Peranan Kadin Membantu Ekosistem Startup

Kepengurusan Kamar Dagang Industri (Kadin) yang baru menaruh perhatian besar dengan perkembangan startup, di antaranya dengan menghadirkan Badan Teknologi Startup yang menaungi perusahaan-perusahaan berbasis teknologi. Di sela-sela Echelon Indonesia 2016, DailySocial sempat berbincang-bincang dengan Kepala Badan Teknologi Startup Kadin Patrick Walujo tentang peranan Kadin membantu ekosistem startup dan memastikan adanya kesetaraan (level playing field) dalam kompetisi antara perusahaan tradisional dan perusahaan berbasis teknologi.

Penjajakan Kerja Sama Indonesia dan Malaysia untuk Investasi Startup di Sektor Teknologi

Kemarin (23/2) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menggelar pertemuan dengan Malaysia Venture Capital Management Berhad (Mavcap) di Jakarta untuk menjajaki peluang kerja sama antara Malaysia dan Indonesia dalam investasi di industri startup teknologi. Diharapkan akan ada lebih banyak lagi kolaborasi dan investasi di masa depan yang bisa memberi manfaat untuk Indonesia, Malaysia, dan negara-negara ASEAN pada umumnya dalam membangun negara digital.

Pintu untuk membawa Indonesia sebagai negara digital terbesar di Asia Tenggara di tahun 2020 mulai dibuka lebar oleh pemerintah. Melalui networking event yang berlangsung di JW Marriot, Jakarta, kemarin, pemerintah Indonesia melalui Kadin tengah menjajaki kerja sama dengan Malaysia melalui Mavcap untuk investasi startup yang bergerak di bidang teknlogi.

Ini adalah langkah masuk akal yang diambil oleh Indonesia mengingat telah bergulirnya era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang tak mungkin bisa dijalani sendirian di tengah pertumbuhan teknologi yang pesat. Apalagi mengingat besarnya potensi yang dimiliki Indonesia dan Malaysia, baik itu dari segi jumlah penduduk di ASEAN ataupun startup yang lahir. Lihat saja bagaimana Grab dan Go-Jek berhasil jadi buah bibir di berbagai media.

Sebelumnya Indonesia juga telah melakukan revisi terhadap aturan investasi langsung dari pihak asing yang masuk ke Indonesia. Lewat revisi tersebut, investor asing berhasil mendapat restu untuk bisa memiliki 100 persen perusahaan e-commerce Indonesia. Tentu dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.

Ketua Umum Kadin Rosan Roeslani juga optimis menyampaikan bahwa saat ini adalah saat yang paling tepat bagi Indonesia untuk menjadi negara digital terbesar di asia, mengingat Indonesia adalah negara yang memiliki populasi besar di ASEAN.

Pun begitu, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menekankan bahwa meski investor asing kini lebih leluasa masuk ke Indonesia, yang paling penting dan dibutuhkan Indonesia saat ini adalah transfer pengetahuan menjalankan sebuah startup.

“Mereka [Malaysia dan juga investor asing] boleh saja masuk karena aturan kita [Indonesia] sudah lebih terbuka, tetapi kami juga berharap bukan uangnya saja yang masuk. […] Apa yang dibutuhkan oleh negara [Indonesia] itu bukan cuma uang, tetapi juga know-how [transfer knowledge]. Itulah sebabnya mengapa kami [sekarang] mengundang inkubator [juga investor asing] untuk datang ke Indonesia,” ujar Rudiantara.

Dalam acara networking event tersebut juga ada sesi pitching dari startup yang mewakili Indonesia, Malaysia, dan Tiongkok. Networking event ini sendiri mendapat dukungan dari Convergence Ventures dan Gobi Partners.

Dari Indonesia ada Mainspring (Babe), YesBoss, Female Daily Network, dan Qraved. Sedangkan dari Malaysia ada Hermo, Offpeak, dan NIDA Rooms. Dan dari Tiongkok ada Camera 360 yang juga merupakan portofolio Gobi Partners.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

BEI dan Kadin Akan Bangun Inkubator untuk Mempersiapkan IPO Startup

Naik daunnya industri digital kreatif di Indonesia telah berhasil menarik perhatian Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Kamar Dagang dan Industi (Kadin) Indonesia untuk mendorong para pelakunya segera masuk ke pasar modal. Hal ini ditindaklanjuti lewat kerja sama yang terjalin antara BEI dan Kadin untuk mendirikan inkubator di Jakarta dan Bali. Tujuannya adalah mempersiapkan para pelaku startup untuk melakukan Initial Public Offering (IPO) di bursa saham.

