Headset VR Oculus Quest Mungkin Malah Akan Berkompetisi Dengan Nintendo Switch

Perjalanan industri gaming sangat dinamis: home console membawa aktivitas tersebut dari arena arcade ke dalam rumah, lalu kemunculan sistem handheld memungkinkan kita menikmati game di mana saja. Dan di era modern ini, muncul lagi satu jenis konten serta segenap platform pendukung yang berpotensi mendisrupsi industri hiburan interaktif: VR.

Virtual reality bukanlah cerita baru, namun teknologi ini baru benar-benar bisa dijangkau oleh konsumen setelah Oculus Rift dan HTC Vive dirilis beberapa tahun silam. Meski demikian, saat itu masih ada sejumlah tantangan besar yang menghambat adopsi headset virtual reality: ia membutuhkan dukungan sistem berspesifikasi tinggi, masih minimnya konten, serta pemakaiannya yang mengekang user di satu lokasi.

Kendala terakhir ini mendorong sejumlah perusahaan teknologi untuk megembangkan headset berkonsep VR standalone, dan Anda mungkin tak lagi asing dengannya. Facebook punya Oculus Go, HTV menyediakan Vive Focus, bahkan Lenovo punya penawaran berupa Mirage Solo. Dan minggu lalu, Facebook kembali membuat terobosan di segmen itu lewat pengumuman Oculus Quest.

Oculus Quest merupakan head-mounted display yang difokuskan pada ranah gaming, menjanjikan kinerja hardware mendekati Rift dengan fleksibiltas ala Go. Produsen memang belum mengungkap detailnya lebih jauh, namun kabarnya headset didukung oleh sistem tracking mutakhir. Facebook juga punya agenda buat meramaikan peluncuran Quest di ‘musim semi 2019’ dengan lebih dari 50 judul game.

Dalam presentasinya, CTO Oculus VR John Carmack memprediksi bahwa saat dirlis nanti, Oculus Quest boleh jadi malah akan berkompetisi dengan perangkat yang tak terduga, yakni Nintendo Switch. Menurut mantan lead programmer Commander Keen, Wolfenstein 3D dan Doom itu, Quest akan dipilih oleh konsumen sebagai perangkat gaming sekunder, saat mereka sudah memiliki platform gaming utama, misalnya PC atau console current-gen.

Hal tersebut ternyata berkaitan dengan kapabilitas hardware dari Quest. Headset ini kabarnya mempunyai kinerja grafis setara PlayStation 3 dan Xbox 360. Mayoritas permainan di era last-gen di-render di resolusi 1280×720 30fps. Di Oculus Quest, game disuguhkan di 1280x1280p 72fps buat masing-masing mata. Jika dikalkulasi, itu berarti Quest menghidangkan pixel 8,5 kali lebih banyak dari console Xbox 360.

Namun tentu ada banyak hal yang membuatnya lebih unggul dari sistem last-gen. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, Quest dibekali sistem pelacakan gerakan tanpa sensor eksternal dengan ruang deteksi seluas 370 meter persegi, kemudian ia juga mampu membaca gerakan 6DoF (degrees of freedom), dapat mengetahui ketika Anda berdiri, jongkok, atau memiringkan kepala.

Oculus Quest rencananya akan dijajakan seharga US$ 400.

Via Games Industry.

Performa Oculus Go Kabarnya Berada di Atas Samsung Gear VR Plus Galaxy S7

Dengan dukungan canggihnya hardware PC, kualitas visual yang disuguhkan HTC Vive dan Oculus Rift memang mengagumkan. Tapi ada beberapa hal perlu terpenuhi agar proses adopsi headset VR kelas konsumen berjalan lebih cepat: pemakaiannya harus mudah, kontennya melimpah, harganya terjangkau, dan sebisa mungkin tidak membelenggu mobilitas sang pengguna.

