Rumor: Sony Bakal Satukan PlayStation Plus dan PlayStation Now Menjadi Layanan Subscription Baru

Berdasarkan rumor terbaru yang dilaporkan oleh Bloomberg, Sony tengah sibuk menyiapkan layanan subscription baru untuk PlayStation sebagai respons atas popularitas layanan Xbox Game Pass yang terus mencuat belakangan ini.

Sejauh ini, Sony memang sudah punya dua layanan berlangganan yang ditujukan untuk konsumen PlayStation, yakni PlayStation Plus dan PlayStation Now, akan tetapi layanan baru yang secara internal dikenal dengan codename Spartacus ini kabarnya bakal menyatukan kedua layanan tersebut.

Sekadar mengingatkan, PlayStation Plus merupakan layanan yang diperlukan untuk memainkan sebagian besar game multiplayer sekaligus yang memberi bonus sejumlah game secara gratis, sedangkan PlayStation Now memungkinkan pelanggan untuk mengunduh atau streaming koleksi game yang sudah beredar selama beberapa waktu.

Spartacus di sisi lain bakal hadir dalam tiga tingkatan (tier) yang berbeda. Tier yang pertama menawarkan fasilitas serupa seperti PlayStation Plus. Tier yang kedua menambahkan akses ke sederet game PlayStation 4, dan ke depannya, PlayStation 5. Untuk tier yang ketiga sekaligus yang paling mahal, pelanggan juga bakal mendapat sejumlah demo dan fitur streaming, serta akses ke koleksi judul-judul game klasik yang pernah dirilis di PS1, PS2, PS3, dan bahkan PSP.

Bloomberg juga bilang bahwa ada kemungkinan Sony tetap mempertahankan branding “PlayStation Plus” untuk layanan baru ini. Peluncurannya dikabarkan bakal berlangsung di musim semi 2022, dan akan tersedia untuk pengguna PS4 sekaligus PS5.

Sepintas layanan baru ini kedengarannya menjanjikan, namun sayangnya Sony dikabarkan tidak akan menyertakan judul-judul game baru di hari pertama peluncurannya masing-masing seperti yang Microsoft lakukan dengan Xbox Game Pass. Jadi saat Gran Turismo 7 dirilis pada tanggal 4 Maret 2022, kemungkinan besar game-nya tidak akan langsung tersedia di layanan baru tersebut.

Hal ini kontras dengan yang ditawarkan Xbox Game Pass; Forza Horizon 5 yang dirilis pada tanggal 9 November lalu langsung tersedia buat pelanggan Xbox Game Pass sejak hari pertama, yang pada akhirnya membuat game tersebut dimainkan oleh lebih dari 10 juta orang dalam sepekan pertamanya. Sony tampaknya masih belum seberani itu.

Terlepas dari itu, layanan baru ini semestinya bakal memiliki daya tarik yang lebih besar ketimbang dua layanan subscription PlayStation yang eksis sekarang.

Sumber: Bloomberg. Gambar header: Charles Sims via Unsplash.

Twitter Blue Mulai Ekspansi ke Lebih Banyak Negara, Plus Hadirkan Sejumlah Fitur Anyar

Twitter resmi meluncurkan layanan subscription-nya, Twitter Blue, pada bulan Juni lalu di Australia dan Kanada. Sekarang, mereka sudah siap membawanya ke lebih banyak negara, dimulai dari Amerika Serikat dan Selandia Baru.

Di kedua negara tersebut, Twitter mematok tarif berlangganan masing-masing sebesar US$2,99 dan NZ$4,49. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, para pelanggan Twitter Blue bisa menikmati sejumlah fitur eksklusif macam Undo Tweet, Reader Mode, maupun kustomisasi UI.

Dalam kesempatan yang sama, Twitter Blue juga kedatangan tiga fitur anyar. Yang pertama adalah Ad-Free Articles, yang pada dasarnya merupakan reinkarnasi layanan bernama Scroll. Sesuai namanya, fitur ini memungkinkan pelanggan untuk mengakses konten dari sejumlah situs tanpa diganggu oleh iklan.

