAT.

Penggabungan dua usaha ini akan menyatukan dua bisnis yang saling melengkapi untuk menciptakan perusahaan telekomunikasi dan internet digital berskala dunia di Indonesia. Perseroan memiliki kemampuan yang lebih baik untuk bersaing dan memberikan nilai lebih untuk semua stakeholder.

Lebih lanjut, penggabungan usaha ini turut mengubah jajaran direksi perseroan. Vikram Sinha, yang sebelumnya COO Indosat Ooredoo akan memimpin Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) sebagai CEO. Dari Tri Indonesia ada dua yang menjabat di IOH, yakni Muhammad Danny Buldyansyah (Director & Chief Regulatory Officer) dan Nicky Lee Chi Hung (Director & Chief Financial Officer).

Dari jajaran komisaris terdapat Eks Direktur Utama Indosat Ooredoo Ahmad Abdulaziz AA Al Neama dan Eks Direktur Utama Tri Cliff Woo Chiu Man menjadi komisaris bersama Patrick Walujo (Northstar Group). Sementara dari Indosat Ooredoo ada Irsyad Syahroni di posisi yang sama. Eks Menteri Kominfo periode 2014-2019 Rudiantara turut bergabung sebagai Komisaris Independen.

President Director dan CEO Indosat Ooredoo Hutchison yang Ditunjuk Vikram Sinha menyampaikan, perusahaan berada di posisi yang lebih kuat untuk menjadi industri telekomunikasi digital yang paling dipilih di Indonesia serta menjadi pemain penting dalam ekosistem 5G dan transformasi digital bangsa.

“Hari ini menandai dimulainya babak baru yang menarik bagi Indosat Ooredoo Hutchison. Saya merasa terhormat untuk memimpin perusahaan yang bersatu menjadi lebih besar dan lebih kompetitif, dengan didukung oleh pengalaman kelas dunia dan keahlian lokal yang terbukti, dalam upaya untuk menghubungkan dan memberdayakan seluruh masyarakat Indonesia,” ucapnya dalam keterangan resmi.

Dia melanjutkan, “Kami akan membangkitkan rasa bangga dari masyarakat Indonesia dengan berkontribusi pada pertumbuhan digital dan ekonomi bangsa seraya mempersiapkan Indosat Ooredoo Hutchison untuk menjadi salah satu perusahaan telekomunikasi paling terpercaya di Asia Tenggara.”

Penggabungan usaha ini tidak berdampak pada pelanggan Indosat Ooredoo Hutchison sebab pelanggan akan terus menerima layanan dan penawaran. Untuk menandai hari pertama setelah merger, perseroan menawarkan bebas menelepon selama sebulan untuk para pelanggan hingga 200 menit sehari.

Mengutip dari Kontan, Director & Chief Strategy & Execution Officer Indosat Ooredoo Hutchison Armand Hermawan mengatakan, merger ini akan memberikan manfaat yang besar bagi seluruh pelanggan. Pasalnya, kekuatan finansial yang dimiliki dapat menjadi amunisi bagi perseroan untuk memberikan layanan yang lebih baik, termasuk meluasnya cakupan dan jaringan.

“Ada peningkatan efisiensi yang didapat karena perusahaan dapat mengalihkan investasi ke daerah-daerah lain, di luar daerah yang sudah padat dengan sinyal kami,” ucap Armand.

Terkait rencana pengembangan 5G, Director & Chief Regulatory Officer Indosat Ooredoo Hutchison Danny Buldansyah menambahkan, gabungan dua usaha ini akan menghasilkan spektrum yang mencukupi agar pergelaran 5G akan jauh lebih baik.

Pengembangan jaringan 5G

Pengamat industri telekomunikasi Moch S. Hendrowijono menuturkan dengan tambahan modal, perseroan memiliki manfaat strategis dengan skala yang lebih besar dan struktur biaya yang lebih efisien, spektrum frekuensi teragregat dan kapasitas, kecepatan dan layanan yang lebih handal.

Kondisi ini membuat perseroan siap melakukan investasi untuk jaringan 5G yang padat modal, sebab terjadi efisiensi di biaya modal untuk memperluas jangkauan. “Penggabungan infrastruktur memungkinkan mereka melakukan perluasan jangkauan dengan biaya modal lebih murah, memanfaatkan infrastruktur yang direlokasi, serta pengurangan duplikasi dalam penggunaan teknologi,” terangnya dikutip dari Kompas.com.

