GoTo Aims for 15.2 Trillion Rupiah IPO’s Fund to Strengthen Its Hyperlocal Ecosystem

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) officially announced an Initial Public Offering (IPO) on the Indonesia Stock Exchange (IDX). In the public disclosure, Gojek and Tokopedia are aiming for $1.1 billion fresh funds or equivalent to 15.2 trillion Rupiah.

GoTo is to sell 48 billion shares with a maximum of 52 billion Series A shares, equivalent to 4.35% of the issued and paid-up capital. The price set in the range of Rp316-Rp346 per share.

Co-founder and CEO Andre Soelistyo at the public disclosure of PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk

At this price, his team estimates to reach a market capitalization of between IDR 376.6 trillion-IDR 413.7 trillion, and possibly become one of the IPOs with the largest value in Indonesia. In addition, this pricing is considered to reflect GoTo’s business strength, fundamentals, and prospects in the future.

The initial offering period is open from 15-21 March 2022 and the public offering period is around 29-31 March 2022. Meanwhile, the listing date is effective on 25 March 2022. Meanwhile, GoTo appoints underwriters for the issuance of securities, including PT Indo Premier Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, and PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk.

Ride-hailing, e-commerce, and fintech

In its disclosure, GoTo’s Co-founder and CEO Andre Soelistyo said he would use GoTo’s IPO funds to build the right infrastructure and resources to execute hyperlocal strategies through its three subsidiaries, namely Gojek (ride-hailing), Tokopedia (e-commerce), and GoTo Financial (fintech). With this strategy, GoTo seeks to accelerate the growth of new users, user engagement, and penetration of newly launched products.

Based on the company data, Gojek currently has 2.5 million driver partners; Tokopedia has 12 million merchants with nearly 600 million SKUs for physical products, 4000 digital products, and more than 100 million Monthly Active Users (MAU); and GoTo Financial has licenses in e-wallet, P2P, multi-finance, banking (Jago), e-money, to payment gateways.

GoTo’s digital ecoosystem / Source: IndoPremier

“With a large ecosystem, this enables GoTo to execute a hyperlocal strategy. Efforts to meet the needs of goods and services at an economical cost can be achieved because supply and demand are close to each other. This is one of GoTo’s strengths by optimizing the network of driver partners, merchants, and logistics that are owned. This is a more sustainable strategy than depending on one use case,” he explained.

Citing the RedSeer report as of December 2021, the on-demand market is estimated to reach Rp. 980 trillion in 2025. Then, the fintech market is estimated to reach IDR 256.3 trillion in 2020 and is estimated to increase to IDR 1,009 trillion in 2025.

Euromonitor data in 2020 also notes that the giant GoTo ecosystem is able to contribute more than 2% of Indonesia’s GDP and serves almost two thirds of household consumption in Indonesia.

Road to profitability

Based on the initial IPO prospectus, GoTo’s total assets were recorded at Rp158.17 trillion as of the end of September 2021. At that current period, its revenue was recorded at Rp3.40 trillion, rise from the previous year at around Rp. 2.34 trillion. However, GoTo still posted a net loss of IDR 11.58 trillion, increase from the same period last year of IDR 10.43 trillion.

Within 12 months (October 2020-September 2021), GoTo’s Gross Transaction Value/GTV reached Rp414.2 trillion. A total of 55 million users made transactions with order values reaching 2 billion in that period.

GoTo’s financial performance / Source: IndoPremier

Regarding its profit target, Tokopedia’s Co-founder William Tanuwijaya said, “The aim to be profitable is not just wishful thinking. It is clear from our prospectus, there are improvements [performance] in every quarter. We show our track record of operations and believe we can profit in the medium term,” he said.

Meanwhile, Andre revealed that he had mapped out his strategy by highlighting several main keys, acceleration of post-merger services with Tokopedia, user acquisition costs, and the impact on margins.

He said that the synergy in the Gojek and Tokopedia ecosystems could help boost the growth in the number of users and transactions. Also, this is visible from the increase in user spending after the merger of the two business entities into GoTo.

“In one marketing activity, we can simultaneously increase transactions from our services. For example, transactions at Tokopedia using GoSend with GoPay payments. In one spending, three to four services are used,” he explained at the GoTo IPO press conference.

Moreover, Andre also highlighted the commission factor (take rate) on the GoTo platform which is considered lower than similar platforms in the world. With this synergy, the opportunity to increase the take rate can be faster along the development of innovation, increased penetration of users and services, to marketing activities. This way, gross income will also increase.

Meanwhile, in terms of user acquisition costs, the implementation of machine learning and data can help GoTo to understand user behavior. Therefore, his team can create campaigns and products that are more personalized to users. This will also reduce the cost of acquisition as the market becomes more targeted.

“With all of the above factors, this can have an impact on margin expansion and cost efficiency at fixed costs. Revenue growth is faster than outgoing costs. This can help us achieve profit,” he concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

GoTo Incar 15,2 Triliun Rupiah dari IPO, Dipakai untuk Perkuat Ekosistem “Hyperlocal”

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) resmi mengumumkan penawaran saham perdana ke publik atau Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Disampaikan dalam paparan publiknya, induk Gojek dan Tokopedia membidik dana segar sebesar $1,1 miliar atau setara 15,2 triliun Rupiah.

GoTo akan menjual sebanyak 48 miliar lembar saham dengan maksimal 52 miliar lembar saham seri A, setara dengan 4,35% dari modal ditempatkan dan disetor. Harga yang ditetapkan berada di kisaran harga Rp316-Rp346 per lembar saham.

Co-founder dan CEO Andre Soelistyo pada paparan publik PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk

Dengan penetapan harga tersebut, pihaknya memperkirakan dapat mencapai kapitalisasi pasar antara Rp376,6 triliun-Rp413,7 triliun, dan berpotensi menjadi salah satu IPO dengan nilai terbesar di Indonesia. Selain itu, penetapan harga ini dinilai ikut mencerminkan kekuatan bisnis, fundamental, dan prospek GoTo di masa depan.

Masa penawaran awal dibuka mulai 15-21 Maret 2022 dan masa penawaran umum pada 29-31 Maret 2022. Sementara, tanggal pencatatan efektif pada 25 Maret 2022. Adapun, GoTo menunjuk penjamin pelaksana emisi efek antara lain PT Indo Premier Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk.

