Sejumlah Rencana KKday di Indonesia Setelah Pendanaan Seri C

Akhir bulan September lalu, platform penjualan tiket dan paket atraksi wisata KKday merampungkan pendanaan seri C senilai $75 juta. Dipimpin oleh Cool Japan Fund dan National Development Fund. Investor sebelumnya juga terlibat, di antaranya adalah Monk’s Hill Ventures dan MindWorks Capital. Pendanaan baru ini akan digunakan oleh perusahaan yang berkantor pusat di Taipei untuk terus mengembangkan bisnis di Asia dan global. Pengembangan platform Rezio lebih lanjut juga masuk dalam rencana perusahaan.

Di Indonesia sendiri saat ini KKday telah memiliki lebih dari 300 produk. Perusahaan melihat peluang yang besar untuk melakukan ekspansi ke berbagai kota dan destinasi wisata di Indonesia. Selain membawa pengunjung dari luar ke Indonesia, KKday juga sedang mengembangkan produk yang melayani penduduk lokal Indonesia. Misalnya, bekerja sama dengan Majestic Ferry untuk menyediakan paket khusus bagi masyarakat Indonesia.

“Kami akan terus memperluas tim dan operasi kami di Jepang, Korea, dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Kami juga akan fokus membangun ekosistem pemasok atau penyedia aktivitas kami dan membantu mereka digitalisasi karena itu akan memberikan pengalaman terbaik bagi pengguna akhir – pelancong. Kami juga akan terus mengoptimalkan layanan kami dan menciptakan pengalaman unik bagi wisatawan di platform kami,” kata Co-founder & COO KKday Weichun Liu.

Luncurkan platform booking management “Rezio”

Kondisi pandemi yang berkepanjangan ternyata tidak menyurutkan inovasi KKday. Menyesuaikan perubahan dan kebiasaan baru wisatawan, KKday meluncurkan Rezio sebagai platform all-in-one booking management, yang bisa dimanfaatkan oleh operator travel dan penyedia wisata aktivitas/atraksi secara global.

Platform ini diklaim mampu mengurangi biaya operasional dan meningkatkan efisiensi bagi penyedia. Beberapa layanan yang bisa dimanfaatkan di antaranya adalah, pengaturan sederhana untuk online store, manajemen inventaris secara real-time di berbagai kanal pemesanan, voucher khusus untuk berbagai skenario pemesanan, dan integrasi dengan gateway pembayaran lokal.

“Semua fitur juga dapat diakses di perangkat seluler, yang memungkinkan penyedia perjalanan dan atraksi untuk mengelola pemesanan di mana saja, agar bisa fokus untuk memberikan pengalaman pelanggan terbaik,” kata Weichun.

Covid-19 telah mempercepat digitalisasi untuk industri perjalanan. Kondisi tersebut telah mendorong KKday untuk berinovasi dan bekerja lebih dekat dengan penyedia perjalanan untuk mendukung bisnis mereka. Pandemi telah mendorong banyak penyedia layanan untuk beradaptasi, berinovasi, dan berinvestasi dalam teknologi agar bisa bertahan.

“Ke depannya travelling akan berbeda karena perilaku konsumen bergeser menjadi lebih digital dengan cepat. Wisatawan lebih cenderung mengambil pendekatan hati-hati dan akan lebih memperhatikan kebersihan saat melakukan tur kelompok. Kami juga melihat rebound yang kuat untuk perjalanan domestik dan experiences di Jepang, Korea, Taiwan dan Hong Kong. Wisatawan mencari kegiatan lokal baik itu glamping atau island hopping, yang diprediksi sebagai pengganti yang baik untuk outbound travel,” kata Weichun.

Application Information Will Show Up Here

Tiket Atraksi dan Hiburan Jadi Tren Industri OTA Selanjutnya Setelah Akomodasi

Pariwisata adalah istilah yang sangat luas, tidak berbicara tentang tiket transportasi atau kamar hotel saja. Ada banyak irisan lainnya yang berkaitan dan tidak kalah menarik untuk diseriusi. Salah satunya adalah tiket akomodasi untuk atraksi, gaya hidup dan hiburan.

Ranah ini menarik karena melihat dari kebiasaan para pelancong setelah memesan tiket perjalanan dan hotel, mereka cenderung baru membuat rencana apa yang akan dilakukan setiba di destinasi. Para pemainnya pun mulai ramai bermunculan, hingga Traveloka dan Tiket membuat sub bisnis ini. Tak mau kalah, Gojek dan Grab yang memulainya terlebih dahulu dengan tiket akomodasi perjalanan dan hotel.