Tanpa banyak investasi, mereka dapat menambah jumlah BTS yang dioperasikan dengan merelokasi BTS yang ada, menjadi kelebihan dibandingkan operator lain. Saat ini BTS ex-Indosat ada sebanyak 235.885 BTS, sebanyak 70.109 buah merupakan BTS 4G, dan BTS ex-Tri ada di lebih 37.000 desa/kelurahan. Ada 18.000 BTS kedua operator yang berdekatan, sehingga bisa direlokasi untuk meluaskan jaringan yang berpotensi menambah jumlah pelanggan.

Bukan tidak mungkin jumlah pelanggan IOH akan mendekati Telkomsel. Sebab sebagai pemegang lisensi modern, IOH berkewajiban melayani seluruh Indonesia, tidak hanya Jawa dan Sumatera saja.

Gencar layanan digital

Setelah sektor digital ditinggal selama beberapa waktu, Indosat mulai gencar melakukan berbagai inisiatif digital. Beberapa yang sudah diluncurkan adalah IMove dan IMBeats. IMove adalah aplikasi wellness yang menawarkan pendekatan holistik untuk kesehatan yang optimal, dimulai dari gerakan, nutrisi, dan kesehatan emosional.

Sementara IMBeats adalah aplikasi streaming musik dengan pustaka musik lebih dari 50 ribu musik dan video klip yang dapat dinikmati. Selain mendengarkan musik secara streaming, pengguna dapat menggunakan aplikasi untuk membuat playlist lagu, menonton cuplikan video klip, hingga membaca berita dari musisi favorit.

Aplikasi konsumer Indosat, yakni myIM3 kini ditenagai dengan berbagai fitur, mulai dari fintech (UCan bersama Bank QNB Indonesia), keagenan (Kios myIM3), streaming video (Vidio, KlikFilm, trueID), e-commerce (iStyle.id), keyboard virtual (Bobble AI), dan gaming (myIM3 Games Club bersama AMK dan Own Games).

Sementara di Tri Indonesia sendiri, sektor digital menjadi fokus perusahaan mengingat bahwa 95% penggunanya didominasi oleh anak muda. Oleh karenanya, perusahaan memosisikan diri sebagai digital lifestyle provider dengan menyediakan beragam produk, mulai dari kartu perdana hingga isi ulang AlwaysOn dan Happy dengan harga hemat, masa aktif panjang, dan dilengkapi dengan produk unlimited internet mulai dari kuota harian hingga paket bundling berbagai aplikasi favorit pelanggan.

Pelanggan dapat mengikuti loyalty program poin BonsTri, berwirausaha bersama Bima Agent, menemukan potensi dalam bermain game dengan H3RO, dan mendapatkan ragam kemudahan dalam bertransaksi digital melalui aplikasi bima+. Produk H3RO dilengkapi dengan teknologi Tri Primeline, yang memungkinkan para pengguna mendapatkan akses prioritas di jaringan kuat 4.5G Pro, pengalaman bebas nge-lag dengan teknologi low latency. Tidak hanya ragam produk H3RO yang dihadirkan, 3 Indonesia juga menyediakan wadah untuk mengasah potensi gaming anak muda melalui H3RO Esports Tournament.

Application Information Will Show Up Here

Indosat and Tri Officially Announces 85.6 Trillion Rupiah Merger

PT Indosat Ooredoo Tbk (IDX:ISAT) officially announced a merger with PT Hutchison 3 Indonesia (H3I) with an agreed value of $6 billion or 85.6 trillion Rupiah. Through its parent company Ooredoo Group and CK Hutchison, both companies will merge into “Indosat Ooredoo Hutchison”.

Currently, Ooredoo Group owns 65% of Indosat Ooredoo shares through Ooredoo Asia. Through this merger, CK Hutchison will acquire 21.8% of Indosat Ooredoo Hutchison. CK Hutchison will also acquire 50% of Ooredoo Asia by exchanging its 21.8% shares in Indosat Ooredoo Hutchison for 33% in Ooredoo Asia.

The Hong Kong-based telecommunications conglomerate will grab an additional 16.7% in the Ooredoo Group for $387 million or IDR 5.5 trillion. Both parties will have a 50% ownership interest in Ooredoo Asia, which will be named Ooredoo Hutchison Asia, and own 65.6% shares and control over Indosat Ooredoo Hutchison.