Ride-hailing, e-commerce, dan fintech

Dalam paparan publiknya, Co-founder dan CEO GoTo Andre Soelistyo menyebutkan akan menggunakan dana IPO GoTo untuk membangun infrastruktur dan sumber daya yang tepat untuk mengeksekusi strategi hyperlocal melalui tiga anak usahanya, yakni Gojek (ride-hailing), Tokopedia (e-commerce), dan GoTo Financial (fintech). Dengan strategi ini, GoTo berupaya mengakselerasi pertumbuhan pengguna baru, user engagement, dan penetrasi produk yang baru diluncurkan.

Berdasarkan data perusahaan, saat ini Gojek punya 2,5 juta mitra pengemudi; Tokopedia punya 12 juta merchant dengan hampir 600 juta SKU produk fisik, 4000 produk digital, dan lebih dari 100 juta Monthly Active User (MAU); dan GoTo Financial memiliki lisensi di e-wallet, P2P, multifinance, banking (Jago), e-money, hingga payment gateway.

Ekosistem digital GoTo / Sumber: IndoPremier

“Dengan ekosistem besar, ini memampukan GoTo untuk mengeksekusi strategi hyperlocal. Upaya memenuhi kebutuhan barang dan jasa dengan biaya ekonomis dapat tercapai karena supply dan demand berdekatan satu sama lain. Ini menjadi salah satu kekuatan GoTo dengan mengoptimalkan jaringan mitra pengemudi, merchant, dan logistik yang dimiliki. Ini menjadi strategi yang lebih sustainable daripada bergantung pada satu use case saja,” paparnya.

Mengutip laporan RedSeer per Desember 2021, pasar on-demand diperkirakan mencapai Rp77,8 triliun di 2020 dan diproyeksi menjadi Rp259,2 triliun di 2025. Kemudian, pasar e-commerce untuk barang fisik diperkirakan mencapai Rp642,2 triliun dan diproyeksi tumbuh menjadi Rp1.980 triliun di 2025. Lalu, pasar fintech diperkirakan mencapai Rp256,3 triliun di 2020 dan diestimasi naik menjadi Rp1.009 triliun pada 2025.

Data Euromonitor di 2020 juga mencatat bahwa ekosistem raksasa GoTo mampu berkontribusi lebih dari 2% terhadap PDB Indonesia dan melayani hampir dua per tiga konsumsi rumah tangga di Indonesia.

Menuju profitabilitas

Berdasarkan prospektus awal IPO, total aset GoTo tercatat sebesar Rp158,17 triliun per akhir September 2021. Masih pada periode tersebut, pendapatannya tercatat sebesar Rp3,40 triliun atau naik dari tahun sebelumnya yang sekitar Rp2,34 triliun. Namun, GoTo masih membukukan kerugian bersih sebesar Rp11,58 triliun, naik dari periode sama tahun lalu Rp10,43 triliun.

Untuk periode selama 12 bulan (Oktober 2020-September 2021), Gross Transaction Value/GTV GoTo mencapai sebesar Rp414,2 triliun. Sebanyak 55 juta pengguna melakukan transaksi dengan nilai pesanan mencapai 2 miliar pada periode tersebut.

Kinerja keuangan GoTo / Sumber: IndoPremier

Disinggung mengenai target mencapai keuntungan, Co-founder Tokopedia William Tanuwijaya mengatakan, “keinginan untuk bisa profitable bukan sekadar angan-angan. Jelas terlihat di prospektus kami, ada improvement [kinerja] di setiap kuartal. Kami tunjukkan rekam jejak operasional kami dan yakin kami bisa profit dalam jangka menengah,” ucapnya.

Sementara itu, Andre mengungkap telah memetakan strateginya dengan menyoroti beberapa kunci utama, yakni akselerasi layanan pasca-merger dengan Tokopedia, biaya akuisisi pengguna, dan imbas terhadap marjin.

Ia menilai sinergi pada ekosistem Gojek dan Tokopedia dapat membantu mendongkrak pertumbuhan jumlah pengguna dan transaksi. Menurutnya, hal ini sudah terlihat dari peningkatan spending pengguna pasca penggabungan dua entitas bisnis menjadi GoTo. 

“Dalam satu kegiatan marketing, kami bisa sekaligus menaikkan transaksi dari layanan kami. Misalnya, transaksi di Tokopedia memakai GoSend dengan pembayaran GoPay. Dalam satu kali spending, ada tiga sampai empat layanan yang terpakai,” paparnya dalam konferensi pers IPO GoTo.

Kemudian, Andre juga menyoroti faktor komisi (take rate) di platform GoTo yang dinilai lebih rendah dibandingkan platform sejenis di dunia. Dengan sinergi ini, kesempatan untuk meningkatkan take rate dapat lebih cepat apabila dibarengi dengan pengembangan inovasi, peningkatan penetrasi pengguna dan layanan, hingga aktivitas marketing. Dengan begitu, pendapatan bruto akan ikut naik.

Sementara dari sisi biaya akuisisi pengguna, implementasi machine learning dan data dapat membantu GoTo untuk memahami perilaku pengguna. Dari sini, pihaknya dapat menciptakan kampanye dan produk yang lebih personalized kepada pengguna. Ini pula yang akan menurunkan biaya akuisisinya karena pasar menjadi lebih targeted.

“Dengan semua faktor di atas, hal tersebut dapat berimbas terhadap perluasan margin dan efisiensi biaya di fix cost. Pertumbuhan pendapatan lebih cepat dibandingkan biaya yang keluar. Ini dapat membantu kami mencapai profit,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Gojek-Tokopedia Merger Officially Completes, Launching the New Entity “GoTo”

Gojek and Tokopedia officially merge to form a new entity “GoTo” today (17/5). GoTo combines e-commerce, on-demand and financial services into one ecosystem. The combination is said to spread around Indonesia, and the largest one between the two internet companies in Asia.

It was supported by the ranks of the two companies’ main investors. Those are Alibaba Group, Astra International, BlackRock, Capital Group, DST, Facebook, Google, JD.com, KKR, Northstar, Pacific Century Group, PayPal, Provident, Sequoia Capital, SoftBank Vision Fund 1, Telkomsel, Temasek, Tencent, Visa, and the Warburg Pincus.

The GoTo Group ecosystem represents 2% of Indonesia’s total GDP and will increasingly serve 270 million Indonesian consumers and other developing countries in Southeast Asia. In the description, the GoTo Group has a total Gross Transaction Value (GTV) of more than $22 billion in 2020; more than 1.8 billion transactions in 2020; more than two million driver-partners registered as of December 2020; more than 11 million business partners as of December 2020; more than 100 million monthly active users.

