Mungil nan Stylish, Garmin Lily Adalah Smartwatch Dambaan Kaum Hawa

Garmin punya smartwatch baru. Namanya Lily, dan ia ditujukan untuk konsumen wanita yang mendambakan jam tangan pintar dengan desain yang minimalis sekaligus ringkas. Pada kenyataannya, Lily adalah smartwatch paling kecil yang Garmin tawarkan saat ini.

Kalau diukur, case membulatnya itu punya diameter hanya 34,5 milimeter. Sebagai konteks, smartwatch seperti Garmin Venu punya diameter sebesar 43 milimeter, sedangkan varian terkecil Apple Watch memiliki dimensi 40 x 34 milimeter. Singkat cerita, Lily sangatlah mungil jika disandingkan dengan smartwatchsmartwatch lain yang ada di pasaran.

Garmin Lily hadir dalam dua varian: Sport dan Classic. Varian Sport memiliki case yang terbuat dari bahan aluminium dan strap silikon, sehingga cocok buat konsumen yang sehari-harinya cukup aktif. Sebaliknya, varian Classic menggunakan bahan stainless steel untuk case-nya, dan kulit untuk strap-nya.

Strap-nya ini sangatlah ramping dengan lebar hanya 14 mm. Sayangnya ini juga berarti Lily tidak kompatibel dengan strap standar yang memiliki lebar 18 mm. Beruntung setidaknya Garmin masih menawarkan sejumlah kombinasi warna yang cukup menarik buat Lily.

Juga agak berbeda dari biasanya adalah layarnya. Lily mengemas panel LCD monokrom beresolusi 240 x 201 pixel. Layar ini juga bukan yang bersifat always-on, tapi paling tidak Lily masih punya motif yang cukup cantik yang akan selalu kelihatan walaupun layarnya mati.

Layar yang monokrom mungkin terdengar kurang menarik di saat smartwatch lain sudah banyak yang sudah menggunakan layar AMOLED yang kaya warna. Namun setidaknya layar monokrom ini bisa menghadirkan satu keuntungan: baterai Lily diklaim mampu bertahan sampai 5 hari pemakaian dalam sekali pengisian, cukup mengesankan mengingat ia tidak punya banyak ruang untuk menampung baterai yang besar.

Untuk urusan fitur, Lily terbilang cukup buat sebagian besar konsumen, tapi tidak untuk yang benar-benar melangsungkan kegiatan olahraga secara intensif setiap harinya. Ia dibekali heart-rate monitor yang akan selalu aktif, serta mampu mengukur parameter seperti kadar oksigen dalam darah (SpO2). Yang absen di sini adalah GPS, yang berarti Lily harus bergantung pada GPS milik smartphone ketika hendak digunakan untuk memonitor aktivitas seperti berlari atau bersepeda.

Sebagai perangkat yang ditargetkan untuk kaum hawa, Lily tentu juga menawarkan fitur-fitur spesifik seperti memantau siklus menstruasi maupun kehamilan. Meneruskan notifikasi dari smartphone sudah pasti menjadi penawaran standar, demikian pula fitur sleep tracking. Lalu berhubung Lily tahan air hingga kedalaman 50 meter, ia tidak akan keberatan seandainya diajak berenang.

Di Amerika Serikat, Garmin Lily saat ini telah dipasarkan seharga $200 untuk varian Sport, atau $250 untuk varian Classic. Strap tambahannya dihargai $30 untuk yang silikon, atau $60 untuk yang kulit.

Sumber: Wareable dan Business Wire.

3 Pertimbangan Sebelum Membeli Smartwatch untuk Gaya Hidup Sehat

Saat ini ada banyak sekali pilihan smartwatch di pasaran dari berbagai macam brand berbeda, termasuk Apple, Samsung, Fitbit, dan banyak lagi. Dengan fitur dan bentuk yang sangat beragam, serta harga yang bervariasi dari yang murah sampai yang mahal.

Salah satu fungsi utama jam tangan pintar adalah untuk mendukung berbagai aktivitas dan gaya hidup sehat para penggunanya. Anda akan memakainya sepanjang hari, baik saat menjalani kegiatan harian, olahraga, dan bahkan saat tidur.

Sebab itu, kenyamanan ketika menggunakannya menjadi pertimbangan pertama. Pilih ukuran yang pas dengan pergelangan tangan dan bobot harus cukup ringan. Build quality juga penting, karena mungkin akan sering terbentur dan pastikan aksesori strap bisa mudah didapat.

Apa lagi pertimbangan yang perlu diperhatikan sebelum membeli smartwatch? Ini dia tips memilih smartwatch selengkapnya.

