redi Jalan Telkomsel Masuk Industri Bank Digital

Kemarin (28/10) bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, Telkomsel meresmikan kerja samanya dengan unit bank digital milik BCA, atau dikenal dengan blu. Di sisi Telkomsel, kemitraan tersebut melibatkan platform redi, sebagai aplikasi agregator layanan perbankan yang memungkinkan pengguna mengelola berbagai akun bank di satu dasbor. Saat ini aplikasi redi sudah bisa digunakan oleh pengguna, baik di platform Android maupun iOS.

Kini, pengguna redi dapat mengintegrasikan rekening blu ke dalam aplikasi – termasuk melakukan pendaftaran dari sana. Selain itu, pengguna juga bisa melakukan pengelolaan rekening blu seperti cek saldo, dan melakukan transaksi transfer. Proposisi nilai yang ditawarkan, aplikasi redi mengintegrasikan akun bank di dalamnya dengan nomor ponsel pengguna. Selain itu mereka turut menawarkan beragam promo dan reward eksklusif.

Sudah terdapat beberapa bank lain

Gambaran aplikasi redi

Selain blu, sebenarnya sudah ada 23 opsi bank lainnya yang dapat diintegrasikan ke redi. Beberapa nama populer seperti Mandiri, BNI, Bukopin, BCA, CIMB Niaga, dan lain-lain. Pengguna bisa menambahkan lebih dari satu rekening bank untuk dikelola bersama. Adapun untuk jenis transaksi yang saat ini dapat digunakan lewat redi adalah transfer, QRIS, berbagai pembayaran (plus pengingat), dan top-up.

Permasalahan utama kami saat mencoba, semua rekening idealnya harus terdaftar dengan nomor Telkomsel yang digunakan sebagai akun redi. Tentu ini menjadi hal wajar, karena layanan redi sendiri memang didesain sebagai nilai tambah bagi pengguna Telkomsel. Namun bisa menjadi halangan untuk pengguna yang sudah terlanjur memakai nomor dari penyedia lain untuk layanan perbankannya.

Di sisi desain, redi juga mencoba hadir dengan pengalaman pengguna kekinian – desain simpel dan menawarkan ragam promo.

Peluang di tengah BaaS

Salah satu model bisnis yang diusung oleh para penyedia bank digital adalah Bank as a Service (BaaS). Sederhananya, konsep tersebut memungkinkan mereka mengintegrasikan layanan perbankan dengan berbagai jenis aplikasi konsumer. blu sendiri, selain dengan Telkomsel, juga sudah menjalin kerja sama strategis dengan beberapa pihak, salah satunya Blibli.

Direktur Utama BCA Digital Lanny Budiati menjelaskan, “Dalam merealisasikan misi BCA Digital sebagai Bank as a Service untuk membangun ekosistem digital yang berkelanjutan di Indonesia, kami fokus berkolaborasi dengan expertise dari setiap industri. Sebagai yang terdepan di bidangnya, Telkomsel merupakan mitra kerja sama ideal bagi BCA Digital untuk tumbuh bersama dan memberikan seamless banking experience yang lebih mudah dan nyaman bagi nasabah blu maupun pengguna redi.”

Menurut laporan yang dirangkum Verified Market Research, nilai pasar BaaS telah mencapai $356,26 miliar pada 2020 dan diproyeksikan meningkat sampai $2.299 miliar di 2028 dengan CAGR 26,33% dalam periode tersebut.

Konsumer digital di Indonesia sendiri jumlahnya sangat besar – misalnya dilihat dari jumlah pelanggan layanan mobile telco, e-commerce, atau lainnya. Jelas ini menjadi pasar yang empuk bagi layanan finansial untuk melakukan on-boarding nasabah baru, termasuk dari kalangan baru yang mungkin sebelumnya tidak terfasilitasi layanan perbankan. Berbasis API, layanan perbankan tersebut dapat disematkan ke aplikasi digital lainnya, sehingga memberikan pengalaman yang lebih ringkas.