In an official statement, Gojek’s Andre Soelistyo is to lead GoTo as the Group CEO, with Patrick Cao from Tokopedia as GoTo’s President. Next, Kevin Aluwi will remain as Gojek’s CEO and William Tanuwijaya as Tokopedia’s CEO.

Aside from his responsibilities at the group level, Andre will continue to lead the payments and financial services business called “GoTo Financials”. GoTo Financials includes GoPay services, as well as financial services and business solutions for business partners.

Ekosistem layanan GoTo

“Today is very historical as the GoTo Group is formed and it marks the growth phase for Gojek, Tokopedia and GoTo Financial. [..] The GoTo Group will also enable us to further encourage financial inclusion in Indonesia and Southeast Asia,” Andre Soelistyo said.

GoTo’s President, Patrick Cao added, “The GoTo Group business model is becoming more diverse, stable and sustainable. [..] We are excited to start the next chapter of our business history and will continue to innovate to drive more inclusive growth in every sector our technology involved.”

Tokopedia’s Co-Founder & CEO, William Tanuwijaya said, “[..] The GoTo Group will make it easy for all levels of society to gain access to high-quality products and services, anytime and anywhere. In order to achieve this goal, the journey is still quite long, but today is all about starting it all together.”

Gojek’s Co-Founder & CEO, Kevin Aluwi said, “This is a combination of two companies that share the same principles, thoughts and work ethic. Delivering an agreement of the size and scale of a business such as Gojek and Tokopedia in a relatively short time and smooth move, can only be achieved because we share the same goal, which is to always provide the best experience for consumers supported by the fastest and largest mobility network of driver partners and our merchants.”

In this merger process, Goldman Sachs acted as Gojek’s financial advisor. Davis Polk & Wardwell LLP and Assegaf Hamzah & Partners joined as legal advisors to Gojek. Citi also involved as Tokopedia’s financial advisor. Allen & Overy LLP acted as Tokopedia’s legal advisor.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Gojek dan Tokopedia Resmi Merger, Umumkan Entitas “GoTo”

Gojek dan Tokopedia meresmikan merger dengan membentuk entitas baru “GoTo” pada hari ini (17/5). GoTo mengombinasikan layanan e-commerce, on-demand, dan layanan keuangan ke dalam satu ekosistem. Diklaim kombinasi tersebut tersebar di Indonesia, sekaligus terbesar antara dua perusahaan internet di Asia.

Kesepakatan ini didukung oleh jajaran investor utama kedua perusahaan. Mereka adalah Alibaba Group, Astra International, BlackRock, Capital Group, DST, Facebook, Google, JD.com, KKR, Northstar, Pacific Century Group, PayPal, Provident, Sequoia Capital, SoftBank Vision Fund 1, Telkomsel, Temasek, Tencent, Visa, dan Warburg Pincus.

Ekosistem Grup GoTo mewakili 2% dari total PDB Indonesia dan akan semakin berkembang melayani 270 juta konsumen Indonesia dan negara berkembang lainnya di Asia Tenggara. Bila dijabarkan Grup GoTo memiliki, total Gross Transaction Value (GTV) lebih dari $22 miliar pada 2020; lebih dari 1,8 miliar transaksi pada tahun 2020; lebih dari dua juta mitra pengemudi yang terdaftar per Desember 2020; lebih dari 11 juta mitra usaha per Desember 2020; lebih dari 100 juta pengguna aktif bulanan.

Dalam keterangan resmi disampaikan, Andre Soelistyo dari Gojek akan memimpin GoTo sebagai CEO Group, dengan Patrick Cao dari Tokopedia sebagai President GoTo. Berikutnya, Kevin Aluwi akan tetap menjabat sebagai CEO Gojek dan William Tanuwijaya akan tetap menjadi CEO Tokopedia.

Selain tanggung jawab di tingkat grup, Andre akan terus memimpin bisnis pembayaran dan layanan keuangan yang dinamakan “GoTo Financials”. GoTo Financials mencakup layanan GoPay, serta layanan keuangan dan solusi bisnis mitra usaha.

Ekosistem layanan GoTo
Ekosistem layanan GoTo

“Hari ini adalah hari yang sangat bersejarah dengan dibentuknya Grup GoTo serta menandai fase pertumbuhan selanjutnya bagi Gojek, Tokopedia dan GoTo Financial. [..] Hadirnya Grup GoTo juga akan memungkinkan kami untuk semakin mendorong inklusi keuangan di Indonesia dan Asia Tenggara,” ucap Andre Soelistyo.

President GoTo Patrick Cao menambahkan, “Model bisnis Grup GoTo menjadi semakin beragam, stabil, dan berkelanjutan. [..] Kami sangat bersemangat untuk memulai babak berikutnya dari sejarah bisnis kami dan akan terus berinovasi untuk mendorong pertumbuhan yang lebih inklusif di setiap sektor yang tersentuh teknologi kami.”

Co-Founder & CEO Tokopedia William Tanuwijaya menyampaikan, “[..] Grup GoTo akan memberikan kemudahan kepada seluruh lapisan masyarakat untuk memperoleh akses terhadap produk dan layanan berkualitas, kapan pun dan di mana pun. Perjalanan untuk mencapai tujuan kami masih panjang, tetapi hari ini adalah tentang dimulainya langkah bersama.”

Co-Founder & CEO Gojek Kevin Aluwi mengatakan, “Ini adalah kombinasi dari dua perusahaan yang memiliki prinsip, pemikiran dan etos kerja yang sama. Melahirkan kesepakatan dengan ukuran dan skala bisnis seperti Gojek dan Tokopedia dalam waktu yang relatif singkat dan lancar, hanya dapat tercapai karena kami sama-sama memiliki tujuan yang sama, yaitu selalu memberikan pengalaman terbaik bagi konsumen didukung oleh jaringan mobilitas tercepat dan terbesar dari para mitra driver dan merchants kami.”