In terms of post-merger, Indosat Ooredoo Hutchison will remain listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX), with the Indonesian government holding 9.6% of the shares, PT Tiga Telekomunikasi Indonesia 10.8% of the shares, and the public about 14% of the shares.

Indosat Ooredoo shareholders recommended Vikram Sinha and Nicky Lee as Chief Executive Officer (CEO) and Chief Financial Officer (CFO) at Indosat Ooredoo Hutchison, respectively. Moreover, Ahmad Al-Neama and Cliff Woo will remain the President Director & CEO of Indosat Ooredoo and CEO of H3I until the merger process is complete.

Aiming for the second place

Considering its scale, financial capabilities, expertise, and network development, Ooredoo Group’s Managing Director, Aziz Aluthman Fakhroo targets this consolidation to bring Indosat Ooredoo Hutchison as the second largest telecommunications operator in Indonesia with projected annual revenues of up to $3 billion.

In addition, the merger of the two company assets will directly provide benefits to cost efficiency and capital expenditure. The company estimates that the synergies’ annual run rate before tax will reach $300-400 million in the next three to five years.

With the giant business scale owned by the two parent companies, Indosat Ooredoo Hutchison can take advantage of the technology, network, and services owned by the Ooredoo Group and CK Hutchison in the European, Middle East, North Africa and Asia Pacific markets.

“The merger will provide benefits for various functions, including procurement activities. After this consolidation, the Indonesian mobile market is expected to maintain healthy competition. This situation will attract long-term investment for the telecommunications industry,” Aziz said in his official statement.

CK Hutchison Holdings’ Group Co-Managing Director, Canning Fok also said his team can also expand the network and improve service quality in line with the merger of a larger spectrum that will provide cost efficiency.

“Furthermore, we are looking forward to bring the most innovative 5G service to Indonesia at the right time. Currently, CK Hutchison has available in 12 countries, many of which have successfully deployed 5G networks,” he said.

Currently, H3I has 10MHz in the 1800MHz band and 15MHz in 2100MHz to serve 39 million subscribers. Meanwhile, Indosat has a spectrum of 2.5MHz (850MHz), 10MHz (900MHz), 20MHz (1800MHz), and 15MHz (2100MHz) to serve 60 million subscribers with 66,313 4G BTS.

Consolidation for efficiency

The corporate action by Indosat Ooredoo and Hutchison adds to the long list of Indonesian telecommunications operators with M&A history within this decade. Previously, the M&A action was taken by PT Mobile-8 Tbk (FREN) annexing PT Smart Telecom and merging into Smartfren. Then, it was followed by PT XL Axiata Tbk (EXCL) which acquired Axis for IDR 8.6 trillion.

The Ministry of Communication and Information (Kominfo) has made attempts to encourage the telecommunications industry to consolidate, both through M&A and network cooperation. It is due to the very tight competition in the telecommunications industry involving many players.

Meanwhile, the telecommunications business is considered investment-intensive as it has to build network infrastructure. In fact, the growth of the telecommunications industry is increasingly stagnant when cellular penetration is above 100%. The Central Statistics Agency (BPS) recorded that cellular card users reached 341.28 million in 2019, or already surpassed the total population of 269.6 million.

According to the Secretary General of the Center for Telecommunication Policy and Regulatory Studies at the Bandung Institute of Technology (ITB) Muhammad Ridwan Effendi, the merger by Indosat Ooredoo and Hutchison 3 Indonesia will provide significant benefits for the telecommunications industry. One thing is because operators can now encourage business efficiency, especially in network development.

“Although we have to wait for the post-audit results by the Business Competition Supervisory Commission (KPPU), this merger is appropriate as the operator’s capital and assets will increase. Hopefully, the community will get even greater benefits from this business merger.” He said in a discussion with DailySocial.id team.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Indosat dan Tri Resmi Merger dengan Nilai Transaksi 85,6 Triliun Rupiah

PT Indosat Ooredoo Tbk (IDX:ISAT) resmi mengumumkan merger dengan PT Hutchison 3 Indonesia (H3I) dengan nilai yang disepakati sebesar $6 miliar atau 85,6 triliun Rupiah. Melalui induk usahanya Ooredoo Group dan CK Hutchison, kedua perusahaan akan menggabungkan bisnisnya menjadi “Indosat Ooredoo Hutchison”.

