Kami-Oto Adalah Keyboard MIDI yang Terbuat dari Kardus

Beberapa waktu lalu, Nintendo membuat gebrakan lewat Labo seperangkat aksesori untuk console Nintendo Switch yang terbuat dari kardus. Namun Nintendo rupanya bukan satu-satunya perusahaan Jepang yang mencoba menebar kejutan dengan bermodalkan kardus.

Perusahaan yang saya maksud adalah Yudo. Lewat Kickstarter, mereka memperkenalkan Kami-Oto, sebuah keyboard MIDI yang sepenuhnya terbuat dari kardus, terkecuali papan sirkuitnya. Sepintas, perangkat ini terdengar sangat mirip seperti piano kardus di Nintendo Labo.

Kami-Oto

Namun keduanya jelas sangat berbeda. Yang pertama, Kami-Oto merupakan sebuah perangkat elektronik yang fungsional, sedangkan Labo memerlukan bantuan controller Joy-Con untuk bisa beroperasi. Kedua, Kami-Oto kompatibel dengan berbagai perangkat (komputer atau smartphone), dengan mengandalkan sambungan USB.

Yang sama adalah filosofi DIY-nya. Kami-Oto harus dirakit dari nol. Namun sama dengan Labo, Anda tidak memerlukan gunting atau lem untuk bisa merakit Kami-Oto sampai selesai dalam waktu sekitar 30 menit. Masing-masing tuts keyboard-nya duduk di atas tombol-tombol silikon yang menempel langsung pada sederet pin di papan sirkuit.

Papan sirkuit tersebut merupakan rumah dari komponen elektronik Kami-Oto, mulai dari prosesor, amplifier, speaker sampai chip USB dan Bluetooth. Saat disambungkan ke smartphone misalnya, Kami-Oto bisa berperan sebagai synthesizer untuk berbagai aplikasi kreasi musik – Yudo yang memang berfokus pada pengembangan aplikasi ini sudah menyiapkan beberapa yang bisa diunduh secara cuma-cuma.

Kami-Oto

Juga menarik adalah latar belakang pengembang Kami-Oto. Pendiri Yudo, Reo Nagumo, merupakan kreator game Beatmania yang dirilis untuk PlayStation orisinil 20 tahun silam. Dari situ beliau juga sempat berkarier di Sony Computer Entertainment selama beberapa tahun sebelum akhirnya memutuskan untuk menjadi bos sendiri.

Saat ini Kami-Oto sudah bisa dipesan melalui Kickstarter. Harganya cukup terjangkau: 3.000 yen (± Rp 380 ribu) untuk versi tanpa Bluetooth, atau 4.000 yen (± Rp 500 ribu) untuk versi Bluetooth yang bisa disambungkan ke iPhone atau iPad secara wireless.

Google Dilaporkan Telah Mengapalkan 5 Juta Headset Cardboard

Di ranah virtual reality, Google Cardboard melambangkan harapan, terutama bagi mereka yang bersemangat menikmati VR tetapi masih ragu untuk mengeluarkan uang ratusan dolar demi produk sekelas Oculus Rift. Perjalanan Cardboard berawal di pengungkapannya dalam Google I/O 2014, dan kira-kira satu setengah tahun setelahnya, produk ini mencetak rekor membanggakan.

Melalui blog resmi, vice president of VR Google Clay Bavor mengumumkan bahwa mereka sukses mengirimkan lebih dari lima juta unit headset virtual reality berbahan kardus tersebut. Angka itu meliputi unit gratis yang dikirimkan ke pelanggan New York Times, edisi terbatas Star Wars, serta versi kolaborasi Google dengan Mattel. Lima juta juga menunjukkan, penetrasi Cardboard ke konsumen awam lebih tinggi dibanding produk smartwatch dan fitness tracker.

Prestasi tim VR Google tak berhenti sampai di sana. Konsumen sudah menginstal aplikasi VR sebanyak 25 juta kali. Via infografis, sang raksasa internet memperlihatkan tiga tahap peningkatan, lima juta dari Juni 2014 ke Februari 2015, lalu bertambah 10 juta lagi di Oktober 2015. Kenaikan paling tinggi terpantau berada di tiga bulan terakhir 2015 dengan 10 juta instalasi. Di Google Play sendiri, terdapat 1.000 lebih app khusus Cardboard.

Google Cardboard 02

Google juga menyingkap lima aplikasi virtual reality terfavorit – berdasarkan jumlah instalasi, rating, serta ulasan dari user. Berikut daftarnya:

  1. Chair in the Room
  2. Vrse
  3. Lamper VR: Firefly Rescue
  4. Caaaaardboard!
  5. Proton Pulse

Terhitung 350.000 jam dihabiskan konsumen buat menonton video VR di YouTube, dan jika dikumpulkan semuanya, ada lebih dari 75.000 foto virtual reality dijepret dari Cardboard Camera. Tentu head-mounted display berkonsep DIY ini bukan hanya berguna di bidang hiburan saja. Para siswa di berbagai belahan dunia turut memanfaatkan Cardboard untuk melakukan studi wisata ‘virtual’ ke 150 lokasi menarik via program Expeditions Pioneer.

Headset Cardboard terdiri atas komponen-komponen sederhana. Spesifikasinya dedesain oleh Google, tetapi tidak ada vendor resmi yang menyediakan device. Daftar pernak-pernik, skema rancangan, dan instruksi perakitan tersaji gratis di website, memungkinkan orang menyusunnya sendiri. Google sempat merilis update desain di Google I/O 2015 sehingga headset kompatibel dengan smartphone berlayar 6-inci.

Alternatif mudahnya, Cardboard bisa Anda beli di BukaLapak atau Tokopedia. Terdapat pula beberapa online store khusus produk VR, seperti VRIndo dan Unomax. Harganya bervariasi, dari puluhan sampai ratusan ribu Rupiah.

 

Baterai Tambahan Smartphone Ini Terbuat Dari Kardus?

Istilah baterai disposable atau lebih dikenal sebagai ‘Alkaline’ mengacu pada bahan elektrolit alkali di dalamnya. Baterai seperti ini sering digunakan pada barang-barang elektronik lawas dan rumah tangga. Meski device mobile membutuhkan pasokan daya konstan, dan permintaan terhadap baterai disposable telah tergantikan oleh beragam produk power bank. Continue reading Baterai Tambahan Smartphone Ini Terbuat Dari Kardus?

Mari Buat Headset Virtual Reality Menggunakan Kardus dan Smartphone Anda

Sudahkah Anda menjajal perangkat headset virtual reality seperti Oculus Rift? Bagaimana rasanya? Apakah menurut Anda virtual reality memang benar-benar menjanjikan seperti seperti yang diklaim oleh banyak orang? Anda ingin memilikinya? Berita baik, Google mengajak Anda untuk membuat perangkat VR sendiri berbekal peralatan rumah, app dan smartphone. Continue reading Mari Buat Headset Virtual Reality Menggunakan Kardus dan Smartphone Anda