Situs-situs ternama yang mendukung sejauh ini mencakup The Washington Post, L.A. Times, USA Today, The Atlantic, Reuters, The Daily Beast, Rolling Stone, BuzzFeed, Insider, dan The Hollywood Reporter. Jumlahnya dipastikan bakal bertambah ke depannya, serta akan meliputi media-media publikasi di lebih banyak negara.

Twitter memastikan bahwa win-win solution yang ditawarkan oleh Scroll sebelumnya tetap mereka terapkan di Twitter Blue dengan cara membagi tarif subscription yang dibayarkan para pelanggan dengan media publikasi yang menjadi mitra. Pelanggan diuntungkan, media publikasi pun tidak kehilangan pemasukan.

Twitter memang tidak merincikan persentase sistem bagi hasilnya, akan tetapi target mereka adalah supaya masing-masing media publikasi bisa menghasilkan 50% lebih banyak dari setiap pembaca ketimbang jika mereka mengandalkan pemasukan dari iklan.

Fitur yang kedua dinamai Top Articles, dan ini juga merupakan reinkarnasi layanan lain, yakni Nuzzel. Fungsinya pun sama persis, yaitu menampilkan deretan artikel yang paling banyak dibagikan selama 24 jam terakhir oleh orang-orang yang diikuti. Anggap saja ini kurasi konten otomatis dari circle masing-masing pelanggan.

Ketiga, Twitter juga mempersilakan para pelanggan untuk mengakses lebih awal fitur-fitur eksperimental lewat Twitter Blue Labs. Untuk sekarang memang baru ada dua fitur yang bisa dijajal — Longer Video Uploads dan Pinned Conversations — tapi ini tentu bakal terus berubah seiring tim produk Twitter bekerja.

Ke depannya, Twitter sudah punya rencana untuk menambahkan lebih banyak lagi fitur eksklusif buat para pelanggan Twitter Blue. Mereka tentu juga akan menghadirkan layanan tersebut ke lebih banyak negara, meski sejauh ini memang belum ada informasi kapan Indonesia bakal kebagian.

Twitter juga masih punya banyak PR, terutama terkait kompatibilitas. Setidaknya untuk sekarang, aspek ini sangat tidak konsisten. Fitur Top Articles misalnya, sejauh ini cuma tersedia di perangkat Android dan desktop. Sementara itu, fitur kustomisasi UI baru bisa dinikmati oleh pengguna perangkat iOS.

Sumber; Twitter.

Netflix Games Resmi Meluncur Secara Global, Bisa Main Sepuasnya Tanpa Biaya Tambahan

Resmi sudah. Katalog konten milik Netflix kini tak cuma berisikan film, serial, dan dokumenter saja, melainkan juga video game. Per tanggal 2 November kemarin, Netflix mengumumkan bahwa para pelanggannya sudah bisa menikmati koleksi game yang tersedia, di mana pun mereka berada.

Setidaknya untuk sekarang, Netflix Games baru bisa diakses melalui perangkat Android saja, sebab versi iOS-nya masih sedang dalam tahap pengerjaan. Koleksi game-nya dapat dilihat melalui aplikasi Netflix itu sendiri, akan tetapi masing-masing game-nya tetap harus diunduh lewat Google Play Store (atau App Store kalau di iOS).

Singkat cerita, ini bukan streaming seperti di layanan cloud gaming (atau seperti Netflix itu sendiri), melainkan lebih mirip cara kerjanya seperti layanan subscription Apple Arcade. Usai diunduh, game-nya bisa dimainkan secara offline, akan tetapi beberapa ada yang tetap memerlukan koneksi internet.

Untuk mulai bermain, Anda perlu login menggunakan akun Netflix dengan paket subscription yang aktif, dan jumlah perangkat yang bisa mengakses akan disesuaikan dengan batasan tiap-tiap paket. Jadi kalau paket yang Anda pilih mendukung fitur multi-device, maka koleksi game-nya bisa dimainkan di beberapa perangkat yang berbeda menggunakan satu akun yang sama. Perlu dicatat, Netflix Games tidak tersedia pada profil anak-anak.

Netflix memastikan bahwa semua game yang tersedia dapat dimainkan tanpa biaya tambahan, tanpa iklan, dan tanpa satu pun opsi in-app purchase. Sekali lagi, premisnya sangat mirip seperti Apple Arcade; bayar tarif bulanan, lalu main sepuasnya tanpa keluar uang lagi.