Saat ini, Ooredoo Group menguasai kepemilikan saham Indosat Ooredoo melalui Ooredoo Asia sebesar 65%. Lewat aksi merger ini, CK Hutchison akan memperoleh saham baru sebanyak 21,8% di Indosat Ooredoo Hutchison. CK Hutchison juga akan mendapatkan 50% saham milik Ooredoo Asia dengan menukar 21,8% sahamnya di Indosat Ooredoo Hutchison untuk 33% saham di Ooredoo Asia.

Konglomerasi telekomunikasi asal Hong Kong tersebut juga akan mengambil kepemilikan tambahan 16,7% saham di Ooredoo Group senilai $387 juta atau 5,5 triliun Rupiah. Kedua belah pihak akan mengantongi 50% porsi kepemilikan dari Ooredoo Asia yang akan diberi nama Ooredoo Hutchison Asia, serta memiliki 65,6% saham dan kendali atas Indosat Ooredoo Hutchison.

Pasca-merger, Indosat Ooredoo Hutchison akan tetap terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan pemerintah Indonesia memegang 9,6% saham, PT Tiga Telekomunikasi Indonesia 10,8% saham, dan publik sekitar 14% saham.

Pemegang saham Indosat Ooredoo mencalonkan Vikram Sinha dan Nicky Lee masing-masing sebagai Chief Executive Officer (CEO) dan Chief Financial Officer (CFO) di Indosat Ooredoo Hutchison. Adapun, Ahmad Al-Neama dan Cliff Woo masih akan menjalankan tugasnya sebagai Presiden Direktur & CEO Indosat Ooredoo serta CEO H3I sampai proses merger selesai.

Bidik posisi kedua terbesar

Dengan memperhitungkan skala, kemampuan keuangan, keahlian, hingga pengembangan jaringan, Managing Director of Ooredoo Group Aziz Aluthman Fakhroo menargetkan konsolidasi ini dapat membawa Indosat Ooredoo Hutchison sebagai operator telekomunikasi kedua terbesar di Indonesia dengan proyeksi pendapatan tahunan hingga $3 miliar.

Selain itu, penggabungan kedua aset perusahaan secara langsung akan memberikan keuntungan terhadap efisiensi biaya dan belanja modal. Perusahaan memperkirakan rasio proses (run rate) tahunan sinergi sebelum pajak akan mencapai $300-400 juta dalam tiga hingga lima tahun ke depan.

Dengan skala bisnis raksasa yang dimiliki kedua induk usaha, Indosat Ooredoo Hutchison dapat memanfaatkan teknologi, jaringan, hingga layanan yang dimiliki Ooredoo Group dan CK Hutchison di pasar Eropa, Timur Tengah, Afrika  Utara, dan Asia Pasifik.

“Penggabungan perusahaan ini akan memberikan keuntungan pada berbagai fungsi, misalnya kegiatan pengadaan. Usai konsolidasi ini, pasar mobile Indonesia diperkirakan dapat mempertahankan persaingan yang sehat. Situasi ini akan menjadi daya tarik investasi jangka panjang bagi industri telekomunikasi,” ujar Aziz dalam keterangan resminya.

Group Co-Managing Director of CK Hutchison Holdings Canning Fok menambahkan, pihaknya juga dapat memperluas jaringan dan menyempurnakan kualitas layanan sejalan dengan penggabungan spektrum yang lebih besar yang akan memberikan efisiensi biaya.

“Apalagi kami sangat menantikan kesempatan untuk membawa layanan 5G paling inovatif ke Indonesia di waktu yang tepat. Saat ini, CK Hutchison telah mengoperasikan bisnis di 12 negara di mana banyak di antaranya telah sukses menggelar jaringan 5G,” tuturnya.

Saat ini, H3I memiliki 10MHz di pita 1800MHz dan 15MHz di 2100MHz untuk melayani 39 juta pelanggan. Sementara, Indosat memiliki spektrum selebar 2,5MHz (850MHz), 10MHz (900MHz), 20MHz (1800MHz), dan 15MHz (2100MHz) untuk melayani sebanyak 60 juta pelanggan dengan 66.313 BTS 4G. 