Di Asia Tenggara, isu ini juga cukup menarik dan menjadi salah satu pembahasan yang diangkat di Echelon Asia Summit 2019 di Singapura pada akhir bulan lalu. Mengundang empat pembicara, yaitu Chuan Sheng Soong (Klook), Liu Weichun (KKday), Blanca Menchaca (BeMyGuest), dan Kelvin Lam (YouTrip).

Keseluruhan pembicara ini adalah pemain OTA yang khusus di ranah yang sedang rising star tersebut. Klook dan KKday juga telah hadir di Indonesia.

Faktor eksternal dukung perubahan kebiasaan

Blanca menjelaskan faktor pendukung eksternal yang mendukung seseorang untuk melancong adalah semakin banyaknya pilihan maskapai dengan harga terjangkau dan harga kamar hotel yang bervariasi, dari budget sampai bintang lima. Di samping itu, semakin banyaknya pilihan destinasi lokal juga turut memengaruhi tingkat kunjungan wisatawan.

Belum lagi, saat ini kebanyakan wisatawan berasal dari kalangan milenial yang cenderung spontan dalam segala hal. Termasuk saat merencanakan dan mengambil keputusan pada hari yang sama. Namun sayangnya, sekitar 40%-60% orang akan cenderung offline begitu sampai di destinasi.

Maksudnya, mereka tidak lagi terhubung dengan aplikasi OTA untuk membeli semua kebutuhannya selama di destinasi. Wisatawan akan mengandalkan mesin pencari untuk mendapatkan rekomendasi dan membeli tiketnya secara offline, artinya harus mengantre, bayar tunai, dan sebagainya.

“Di luar sana masih banyak usaha kecil yang pendukung pariwisata yang belum terjamah oleh dunia online. Inilah yang ingin kami perbanyak, semakin banyak yang terhubung dengan online, bisnis kecil mereka akan semakin hidup.”

Chuan menambahkan, setelah kehadiran Klook dan KKday, terjadi perubahan kebiasaan pengguna dari sebelumnya. Pengguna kini cenderung memesan tiket atraksi yang ingin mereka kunjungi, baru memesan tiket akomodasinya. Pergeseran ini dianggap cukup baik, karena sebelumnya tiket atraksi itu ada di komponen paling akhir ketika wisatawan berkunjung ke suatu destinasi.

“Data kami memperlihatkan 50% pengguna Klook memesan tiket atraksi terlebih dahulu baru membeli akomodasinya. Ini sesuatu yang baik.”

Segmen gaya hidup dan hiburan itu istilah yang luas

Blanca melanjutkan, segmen gaya hidup dan hiburan adalah istilah yang luas dan mencakup banyak aspek. Mereka dikategorikan sebagai aset tidak berwujud. Beda halnya dengan platform e-commerce yang menjual barang berwujud seperti tas, ponsel, dan sebagainya.

“Kita menjual pengalaman yang diharapkan konsumen bisa melampaui ekspektasi mereka. Ketika pengalaman mereka jelek, mereka tidak menyalahkan penyuplainya tapi ke platformnya.”

Tiket pesawat dan hotel merupakan hal pertama yang didigitalkan oleh para pemain sebelum ramainya OTA. Seperti diketahui, kedua memiliki perbedaan kelas harga, ada eksekutif dan ekonomi, dengan pelayanan yang berbeda. Beda dengan tiket atraksi, semuanya diperlakukan sama.

Kendati demikian, hal inilah sekaligus menjadi tantangan. Sebab perlakuan untuk tiap tiket atraksi itu berbeda satu sama lainnya ada banyak vertikal yang harus diselesaikan.

Bandingkan ketika Anda ingin memesan tiket wisata ke suatu daerah dengan helikopter, lalu membeli kartu SIM lokal. Pengalamannya tentu berbeda, bukan? Padahal keduanya sama-sama masuk ke dalam segmen gaya hidup dan hiburan.

“Masih banyak pekerjaan yang harus kita lakukan untuk bantu industri perjalanan jadi lebih masif dan seamless dengan bantuan teknologi,” tambah Chuan.

Tantangan dari “super app

Menariknya segmen ini, lantas membuat unicorn semakin tertarik untuk menggelutinya. Lihat saja dari hadirnya fitur booking hotel di aplikasi Grab dan kerja sama antara Gojek dengan Tiket untuk Go-Travel. Keduanya memperkuat diri sebagai super app dengan beragam vertikal layanan di bawahnya.

Traveloka juga sudah mengumumkan sub brand baru “Traveloka Xperience” untuk perkuat dominasinya di ranah OTA. Diklaim Traveloka memiliki 15 ribu dalam 10 sub kategori yang dikurasi sendiri oleh tim.