“Ke depannya, ekosistem digital yang dibangun blu bersama dengan Telkomsel redi ini akan terus diperluas dan menghasilkan terobosan baru yang lebih baik dan menjadi solusi digital untuk berbagai kebutuhan bagi para nasabah kami,” tambah Lanny.

Application Information Will Show Up Here

BCA Digital Perkenalkan Aplikasi Mobile Banking “blu”, Perluas Pangsa Pasar Induk Usaha

PT Bank Digital BCA (BCA Digital) resmi memperkenalkan aplikasi mobile banking “blu” yang mengusung konsep branchless banking dan merangkul ekosistem digital. Di tahap awal, blu baru akan hadir pada 2 Juli 2021 untuk pengguna Android, dan menyusul dalam waktu dekat untuk perangkat iOS.

CEO BCA Digital Lanny Budiati mengatakan, BCA Digital memiliki tiga fokus utama, yakni menjadi customer base generator bagi BCA Group, nurturing nasabah baru dan memperluas ekosistem yang sudah dimiliki induk usaha, serta menjadi tech incubator dengan mencoba cara kerja baru yang dapat dimanfaatkan induk usaha dalam dalam skala besar.

“Segmen pengguna, strategi, dan model bisnis blu berbeda dengan BCA Group. blu diharapkan dapat menjaring nasabah baru yang belum terlayani sebelumnya sehingga dapat memperbesar pangsa pasar secara grup,” ungkapnya dalam Media Gathering BCA Digital yang digelar secara virtual (30/6).

BCA Digital melalui blu akan membidik kalangan anak muda serta kalangan berbagai usia yang tech savvy. Lanny mengungkap, blu diposisikan sebagai “the next generation bank” yang dapat memberikan kebebasan kepada pengguna untuk mengatur dan mengelola keuangannya.

“Target utama kami adalah memberikan pengalaman bertransaksi yang nyaman dan aman kepada pengguna. Salah satu benchmark kami, sebagai contoh, adalah memberikan kenyamanan transaksi, seperti tanda hijau pada aplikasi mBCA. Kami harap tahun ini bisa mengantongi ratusan ribu pengguna blu,” tambahnya.

Fitur blu

Sesuai konsep branchless banking yang diusungnya, BCA Digital hanya memiliki satu kantor pusat tanpa kantor cabang. Pembukaan rekening blu juga sepenuhnya dilakukan secara online dengan dukungan call center “haloblu” yang beroperasi selama 24 jam setiap hari.

Ada beberapa fitur dan produk unggulan blu yang ditawarkan. Pertama, blu Account atau rekening untuk bertransaksi. Kedua, blu Saving atau rekening tabungan yang dapat dibuka hingga sepuluh tabungan dalam satu rekening tanpa nomor.

“Mengapa nasabah tidak cukup punya satu rekening saja? Dari hasil riset kami, ternyata mereka membagi rekening untuk tujuan masing-masing. Misal, rekening untuk pendidikan dan kebutuhan belanja sehari-hari,” tutur Lanny.

Selanjutnya, ada fitur blu-gether yang memungkinkan pengguna untuk membuka satu rekening bersama. Pemegang rekening dapat mengundang hingga sepuluh pengguna lain ke dalam rekening ini, di mana mereka dapat melihat mutasi dan saldo. Sebagai contoh, apabila ada penarikan uang, seluruh anggota yang tergabung di rekening tersebut akan mendapatkan notifikasi.

Terakhir, blu Deposito yang diklaim perusahaan sebagai satu-satunya deposito yang dapat ditambahkan saldonya (top up). Dengan catatan, top ini hanya dapat dilakukan hingga H+6 pasca-pembukaan rekening. Lanny menambahkan, deposito ini dapat dicairkan sebelum jatuh tempo

Jaringan BCA Group dan ekosistem digital

Pengguna blu dapat melakukan tarik tunai tanpa kartu di seluruh jaringan ATM BCA di Indonesia. Maksimal penarikan sebesar Rp1.250.000 per transaksi dan Rp7.000.000 per harinya. Menurut Lanny, proses penarikan uang tunai dari aplikasi blu akan serupa dengan cara penarikan lewat aplikasi mBCA.