1. Kompatibilitas

Apple_delivers-apple-watch-series-6_09152020_big
Apple Watch Series 6 | Foto Apple

Kebanyakan smartwatch dapat bekerja di smartphone Android maupun iOS, namun khusus Apple Watch hanya dapat digunakan bersama iPhone yaitu mulai dari iPhone 6s atau yang lebih baru dengan iOS 14. Nah yang terbaru, ada Apple Watch Series 6 dan Apple Watch SE tetapi belum tersedia di Indonesia dan yang ada di iBox ialah Apple Watch Series 3 dengan harga mulai Rp3.899.000 dan Rp7.299.000 untuk Apple Watch Series 5.

Galaxy-Watch3_product-image-5
Samsung Galaxy Watch 3 | Foto Samsung

Beralih ke Samsung, yang terbaru Galaxy Watch 3 sudah tersedia dengan harga mulai Rp5.699.000. Smartwatch ini menggunakan Tizen Based Wearable OS versi 5.5 dan bisa digunakan untuk smartphone Android maupun iOS. Berbeda dengan Apple Watch yang memiliki desain kota, smartwatch Samsung hadir dengan desain bulat.

Fitbit Versa 3
Fitbit Versa 3 | Foto Fitbit

Lanjut ke Fitbit, yang terbaru ialah Fitbit Versa 3 yang kini punya GPS terintegrasi sehingga dapat memonitor aktivitas seperti berlari atau bersepeda tanpa perlu bergantung pada smartphone dan dilengkapi speaker untuk menerima panggilan telepon. Serta Fitbit Sense dengan sederet fitur eksklusif, kedua smartwatch ini masing-masing dijual mulai dari Rp4.499.000 dan Rp5.899.000.

Huawei GT Watch GT2 Pro
Huawei GT Watch GT2 Pro

Huawei juga rajin merilis smartwatch, yang terbaru ada  yang dibanderol Rp4.299.000 dan Huawei Watch Fit Rp1.399.000. OPPO juga punya OPPO Watch yang dibanderol Rp3.499.000 dengan keunggulan AI Outfit-Matching yang akan meracikkan watch face sesuai dengan gaya busana penggunanya.

Juga ada smartwatch tangguh nan premium dari Garmin, serta Amazfit bila mencari yang terjangkau. Intinya pastikan smartwatch yang Anda pilih kompatibel dengan smartphone yang Anda miliki.

2. Desain & Layar

Apple_watch-series-6-hermes-stainless-steel-silver-single-tour_09152020_carousel
Apple Watch Series 6 | Foto Apple

Terlepas dari fungsi utamanya, banyak juga orang yang membeli smartwatch karena status sosial dan fashion. Dalam hal ini, Apple Watch dengan desain kotak minimalisnya berada diurutan ke atas. Namun seperti yang saya bilang di awal, Anda perlu iPhone untuk menggunakan Apple Watch.

Bagi pengguna Android, smartwatch seperti Fitbit Versa series dengan desain kotak yang sekilas mirip Apple Watch juga menjadi daya tarik tersendiri. Di sisi lain, smartwatch Samsung punya desain pakemnya sendiri yaitu bulat. Jam tangan pintar Huawei dan Garmin juga kebanyakan bentuknya bulat.

Selanjutnya layar, kalau yang harganya murah biasanya pake LCD dan yang agak mahal serta mahal pakai OLED. Kelebihan layar OLED ialah tampilannya lebih tajam dan cerah sehingga keterbacaan layar di bawah sinar matahari lebih baik.

3. Kelengkapan Sensor dan Fitur

Fitur-fitbit-1
Fitur electrocardiogram (ECG) di Fitbit Sense | Foto Fitbit

Kalau soal kelengkapan sensor dan fitur-fitur canggih bawaan, tolak ukur saya adalah Fitbit karena banyak fitur lebih dulu hadir di smartwatch ini. Fitbit Sense juga memiliki sederet fitur baru seperti sensor electrodermal activity (EDA) yang dirancang untuk memonitor tingkat stres penggunanya. Sensor ini bekerja dengan memantau perubahan aliran listrik pada keringat di atas kulit, memahami bagaimana tubuh pengguna bereaksi terhadap berbagai faktor penyebab stres.

Kemudian terdapat juga fitur electrocardiogram (ECG) di Fitbit Sense untuk menganalisis detak jantung dan mendeteksi tanda-tanda atrial fibrillation (AFib) yang berakibat fatal seperti risiko serangan jantung, pembekuan darah, stroke, dan kondisi jantung lainnya. Sementara fitur lain seperti heart rate tracking 24/7, sleep tracking, kemampuan mengukur tingkat oksigen dalam darah (SpO2) sudah tersedia secara luas, dan ada banyak lagi fitur-fitur lainnya termasuk kebugaran.

Umumnya semakin canggih sebuah smartwatch dan makin lengkap fiturnya, masa pakai baterainya tidak bertahan lama. Perhatikan juga sistem operasi yang digunakan, Apple Watch dengan watchOS 7 dan smartwatch dengan Wear OS memiliki dukungan ratusan atau bahkan ribuan aplikasi sehingga lebih banyak hal yang bisa dilakukan.