Itulah faktor pencetus tren HMD VR standalone di kalangan produsen hardware, dan Facebook menjawabnya dengan memperkenalkan Oculus Go di bulan September silam. Dalam pengumumannya, sang produsen berniat untuk meluncurkan Oculus Go di awal tahun ini. Namun memasuki bulan ketiga 2018, produk ini masih belum tersedia.

Info lebih jauh terkait kinerja hardware Oculus Go belum lama diungkap oleh chief technical officer Oculus VR John Carmack lewat Twitter. Menanggapi pertanyaan mengenai kemampuan headset VR tersebut, Carmack menyatakan bahwa Oculus Go mampu menyuguhkan kualitas grafis lebih baik dari Samsung Gear VR yang dipasangkan dengan smartphone Galaxy S7.

Di bulan Januari kemarin, Oculus VR mengumumkan kolaborasi bersama Xiaomi untuk memproduksi Oculus Go, serta mempersilakan produsen elektronik Beijing itu buat memasarkan HMD standalone Mi VR-nya sendiri khusus di wilayah Tiongkok. Walaupun berbeda nama, penampilan serta spesifikasi keduanya serupa. Mereka dibekali Qualcomm Snapdragon 821 – SoC yang turut mengotaki Google Pixel dan LG G6.

Pemilihan chip ini cukup menarik mengingat waktu itu Snapdragon 835 sudah tersedia. Sepertinya keputusan Oculus VR dipengaruhi oleh keinginan mereka menjajakan Oculus Go sebagai HMD virtual reality terjangkau. Dan karena tidak didesain untuk menjalankan fungsi-fungsi smartphone, Snapdragon 821 dapat lebih dioptimalkan ke aspek penyajian virtual reality.

Oculus Go menyajikan layar ‘fast-switch‘ 2K 2560x1440p. Carmack menjelaskan, panel tersebut mengusung jenis LCD, sehingga level kontrasnya tidak istimewa. Tetapi display ini mempunyai lebih banyak subpixel, lalu Oculus VR juga bilang telah memperbaiki masalah yang menyebabkan rendahnya mutu warna.

Selain aspek visual, produsen juga memperhatikan sisi output suara serta kebebasan interaksi. Oculus VR melengkapi Go dengan sistem audio spasial serta unit controller motion. Dan di waktu ke depan, produsen akan membubuhkan fitur ‘casting‘ konten ke layar sekunder.

Oculus Go rencananya akan dijajakan di harga US$ 200.

Berbicara soal performa, sulit bagi Oculus Go untuk mengejar headset ber-platform  Snapdragon 845 Mobile VR. Namun pemanfaatan Snapdragon 821 sendiri menunjukkan kesiapan Qualcomm memenuhi permintaan terhadap chip pendukung headset VR standalone di kelas berbeda.

Via VentureBeat.

Update Oculus Home Tingkatkan Performa Sekaligus Kualitas Visual Gear VR

Kabar baik buat pengguna Samsung Gear VR. Dalam beberapa minggu ke depan, Oculus akan meluncurkan versi baru aplikasi Oculus Home yang diklaim dapat meningkatkan performa sekaligus kualitas visual dari VR headset tersebut.

Rahasianya ada pada penerapan runtime system baru Oculus, dimana kapabilitas hardware dapat lebih dimaksimalkan. Oculus Home adalah aplikasi pertama yang mendapatkan jatah teknik optimalisasi baru ini, namun ke depannya developer aplikasi pihak ketiga juga bisa ikut serta.

Lewat Facebook, CTO Oculus, John Carmack memaparkan teknik yang digunakan secara cukup mendetail. Sebagai konsumen, hal yang perlu kita garis bawahi cuma dua: 1) waktu loading bisa dipangkas sampai tiga kali lipat, dan 2) resolusi gambarnya meningkat dua kali lipat.

Oculus mengibaratkan peningkatan resolusi ini seperti lompatan dari standard definition (SD) ke high definition (HD). Sebelum ini, aplikasi kurang bisa mengoptimalkan hardware sehingga akhirnya kualitas visualnya terlihat jelek meskipun ponsel yang terselip di Gear VR punya resolusi layar sebesar 2560 x 1440 pixel.