Konsolidasi untuk efisiensi

Aksi korporasi yang dilakukan Indosat Ooredoo dan Hutchison menambah deretan panjang operator telekomunikasi Indonesia yang melakukan M&A selama lebih dari satu dekade ini. Sebelumnya, aksi M&A sudah lebih dulu dilakukan oleh PT Mobile-8 Tbk (FREN) mencaplok PT Smart Telecom dan melebur menjadi Smartfren. Kemudian aksi ini diikuti oleh PT XL Axiata Tbk (EXCL) yang mengakuisisi Axis senilai Rp8,6 triliun.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) sebetulnya sudah jauh-jauh hari berupaya mendorong industri telekomunikasi untuk berkonsolidasi, baik lewat M&A maupun kerja sama jaringan. Pasalnya, persaingan industri telekomunikasi terbilang sangat ketat akibat terlalu banyaknya pemain.

Sementara, bisnis telekomunikasi identik dengan padat investasi karena harus membangun infrastruktur jaringan. Dengan kondisi ini, pertumbuhan industri telekomunikasi semakin stagnan manakala penetrasi seluler sudah di atas 100%. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pengguna kartu seluler mencapai 341,28 juta di 2019, atau sudah melampaui jumlah penduduk dengan 269,6 juta jiwa.

Menurut Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Muhammad Ridwan Effendi, aksi merger yang dilakukan Indosat Ooredoo dan Hutchison 3 Indonesia akan memberikan keuntungan signifikan bagi industri telekomunikasi. Pasalnya, operator kini dapat mendorong efisiensi bisnis, terutama pada pembangunan jaringan.

“Meski harus menunggu hasil post-audit oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), aksi merger ini sudah tepat karena modal dan aset operator akan semakin besar. Mudah-mudahan masyarakat mendapatkan manfaat lebih besar lagi dari penggabungan bisnis ini.” Ujarnya dihubungi DailySocial.id.

Selain Go-Public, Tiket.com Buka Peluang Bergabung dengan Super App

Kabar rencana go-public Tiket.com kembali menguak, kali ini pernyataan dilontarkan langsung oleh George Hendrata selaku CEO. Kepada Bloomberg, ia membenarkan bahwa perusahaan tengah mempertimbangkan untuk melakukan merger dengan perusahaan cek kosong (SPAC). Meski demikian, pihaknya juga tengah mengeksplorasi IPO tradisional.

Hal menarik lain, George mengungkapkan bahwa Tiket.com berpotensi bergabung dengan salah satu super app di Asia Tenggara sebagai salah opsi aksi korporasi yang akan dilakukan. Kendati tidak disebutkan namanya, terminologi tersebut umumnya merujuk pada Gojek atau Grab.

Sebelumnya Tiket.com dan Gojek sempat berkolaborasi merilis layanan GoTravel pada tahun 2019. Gojek, yang baru meresmikan GoTo bersama Tokopedia, juga memiliki keterkaitan dengan Djarum Group sebagai pemegang saham. CEO Blibli Kusumo Martanto juga menjabat sebagai salah satu board member di Gojek.

George sendiri menakhodai Tiket.com pasca perusahaan diakuisisi oleh Djarum Group melalui Blibli pada tahun 2017 lalu. Sebelumnya ia menjabat sebagai Direktur Pengembangan/Diversifikasi Bisnis Djarum.

[go-public] pasti akan masuk tahun ini. IPO Tradisional, juga melihat itu, tapi untuk pemulihan [bisnis] perjalanan secara penuh, itu akan memakan waktu satu atau bahkan dua tahun. Opsi SPAC lebih cepat,” ujarnya seperti dikutip Bloomberg.

Kabar yang beredar sebelumnya, Tiket.com tengah berdiskusi dengan COVA Acquisition Corp. untuk kesepakatan merger dengan nilai $2 miliar. Kepada DailySocial pihak Tiket.com juga telah mengonfirmasi, bahwa valuasi perusahaan saat ini sudah di atas $1 miliar.

Dalam wawancara terpisah, perwakilan Tiket.com mengatakan bahwa pihaknya sedang menjajaki sejumlah opsi strategis, IPO jadi salah satunya. “Kami belum dapat memberikan konfirmasi perihal target jadwal,” ujarnya.

Terkait putaran pendanaan baru, pihaknya mengatakan “Kami didukung oleh pemegang saham dan ekosistem yang kuat. Kami terbuka menjajaki kemitraan yang strategis yang dapat bersinergi dengan kami, agar bisa sama-sama menumbuhkan ekosistem dengan lebih kuat.”