Untuk proses merger ini, Goldman Sachs bertindak sebagai penasihat keuangan Gojek. Davis Polk & Wardwell LLP dan Assegaf Hamzah & Partners bertindak sebagai penasihat hukum Gojek. Citi bertindak sebagai penasihat keuangan Tokopedia. Allen & Overy LLP bertindak sebagai penasihat hukum Tokopedia.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Tokopedia Umumkan Investasi dari Google dan Temasek

Melalui akun media sosial miliknya, Co-Founder & CEO Tokopedia William Tanuwijaya mengumumkan Temasek dan Google kini telah masuk di jajaran pemegang saham perusahaan. Kabar tersebut sebenarnya sudah berhembus sejak bulan lalu, namun kala itu perusahaan masih enggan berkomentar.

Sumber Bloomberg mengatakan, investasi baru ini berada di kisaran $350 juta atau setara 5 triliun Rupiah. Pendanaan ini membawa valuasi perusahaan ke  $7,5 miliar. Dana tersebut akan difokuskan untuk melancarkan agenda ekspansi bisnis pasca-Covid-19. Disampaikan William, misi perusahaan adalah mengakselerasi transformasi digital dan melakukan pemerataan ekonomi melalui teknologi di Indonesia.

Sebelumnya Nikkei Asia Review mengatakan Tokopedia telah mengajukan dokumen ke Kemenkumham, dengan Google memiliki 1,6% kepemilikan, sementara Temasek melalui perusahaan afiliasinya, Anderson Investments, memegang 3,3% saham perusahaan. Angka ini bisa berubah karena belum mencerminkan total investasi di putaran pendanaan kali ini.

Sebelum putaran ini, terakhir Tokopedia mengumumkan perolehan pendanaan senilai $1,1 miliar pada akhir 2018, dipimpin SoftBank Vision Fund dan Alibaba Group. Softbank melalui beberapa pendanaannya diperkirakan, sebelum putaran pendanaan terakhir, memiliki 38,3% saham perusahaan, sementara Alibaba sekitar 25,19%.

Kolaborasi dengan Google

Informasi dari sumber terpercaya, kepada DailySocial menyebutkan, pasca pendanaan ini Tokopedia dan Google sepakat menjalin kemitraan strategis untuk penguatan adopsi layanan komputasi awan. Sumber kami mengatakan, mereka menyusun sebuah joint venture untuk menawarkan produk komputasi awan Google ke merchant Tokopedia yang ingin meningkatkan skala bisnisnya.

Belum dibeberkan secara detail layanan apakah itu, namun jika melihat lini produk yang dipasarkan Google di Indonesia, layanan tersebut bisa berupa Google Cloud untuk solusi hosting dan analisis data, Google Workplace (dahulu G Suites) untuk produktivitas, dan teknologi pemasaran atau iklan digital Google Ads (dahulu AdWords).

Lanskap E-commerce makin menarik

Menurut laporan terbaru e-Conomy SEA 2020, bisnis e-commerce di Indonesia diprediksikan mencapai GMV $32 miliar tahun ini. Laju pertumbuhan majemuk tahunan (CAGR) mencapai 54% dari tahun 2019. Angka ini diprediksi mencapai $83 miliar pada tahun 2025 mendatang seiring dengan peningkatan penetrasi internet dan infrastruktur.

Hingga Q3 2020, peringkat tiga besar teratas layanan e-commerce Indonesia, berdasarkan jumlah kunjungan, masih diduduki Shopee, Tokopedia, dan Bukalapak.

Sebelumnya Microsoft telah mengumumkan investasinya ke Bukalapak. Kendati tidak diinfokan detail mengenai nilai dan kesepakatan pendanaan, diperkirakan nilainya mencapai $100 juta atau sekitar 1,4 triliun Rupiah. Selain mengaplikasikan layanan komputasi awan Microsoft Azure di internal Bukalapak, agenda lainnya kedua perusahaan akan bersama-sama meningkatkan kompetensi digital mitra UKM yang berjualan di online marketplace tersebut.

Di lini produk komputasi awan, Google dan Microsoft (dan AWS) memang bersaing ketat sebagai penyedia global. Masuknya investor Amerika Serikat dengan nilai pendanaan yang besar mengindikasikan bahwa ekonomi digital Indonesia makin menarik untuk digarap melalui “pendekatan lokal”, termasuk menggandeng startup lokal.

Application Information Will Show Up Here

Ketika Tokopedia Proklamirkan Budaya Berbagi Ilmu

Seperti ilmu padi, kian berisi kian merunduk. Filosofi tersebut mungkin yang menginspirasi Tokopedia memasuki usia satu dekadenya untuk memperkenalkan Tokopedia Academy, sebuah wadah untuk menelurkan talenta digital baru khusus teknologi, manajemen produk, desain produk dan data.

Ada empat pilar yang ingin ditekankan di Tokopedia Academy, yakni konferensi, workshop, kemitraan bersama universitas dan pemerintah. Inisiasi dalam masing-masing pilar secara bertahap sudah diperkenalkan sejak tahun lalu.

Misalnya, kemitraan dengan Universitas Indonesia untuk AI Center of Excellence. Lalu, konferensi teknologi START 2020 yang diselenggarakan perdana pada Sabtu, (22/2) di Jakarta.

Sejumlah petinggi Tokopedia dalam acara temu media untuk konferensi START 2020

Senior VP of Engineering Tokopedia Herman Widjaja menjelaskan, Tokopedia Academy adalah wujud perusahaan untuk kembali berkontribusi ke komunitas. Selama ini komunitas punya peranan yang sangat penting dalam pengembangan perusahaan.

“Tokopedia Academy seperti umbrella dari seluruh inisiasi, di mana kami bisa give back untuk talenta digital di Indonesia. Untuk konferensi START, kami ingin rutin setiap bulan dengan skala lebih kecil. Kami juga akan minta praktisi infrastruktur teknologi untuk berbagi,” ujarnya.

Di dalam workshop, secara rutin akan diisi dengan berbagai kelas pelatihan intensif yang diisi oleh orang-orang Tokopedia untuk kalangan umum secara gratis. Durasi pelatihan akan fleksibel tergantung kebutuhan masing-masing topik.

“Setelah selesai dari pelatihan kami harapkan peserta enggak hanya dapat knowledge dari tim kita, juga saat on job training,” imbuh VP of Engineering Tokopedia Aswin Tanu Utomo.

Minim konferensi khusus teknologi

Co-Founder & CEO Tokopedia William Tanuwijaya menjelaskan, selama satu dekade ini startup digital yang tumbuh di Indonesia semakin banyak. Akan tetapi, acara konferensi yang ada saat ini lebih menitikberatkan pada potensi bisnis.