VR berbasis mobile seperti Gear VR ini memang akan terus terkendala hardware, tidak seperti Oculus Rift atau HTC Vive yang mengandalkan PC dengan kartu grafis kelas dewa. Pun demikian, teknik optimalisasi ini setidaknya bisa sedikit menjamin masa depan Gear VR.

Sumber: Road to VR dan Oculus.

Sengketa Kian Memanas, Pemilik Game Fallout Kini Tuduh Oculus VR Mencuri Teknologi Mereka

Sengketa antara ZeniMax Media dan Oculus VR dimulai di tahun 2014. Saat itu, sang pemilik franchise game-game populer seperti Fallout dan The Elder Scrolls mengajukan gugatan pada perusahaan punya Facebook itu dengan alasan mereka ‘mengumbar’ hasil pengembangan serta teknologi VR ZeniMax. Dan memasuki paruh kedua tahun ini, perselisihan jadi kian memanas.

Berdasarkan diungkapnya pengajuan tuntutan minggu lalu, ZeniMax diketahui mengubah gugatan mereka, kini secara terang-terangan menuduh CEO Brendan Iribe dan CTO John Carmack telah mencuri kekayaan intelektual mereka. Sederhananya, perusahaan hiburan Amerika itu menuding bahwa sebagian teknologi ZeniMax diambil buat menciptakan headset Oculus Rift.

“Selama bertahun-tahun, ZeniMax mencurahkan puluhan juta dolar untuk melakukan riset dan pengembangan, termasuk penelitian di bidang virtual reality dan teknologi immersive,” tulis ZeniMax. “Di tahun 2011 dan 2012, John Carmack selaku programer ahli dan berpengalaman yang bekerja untuk ZeniMax sebagai technical director anak perusahaan kami, id Software, melakukan experimen mengenai VR di kantor ZeniMax, di atas komputer milik ZeniMax, dan menggunakan sumber daya ZeniMax.”

“Bukannya mematuhi kontrak, Carmack malah menyalin ribuan dokumen dari komputer ZeniMax di hari-hari terakhir ia bekerja,” Ungkap tim penggugat. “Dia tidak pernah mengembalikan file-file tersebut ketika masa kerjanya berakhir. Sebagai tambahan, setelah kontrak kerja Carmack dihentikan, ia kembali dan mengambil tool pengembangan VR kepunyaan ZeniMax.”

Tuduhan pada founder Oculus VR tak kalah pedas. Menurut Zenimax, Brendan Iribe sudah memberikan informasi yang keliru pada pers, mengungkapkan kisah ‘fantastis’ bagaimana Palmer Luckey – seorang inventor jenius – membangun teknologi VR di dalam garasi rumah. ZeniMax yakin cerita ini ialah rekayasa, karena Luckey bukanlah pakarnya, tidak terlatih, tidak mempunyai sumber daya, dan tidak tahu cara mengomersialkan produk virtual reality.

Namun dakwaan tersebut berbeda dari perjalanan John Carmack di ranah virtual reality. Eksperimen terhadap VR dahulu ia lakukan berbekal unit personal viewer Sony HMZ, dan sempat merasa skeptis pada kapabilitasnya untuk gaming. Carmack bertemu Luckey secara online, dan sesudah mulai mengenalnya, sang programer legendaris itu meminta Luckey mengirimkan unit prototype hardware Rift, dan melihat banyak terobosan di sana.

Via GameSpot, juru bicara Oculus VR menyatakan, “Keluhan yang diajukan oleh ZeniMax ini berat sebelah, dan hanya mewakilkan interpretasi mereka saja. Kami yakin gugatan tersebut tidak memiliki dasar, dan akan menjawab semuanya secara hukum di pengadilan.”

Sumber: GameSpot dan Polygon.