Koleksi game-nya saat ini memang belum banyak, baru lima judul lebih tepatnya: Stranger Things: 1984, Stranger Things 3: The Game, Shooting Hoops, Card Blast, dan Teeter Up. Meski begitu, Netflix sudah punya rencana besar untuk menyusun katalog yang bisa menarik perhatian semua kalangan gamer, dan mereka pun juga aktif mengakuisisi studio-studio game.

Sumber: Netflix.

Layanan Subscription Apple Fitness+ Hadir di Indonesia Mulai 4 November 2021

Kabar baik bagi pengguna Apple Watch yang gemar berolahraga, layanan subscription Apple Fitness+ bakal segera hadir di tanah air secara resmi pada tanggal 4 November 2021. Sebelumnya cuma tersedia di 6 negara saja, Fitness+ kini telah berekspansi ke total 21 negara.

Sekadar mengingatkan, Fitness+ merupakan sebuah layanan berlangganan yang menawarkan beragam panduan latihan fisik sekaligus meditasi. Layanan ini sepenuhnya terintegrasi ke Apple Watch, sehingga pelanggan bisa menerima rekomendasi berdasarkan metrik dan preferensi yang direkam oleh Apple Watch-nya masing-masing.

Apple mengklaim program-program dalam Fitness+ dapat diikuti oleh konsumen dari semua kalangan, dari yang baru memulai sampai yang sudah masuk kategori fitness enthusiast. Tiap sesinya bisa diikuti via iPhone, iPad, atau Apple TV, dan akan dipandu oleh instruktur profesional dengan variasi durasi antara 5-45 menit (dapat ditentukan sendiri).

Pelanggan bisa memilih program dari kategori-kategori seperti High-Intensity Interval Training (HIIT), Strength, Yoga, Dance, Core, Cycling, Pilates, Meditation, Treadmill, Rowing, dan Mindful Cooldown. Beberapa program yang lebih spesifik, macam Workouts for Pregnancy, Workouts for Older Adults, Workouts for Beginners, maupun Meditations for Beginners, juga tersedia.

Fitness+ juga sepenuhnya terintegrasi dengan Apple Music, dan Anda tak harus jadi pelanggan layanan streaming musik tersebut untuk bisa menikmati integrasinya. Jadi tiap kali hendak memulai sesi latihan atau meditasi, pelanggan Fitness+ bisa memilih tipe musik yang bakal mengiringi. Buat pelanggan Apple Music, bedanya cuma mereka bisa menyimpan lagu-lagu yang diputar ke playlist pribadi mereka.

Fitness+ juga kompatibel dengan fitur SharePlay di iOS 15.1. Pelanggan bisa mengajak hingga 32 orang (yang juga merupakan pelanggan Fitness+) untuk mengikuti sesi latihan atau meditasi bersama yang tersinkronisasi via FaceTime. Kabar baiknya, Fitness+ mendukung fitur family sharing hingga enam anggota keluarga.

Apple Fitness+ menawarkan subtitle dari berbagai bahasa, tapi sejauh ini bahasa Indonesia masih belum termasuk / Apple

Perlu dicatat, Fitness+ memerlukan minimal Apple Watch Series 3 dengan sistem operasi watchOS 7.2 yang terhubung ke iPhone 6s atau yang lebih baru.

Untuk tarif berlangganannya, Fitness+ di Indonesia dihargai Rp69.000 per bulan, atau Rp399.000 per tahun. Alternatifnya, Fitness+ juga bisa didapatkan dengan berlangganan Apple One Premier (yang mencakup Apple Music, Apple TV+, Apple Arcade, dan iCloud+) seharga Rp275.000 per bulan. Apple One Premier ini pun juga bisa digunakan bersama di antara enam anggota keluarga.

Sumber: Apple.

Layanan Subscription Scroll Bakal Berhenti Beroperasi dan Sepenuhnya Menjadi Bagian dari Twitter Blue

Scroll, layanan subscription untuk membaca artikel tanpa iklan, bakal berhenti beroperasi dalam waktu sekitar 30 hari sejak artikel ini ditayangkan. Buat yang tidak tahu, Scroll sudah diakuisisi oleh Twitter sejak Mei lalu, dan pasca penutupannya ini, Scroll akan menjadi bagian dari layanan subscription Twitter Blue.