Kendati bisnis travel sangat terganggu akibat pembatasan di tengah pandemi, namun pihak Tiket.com cukup optimis bahwa tahun 2021 akan menjadi kebangkitan industri pariwisata Indonesia, didasari oleh hadirnya vaksin, meningkatnya permintaan perjalanan, dan harapan dibukanya kembali travel ban di seluruh dunia pada waktu mendatang.

Berbagai inisiatif produk juga dihadirkan sebagai bentuk penyesuaian di tengah kondisi saat ini. Misalnya meluncurkan tiket HOMES yang memberikan opsi kepada pelanggan untuk akomodasi non-hotel (rumah atau vila) dan tiket Paylater yang memberikan opsi kemudahan dalam metode pembayaran.

Selain itu juga ada tiket FLEXI dan tiket CLEAN, fitur-fitur yang memberikan kemudahan bagi pelanggan untuk menentukan preferensi waktu perjalanan/liburan serta dapat memilih akomodasi atau destinasi wisata yang sudah memenuhi standar protokol kesehatan.

Opsi go-public oleh unicorn lokal terus mengerucut. Selain Tiket.com, startup lain meliputi Travelok, Bukalapak, GoTo, hingga Kredivo dikabarkan juga tengah dalam tahap penjajakan. Beberapa menargetkan bisa segera merealisasikan rencana tersebut tahun ini.

Application Information Will Show Up Here

Gojek-Tokopedia Merger Officially Completes, Launching the New Entity “GoTo”

Gojek and Tokopedia officially merge to form a new entity “GoTo” today (17/5). GoTo combines e-commerce, on-demand and financial services into one ecosystem. The combination is said to spread around Indonesia, and the largest one between the two internet companies in Asia.

It was supported by the ranks of the two companies’ main investors. Those are Alibaba Group, Astra International, BlackRock, Capital Group, DST, Facebook, Google, JD.com, KKR, Northstar, Pacific Century Group, PayPal, Provident, Sequoia Capital, SoftBank Vision Fund 1, Telkomsel, Temasek, Tencent, Visa, and the Warburg Pincus.

The GoTo Group ecosystem represents 2% of Indonesia’s total GDP and will increasingly serve 270 million Indonesian consumers and other developing countries in Southeast Asia. In the description, the GoTo Group has a total Gross Transaction Value (GTV) of more than $22 billion in 2020; more than 1.8 billion transactions in 2020; more than two million driver-partners registered as of December 2020; more than 11 million business partners as of December 2020; more than 100 million monthly active users.

In an official statement, Gojek’s Andre Soelistyo is to lead GoTo as the Group CEO, with Patrick Cao from Tokopedia as GoTo’s President. Next, Kevin Aluwi will remain as Gojek’s CEO and William Tanuwijaya as Tokopedia’s CEO.

Aside from his responsibilities at the group level, Andre will continue to lead the payments and financial services business called “GoTo Financials”. GoTo Financials includes GoPay services, as well as financial services and business solutions for business partners.

Ekosistem layanan GoTo

“Today is very historical as the GoTo Group is formed and it marks the growth phase for Gojek, Tokopedia and GoTo Financial. [..] The GoTo Group will also enable us to further encourage financial inclusion in Indonesia and Southeast Asia,” Andre Soelistyo said.

GoTo’s President, Patrick Cao added, “The GoTo Group business model is becoming more diverse, stable and sustainable. [..] We are excited to start the next chapter of our business history and will continue to innovate to drive more inclusive growth in every sector our technology involved.”

Tokopedia’s Co-Founder & CEO, William Tanuwijaya said, “[..] The GoTo Group will make it easy for all levels of society to gain access to high-quality products and services, anytime and anywhere. In order to achieve this goal, the journey is still quite long, but today is all about starting it all together.”

Gojek’s Co-Founder & CEO, Kevin Aluwi said, “This is a combination of two companies that share the same principles, thoughts and work ethic. Delivering an agreement of the size and scale of a business such as Gojek and Tokopedia in a relatively short time and smooth move, can only be achieved because we share the same goal, which is to always provide the best experience for consumers supported by the fastest and largest mobility network of driver partners and our merchants.”