Game-Game Indie Dominasi Penghargaan BAFTA Games Awards 2016

Mulai 1998, British Academy of Film and Television Arts memutuskan untuk mengakui video game sebagai jenis hiburan yang memberikan cara baru dalam mengekspresikan kreativitas. Ada banyak event pemberian penghargaan bergengsi diadakan tiap tahun, namun sejauh ini status BAFTA belum dapat tersaingi. Dan di akhir minggu lalu, diumumkanlah para pemenang BAFTA Games Awards 2016.

Di ajang lain, nama-nama familier berkali-kali memperoleh apresiasi, namun BAFTA Games Awards 2016 cukup berbeda. Permainan-permainan garapan developer indie tampak menguasai belasan kategori. Judul-judul blockbuster memang jadi nominasi, tapi mereka bukan juaranya. Terlepas dari itu, salah satu permainan open-world terbaik terpilih buat membawa pulang gelar Best Game – sebagai judul pertama di seri itu yang memenangkan BAFTA.

Berikut ini daftar lengkap nominasi dan pemenangnya:

Mobile & Handheld: Her Story (Sam Barlow)

Nominasi: Prune, Fallout Shelter, Lara Croft GO, Alphabear, The Room Three

BAFTA Games Awards 2016 03

Audio Achievement: Everybody’s Gone to the Rapture (The Chinese Room)

Nominasi: Batman: Arkham Knight, Assassin’s Creed Syndicate, Metal Gear Solid V: The Phantom Pain, Star Wars Battlefront, The Witcher 3: Wild Hunt

Music: Everybody’s Gone to the Rapture (The Chinese Room)

Nominasi: Batman: Arkham Knight, Assassin’s Creed Syndicate, Ori and the Blind Forest, Fallout 4, Halo 5: Guardians

Performer: Merle Dandridge | Everybody’s Gone to the Rapture (Kate Collins)

Nominasi: Oliver Dimsdale (Everybody’s Gone to the Rapture, Stephen Appleton), Mark Hamill (Batman: Arkham Knight, The Joker), Ashly Burch (Life is Strange Chloe Price), Masasa Moyo (Broken Age: Act 2, Vella), Doug Cockle (The Witcher 3: Wild Hunt Witcher)

BAFTA Games Awards 2016 01

Persistent Game: Prison Architect (Introversion Software)

Nominasi: Destiny: The Taken King, Final Fantasy XIV Online, Guitar Hero: Live, The Witcher 3: Wild Hunt, LEGO Dimensions

Family: Rocket League (Psyonix)

Nominasi: Disney Infinity 3.0: Play Without Limits, Guitar Hero: Live, Super Mario Maker, FIFA 16, LEGO Dimensions

Sport: Rocket League (Psyonix)

Nominasi: DiRT Rally, Football Manager, FIFA 16, PES 2016, Forza Motorsport 6

BAFTA Games Awards 2016 02

British Game: Batman: Arkham Knight (Rocksteady Studios)

Nominasi: Everybody’s Gone to the Rapture, Prison Architect, Tearaway Unfolded, Until Dawn, Her Story

Artistic Achievement: Ori and the Blind Forest (Moon Studios)

BAFTA Games Awards 2016 04

Nominasi: Assassin’s Creed Syndicate, Metal Gear Solid V: The Phantom Pain, Everybody’s Gone to the Rapture, Batman: Arkham Knight, The Witcher 3: Wild Hunt

Story: Life is Strange (Dontnod Entertainment)

Nominasi: Everybody’s Gone to the Rapture, Until Dawn, Undertale, Her Story, The Witcher 3: Wild Hunt

Original Property: Until Dawn (Supermassive Games)

Nominasi: Everybody’s Gone to the Rapture, Ori and the Blind Forest, Life is Strange, Splatoon, Her Story

Debut Game: Her Story (Sam Barlow)

Nominasi: Keep Talking and Nobody Explodes, Prune, Ori and the Blind Forest, Mini Metro, Lovers in a Dangerous Spacetime