Sangat menarik melihat perkembangan teknologi smartwatch ke depannya, kemampuannya terus meningkat, dan semakin banyak hal yang bisa dilakukan lewat perangkat ini. Untuk sekarang, pilih desain dan fitur yang paling sesuai dengan kebutuhan dan budget Anda.

Zepp Z Adalah Smartwatch Premium Sepupu Amazfit

Di tengah pasar smartwatch yang terbilang stagnan (kecuali di kubu Apple), nama Amazfit justru mencuat berkat konsistensinya meluncurkan produk-produk baru. Namun Amazfit rupanya bukan satu-satunya brand smartwatch yang dimiliki oleh Huami. Pada tahun 2018, Huami juga sempat mengakuisisi produsen sensor wearable bernama Zepp, yang di tahun 2020 ini memutuskan untuk ikut terjun ke ranah smartwatch.

Usai memperkenalkan smartwatch pertamanya pada bulan Agustus lalu, Zepp kini kembali dengan smartwatch baru lagi yang tak kalah menarik. Dijuluki Zepp Z, desainnya premiumnya langsung mencuri perhatian, dengan rangka yang terbuat dari bahan titanium yang kokoh tapi tetap ringan (40 gram), plus tahan air hingga kedalaman 50 meter.

Aspek desain ini pada dasarnya merupakan faktor pembeda yang paling utama antara smartwatch besutan Zepp dan Amazfit meski sama-sama berada di bawah satu induk perusahaan. Kalau kita bandingkan antara Zepp Z dan Amazfit GTR 2 yang diluncurkan belum lama ini, cukup jelas terlihat bahwa Zepp Z punya penampilan keseluruhan yang lebih mewah.

Zepp Z

Hal ini wajar mengingat sebelum bermain di pasar smartwatch, Zepp merupakan produsen sensor-sensor wearable untuk para pegolf. Untuk layarnya, Zepp Z mengemas panel AMOLED 1,39 inci yang always-on dengan resolusi 454 x 454 pixel, sama persis seperti layar milik Amazfit GTR 2. Masih soal layar, satu perbedaan kecil pada Zepp Z adalah tingkat kecerahan maksimumnya yang lebih tinggi di angka 550 nit.

Selebihnya, Zepp Z mewarisi banyak fitur unggulan milik Amazfit GTR 2, utamanya sensor BioTracker 2 PPG yang tak hanya bisa memonitor laju jantung saja, tapi juga memantau tingkat stres pengguna sekaligus kadar oksigen dalam darahnya (SpO2). Seperti halnya GTR 2, Zepp Z juga mampu mengalkulasikan skor PAI (Personal Activity Intelligence) agar pengguna bisa dengan mudah mengetahui seberapa banyak aktivitas fisik yang perlu mereka lakukan setiap harinya.

Zepp Z

Komponen esensial lain seperti GPS dan GLONASS juga hadir sebagai standar pada Zepp Z, dan ia pun turut dilengkapi 12 mode tracking olahraga yang sama seperti GTR 2. Lalu mungkin yang paling istimewa adalah klaim bahwa Zepp Z dapat bertahan sampai 15 hari pemakaian normal sebelum baterainya perlu diisi ulang.

Kalau boleh menyimpulkan, anggap saja Zepp Z ini sebagai versi mewah dari Amazfit GTR 2; fitur-fiturnya hampir identik, akan tetapi penampilannya jauh lebih berkelas. Tentu saja harganya juga lebih mahal: $349, alias hampir dua kali lipat harga Amazfit GTR 2 ($179).

Sumber: Wareable.

Hublot Luncurkan Smartwatch Keduanya, Kali Ini Tanpa Tema Sepak Bola

Produsen jam tangan kenamaan asal Swiss, Hublot, meluncurkan smartwatch Wear OS baru bernama Big Bang E. Kalau Anda ingat, ini bukanlah smartwatch pertama mereka. Di tahun 2018, Hublot sempat memproduksi Big Bang Referee yang dirancang untuk mendampingi para wasit di sepanjang perhelatan Piala Dunia 2018.

Big Bang E tidak mengangkat tema sepak bola sedikit pun – kemungkinan karena Euro 2020 tahun ini batal digelar – dan ini saja sebenarnya sudah bisa menarik perhatian lebih banyak kalangan ketimbang Big Bang Referee. Lebih lanjut, dimensinya jauh lebih ringkas daripada Big Bang Referee, yang tergolong bongsor dengan diameter 49 mm.

Big Bang E di sisi lain punya diameter 42 mm saja. Ia hadir dalam dua versi yang berbeda; satu dengan case berbahan titanium, satu lagi dengan bahan keramik. Perangkat tergolong cukup tipis di angka 12,8 mm, dan secara keseluruhan tahan air hingga kedalaman 30 meter. Strap-nya mudah dilepas pasang cukup dengan satu klik tombol saja.

Hublot Big Bang E

Big Bang E mengemas layar AMOLED sebesar 1,21 inci dengan resolusi 390 x 390 pixel, dan tentu saja layarnya sudah dilapisi kaca kristal safir. Di sisi kanannya, kita bisa melihat sebuah crown yang dapat diputar sekaligus ditekan.