Sejak pengumuman akuisisinya, Scroll memang sudah berhenti menerima pelanggan baru sembari timnya sibuk mengintegrasikan layanannya ke Twitter. Sebagai informasi, pelanggan Scroll selama ini membayar tarif $5 per bulan untuk membaca artikel dari berbagai media seperti The Verge, BuzzFeed News, The Atlantic, dan lain sebagainya, tanpa diganggu oleh iklan.

Menurut The Verge, dari $5 itu, $1,5 masuk ke kantong Scroll, sementara $3,5 sisanya dibagi ke media-media berdasarkan seberapa banyak artikelnya masing-masing dibaca oleh pelanggan Scroll (gambar atas). Pelanggan diuntungkan berkat pengalaman membaca yang nyaman, dan media pun tetap punya pemasukan meski sederet iklannya dipangkas.

Mekanisme yang diterapkan Scroll tersebut nantinya bakal dipindah ke Twitter. Jadi selain Undo Tweet, Bookmark Folders, dan Reader Mode, para pelanggan Twitter Blue nantinya juga bisa menikmati fasilitas baru bernama “Ad-Free Articles”.

Sejauh ini belum ada kepastian kapan fitur tersebut bakal tersedia di Twitter Blue. Twitter juga tidak bilang apakah tarif berlangganan Twitter Blue bakal dinaikkan seandainya fitur tersebut sudah tersedia. Sekadar mengingatkan, Twitter Blue — yang saat ini baru tersedia di Kanada dan Australia — memasang tarif 3,49 CAD atau 4,49 AUD per bulan, dan rumornya, mereka bakal memasang tarif $2,99 per bulan di Amerika Serikat.

Juga perlu dicatat adalah, Ad-Free Articles berbeda dari Reader Mode yang sudah ada. Sederhananya, Reader Mode berfungsi untuk merapikan tampilan utas (thread), sementara Ad-Free Articles berfungsi untuk merapikan tampilan artikel yang dipublikasikan oleh beragam situs.

Saya pribadi berharap Twitter bisa menjalin kerja sama dengan banyak media lokal, sehingga artikel-artikel yang bisa dibaca secara nyaman (tanpa ditutupi iklan di sana-sini) nantinya bukan cuma yang berbahasa Inggris saja. Semoga saja saat Twitter Blue sudah tersedia di sini, fitur Ad-Free Articles-nya sudah berlaku untuk beberapa media dalam negeri.

Sumber: TechCrunch.

Jumlah Pelanggan YouTube Premium dan YouTube Music Premium Tembus 50 Juta Orang

YouTube mengumumkan pencapaian terbaru terkait dua layanan subscription-nya, YouTube Premium dan YouTube Music Premium. Dikatakan bahwa jumlah pelanggan kedua layanan tersebut telah menembus angka 50 juta orang. Pertumbuhannya tergolong cukup pesat, sebab pada bulan Desember 2020, Google sempat melaporkan bahwa kedua layanan tersebut sudah memiliki 30 juta pelanggan.

Berhubung YouTube tidak menjabarkan datanya, kita tidak bisa mengetahui berapa banyak yang berlangganan YouTube Premium, dan berapa banyak yang cuma berlangganan YouTube Music Premium. Sebagai informasi, keduanya memang ditawarkan sebagai dua layanan yang terpisah.

Di Indonesia, YouTube Premium dihargai Rp59.000 per bulan, sementara YouTube Music Premium dihargai Rp49.000 per bulan. Bagi yang berlangganan YouTube Premium, mereka otomatis juga mendapatkan akses ke YouTube Music Premium. Jadi tidak peduli Anda berlangganan yang mana, secara teknis Anda dapat disebut sebagai pelanggan YouTube Music Premium.

Pelanggan YouTube Premium otomatis juga merupakan pelanggan YouTube Music Premium / YouTube

Dari situ kita pun bisa membandingkan YouTube dengan dua layanan streaming musik terpopuler yang ada saat ini, yakni Spotify dan Apple Music. Per 30 Juni 2021, Spotify tercatat memiliki pelanggan berbayar sebanyak 165 juta orang. Sementara Apple Music diestimasikan memiliki 78 juta pelanggan.