BAFTA Games Awards 2016 06

Game Design: Bloodborne (FromSoftware)

Nominasi: Lovers in a Dangerous Spacetime, Rocket League, Grow Home, Her Story, The Witcher 3: Wild Hunt

Multiplayer: Rocket League (Psyonix)

Nominasi: Lovers in a Dangerous Spacetime, Tom Clancy’s Rainbow Six Siege, Destiny: The Taken King, World of Warships, Splatoon

Fellowship: John Carmack

Game Innovation: Her Story (Sam Barlow)

Nominasi: Everybody’s Gone to the Rapture, Metal Gear Solid V: The Phantom Pain, Life is Strange, Until Dawn, Splatoon

BAFTA Games Awards 2016 05

Best Game: Fallout 4 (Bethesda Game Studios)

Nominasi: Metal Gear Solid V: The Phantom Pain, Everybody’s Gone to the Rapture, Life is Strange, Rocket League, The Witcher 3: Wild Hunt

Sumber: BAFTA.org.

Oculus VR Siap Serbu Industri Film Dengan Oculus Story Studio

Bergabungnya John Carmack, programer game legendaris, ke dalam tim Oculus VR tak cuma berdampak pada melesatnya proses pematangan virtual reality, tapi juga meyakinkan konsumen bahwa Rift ialah device buatan gamer untuk gamer. Sayang akuisisi yang dilakukan Facebook beberapa waktu silam membuat publik mempertanyakan arah pengembangannya. Continue reading Oculus VR Siap Serbu Industri Film Dengan Oculus Story Studio

Kesempatan Menikmati Minecraft Menggunakan Oculus Rift Kembali Terbuka

Ketika Oculus mengumumkan bahwa mereka setuju untuk menjadi bagian dari Facebook, banyak orang meresponnya dengan antipati. Saat itu, kecemasan terbesar dari khalayak adalah arahan yang akan diambil sang raksasa jejaring sosial itu dalam membentuk dan menentukan masa depan virtual reality. Continue reading Kesempatan Menikmati Minecraft Menggunakan Oculus Rift Kembali Terbuka

Id Software Pamerkan Doom 4 Dalam QuakeCon 2014

QuakeCon adalah ajang gaming dan turnamen tahunan dimana pengunjung diperbolehkan membawa PC mereka sendiri. Nama QuakeCon diambil dari salah satu permainan legendaris milik id Software berjudul Quake. Selain turnamen, QuakeCon sesekali juga dimanfaatkan sang developer sebagai tempat untuk melangsungkan pengumuman penting. Continue reading Id Software Pamerkan Doom 4 Dalam QuakeCon 2014

Ingin Lebih Memahami Virtual Reality? Oculus Segera Adakan Konferensi Oculus Connect

Istilah virtual reality pertama kali dipopulerkan oleh perusahaan VPL Research pimpinan Jaron Lanier di tahun 1980-an, namun headset VR sendiri sudah pernah dibuat sejak tahun 1968. Menariknya, butuh 40 tahun lebih hingga ide revolusioner ini bisa sampai ke tangan kita. Tapi bahkan dengan waktu selama itu, dunia VR masih menjadi misteri. Continue reading Ingin Lebih Memahami Virtual Reality? Oculus Segera Adakan Konferensi Oculus Connect

John Carmack Angkat Bicara Soal Akuisisi Oculus Rift

Brendan Iribe dan Palmer Luckey sebagai pasangan co-founder Oculus VR telah menjelaskan alasan mengapa mereka setuju untuk ‘bermitra’ dengan Facebook, tapi ada satu nama lagi yang menjadi alasan mengapa pengembangan proyek device VR ini sukses seperti sekarang. Ia adalah John Carmack, CTO dari Oculus dan pionir dalam dunia gaming tiga dimensi.

Continue reading John Carmack Angkat Bicara Soal Akuisisi Oculus Rift