Vuzix Blade 3000, Seperti Kacamata Biasa tapi Sepintar Google Glass

Konsep kacamata pintar yang diperkenalkan Google Glass beberapa tahun lalu adalah proyeksi augmented reality langsung di hadapan mata. Namun ternyata Glass gagal mendapat tempat di hati konsumen. Salah satu alasannya adalah, orang-orang enggan dianggap aneh oleh sekitarnya hanya karena ada sebuah gadget di wajahnya.

Memang, ketika membicarakan mengenai sesuatu yang kita pakai di wajah, desain selalu menjadi prioritas. Itulah mengapa penting bagi sebuah kacamata pintar untuk tampil low profile – sebisa mungkin lebih kelihatan seperti kacamata biasa, dan tidak terdeteksi sebagai gadget oleh orang-orang di sekitar.

Vuzix, perusahaan yang sudah cukup berpengalaman di bidang VR dan AR, sangat memperhatikan aspek ini ketika merancang kacamata pintar terbarunya. Sempat dipamerkan di ajang CES 2017 lalu, perangkat bernama Blade 3000 ini sepintas memang kelihatan seperti kacamata biasa.

Satu-satunya bagian yang cukup aneh hanyalah tangkai yang sedikit lebih tebal dari biasanya. Hal ini dikarenakan semua komponen elektronik Blade 3000 tersimpan di sana, termasuk yang pada dasarnya merupakan proyektor DLP berukuran sangat kecil yang akan memproyeksikan konten langsung ke lensa kacamata.

Vuzix Blade 3000 saat didemonstrasikan di ajang CES 2017 bulan Januari kemarin / Vuzix (Facebook)
Vuzix Blade 3000 saat didemonstrasikan di ajang CES 2017 bulan Januari kemarin / Vuzix (Facebook)

Vuzix mengklaim Blade 3000 hanya memiliki bobot sekitar 80 gram. Mereka cukup percaya diri kalau konsumen tidak akan merasa malu untuk mengenakannya, dan mereka juga bakal tetap merasa nyaman dalam durasi yang cukup lama.

Kinerja Blade 3000 ditopang oleh prosesor quad-core besutan Marvell Technology dan sistem operasi Android 5.0. Memory sebesar 32 GB turut melengkapi, begitu juga dengan sederet sensor ambient dan mikrofon. Vuzix juga telah mengintegrasikan Google Assistant supaya pengguna dapat memakai perintah suara.

Vuzix Blade 3000 rencananya akan dipasarkan mulai pertengahan tahun ini. Harganya belum ditentukan, tapi dipastikan masih berada di bawah $1.000 – tahun depan, Vuzix mengira malah harganya bisa diturunkan lagi hingga menjadi $500.

Sumber: VentureBeat dan Vuzix.

Drone DJI Bakal Dapat Dikendalikan dengan Kacamata AR Buatan Epson

DJI baru-baru ini mengumumkan kerja sama yang cukup menarik dengan Epson. Bukan, buah kemitraan ini bukannya kemampuan Phantom 4 untuk mengirim hasil foto ke printer Epson secara wireless, melainkan kemampuannya dikendalikan dengan kacamata AR Epson Moverio BT-300 yang akan dipasarkan tidak lama lagi.

DJI pada dasarnya akan mengoptimalkan aplikasi DJI GO agar bisa digunakan pada Moverio BT-300. Perpaduan keduanya memungkinkan pengguna untuk melihat hasil rekaman drone secara real-time dalam sudut pandang pertama sekaligus memperhatikan keberadaan drone itu sendiri di depan matanya.

Kolaborasi ini didasari oleh keputusan FAA (Federal Aviation Administration) yang mengharuskan drone untuk tetap berada dalam jarak pandang pengguna selagi mengudara. Di sisi lain, ini juga bisa menjadi bukti lain terkait pengaplikasian perangkat kacamata AR dalam praktek sehari-hari.

DJI nantinya juga akan memperbarui SDK-nya supaya developer bisa ikut berpartisipasi dalam mengembangkan aplikasi yang relevan untuk Moverio BT-300. Kacamata AR ini sendiri nantinya akan dipasarkan sebagai aksesori yang kompatibel dengan drone milik DJI, dan aplikasi DJI GO akan tersedia pada Moverio Apps Market.

Sumber: PR Newswire.

Mini Augmented Vision Adalah Kacamata AR untuk Pengemudi Mobil

Februari kemarin, BMW dilaporkan tengah mengembangkan perangkat AR (augmented reality) yang dirancang khusus untuk pengemudi mobil sehingga ia dapat melihat menembus ke luar.

Continue reading Mini Augmented Vision Adalah Kacamata AR untuk Pengemudi Mobil