Melihat tantangan tersebut, Kelvin menjawab bahwa pemain super app itu hanyalah sebagai tambahan jalur penjualan. Dengan basis pengguna yang begitu luas, penjualan tentunya akan semakin terdorong ketika masuk ke dalam ekosistem super app. Dari sisi konsumen pun mereka akan dimudahkan karena tidak perlu mengunduh aplikasi lain.

Akan tetapi hal ini jadi kelemahan, super app itu seperti pasar tanpa memiliki kekuatan yang paling menonjol. Sementara, para pemain seperti Klook dan KKday memiliki tim yang secara khusus memikirkan bagaimana UI/UX yang sesuai dengan para pengguna. Bagaimana penyampaian informasi dan ulasan yang lengkap untuk memberikan gambaran yang secara menyeluruh sebelum pengguna membelinya.

“Ketika kamu ingin beli tiket Universal Studio, kamu memang bisa belinya lewat super app. Tapi ketika kamu ingin menyusun seluruh rencana trip kamu, apakah mau membelinya di sana juga? Rasanya tidak. Kami pasti butuh banyak referensi dari berbagai situs untuk cari tahu apa yang paling tepat,” pungkas Kelvin.

Rencana Ekspansi KKday di Indonesia Usai Kantongi Pendanaan

Maraknya dinamika industri OTA (online travel agent) saat ini ternyata memberikan impact yang cukup positif kepada industri perjalanan wisata. Bukan hanya di Indonesia, di negara lain juga mulai banyak ditawarkan perjalanan wisata atau paket wisata yang menawarkan keragaman tempat wisata lokal, dipandu oleh kalangan individu hingga grup.

KKday sebagai platform yang menyediakan berbagai paket wisata dengan cabang di Taiwan, Hong Kong, Singapura, Korea Selatan, Jepang, Malaysia, Thailand, Filipina, Indonesia, Vietnam dan Tiongkok, mencoba untuk memperkuat posisi mereka sebagai layanan yang menyediakan paket wisata di berbagai negara termasuk Indonesia.

Kepada DailySocial Country Manager KKday Indonesia Jill Bobby menyebutkan, Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara yang mengalami pertumbuhan positif.

“Meskipun kami tidak bisa menyebutkan berapa jumlah pengguna aktif KKday di Indonesia, namun bisa kami pastikan pertumbuhan KKday di Indonesia mengalami peningkatan hingga dua kali lipat selama satu tahun terakhir.”

Melakukan ekspansi memanfaatkan dana segar dari H.I.S Travel Agent

Saat ini KKday mengklaim telah menjadi platform commerce untuk travel-experience terbesar dengan kurasi 10 ribu lebih paket wisata dari 500 kota di 80 negara dengan jumlah 4 juta unique visitors dan telah melayani lebih dari ratusan ribu wisatawan.

Setelah mengumumkan pendanaan baru dari travel agent ternama asal Jepang pertengahan Februari 2018, H.I.S senilai $10,5 juta (lebih dari 140 miliar Rupiah), KKday berencana untuk melakukan ekspansi pasar dengan memfokuskan kepada seleksi produk dan menjangkau lebih banyak pengguna di Indonesia.

“Sebagai salah satu pionir dalam sektor ini, kami memiliki kesempatan untuk melanjutkan ekspansi produk, meningkatkan pengalaman pengguna memanfaatkan berbagai layanan yang kami sediakan, sekaligus mendapatkan kepercayaan dari pengguna KKday untuk kembali menggunakan layanan dari kami,” kata Jill.

Di tahun 2018 ini KKday juga masih memiliki rencana untuk melakukan ekspansi di seluruh Asia, Eropa hingga Amerika Serikat. Sementara fokus KKday adalah menambah dan menyeleksi produk, demi memberikan pengalaman wisata yang terbaik untuk pengguna.

Persaingan ketat dari pemain lokal

Di Indonesia sendiri sektor ini sudah lama dikembangkan oleh berbagai startup lokal. Sebut saja Tripvisto yang awalnya sempat aktif menghadirkan layanan paket wisata lokal hingga asing, namun harus gulung tikar tahun 2017 lalu. Sementara layanan lokal lain yang mencoba untuk menghadirkan paket unik dan berbeda seperti Triprockets dan Traventure, mencoba untuk terus eksis dengan memberikan pilihan yang “niche” dengan jumlah yang terbatas.

Selain startup lokal tersebut, Traveloka yang awalnya dikenal sebagai layanan OTA untuk pemesanan hotel dan pembelian tiket pesawat, saat ini juga sudah mulai aktif memberikan pilihan paket wisata.