Padahal, bagi perusahaan teknologi yang paling dibutuhkan adalah kekuatan inovasi oleh manusianya itu sendiri. Tulang punggung tersebut ada di tim teknologi yang perlu dieskalasi kemampuannya.

“Tokopedia bisa berkembang karena ada guru. Kesalahan-kesalahan yang kita lakukan menjadi pengalaman terbaik. Pengetahuan ini bisa dimanfaatkan oleh orang-orang yang sedang buat startup atau korporasi yang sedang menuju transformasi, dengan mengambil intisari dari pengalaman kami sehingga tidak perlu melakukan kesalahan sama,” terang William.

Dia mencontohkan, saat situs Tokopedia down sebelum investor global masuk dan memberikan transfer ilmu, solusi yang diambil sangat konvensional dan sering mengandalkan informasi yang didapat dari Google. Ketika solusi tersebut dicoba, sering kali gagal sampai mencari solusi-solusi berikutnya.

Beberapa investor di balik Tokopedia ada Sequoia yang merupakan investor awal dari Google; dan Softbank adalah investor awal dari Alibaba. Begitu investor global masuk, bala bantuan datang dengan membawa best practices dari portofolio mereka. Transfer ilmu tersebut begitu terasa, hingga mampu membuat Tokopedia ada di posisi sekarang.

Co-Founder & Vice Chairman Tokopedia Leontinus Alpha Edison menambahkan, konferensi teknologi masih menjadi barang langka di Indonesia. Di luar negeri, kegiatan seperti ini sering digelar oleh perusahaan teknologi ternama, seperti Google dengan Google I/O dan Facebook dengan F8-nya.

Di dalamnya berisi sesi berbagi yang sangat bermanfaat untuk eskalasi kemampuan dan bisa diterapkan langsung dalam pekerjaan. Para pembicaranya kebanyakan punya banyak pengalaman dan bersedia membagikan kesalahan-kesalahannya kepada semua orang di seluruh dunia.

Budaya tersebut perlu digalakkan di Indonesia agar makin banyak perusahaan teknologi yang bermunculan ke depannya. Menurutnya, dalam mengembangkan ekonomi digital tidak bisa sepenuhnya dilakukan oleh perusahaan sendirian, butuh talenta-talenta berbakat.

“Sekarang sudah zamannya kolaborasi. Akademi ini buat sesi kita berbagi buat Tokopedia, dampak dari melakukan ini pasti jangka panjang dan tidak berdampak langsung. Itu tidak masalah. Menurut saya, masalah teknologi di tiap perusahaan itu beda-beda, jadi enggak bisa main copy,” ujar Leon.

Cetak generasi “PayPal Mafia”

Pernyataan William dan Leon cukup dimaklumi. Konferensi yang digelar khusus untuk engineer di Indonesia belum pernah diadakan secara mandiri oleh satu perusahaan teknologi lokal dalam skala besar. Kegiatan sejenis, selama ini digelar oleh komunitas dan asosiasi yang berkaitan dalam scoop lebih kecil.

Di luar negeri, kegiatan ini sekaligus menjadi ajang showcase teknologi teranyar yang berhasil dikembangkan oleh tim teknologi. Sementara itu, kegiatan pelatihan engineer sebetulnya juga sudah dilakukan oleh berbagai perusahaan global, seperti Google dan Apple.

Startup edtech seperti Dicoding bahkan mendedikasikan dirinya untuk menciptakan ekosistem IT dengan pilar-pilar pendukungnya. Perusahaan lainnya ada Gojek lewat Go-Academy. Konsepnya kurang lebih mirip dengan Tokopedia, hanya saja belum mengadakan konferensi skala besar.

Leon melanjutkan, turut sertanya Tokopedia untuk berkontribusi ke komunitas teknologi, adalah bentuk keinginannya menciptakan generasi “PayPal Mafia” berikutnya yang bisa memberikan signifikan buat negara.

PayPal Mafia adalah julukan untuk mantan para karyawan dan founder PayPal yang mendirikan dan mendanai sejumlah perusahaan teknologi seperti Tesla Motors, LinkedIn, YouTube, Facebook, Airbnb, Uber, Pinterest dan SpaceX. Mereka memiliki dampak yang besar terhadap perkembangan digital secara global.

Salah satu acara berbagi ilmu yang diadakan di kantor Tokopedia

William juga menambahkan, dirinya menginginkan seluruh karyawan Tokopedia yang berhasil di internal diberi kesempatan untuk naik jabatan atau bangun startup lain yang sedang kesulitan mencari talenta digital. Menurutnya, Indonesia butuh lebih banyak perusahaan teknologi dan mengadaptasikan lebih banyak teknologi baru. Sejalan dengan fokus berikutnya Tokopedia setelah melewati dekade pertama.

Saat ini Tokopedia memiliki lebih dari 7,2 juta merchant sekitar 86% di antaranya adalah pengusaha baru. Lalu 250 juta produk yang dijual, lebih dari 90 juta pengguna aktif bulanan (MAU) atau setara sepertiga dari penduduk Indonesia setidaknya mengunjungi Tokopedia satu kali dalam sebulan.

Aplikasi Tokopedia telah didukung oleh lebih dari 12 ribu jenis perangkat. Dilengkapi dengan fitur dinamis agar semua perangkat bisa mengunduhnya. Fitur ini berisi fungsi dasar dari Tokopedia, besaran kapasitas akan bertambah menyesuaikan dengan tambahan fungsi yang mereka pakai. Tidak hanya marketplace, Tokopedia punya vertikal lainnya yakni produk digital, fintech, travel dan hiburan.

Disebutkan juga, perusahaan menampung lebih dari 1 petabyte data, setara 1 juta gigabyte. Ada lebih dari seribu engineer yang bergabung di Tokopedia, jumlahnya berlipat-lipat ganda dari 1,5 tahun sebelumnya hanya ratusan saja. Pada tiga tahun lalu, jumlahnya baru puluhan orang saja.

Seluruh tim teknologi di Tokopedia kini bekerja dengan konsep microservice. Ada lebih dari 300 microservices di sini. Microservice adalah jenis arsitektur dalam membangun aplikasi oleh tim developer yang membagi layanan-layanan yang ada menjadi bagian lebih kecil dan saling terhubung satu sama lain.