Secara teknis, spesifikasi Big Bang E kurang lebih sama seperti Tag Heuer Connected 2020, yang sebenarnya masih di bawah satu grup induk LVMH: chipset Qualcomm Snapdragon Wear 3100, RAM 1 GB, dan storage internal 8 GB. Sayangnya, meski dilengkapi NFC, versi Bluetooth-nya masih 4.2.

Lebih mengecewakan lagi, Big Bang E sama sekali tidak dilengkapi GPS ataupun heart-rate monitor, dan dua fitur ini merupakan salah satu keunggulan utama Tag Heuer Connected 2020. Kapasitas baterainya juga terbilang kecil di angka 300 mAh.

Hublot Big Bang E

Terlepas dari itu, semua kelebihan sistem operasi Wear OS tentunya bisa didapatkan di sini. Hublot juga tidak lupa menyematkan sejumlah watch face eksklusif, termasuk salah satunya yang dapat menampilkan fase bulan secara presisi.

Berhubung ini Hublot, harganya sudah pasti mahal. Versi titaniumnya dibanderol $5.200, sedangkan versi keramiknya $5.800. Harganya bahkan lebih mahal lagi dibanding Big Bang Referee, dan jauh lebih mahal daripada Tag Heuer Connected 2020 yang berfitur lebih komplet – yang sendirinya juga sudah masuk kategori smartwatch sultan.

Sumber: Wareable dan Hublot.

OPPO Watch Resmi Diperkenalkan, Punya VOOC Flash Charging-nya Sendiri

Setelah muncul dalam beberapa teaser, OPPO Watch akhirnya resmi diperkenalkan. Diumumkan bersamaan dengan OPPO Find X2, smartwatch pertama OPPO ini datang membawa sejumlah keunggulan, terutama di sektor baterai.

Namun sebelumnya, mari membahas sedikit soal desainnya, yang tak bisa dipungkiri tampak begitu mirip dengan Apple Watch. Perbedaan paling mencoloknya, selain sisi kanan yang dihuni sepasang tombol ketimbang crown, adalah bezel layar yang kelihatan lebih tipis.

OPPO Watch

Layarnya sendiri menggunakan panel AMOLED 1,91 inci beresolusi 402 x 476 pixel. Andai varian 46 mm ini terasa terlalu besar, konsumen bisa memilih varian 41 mm yang mengemas layar 1,6 inci.

OPPO menggunakan material aluminium untuk frame perangkat, sedangkan sisi belakangnya terbuat dari bahan keramik. Untuk strap-nya, tersedia varian kulit atau silikon, dan tentu saja strap-nya ini mudah diganti-ganti. Secara keseluruhan, OPPO Watch disebut tahan air hingga kedalaman 50 meter.

OPPO Watch

Bagus atau tidak penampilannya tergolong relatif, karena saya kenal banyak orang yang anti arloji berwajah kotak. Faktor yang lebih penting menurut saya adalah ketahanan baterainya, sebab baterai memang kerap menjadi titik lemah kategori smartwatch selama ini.

Dalam satu kali pengisian, OPPO Watch diklaim mampu beroperasi sampai 40 jam, sedangkan mode Power Saver malah bisa menambah durasinya lagi sampai 21 hari. Rahasianya menurut OPPO adalah mekanisme chipset ganda; OPPO Watch mengemas dua chipset yang berbeda (Snapdragon Wear 2500 dan Apollo 3 co-processor) dan perangkat dapat menggunakannya secara bergantian tergantung kebutuhan.

OPPO Watch

Kalau Anda jeli, Anda pasti heran kenapa prosesor yang digunakan bukanlah Snapdragon Wear 3100 yang paling baru. Lebih menarik lagi, Snapdragon Wear 2500 sebenarnya dirancang untuk menenagai smartwatch anak-anak. Terlepas dari itu, mekanisme chipset ganda yang melibatkan prosesor utama dan co-processor ini pada dasarnya juga merupakan resep irit daya yang diterapkan oleh Snapdragon Wear 3100.

Masih seputar baterai, yang lebih istimewa lagi justru adalah, perangkat ini turut dilengkapi teknologi VOOC Flash Charging-nya sendiri: charging selama 15 menit cukup untuk mengisi 46% kapasitas baterainya, dan ini diyakini cukup untuk pemakaian selama 18 jam. Untuk mengisinya hingga penuh, waktu charging yang diperlukan cuma berkisar 75 menit.

OPPO Watch

OPPO Watch tidak memakai Wear OS, melainkan sistem operasi bikinan OPPO sendiri, yakni ColorOS Watch yang juga berbasis Android. Seperti halnya smartwatch modern lain, ia turut dibekali seabrek sensor, termasuk halnya heart-rate monitor dan fitur ECG (electrocardiogram).