Alhasil, angka 50 juta yang YouTube catatkan mungkin bakal terasa kecil. Meski demikian, hasil riset Midia menunjukkan bahwa YouTube adalah layanan streaming musik dengan pertumbuhan tercepat (60%) di tahun 2020 kemarin. Menurut YouTube sendiri, mereka melihat pertumbuhan yang besar di negara-negara seperti Brasil, India, Jepang, Korea Selatan, dan Rusia.

Peran YouTube di industri musik pun juga besar. Juni lalu, YouTube melaporkan bahwa mereka telah membayar $4 miliar ke industri musik selama 12 bulan terakhir.

Hal lain yang perlu kita catat adalah, angka 50 juta tadi rupanya juga termasuk pelanggan yang masih dalam masa free trial. Seperti yang kita tahu, beberapa perangkat memang dibundel bersama free trial YouTube Premium sebagai salah satu cara untuk memikat konsumen, seperti misalnya tablet Samsung Galaxy Tab S7 FE 5G yang menawarkan free trial YouTube Premium selama empat bulan.

Belum lama ini, YouTube juga mulai menguji layanan baru bernama YouTube Premium Lite yang tarifnya bahkan lebih murah daripada YouTube Music Premium.

Sumber: The Verge dan YouTube. Gambar header: Charles Deluvio via Unsplash.

Netflix Mulai Uji Konten Game di Aplikasi Android-nya

Juli lalu, Netflix secara resmi mengumumkan niatannya untuk menyisipkan game ke katalog kontennya. Netflix rupanya tidak butuh waktu lama untuk mengeksekusi rencana tersebut. Baru sebulan berselang, mereka rupanya sudah siap menguji konten gaming-nya bersama publik.

Sejauh ini pengujiannya baru dilangsungkan di Polandia. Para pelanggan Netflix di sana sekarang sudah bisa menjajal dua game di perangkat Android-nya, yakni “Stranger Things: 1984” dan “Stranger Things 3”. Dalam beberapa bulan ke depan, pengujiannya akan meluas ke negara-negara lain, dan juga bakal mencakup platform iOS.

Semua ini sejalan dengan yang diberitakan bulan lalu, bahwa Netflix akan memulai di platform mobile terlebih dulu, dan game-nya dibuat berdasarkan sejumlah franchise Netflix yang sudah ada. Stranger Things sendiri memang merupakan salah satu franchise serial milik Netflix yang paling populer, dan season keempatnya sudah dijadwalkan hadir tahun depan.

Netflix tidak lupa menegaskan kembali bahwa deretan game-nya ini dapat dinikmati tanpa biaya tambahan. Pelanggan juga tidak akan menjumpai iklan maupun in-app purchase di dalam game-nya. Semua sudah termasuk dalam biaya berlangganan Netflix seperti biasanya.

Yang menarik, kalau film-film di Netflix kita stream dari cloud, rupanya konten game-nya tidak demikian. Jadi ketika mengklik “Install Game” di aplikasi Netflix, pelanggan akan dialihkan ke Google Play Store untuk mengunduh game-nya. Cara ini lebih mirip yang diterapkan Apple Arcade dan Google Play Pass ketimbang Stadia atau Xbox Cloud Gaming.

Kita sebenarnya bisa saja langsung mengunduh game-nya dari Google Play Store, tapi saat hendak bermain, kita perlu login menggunakan akun Netflix masing-masing. Sejauh ini belum ada informasi apakah ke depannya Netflix bakal beralih ke metode streaming sepenuhnya, atau malah seterusnya menggunakan metode seperti ini.

Seandainya beralih ke metode streaming ala Stadia, Netflix tentu harus memikirkan pengalaman yang bakal didapat oleh para pelanggannya yang menggunakan perangkat iOS. Pasalnya, Apple memang hanya mengizinkan platform cloud gaming untuk beroperasi menggunakan web app ketimbang native app di iOS.

Sumber: Engadget.

Pearson Luncurkan Layanan Subscription untuk Buku Kuliah

Model bisnis subscription telah mengubah cara kita mengonsumsi berbagai macam produk media dalam beberapa tahun terakhir. Hampir semua produk media yang memiliki versi digital pada dasarnya bisa ditawarkan ke konsumen melalui sistem berlangganan, tidak terkecuali buku pelajaran.