Application Information Will Show Up Here

Soon to IPO, Tokopedia Is Said to Start a New Funding Round Worth of 21 Trillion Rupiah

Tokopedia is said to start new funding round (fundraising), the value reached up to $1.5 billion or equivalent to 21.1 trillion Rupiah. According to the source reported by Bloomberg, one of the investors is said to be a US-based internet company – also one of Tokopedia’s investors in the previous round – and to participate with $1 billion.

In the series G round closed by the end of 2018, the company has secured $1 billion funding, increasing its valuation to $7 billion. Aside from Softbank and Alibaba, other investors are not to be mentioned.

William Tanuwijaya has mentioned the plan to go-public on some occasions. Although the time is yet to be precise, the internals have been talking about the pre-IPO initiative in a short period of time. The company is to make sure the balance sheet stays in the positive state.

It is likely that additional funds collected will be focused on increasing company traction, before finally having “green” finance and an IPO. Finally Tokopedia announced that their GMV had exceeded 222 trillion Rupiah throughout 2019. On various occasions, William emphasized, instead of regional expansion they wanted to optimize local penetration in Indonesia, including to reach rural areas.

Tokopedia President Patrick Cao also explained, there are currently more than 60 million SMEs in Indonesia and Tokopedia only contributed around 6.6 million, equivalent to creating 857 thousand new jobs. They also have around 350 thousand partners and will continue to add to this number amid increasing daily transactions.

Cao also highlighted that although the IPO plan is getting closer, they are to prioritize local listing first – unlike Alibaba’s IPO debut in New York.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Sebelum IPO, Tokopedia Dikabarkan Tengah Galang Pendanaan Baru 21 Triliun Rupiah

Tokopedia dikabarkan tengah mengumpulkan pendanaan putaran baru (fundraising), nilai yang ditargetkan mencapai $1,5 miliar atau setara 21,1 triliun Rupiah. Menurut sumber yang dilansir Bloomberg, salah satu investor yang akan terlibat adalah perusahaan internet asal Amerika Serikat –juga merupakan investor Tokopedia dalam putaran sebelumnya—ditaksirkan akan berpartisipasi memberikan $1 miliar.

Di pendanaan seri G yang ditutup pada akhir tahun 2018 lalu, perusahaan telah mengumpulkan dana $1 miliar, meningkatkan valuasi ke angka $7 miliar. Selain Softbank dan Alibaba, nama-nama investor lain yang terlibat tidak disebutkan.

Dalam sebuah kesempatan, William Tanuwijaya sudah mulai menyinggung rencana go-public. Kendati waktunya belum pasti, namun di internal sudah membicarakan inisiatif pre-IPO dalam waktu yang tidak lama lagi. Perusahaan terus mengupayakan agar kondisi neraca keuangan perusahaan juga dalam keadaan positif.

Besar kemungkinan dana tambahan yang tengah dikumpulkan akan difokuskan untuk meningkatkan traksi perusahaan, sebelum akhirnya miliki keuangan yang “hijau” dan IPO. Terakhir Tokopedia mengumumkan bahwa GMV mereka telah tembus di angka 222 triliun Rupiah sepanjang tahun 2019. Dalam berbagai kesempatan William menegaskan, alih-alih ekspansi regional mereka ingin mengoptimalkan penetrasi di Indonesia, termasuk menjangkau pelosok pedesaan.

Presiden Tokopedia Patrick Cao turut menerangkan, saat ini terdapat lebih dari 60 juta UKM di Indonesia dan Tokopedia baru berkontribusi pada sekitar 6,6 juta, setara dengan menciptakan 857 ribu lapangan pekerjaan baru. Mereka juga telah miliki sekitar 350 ribu mitra dan terus akan menambah jumlah tersebut di tengah transaksi harian yang terus meningkat.

Cao juga menegaskan, kalaupun rencana IPO sudah dekat, mereka akan lebih mengutamakan listing di lokal terlebih dulu — tidak seperti debut IPO Alibaba di New York.

Application Information Will Show Up Here

Tokopedia’s GMV in 2019 Projected to Reach 222 Trillion Rupiah

Tokopedia’s prediction on the GMV (Gross Merchandise Value) this year exceeds Rp222 Trillion or equivalent to 1.5% of Indonesia’s GDP. Last year, Tokopedia’s GMV is at Rp73 trillion (0.5% of GDP). This is bigger than FEB UI’s Economic and Community Inquiry Department (LPEM FIB UI) prediction at Rp170 trillion.

Tokopedia’s Co-Founder & CEO, William Tanuwijaya said, it’ll be fascinating once the projection comes true, the Indonesian economy could be centralized on Tokopedia’s platform. Without producing any goods, the company can make a significant impact through millions of people doing business on its platform.

He also mentioned Tokopedia’s long-term target to contribute up to 5% to the GDP in the next 10 years.

“Entering the second decade, we still have lots of homework due to the beginning of an equal digital economy. In order to increase GDP’s contribution from 1.5% to 5%, we need to evolve by supporting farmers, also fisherman to have equal technology infrastructure,” he said on Thursday (10/10).

Tokopedia, to achieve the target, should change its business focus through penetration to the lowest layer of the population. It is for every part of this country can have equal technology infrastructure from Tokopedia to enhance their business.

There’s a hundred million Indonesian population live in the countryside and have no privilege over internet access to learn and develop a business. They tend to get a higher price for products from the city due to tough distribution.

“In the village, the challenge is low-quality infrastructure, this could be an opportunity on how we encourage them to stay and build a business instead of migrating to the city.”

The statement confirms Tokopedia’s intention not to go global. He said Makassar is more important than Manila, Sukanagara more important than Singapura, the company is to get more relevant and valuable to Indonesia.

Therefore, the company is open to collaboration with various business and industry, either governmental or non-governmental. An initiative was started with West Java Government by launching Desa Digital Powered by Tokopedia.

For a starting point, Desa Digital is to be distributed to 5 thousand villages in West Java as an education space to learn all about the digital industry. In terms of photo-taking, email marketing, etc.

Tanuwijaya guaranteed the distribution to 5 thousand villages is to be achieved in 12 months. West Java will be the first location for trial before Desa Digital goes to other provinces.

“We’ll receive feedback so that when we arrive at other areas, the investment won’t be too much. Any mistake we’ve made in West Java shouldn’t be repeated.”

Another innovation based on the will to build the rural area is a smart warehouse named TokoCabang. It has been launched gradually in Jakarta, Bandung, and Surabaya. “We tried to break the business development risk that often missed with TokoCabang. Thus, business owners don’t have to expand physically, enough with our warehouse.”