Di Tiongkok, OPPO Watch kabarnya bakal dipasarkan mulai 24 Maret seharga 1.499 yuan (± Rp 3,1 juta). OPPO berencana untuk memasarkannya secara global, tapi masih belum disebutkan kapan pastinya.

Sumber: 1, 2, 3.

[Review] Smartwatch Garmin Venu: AMOLED untuk Olah Raga dan Baterai Tahan Lama!

Mungkin banyak dari pembaca belum tahu mengenai merek Garmin. Dulu, Garmin sangat dikenal dengan produk GPS-nya, sebelum Google Maps dan Waze mengambil alih peta penunjuk jalan. Garmin sendiri juga mendulang sukses pada saat perangkat smartphone Windows Mobile 6 sedang naik daun. Dan saat ini, Garmin juga sudah melebarkan sayapnya, seperti dengan memproduksi smartwatch.

Salah satu smartwatch yang datang ke meja pengujian tim Dailysocial adalah Garmin Venu. Venu merupakan smartwatch pertama dari Garmin yang menggunakan layar berjenis AMOLED. Hal ini juga berarti bahwa daya tahan baterai serta warnanya akan lebih baik dibandingkan dengan smartwatch yang menggunakan layar IPS.

Garmin Venu

Garmin sendiri menawarkan Venu untuk mereka yang memiliki gaya hidup yang aktif. Hal tersebut tentu saja condong ke aktivitas olah raga. Oleh karena itu, Garmin menyematkan berbagai macam fitur untuk membantu aktivitas olah raga pada perangkat yang satu ini.

Satu hal yang tidak ditinggalkan oleh Garmin adalah GPS atau Global Positioning System-nya yang sudah dikenal semenjak dulu. Tanpa harus menggunakan smartphone, Garmin Venu dapat mendeteksi posisi dengan sangat baik. Tentunya, hal ini sedang hangat-hangatnya digunakan untuk mereka yang gemar melakukan olah raga lari maupun bersepeda.

Sayangnya, Garmin tidak membeberkan mengenai spesifikasi dari jam tangan pintarnya ini. Namun, seperti inilah spesifikasi dari Venu.

Layar 1,2 inci AMOLED 390×390 px Gorilla Glass 3
Dimensi 43.2 x 43.2 x 12.4 mm
Bobot 46,3 gram
Sensor GPS, GLONASS, Galileo, Gyroscope, Accelerometer, Altimeter, Compass, Oximeter
Konektivitas Bluetooth 4.0, WiFi 802.11bn, NFC
Sertifikasi 5 ATM
Kapasitas penyimpanan musik 500 lagu atau sekitar 3,5 GB

Garmin Venu juga memiliki keunikan tersendiri untuk mereka yang gemar berolah raga, namun menginginkan suara musik yang lebih baik. Oleh karena itu, Garmin Venu juga memiliki konektivitas dengan Spotify. Hal tersebut akan saya bahas pada segmen pengalaman penggunaan di bawah.

Unboxing

Hanya ini saja yang ada didalam paket penjualan Garmin Venu

Garmin Venu - Charge

Desain

Smartwatch Garmin Venu memang mengikuti desain tren kekinian. Mengetahui bahwa banyak yang menyukai bentuk jam bundar, Garmin Venu pun juga didesain demikian. Dengan perpaduan antara plastik polikarbonat serta bingkai metal, membuat Garmin Venu terasa sangat kokoh.

Tali jam bawaannya terbuat dari bahan karet, sehingga cocok untuk mereka yang selalu berkeringat atau berolah raga. Strap itu sendiri juga dapat diganti dengan tali jam 20mm yang dijual pada toko jam. Jadi, pilihan untuk mengubah tampilannya juga lebih luas untuk mereka yang sering bosan dengan look yang itu-itu saja.

Garmin Venu - Tombol

Layar dari Garmin Venu menggunakan tipe Super AMOLED. Dimensi layarnya sebesar 1.2 inci dengan resolusi 390×390. Jam tangan ini sendiri sudah menggunakan pelindung layar dari Corning, yaitu Gorilla Glass 3. Walaupun dalam pengujian jam tangan pintar ini sering terbentur tanpa baret, namun pengalaman saya menggunakan smartphone dengan Gorilla Glass 3, pasti bakal baret juga oleh debu atau pasir.

Garmin Venu menggunakan interface charger dengan desain sendiri. Biasanya, jam tangan pintar akan menggunakan desain magnet untuk menempelkan ujung charger-nya dan pada akhirnya tidak akan menekan dengan kencang serta menolak untuk diisi ulang. Namun, Garmin menggunakan model kait, sehingga kabelnya dapat tersambung dengan sangat baik. Jamnya sendiri bisa diisi dalam kurun waktu kurang dari sejam.