“Kami juga akan siapkan penarikan tunai di jaringan convenience store. Untuk saat ini, kami sedang eksplorasi apakah blu butuh kartu fisik atau virtual card saja. Kami mau lihat respons dari customer dulu, tapi semua kemungkinan bisa terjadi,” ujarnya.

Sementara itu, CTO & COO BCA Digital Iman Sentosa mengatakan bahwa pihaknya tengah menyiapkan pengembangan infrastruktur sekaligus ekosistem digital bagi BCA Digital. Salah satunya adalah ekosistem e-commerce. Dengan kolaborasi ini, BCA Digital diharapkan dapat berfungsi seperti Bank-as-a-Service (BaaS) di mana blu bisa terintegrasi di dalam platform digital ini.

BCA Digital Siap Beroperasi Juni 2021, Fokus ke Kemudahan Pembayaran dan Pinjaman

PT Bank Digital BCA (BCA Digital) ditargetkan beroperasi pada Juni 2021. Selama satu setengah tahun lebih, anak usaha PT Bank BCA Tbk (BBCA) ini menyiapkan sejumlah produk dan layanan yang akan menyasar segmen pengguna melek digital atau digital savvy.

DailySocial berkesempatan mewawancarai CEO BCA Digital Lanny Budiati untuk mengetahui gambaran lebih dalam mengenai strategi dan roadmap perusahaan di tahap awal ini.

Membentuk entitas baru

BCA Digital merupakan hasil branding nama sebelumnya, yakni PT Bank Royal Indonesia. Untuk bertransformasi menjadi bank digital, BCA selaku induk usaha mencaplok Bank Royal Indonesia senilai Rp1 triliun pada 2019. Per 31 Desember 2020, BCA Digital telah memiliki modal inti sebesar Rp2,9 triliun.

CEO Bank BCA Digital Lanny Budiati mengatakan, pihaknya mendirikan entitas baru untuk menjadi bank digital agar layanan perbankan digitalnya tidak bertabrakan dengan produk dan layanan yang sudah lama dioperasikan induk usaha, seperti BCA Mobile dan internet banking.

Menurut Lanny, layanan existing milik BCA sudah lebih dulu memiliki basis pengguna yang besar dari rentang usia dan segmen yang lebih luas. Dengan situasi tersebut, mayoritas nasabah BCA sudah merasa cukup nyaman menggunakan layanan perbankan digital existing.

Di samping itu, BCA Digital juga dapat berperan sebagai “ladang” inkubasi bagi induk usaha untuk bereksperimen dengan teknologi baru, model bisnis, dan cara bekerja yang berbeda. BCA Digital dapat membuka kesempatan untuk menjadi bagian dari perkembangan teknologi yang dinamis.

“Apabila implementasinya berhasil dan memberikan dampak signifikan, model bisnis tersebut dapat kami adopsi dan sinergikan ke induk usaha BCA,” ungkap Lanny.

BCA Digital diharapkan dapat lebih cepat dan fleksibel dalam mengembangkan layanan perbankan digital yang inovatif dan mengutamakan pengalaman bagi para nasabahnya.

Membidik digital savvy

Lebih lanjut, ada sejumlah faktor yang mendorong induk usaha untuk mendirikan bank digital. Lanny mengatakan, penetrasi pengguna internet dan smartphone terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan laporan “Digital 2021: Indonesia” yang dirilis We Are Social dan HootSuite, lebih dari 59% masyarakat Indonesia sudah terhubung dengan internet, sedangkan sebanyak 66% aktif menggunakan smartphone.

Kemudian, perkembangan teknologi di Indonesia dinilai memunculkan permintaan yang lebih besar sehingga menyebabkan terjadinya pergeseran kebiasaan (behavioral shift) konsumen. Hal ini terutama dialami pada segmen pengguna digital savvy yang dinilai memiliki kebutuhan dan ekspektasi tinggi terhadap cara bertransaksi perbankan dengan model berbeda.

Faktor lainnya adalah pandemi Covid-19 menjadi faktor pemicu meningkatnya aktivitas melalui digital, termasuk transaksi perbankan. Selain itu, sejumlah hasil riset lain menunjukkan ada kenaikan luar biasa pada jumlah transaksi layanan perbankan digital dan nontunai selama beberapa tahun terakhir.