Tokopedia, with West Java government, is now connected to public service digitization. An example is Tax for Vehicle (PKB) payment through Tokopedia E-Samsat.

He also mentioned, tax revenue has been increased since the service launched in July 2019, the number even bigger than in 2018. “The result shows Tokopedia as the biggest contributor to tax revenue in West Java.”

Overall, the government has 900 different taxes. When it’s all been digitized, the bookkeeping should be easier for the government. Soon, people can renew their passport through Tokopedia.

Research with LPEM FIB UI

William reveals Tokopedia's target and achievement / Tokopedia
William reveals Tokopedia’s target and achievement / Tokopedia

On the same occasion, LPEM FIB UI also reveals its research titled “Dampak Tokopedia terhadap Perekonomian Indonesia.” There are three methods used, Inter Regional Output (economic relation), Location Quotient (detecting products with most benefit based on region), and survey to 12,683 respondents, consist of 2,677 merchants and 10,006 consumers.

A survey conducted this year using Tokopedia’s internal data last year. “We’ve found various results from the method. The survey was designed in 2019, distribution was made to merchants and consumers according to their systems,” Vice Director of LPEM FIB UI, Kiki Verico said.

There are several findings, such as 6.4 million registered merchants start and develop business through Tokopedia. Last year, the number is at 5 million. 86.55% of merchants are new players and 94% are the ultra micro category (sales with turnover below Rp100 million per year).

About 46,3% were workers and 38.6% of sellers in Tokopedia are producing their own products. They’re using local material (77,4%).

In terms of economic empowerment, Tokopedia is capable to increase sales up to 22%. In fact, some regions outside Java have significant growth. Gorontalo for example, reach up to 55.09%, Jambi at 41.88%, Sumut at 36.67%, Kaltim at 35.71%, and Lampung at 34.27%.

Transactions also occur across the country. Almost 90% of the transaction occurred in Eastern Indonesia come from the West (56%), and East (33%). Meanwhile, transactions in the Middle Region come from West (54%) and East (11%). It shows, sellers in East Indonesia can now reach buyers to the tip of western Indonesia, vice versa.

Another finding shows Tokopedia has given many options for SMEs in the region to buy cheaper materials. Most of them are outside Java, such as Bengkulu (54,5%), Sulawesi Tenggara (53,85%), Gorontalo (46,15%), NTB (46,15%), and Maluku (45,45%).

Noted in this research, 857 thousand new occupations, 309 thousand of those are putting Tokopedia as the main source of income. The number is to increase to 1.13 million occupations this year.

Regarding the economic contribution of Tokopedia to the GDP, there’s a slight difference in the calculation. LPEM FEB UI said the estimation number of Tokopedia’s GMV last year is at Rp170 trillion. Meanwhile, Tokopedia has claimed its contribution (from the GMV) last year is at Rp73 trillion and this year to exceed Rp222 trillion.

“Rp222 trillion is the number from Tokopedia. As calculated by filtering, the number is around Rp170 trillion. Filtering is the real number that represents domestic demand.”

Last year, there are more than 90 million active users per month in Tokopedia’s platform. The employees are now at 5 thousand people in total.

Tokopedia’s closest competitor, Bukalapak, has previously announced the estimated GMV this year exceeding $5 billion (over 70 trillion Rupiah) with more than 2 million transactions per day. The number increased from last year at $3.2 billion (around 48 trillion Rupiah), said Bukalapak’s Founder & President, M. Fajrin Rasyid.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Tokopedia Prediksi GMV Tembus 222 Triliun Rupiah Sepanjang Tahun 2019

Tokopedia memperkirakan nilai transaksi (GMV) pada tahun ini tembus Rp222 triliun atau setara dengan 1,5% dari PDB Indonesia. Tahun lalu, GMV Tokopedia berada di angka Rp73 triliun (kontribusi ke PDB 0,5%). Estimasi ini lebih tinggi dari proyeksi Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat FEB UI yang menyebut Rp170 triliun.

Co-Founder & CEO Tokopedia William Tanuwijaya menjelaskan, bila estimasi ini tercapai maka akan sangat menarik karena ekonomi Indonesia bisa terpusat di platform Tokopedia. Perusahaan tidak menjual barang sama sekali, namun ada dampak yang dihasilkan terlihat dari jutaan pebisnis mulai berbisnis di Tokopedia.

Dia juga menargetkan pada jangka panjang Tokopedia dapat meningkatkan kontribusinya terhadap PDB hingga 5% pada 10 tahun mendatang.

“Masuk dekade kedua ini, PR kami masih panjang karena pemerataan ekonomi digital baru dimulai. Untuk mendorong kontribusi PDB dari 1,5% menjadi 5%, maka kami harus berevolusi dengan bantu petani, nelayan agar bisa menikmati infrastruktur teknologi yang selama ini dinikmati produsen,” terangnya, Kamis (10/10).

Untuk capai target itu, Tokopedia mulai mengubah fokus bisnis dengan menajamkan kehadirannya hingga ke lapisan masyarakat terbawah. Harapannya semua elemen masyarakat bisa mulai memanfaatkan infrastruktur dari Tokopedia untuk mengembangkan usaha mereka.

Ada 100 juta masyarakat Indonesia yang tinggal di pedesaan yang selama ini kesulitan menjangkau akses internet untuk belajar dan memulai bisnis. Ketika mereka ingin beli barang biasanya harga yang didapat lebih mahal daripada harga di perkotaan karena distribusinya yang susah.

“Di desa tantangannya infrastruktur itu tidak sebagus di kota, tapi ini sekaligus jadi peluang bagaimana kita bisa mendorong mereka untuk tidak perlu pindah ke kota bila ingin mulai usaha.”

Pernyataannya William sekaligus menegaskan bahwa Tokopedia tidak memiliki ketertarikan untuk go global. Menurutnya, Makassar lebih penting daripada Manila, Sukanagara lebih penting dibandingkan Singapura, maka perusahaan akan terus berkomitmen menjadi lebih relevan dan bermanfaat untuk Indonesia.

Maka dari itu, perusahaan membuka peluang kolaborasi dengan banyak pihak dari lintas industri baik itu swasta maupun pemerintah. Salah satu inisiatif yang mulai dilakukan, bersama Pemprov Jawa Barat dengan merilis Desa Digital Powered by Tokopedia.