Garmin Venu - Menu

Pada sisi sebelah kanannya, terdapat dua buah tombol yang dinamakan tombol A dan B. Tombol B berfungsi sebagai back button. Sedangkan tombol A digunakan sebagai tombol menu dan accept. Pada bagian bawahnya terdapat beberapa

Sistem operasi yang digunakan sepertinya buatan Garmin sendiri. Antar muka yang digunakan memang cukup membingungkan pada saat pertama kali memakainya. Oleh karena itu, mereka yang sering menggunakan Android Wear atau Tizen harus membiasakan diri dalam beberapa saat.

Pengalaman Memakai

Untuk menguji jam tangan pintar ini, saya menggunakannya hampir dua minggu. Pada minggu pertama, saya menggunakan tanpa terhubung dengan bluetooth sama sekali. Dan jam tangan pintar ini mampu bertahan hingga enam hari sampai akhirnya saya harus mengisi ulang kembali.

Pada minggu kedua, saya menggunakan jam tangan ini dan tersambung ke perangkat Android yang saya gunakan. Saya juga mencoba melakukan aktivitas seperti berenang pada kolam yang ada di kantor DailySocial. Hasilnya, jam tangan ini hanya bertahan sampai dengan dua hari saja.

Garmin Venu - at hand

Saya juga mencoba mendengarkan musik dengan menggunakan sebuah TWS. Ternyata, baterainya tergerus dengan cukup cepat. Dalam waktu sekitar 3 sampai 4 jam saja, baterainya tersisa 55% dari penuh. Hal ini kemungkinan karena versi bluetooth yang digunakan masih versi 4.

Saat mendengarkan musik, saya sangat suka dengan feature Spotify yang ada pada jam tangan ini. Selain bisa mendengarkan lagu secara offline, saya menyukai dengan format yang diputar yang merupakan Vorbis dengan bitrate tertinggi sesuai standar Spotify. Suaranya juga terdengar lebih baik dibandingkan dengan beberapa format lainnya.

Saat menggunakan jam tangan ini dalam berolah raga berenang, ada satu glitch yang terjadi. Saat hanya berenang sebentar saja, jam tangan pintar ini mendeteksi kalori yang terbakar sekitar 1000! Selanjutnya, memang kalori yang terdeteksi cukup pas, namun lonjakan 1000 kalori ini harus menjadi perhatian dari Garmin sendiri.

Garmin Venu - Belakang

Saya juga mencoba menggunakan Garmin Connect, aplikasi yang dapat diunduh langsung dari Play Store. Aplikasi ini menampilkan data-data kegiatan penggunanya dengan sangat lengkap. Hal ini tentu saja sangat diperlukan oleh para pegiat olah raga mau pun atlit. Antar muka yang dimiliki juga cukup mudah digunakan.

Satu lagi yang harus saya highlight dari jam tangan pintar ini adalah kemampuannya untuk ditambahkan aplikasi. Secara default, aplikasi yang ada pada Garmin Connect dapat ditambahkan untuk membantu kegiatan berolah raga. Namun dengan menambahkan aplikasi Garmin IQ Store, aplikasi untuk jam tangan pintar ini pun menjadi lebih banyak.

Verdict

Dengan maraknya kegiatan olah raga, tentu saja perlengkapan penunjang menjadi sebuah kebutuhan. Jam tangan pintar merupakan salah satu yang dapat membantu memberikan informasi mengenai apa yang sedang kita lakukan. Garmin pun juga melebarkan sayapnya dari hanya memproduksi GPS monitor hingga membuat sebuah jam tangan pintar yang mumpuni untuk digunakan saat berolah raga. Garmin Venu adalah salah satunya.

Kinerja dari smartwatch ini memang cukup baik, dapat mendeteksi berbagai informasi dari tubuh sang pemakainya. Walaupun saya mendapatkan glitch pada saat berenang, bisa jadi hal tersebut sudah dibenahi pada update firmware berikutnya. Antar muka yang digunakan juga bisa menjadi masalah pada saat pertama menggunakan, namun seiring dengan waktu juga akan terbiasa.

Baterai juga menjadi salah satu yang menarik pada jam tangan pintar ini. Saat digunakan hanya sebagai smartwatch, Anda bisa mendapatkan waktu hingga seminggu. Untuk berolah raga, jam tangan ini juga tidak terlalu boros untuk digunakan, sehingga tidak mungkin akan mati sebelum sehari.

Harga mungkin menjadi sebuah kendala seseorang untuk membelinya. Garmin menjual jam tangan pintar yang satu ini dengan harga Rp. 5.999.000. Cukup tinggi memang dibandingkan dengan para pesaingnya. Oleh karena itu, pangsa pasar yang dituju oleh Garmin memang untuk para profesional yang membutuhkan informasi yang sangat akurat.

Sparks

  • AMOLED
  • Daya tahan baterai cukup baik
  • Ada penambahan aplikasi
  • Spotify dengan suara yang baik
  • Informasi olah raga yang lengkap
  • GPS tanpa smartphone
  • Ada aplikasi pendukung

Slacks

  • Mahal
  • Antar muka cukup membingungkan

Smartwatch Misfit Vapor X Usung Chipset Terbaru Qualcomm dalam Bodi yang Ringan dan Nyaman

Meski lebih dikenal sebagai produsen smartwatch hybrid, Misfit sempat merilis smartwatch Wear OS bernama Vapor di tahun 2017. Dua tahun berselang, Misfit akhirnya menyingkap Vapor X, yang diklaim sebagai smartwatch paling efisien sekaligus paling ringan yang pernah mereka buat.