Penerbit buku pelajaran terbesar asal Amerika Serikat, Pearson, baru-baru ini mengumumkan Pearson+, sebuah layanan berlangganan khusus buku pelajaran di jenjang universitas. Anggap saja ini seperti Netflix atau Disney+, tapi yang katalognya berisikan ribuan buku kuliah ketimbang film. Lalu dengan membayar tarif bulanan, Anda bisa mengakses semuanya melalui perangkat desktop maupun mobile.

Pearson mematok tarif berlangganan sebesar $15 per bulan untuk akses lengkap ke lebih dari 1.500 judul buku kuliah yang tersedia di katalog Pearson, atau $10 per bulan untuk akses ke satu buku saja. Dibandingkan harga buku fisik yang terkadang bisa mencapai angka ratusan dolar per buku, $15 per bulan tentu tergolong sangat murah.

Buku-buku digital tersebut dapat dibuka di aplikasi Android atau iOS, atau bisa juga melalui browser desktop. Selagi membaca, kita bisa meng-highlight atau menambahkan catatan. Alternatifnya, pelanggan juga dapat mendengarkan versi audio dari beberapa judul buku. Kelebihan lain yang tidak bisa kita temui di buku fisik adalah fitur search, yang akan lebih memudahkan pencarian informasi ketimbang mengandalkan daftar isi.

Pearson+ akan diluncurkan di AS pada musim semi, tapi ke depannya Pearson sudah punya rencana untuk menghadirkannya secara global. Pearson bukanlah yang pertama menawarkan layanan subscription untuk buku pelajaran. Sebelumnya, penerbit Cengage sudah lebih dulu menyediakan layanan serupa bernama Cengage Unlimited, tapi mereka juga sempat dituntut karena dianggap merugikan kalangan penulis.

Tentu saja, Pearson+ baru bisa menjadi solusi yang atraktif apabila seorang mahasiswa atau mahasiswi memang harus berkutat dengan beberapa buku kuliah terbitan Pearson di tiap semester. Kalau ternyata harus menggunakan buku dari beberapa penerbit yang berbeda, mereka mungkin bisa menghemat lebih banyak dengan membeli buku bekas ketimbang berlangganan layanan semacam ini.

Sumber: The Verge dan Pearson.

YouTube Sedang Uji Paket Layanan Premium Lite dengan Tarif Bulanan Lebih Terjangkau

Dengan tarif berlangganan Rp59.000 per bulan, YouTube Premium merupakan layanan subscription yang cukup menarik jika menimbang semua fasilitas yang ditawarkan. Seperti yang tercantum di situsnya, YouTube Premium tak hanya menawarkan pengalaman bebas iklan, melainkan juga akses ke YouTube Music Premium, offline download, serta background playback.

Di saat yang sama, saya tahu ada sebagian yang merasa tarif tersebut masih agak kemahalan karena yang mereka incar sebenarnya cuma sebatas kenyamanan menonton tanpa diinterupsi iklan. YouTube pun juga menyadarinya, dan mereka ingin menawarkan solusi dalam bentuk paket layanan baru bernama YouTube Premium Lite.

Premium Lite sejauh ini belum tersedia secara luas dan baru diuji di sejumlah negara di Eropa, persisnya di Belanda, Belgia, Denmark, Finlandia, Luksemburg, Norwegia, dan Swedia. Di negara-negara tersebut, Premium Lite ditawarkan dengan tarif 6,99 euro per bulan, atau sekitar 60 persen lebih murah daripada tarif YouTube Premium versi standar yang dipatok di sana, yakni 11,99 euro.

Fasilitas yang Premium Lite hadirkan sangatlah sederhana, yakni pengalaman menonton bebas iklan di YouTube, baik di web maupun di deretan aplikasinya (iOS, Android, smart TV, game console), termasuk halnya YouTube Kids. Offline download maupun background playback tidak termasuk. Pelanggan Premium Lite juga masih akan menjumpai iklan di YouTube Music.