Mengacu data Bank Indonesia (BI), volume transaksi digital banking di sepanjang 2020 saja mencapai 513,7 juta transaksi atau naik 41,5% secara tahunan. Sementara, nilai transaksinya tercatat sebesar Rp2.774,5 triliun atau tumbuh 13,91% dari tahun sebelumnya.

“Kami harap BCA Digital dapat mengakomodasi kebutuhan generasi muda dan para digital savvy, menjadi pemimpin pasar di segmen digital banking, dan memperbesar pangsa pasar yang sudah dimiliki BCA,” tambahnya.

Fokus pada payment dan funding

BCA Digital mengusung konsep branchless banking, ketika seluruh produk dan layanan dapat diakses melalui aplikasi. Pihaknya membidik segmen pasar digital savvy yang terbiasa atau memilih bertransaksi secara digital. Namun, segmen ini tidak terbatas pada kaum muda.

Menurut Lanny, ada sejumlah produk dan layanan yang tengah dipersiapkan, termasuk kemudahan dalam melakukan pembukaan rekening (onboarding). Selain itu, BCA Digital juga akan bersinergi dengan seluruh channel yang dimiliki induk usaha, jaringan ATM BCA dan Halo BCA.

Untuk tahap awal, BCA akan fokus pada produk pembayaran (payment) untuk memfasilitasi berbagai transaksi lewat aplikasi dan meningkatkan basis pengguna. Selain itu, BCA Digital akan menyalurkan pinjaman (funding) ke masyarakat, khususnya segmen individual, individual bisnis, UMKM, dan retail.

“BCA Digital akan hadir dengan tampilan lebih fresh untuk mengakomodasi kebutuhan para digital savvy dalam melakukan aktivitas perbankan yang menyenangkan dan optimal. Dengan begitu, kami dapat memberikan nilai tambah dalam menjawab kebutuhan finansial masyarakat modern,” ungkapnya.

Tak banyak yang disebutkan lebih lanjut mengenai strategi dan model bisnis dari BCA Digital. Namun, Lanny mengungkap bahwa perusahaan akan berkolaborasi dengan berbagai pihak eksternal yang memiliki visi dan target pasar yang sama. Saat ini, BCA Digital tengah menyiapkan infrastruktur untuk mempermudah integrasi dengan ekosistem layanan.

“Kami juga terus-menerus melakukan pengembangan di aspek keamanan pada seluruh infrastruktur dan support system. Pembaharuan sistem teknologi secara berkala itu penting untuk menyeimbangi penggunaan tools sekaligus mencegah potensi ancaman bahaya seperti serangan siber.”

Aturan bank digital

Dengan semakin banyaknya transformasi bank ke digital di tahun ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan aturan terkait bank umum akan dirilis di semester I 2021. POJK tersebut juga akan mengatur tentang bank digital.

Dalam webinar bertajuk “OJK Siapkan Aturan Bank Digital Tanpa Cabang Fisik” beberapa hari lalu, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana mengatakan bahwa pendirian bank baru harus memiliki modal minimum sebesar Rp10 triliun, jika bukan merupakan bagian dari ekosistem perbankan yang lebih besar. Menurutnya, kebijakan ini bukan tanpa alasan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan OJK, bank dapat dikatakan beroperasi secara efisien, menghasilkan laba, dan berkontribusi ke perekonomian nasional apabila memiliki modal Rp10-11 triliun. Sementara pada POJK sebelumnya yang mengatur  modal pendirian Rp3-4 triliun dinilai hanya menghasilkan laba saja, tetapi tidak efisien dan berkontribusi ke perekonomian.

Tak hanya modal, POJK baru ini juga akan mengatur digital banking, mulai dari aspek tata kelola teknologi, perlindungan data, hingga kolaborasi platform. Dari hasil penelitian OJK lainnya, sekitar 56% diketahui telah siap bertransformasi ke digital banking. Kemudian, sebanyak 56% dari 107 bank umum sudah memiliki teknologi untuk go digital.