Seringan apa? Bobot casing-nya hanya 43 gram, meski diameternya sendiri 42 mm. Tentunya ini dapat dicapai berkat penggunaan material aluminium pada casing-nya. Juga berubah adalah strap-nya, dengan rancangan baru yang diyakini lebih breathable untuk kulit pergelangan tangan.

Vapor X mengemas layar sentuh AMOLED berukuran 1,19 inci. Di baliknya, bernaung chipset terbaru Qualcomm Snapdragon Wear 3100, dan inilah yang menjadi kunci atas klaim “paling efisien” itu tadi. Dalam satu kali pengisian, Vapor X siap beroperasi hingga 24 jam nonstop.

Itu dalam mode normal, sedangkan dalam mode battery saving, daya tahannya diklaim bisa mencapai tiga hari. Proses pengisiannya sendiri cukup cepat; 50 menit charging sudah bisa mengisi 80% kapasitas baterainya.

Misfit Vapor X

Chipset tersebut turut ditemani oleh RAM 512 MB dan storage internal 4 GB. Komposisi RAM dan storage-nya ini berbeda dari milik smartwatch generasi kelima Fossil (Misfit adalah anak perusahaan Fossil), meski chipset yang digunakan sama persis.

Kabar baiknya, sensor-sensor yang diusung Misfit Vapor X sama seperti Fossil Gen 5, mencakup altimeter, heart-rate monitor, NFC, maupun GPS terintegrasi. Semuanya dikemas dalam bodi yang tahan air hingga kedalaman 30 meter.

Misfit Vapor X saat ini telah dipasarkan seharga $200, cukup jauh selisihnya dibandingkan Fossil Gen 5. Namun yang perlu dicatat, harga tersebut adalah harga perkenalan untuk waktu yang terbatas. Harga normalnya sendiri dipatok $280, hanya berbeda tipis dari Fossil Gen 5.

Sumber: The Verge.

Fossil Mulai Luncurkan Deretan Smartwatch Generasi Kelimanya

Fossil baru saja menyingkap dua smartwatch anyar. Duo smartwatch bernama Fossil Julianna HR dan Fossil Carlyle HR ini menjadi anggota pertama dari keluarga smartwatch generasi kelima yang tengah disiapkan Fossil untuk tahun ini, yang kabarnya bakal mencakup tiga brand anyar, serta sejumlah smartwatch tipe hybrid.

Dibanding generasi sebelumnya, baik Julianna maupun Carlyle tentu membawa sejumlah penyempurnaan. Yang paling utama adalah penggunaan chipset Qualcomm Snapdragon Wear 3100, menyusul jejak Fossil Sport yang telah hadir sejak akhir tahun kemarin. Juga ikut didongkrak adalah kapasitas RAM dan storage internalnya, yang masing-masing naik dari 512 MB dan 4 GB menjadi 1 GB dan 8 GB.

Fossil Julianna HR / Fossil
Fossil Julianna HR / Fossil

Kedua smartwatch yang pada dasarnya merupakan suksesor Q Venture HR dan Explorist HR ini sama-sama memiliki diameter 44 mm, dengan tebal casing 12 mm dan strap 22 mm yang dapat dilepas-pasang. Layar sentuh 1,3 incinya merupakan panel AMOLED beresolusi tinggi, dengan kepadatan pixel senilai 328 ppi.

Masih seputar hardware, Julianna dan Carlyle turut dibekali speaker terintegrasi, yang berarti Google Assistant dapat merespon secara lisan ketimbang hanya via teks. Manfaat lainnya, Julianna dan Carlyle dapat dipakai untuk menerima panggilan telepon yang masuk ke ponsel tanpa mewajibkan penggunanya mengenakan headset.

Fitur penerimaan telepon ini rupanya juga bakal tersedia untuk konsumen yang menggunakan iPhone via bantuan aplikasi tambahan, meski tidak langsung setelah perangkat dipasarkan. Dari segi software, Julianna dan Carlyle tentu sudah menjalankan versi terbaru Wear OS.

Fossil Carlyle HR / Fossil
Fossil Carlyle HR / Fossil

Selebihnya, fitur-fitur seperti integrasi NFC dan GPS, heart-rate monitor generasi baru beserta sebuah altimeter sudah menjadi standar buat Julianna dan Carlyle. Dalam satu kali pengisian, baterainya mampu bertahan hingga 24 jam. Charging-nya sendiri tidak butuh waktu lama: cuma 50 menit untuk mengisi kapasitas baterainya dari 0 sampai 80%.