Dikutip dari Dealstreetasia, Direktur BEI Tito Sulistio mengatakan:

“Kami bersama-sama dengan Kadin akan menyiapkan inkubator untuk memelihara startup. Kami akan memfasilitasi mereka untuk mendapatkan dukungan dari pengacara, akuntan, dana modal ventura dan konsultan untuk membantu mereka mencari dana melalui IPO, bank atau modal ventura.”

Diungkapkan Tito bahwa kedua belah pihak juga telah mencapai kesepakatan untuk membangun inkubator di kota Jakarta dan Bali pada bulan Juli nanti.

Langkah ini diambil dengan latar belakang peraturan yang sedang dipersiapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait IPO untuk UKM dan startup. Dalam peraturan yang bisa jadi dasar hukum UKM dan startup tersebut disebutkan bahwa mereka bisa menghasilkan dana hingga setinggi Rp 1 triliun dari IPO. Tapi pihak regulator juga masih mengevaluasi norma IPO untuk startup yang diharapkan bisa diimplementasikan pada akhir tahun ini.

Disamping rencana pembangunan inkubator, BEI dan Kadin juga kini sedang dalam pembicaraan untuk membentuk board khusus bagi UKM dan startup. Ide tersebut masih berkaitan dengan peraturan yang berlaku saat ini, yaitu hanya UKM dengan aset bersih minimal Rp 5 miliar yang memenuhi syarat untuk memperdagangkan saham di BEI.

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang UMKM, Koperasi, dan Industri Kreatif Sandiaga Uno juga mengharapkan bahwa 10 dari 50 UKM yang teridentifikasi sudah bisa masuk pasar modal dala satu hingga dua tahun mendatang. Nama-nama pemain e-commerce seperti Bhineka, Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak adalah pemain e-commerce yang disebut Sandiaga sudah siap untuk IPO.

“Kita akan mendapatkan keuntungan jika 5-10 UKM di sektor teknologi dan e-commerce akan pergi untuk IPO. Perusahaan seperti Bukalapak, Tokopedia, Traveloka, dan Bhineka harusnya sudah siap untuk IPO,” tandas Sandiaga.

Kadin Akan Dorong Startup Potensial Masuk Pasar Modal

Industri e-commerce dan layanan on-demand di tanah air memang naik daun. Perusahaan seperti Bhinneka, Bukalapak, Traveloka, dan Go-Jek menjadi penyedia layanan yang akrab dengan keseharian masyarakat. Menanggapi fenomena ini Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang UMKM, Koperasi, dan Industri Kreatif Sandiaga S. Uno menyatakan pihaknya akan mendorong startup dan UKM untuk segera masuk ke pasar modal.

Sandiaga juga mengungkapkan saat ini Kadin sedang mengidentifikasi UKM yang dirasa pantas dan potensial untuk masuk pasar modal. Ia menduga ada 50 UKM yang sanggup. Namun dari semuanya ia harap setidaknya ada 10 persen yang bisa melangsungkan IPO dalam satu sampai dua tahun mendatang.

“Kita lagi identifikasi, mungkin ada 50 UKM yang sanggup. Kita berharap dari 50 itu paling tidak 10 persennya bisa IPO (initial public offering / penawaran umum perdana) dalam satu sampai dua tahun ke depan,” ujar Sandiaga.

Dari lima puluh UKM yang diperkirakan potensial untuk masuk ke pasar modal sektor bisnisnya didominasi oleh startup, khususnya e-commerce. Nama-nama seperti Bukalapak, Bhinneka, dan Traveloka muncul sebagai yang diperhitungkan. Demikian juga dengan Go-Jek.

“Seperti Go-Jek malah bisa meningkatkan basis investor karena penggunanya ada 600.000. Sahamnya mungkin bisa ditawarkan ke penggunanya, itu bisa langsung booming,” tutur Sandiaga.

Beberapa waktu yang lalu juga dikabarkan bahwa Ketua Komite Tetap Bidang Telekomunikasi Kadin Indonesia Johnny Swandi Sjam menyebut Go-Jek sudah bernilai lebih dari $1 miliar. Meski belum ada keterangan lebih lanjut soal ini.