Jadi kalau Anda sebal disodori iklan secara bertubi-tubi oleh YouTube, tapi tidak tertarik dengan fasilitas-fasilitas lain yang ditawarkan oleh YouTube Premium, maka paket layanan Premium Lite ini bakal jadi opsi alternatif yang menarik. Di Indonesia, saya bisa membayangkan YouTube mematok tarif bulanan sekitar Rp39.000 untuk Premium Lite, hemat hampir separuh ketimbang YouTube Premium standar.

Perlu dicatat, Google bilang bahwa status Premium Lite saat ini masih eksperimental, dan mereka bakal mempertimbangkan sejumlah paket lain berdasarkan masukan dari komunitas penggunanya.

Menawarkan paket berlangganan dalam beberapa tier yang berbeda merupakan salah satu cara untuk menjangkau lebih banyak kalangan konsumen, kurang lebih sama seperti yang Netflix lakukan selama ini.

Sumber: The Verge. Gambar header: Depositphotos.com.

Twitter Luncurkan Layanan Berlangganan Twitter Blue, Tawarkan Sejumlah Fitur Eksklusif untuk Power User

Setelah dinanti-nanti, Twitter akhirnya resmi memperkenalkan layanan berlangganan (subscription) perdananya yang dijuluki Twitter Blue. Di tahap awal peluncurannya ini, untuk sementara Twitter Blue baru tersedia bagi konsumen di dua negara saja, yakni Kanada dan Australia.

Tarif berlangganan Twitter Blue di kedua negara tersebut dipatok 3,49 dolar Kanada (CAD) atau 4,49 dolar Australia (AUD) per bulannya. Masing-masing pelanggan tentu saja bisa menikmati sejumlah fitur eksklusif, seperti misalnya fitur Bookmark Folders, Undo Tweet, Reader Mode, dan opsi kustomisasi tampilan antarmuka.

Bookmark Folders, sesuai namanya, memungkinkan para pelanggan untuk merapikan kumpulan Tweet yang mereka simpan agar lebih mudah dicari ke depannya. Bookmark bukanlah fitur baru di Twitter, dan ke depannya masih akan tersedia bagi seluruh pengguna Twitter. Bedanya, khusus para pelanggan Twitter Blue, mereka dapat menyimpan Tweet di beberapa folder yang berbeda.

Beralih ke Undo Tweet, fitur ini memang bukan fitur Edit Tweet seperti yang selama ini diimajinasikan oleh kalangan power user Twitter, tapi setidaknya fitur ini masih memungkinkan pengguna untuk merevisi cuitan sebelum cuitan tersebut dapat terbaca oleh seluruh jagat maya.

Cara kerjanya adalah, pengguna bisa menetapkan timer dengan durasi maksimum 30 detik. Setelahnya, setiap kali pengguna mengunggah sebuah cuitan, mereka punya waktu maksimal hingga 30 detik untuk mengklik tombol “Undo” dan membatalkannya. Dari situ mereka bisa merevisi cuitan seandainya ada saltik (typo), atau seandainya ada seseorang yang lupa di-mention.

Untuk Reader Mode, fitur ini dirancang agar pengguna bisa membaca sebuah utas (thread) dengan tampilan yang jauh lebih rapi layaknya sebuah artikel. Fitur ini berbeda dari yang Twitter janjikan ketika mereka mengakuisisi Scroll, namun Twitter memastikan bahwa platform tersebut bakal mereka integrasikan ke Twitter Blue ke depannya.

Terakhir, pelanggan Twitter Blue juga dapat mengatur kustomisasi tampilan antarmuka aplikasi Twitter, mulai dari mengganti icon aplikasinya di home screen, sampai mengganti tema warna di dalam aplikasinya. Menurut Twitter, semua fitur ini mereka buat berdasarkan masukan-masukan yang mereka terima dari kalangan power user selama ini.

Belum diketahui kapan Twitter Blue akan merambah konsumen di negara-negara lain. Namun satu hal yang pasti, Twitter bakal tetap bisa digunakan secara gratis selamanya. Kehadiran layanan subscription ini semata hanya untuk memenuhi hasrat kalangan power user, dan tentu saja di saat yang sama bisa menjadi salah satu sumber pemasukan tambahan yang sustainable buat Twitter.

Sumber: Twitter dan TechCrunch. Gambar header: Depositphotos.com.