Fossil saat ini telah memasarkan Julianna HR dan Carlyle HR seharga $295, sedikit lebih mahal ketimbang Fossil Sport, tapi memang fiturnya juga lebih lengkap.

Sumber: Wareable.

Samsung Galaxy Watch Active 2 Hadir Membawa Fitur ECG dan Konektivitas LTE

Belum ada setengah tahun sejak Samsung Galaxy Watch Active dirilis, Samsung sudah menyingkap suksesornya. Meski sepintas penampilannya terbilang mirip, Galaxy Watch Active 2 tentu punya fitur yang lebih lengkap, sekaligus membawa sejumlah penyempurnaan dibanding versi sebelumnya.

Fisik Watch Active 2 sedikit lebih besar dan tebal ketimbang pendahulunya, akan tetapi ia kini juga hadir dalam dua ukuran: 44 mm atau 40 mm. Keduanya sama-sama mengusung layar Super AMOLED beresolusi 360 x 360 pixel yang dilapisi kaca Gorilla Glass DX+, dan yang membedakan kedua varian ini hanya sebatas ukuran layar beserta kapasitas baterainya saja.

Samsung Galaxy Watch Active 2

Masih seputar layar, ada satu penyempurnaan paling krusial yang dibawa Watch Active 2, yakni digital rotating bezel. Seperti yang kita tahu, Watch Active tidak dibekali rotating bezel fisik yang sudah menjadi ciri khas smartwatch Samsung selama beberapa tahun terakhir.

Fitur unggulan tersebut akhirnya kembali hadir di Watch Active 2, meski implementasinya sedikit berbeda. Ketimbang mengandalkan bezel yang bisa diputar secara fisik, Samsung menanamkan panel sentuh di balik bezel Watch Active 2, dan selagi jari kita berada di atasnya, akan terasa haptic feedback yang memberikan sensasi klik seperti pada rotating bezel fisik.

Samsung Galaxy Watch Active 2

Untuk spesifikasi, Watch Active 2 rupanya masih menggunakan chipset Exynos 9110 yang sama seperti pendahulunya, namun yang membedakan, smartwatch ini juga tersedia dalam varian berkoneksi LTE. Samsung tak lupa menyempurnakan kapabilitas health tracking-nya lewat accelerometer dan heart-rate monitor yang lebih advanced, serta fitur ECG (electrocardiogram) ala Apple Watch Series 4.

Samsung Galaxy Watch Active 2 kabarnya bakal dipasarkan mulai 27 September mendatang. Harganya dipatok mulai $280 untuk varian 40 mm, atau mulai $300 untuk varian 44 mm. Tentunya itu harga untuk varian non-LTE, sedangkan varian LTE-nya sendiri masih belum dirincikan harganya.

Sumber: Samsung dan CNET.

Bocoran Fitbit Versa Generasi Kedua Beredar, Unggulkan Layar AMOLED dan Integrasi Alexa

Fitbit Versa bukanlah smartwatch pertama sang raja fitness tracking, akan tetapi Versa bisa dikatakan yang terbaik jika dilihat dari aspek estetika dan harganya. Satu tahun pasca peluncurannya, sudah waktunya Versa mendapatkan suksesor, dan bocoran mengenai Versa generasi kedua ini rupanya sudah beredar berkat sosok leaker tenar Evan Blass, atau yang lebih dikenal di Twitter sebagai @evleaks.

Dari segi fisik, kita dapat melihat sejumlah perubahan yang diusung Versa 2 (kalau memang itu namanya). Yang paling utama adalah wajah yang lebih elegan berkat penggunaan kaca melengkung, serta hilangnya logo Fitbit di bezel bawah layar. Juga berbeda adalah panel layar yang digunakan, yang kini bukan lagi LCD, melainkan AMOLED.

Fitbit Versa 2

Penggunaan panel AMOLED bukan berarti hanya kualitas visualnya saja yang meningkat, tapi semestinya juga dapat semakin memaksimalkan efisiensi baterainya. Melengkapi kesan elegannya secara menyeluruh adalah berkurangnya jumlah tombol di sisi samping Versa 2; sekarang cuma ada satu di sebelah kiri, bukan lagi tiga tombol seperti pada Versa edisi tahun lalu.

Dari segi fitur, kabarnya Versa 2 bakal hadir membawa integrasi Amazon Alexa. Ini penting mengingat mayoritas smartwatch lain yang ditenagai Wear OS memiliki akses ke Google Assistant, dan Apple Watch juga sudah sejak lama ditemani Siri. Fitur selengkapnya tidak banyak berubah, yang mencakup sensor laju jantung PurePulse, integrasi Fitbit Pay, dan ketahanan air hingga 50 meter.

Fitbit Versa 2

Belum diketahui kapan Fitbit bakal menyingkap Versa 2 secara resmi. Tidak menutup kemungkinan jadwal yang mereka tetapkan harus maju akibat bocoran lengkap seperti ini yang tengah ramai dibicarakan.

Sumber: The Verge.