Sebelumnya Otoritas Jasa Keuangan juga tengah mengkaji kembali besaran modal UKM yang bisa masuk ke Bursa Efek Indonesia (BEI). Dari peraturan sebelumnya, kriteria UKM yang bisa masuk ke pasar modal adalah bisnis yang memiliki modal minimal Rp. 100 miliar. Aturan ini akan dikaji dan kemungkinan akan diubah sehingga UKM dengan modal di bawah Rp. 100 miliar bisa menjadi emiten di BEI.

Dukung Startup di Indonesia, Kadin Bentuk Badan Startup Teknologi

Dukungan terhadap layanan transportasi berbasis aplikasi Go-Jek, Grab, Uber dan lainnya kembali datang. Kali ini dari Badan Startup Teknologi di bawah naungan Kamar Dagang Indonesia (Kadin). Usai dilantik sebagai Ketua Badan Pengembangan Startup Teknologi Kadin, Patrick Walujo, yang merupakan Pendiri Northstar Group serta salah satu investor awal Go-Jek, menegaskan akan memanfaatkan momentum dukungan tersebut untuk melakukan rangkaian evaluasi dan melindungi sektor UKM teknologi startup.

“Jangan sampai mereka mulai besar lalu malah kita ganggu tanpa mencoba mengerti dulu bisnisnya,” ucap Patrick kepada Kontan.

Kadin mencatat saat ini pera pelaku startup teknologi di Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan dibandingkan dengan negara di Asia tenggara lainnya. Hingga Desember 2015 jumlah startup diperkirakan mencapai 300 perusahaan, jauh lebih banyak dibandingkan 5 tahun lalu yang hanya mencapai angka puluhan.

Makin maraknya kehadiran layanan transportasi berbasis aplikasi terbukti telah memberikan lapangan pekerjaan dalam jumlah yang besar kepada masyarakat di Indonesia. Lebih dari 500 ribu orang kini berkontribusi melalui berbagai startup dengan lebih dari 30 juta konsumen. Di tahun 2015 ini disebutkan ekosistem startup telah menarik puluhan triliun investasi dari para investor lokal dan asing.

Diharapkan pemerintah bisa lebih memberikan dukungan serta memudahkan regulasi yang ada. Jangan sampai ketika makin banyak masyarakat Indonesia yang berinovasi harus terhambat dengan adanya peraturan lama yang terlambat untuk diadaptasi terhadap perkembangan teknologi saat ini.

“Dan mereka baru di tahap permulaan. Bayangkan kerugian kita sebagai bangsa bila mereka justru terhambat. Yang rugi pastinya kita sendiri,” tambah Patrick yang mengaku baru mulai tertarik dan menggeluti industri startup teknologi dalam empat tahun terakhir.

Startups with Tangible Founder and Business are Incorporated enough

A couple of days ago, an article posted in Tempo triggered countless debates. The article contains a statement by a member of Committee on Improving the Use of Local Production at Kadin Handito Joewono, the article creates controversies among tech startups. In our opinion, some points in the article indeed need further elaboration. Continue reading Startups with Tangible Founder and Business are Incorporated enough

Startup yang Jelas Pendiri, Bisnis, dan Investornya Bukanlah “Startup Bodong”

Perlu definisi yang lebih jelas, seperti apa yang disebut startup bodong / Shutterstock

Kemarin sebuah artikel yang dimuat Tempo sempat menimbulkan kehebohan. Memuat pernyataan anggota Komite Tetap Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri Kadin Handito Joewono, artikel tersebut mengundang kontroversi di kalangan penggiat startup teknologi. Menurut kami, ada beberapa hal yang perlu dikoreksi dan dibahas lebih lanjut.

Continue reading Startup yang Jelas Pendiri, Bisnis, dan Investornya Bukanlah “Startup Bodong”

Opinions on Foxconn’s Canceled Investment

After being reported for negotiating with the government of Indonesia, Foxconn finally opted to draw itself from the talk and decided to establish its factory in Malaysia instead. This is as stated by KADIN’s Head Suryo Bambang Sulisto. It’s indeed too difficult for Foxconn to come and invest in Indonesia, as it supposed to bring along billions Rupiah of investment. Continue reading Opinions on Foxconn’s Canceled Investment