In this merger process, Goldman Sachs acted as Gojek’s financial advisor. Davis Polk & Wardwell LLP and Assegaf Hamzah & Partners joined as legal advisors to Gojek. Citi also involved as Tokopedia’s financial advisor. Allen & Overy LLP acted as Tokopedia’s legal advisor.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Gojek dan Tokopedia Resmi Merger, Umumkan Entitas “GoTo”

Gojek dan Tokopedia meresmikan merger dengan membentuk entitas baru “GoTo” pada hari ini (17/5). GoTo mengombinasikan layanan e-commerce, on-demand, dan layanan keuangan ke dalam satu ekosistem. Diklaim kombinasi tersebut tersebar di Indonesia, sekaligus terbesar antara dua perusahaan internet di Asia.

Kesepakatan ini didukung oleh jajaran investor utama kedua perusahaan. Mereka adalah Alibaba Group, Astra International, BlackRock, Capital Group, DST, Facebook, Google, JD.com, KKR, Northstar, Pacific Century Group, PayPal, Provident, Sequoia Capital, SoftBank Vision Fund 1, Telkomsel, Temasek, Tencent, Visa, dan Warburg Pincus.

Ekosistem Grup GoTo mewakili 2% dari total PDB Indonesia dan akan semakin berkembang melayani 270 juta konsumen Indonesia dan negara berkembang lainnya di Asia Tenggara. Bila dijabarkan Grup GoTo memiliki, total Gross Transaction Value (GTV) lebih dari $22 miliar pada 2020; lebih dari 1,8 miliar transaksi pada tahun 2020; lebih dari dua juta mitra pengemudi yang terdaftar per Desember 2020; lebih dari 11 juta mitra usaha per Desember 2020; lebih dari 100 juta pengguna aktif bulanan.

Dalam keterangan resmi disampaikan, Andre Soelistyo dari Gojek akan memimpin GoTo sebagai CEO Group, dengan Patrick Cao dari Tokopedia sebagai President GoTo. Berikutnya, Kevin Aluwi akan tetap menjabat sebagai CEO Gojek dan William Tanuwijaya akan tetap menjadi CEO Tokopedia.

Selain tanggung jawab di tingkat grup, Andre akan terus memimpin bisnis pembayaran dan layanan keuangan yang dinamakan “GoTo Financials”. GoTo Financials mencakup layanan GoPay, serta layanan keuangan dan solusi bisnis mitra usaha.

Ekosistem layanan GoTo
Ekosistem layanan GoTo

“Hari ini adalah hari yang sangat bersejarah dengan dibentuknya Grup GoTo serta menandai fase pertumbuhan selanjutnya bagi Gojek, Tokopedia dan GoTo Financial. [..] Hadirnya Grup GoTo juga akan memungkinkan kami untuk semakin mendorong inklusi keuangan di Indonesia dan Asia Tenggara,” ucap Andre Soelistyo.

President GoTo Patrick Cao menambahkan, “Model bisnis Grup GoTo menjadi semakin beragam, stabil, dan berkelanjutan. [..] Kami sangat bersemangat untuk memulai babak berikutnya dari sejarah bisnis kami dan akan terus berinovasi untuk mendorong pertumbuhan yang lebih inklusif di setiap sektor yang tersentuh teknologi kami.”

Co-Founder & CEO Tokopedia William Tanuwijaya menyampaikan, “[..] Grup GoTo akan memberikan kemudahan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk memperoleh akses terhadap produk dan layanan berkualitas, kapan pun dan di mana pun. Perjalanan untuk mencapai tujuan kami masih panjang, tetapi hari ini adalah tentang dimulainya langkah bersama.”

Co-Founder & CEO Gojek Kevin Aluwi mengatakan, “Ini adalah kombinasi dari dua perusahaan yang memiliki prinsip, pemikiran dan etos kerja yang sama. Melahirkan kesepakatan dengan ukuran dan skala bisnis seperti Gojek dan Tokopedia dalam waktu yang relatif singkat dan lancar, hanya dapat tercapai karena kami sama-sama memiliki tujuan yang sama, yaitu selalu memberikan pengalaman terbaik bagi konsumen didukung oleh jaringan mobilitas tercepat dan terbesar dari para mitra driver dan merchants kami.”

Untuk proses merger ini, Goldman Sachs bertindak sebagai penasihat keuangan Gojek. Davis Polk & Wardwell LLP dan Assegaf Hamzah & Partners bertindak sebagai penasihat hukum Gojek. Citi bertindak sebagai penasihat keuangan Tokopedia. Allen & Overy LLP bertindak sebagai penasihat hukum Tokopedia.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here