Pada langkah awal, Desa Digital ini akan dihadirkan ke 5 ribu desa di seluruh Jawa Barat sebagai ruang edukasi masyarakat untuk belajar semua hal tentang digital. Entah itu cara mengambil foto yang baik, membuat email, dan sebagainya.

William memastikan dalam 12 bulan mendatang target menghubungkan 5 ribu desa ini akan tercapai. Jabar akan menjadi kawasan percobaan untuk Desa Digital sebelum akhirnya di bawa ke provinsi lainnya.

“Nanti kita akan mendapatkan feedback, sehingga ketika masuk ke provinsi lain, investasi jadi tidak terlalu besar. Kesalahan yang sudah dilakukan di Jabar tidak perlu diulangi lagi.”

Inovasi lainnya yang didasari semangat membangun desa adalah gudang pintar yang disebut TokoCabang. Ini sudah dirilis secara bertahap di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. “Risiko pengembangan bisnis yang sering missed, kami coba patahkan lewat TokoCabang. Sehingga secara fisik pengusaha tidak perlu buka cabang baru, cukup pakai gudang kami.”

Bersama Pemprov Jabar, kini Tokopedia telah terhubung dengan digitalisasi layanan publik. Salah satunya pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) lewat Tokopedia E-Samsat.

William mengungkapkan sejak layanan diluncurkan terjadi penerimaan pajak yang sangat signifikan di Juli 2019, malah diklaim lebih besar dari penerimaan PKB di Jabar sepanjang tahun 2018. “Hasilnya terlihat bahwa kami menjadi kontributor terbesar untuk pajak motor di Jabar.”

Pemerintah secara keseluruhan memiliki 900 jenis pendapatan negara. Apabila ini semua dapat digitalkan, tentunya negara akan sangat dipermudah dalam mencatatkan pemasukannya. Bisa jadi ke depannya, masyarakat bisa bayar biaya perpanjangan paspor lewat Tokopedia.

Riset bersama LPEM FEB UI

William memaparkan pencapaian dan target Tokopedia / Tokopedia
William memaparkan pencapaian dan target Tokopedia / Tokopedia

Di saat yang sama, LPEM FEB UI memaparkan hasil risetnya bertajuk “Dampak Tokopedia terhadap Perekonomian Indonesia.” Ada tiga metode penelitian yang dilakukan, Inter Regional Input Output (melihat keterikatan ekonomi antar daerah), Location Quotient (mendeteksi produk apa yang paling banyak memberikan keuntungan berdasarkan daerah), dan survei ke 12.683 responden, terdiri dari 2.677 merchant dan 10.006 konsumen.

Survei dilakukan pada tahun ini dengan menggunakan data internal dari Tokopedia pada tahun lalu. “Dari metode tersebut, kita menemukan berbagai hasil. Survei kita design di 2019, lalu Tokopedia distribusi survei ke merchant dan konsumen dengan sistem mereka,” terang Wakil Direktur LPEM FEB UI Kiki Verico.

Temuan yang didapat, di antaranya ada 6,4 juta merchant bergabung yang memulai dan mengembangkan bisnisnya lewat Tokopedia. Tahun lalu, angkanya ada 5 juta merchant. 86,55% merchant merupakan pedagang baru dan 94% termasuk dalam kategori ultra mikro (penjualan dengan omzet di bawah Rp100 juta per tahun).

Lalu 46,3% sebelumnya bekerja sebagai karyawan dan 38,6% penjual di Tokopedia adalah produsen, menghasilkan produk secara mandiri. Produsen ini menggunakan bahan baku lokal (77,4%).

“Dari sisi pemberdayaan ekonomi, Tokopedia mampu meningkatkan penjualannya hingga 22%. Beberapa daerah di luar Jawa bahkan kenaikannya sangat signifikan. Gorontalo misalnya mencapai 55,09%, Jambi 41,88%, Sumut 36,67%, Kaltim 35,71%, Lampung 34,27%,” ucap Kiki.

Transaksi pun terjadi lintas batas wilayah Indonesia. Hampir 90% transaksi terjadi di kawasan Indonesia Timur, berasal dari Barat (56%), dan Tengah (33%). Sedangkan transaksi di Indonesia Tengah, berasal dari Barat (54%) dan Timur (11%). Temuan ini mengartikan, para penjual di Indonesia Timur kini bisa menjangkau pembeli hingga ujung barat Indonesia, begitu pun sebaliknya.

Temuan lain menunjukkan Tokopedia memberikan kesempatan pada merchant UKM di daerah bisa membeli bahan baku produksi dengan harga lebih murah. Sebagian besar mereka berada di luar Pulau Jawa, antara lain Bengkulu (54,5%), Sulawesi Tenggara (53,85%), Gorontalo (46,15%), NTB (46,15%), dan Maluku (45,45%).

Jumlah lapangan pekerjaan yang terekam dalam riset ini, menciptakan 857 ribu lapangan kerja baru. 309 ribu di antaranya menjadikan Tokopedia sebagai sumber penghasilan utama. Diestimasi jumlahnya akan meningkat jadi 1,13 juta pekerjaan pada tahun ini.

Mengenai angka kontribusi ekonomi dari Tokopedia terhadap PDB, memang terjadi perbedaan cara menghitung. Angka estimasi dari LPEM FEB UI, GMV Tokopedia pada tahun lalu sebesar Rp58 triliun dan tahun ini sebesar Rp170 triliun. Sementara, Tokopedia sendiri menyebutkan kontribusinya (dilihat dari GMV) pada tahun lalu sebesar Rp73 triliun dan tahun ini diestimasi tembus Rp222 triliun.

“Rp222 triliun angka langsung dari Tokopedia. Kalau dihitung dengan filtering, hasilnya kurang lebih Rp170 triliun. Filtering itu angka yang benar-benar merepresentasikan domestic demand.”

Terhitung, pada tahun lalu ada lebih dari 90 juta pengguna aktif setiap bulannya mengunjungi Tokopedia. Total karyawan kini tembus di kisaran 5 ribu orang.

Kompetitor terdekat Tokopedia yakni Bukalapak, sebelumnya juga mengumumkan estimasi GMV pada tahun ini tembus angka $5 miliar (lebih dari 70 triliun Rupiah) dengan lebih dari 2 juta transaksi per harinya. Angka ini naik dari pencapaian tahun lalu yang disebutkan Co-Founder & President Bukalapak M. Fajrin Rasyid sebesar $3,2 miliar (sekitar 48 triliun Rupiah).

Application Information Will Show Up Here