4 Penyebab Utama Inovasi Tidak Berkembang

Merujuk pada hasil survei yang diadakan oleh Boston Consulting Group bertajuk “Most Innovation Companies” mengemukakan sebuah fakta menarik. Banyak CEO dari perusahaan teknologi (89 persen) menempatkan inovasi sebagai prioritas tertinggi dalam roda bisnis perusahaan. Alasannya salah satunya dikemukakan pada sebuah penelitian dari GE, yakni kekhawatiran ditinggalkan oleh konsumen. Sederhana, karena konsumen selalu menginginkan pembaruan untuk penyesuaian kebutuhan.

Rasa-rasanya sangat wajar, seperti yang kita rasakan sehari-hari, teknologi berkembang begitu dinamis. Selalu menawarkan cara-cara baru yang lebih menarik dan efektif untuk menyelesaikan permasalahan kita. Hal ini tentu juga berdampak langsung bagi para startup digital, sebagai pengembang solusi pemecahan masalah melalui pendekatan teknologi. Sampai sini kita setuju, bahwa startup digital tidak akan mungkin bisa terlepas dari inovasi produk dan bisnis.

Lantas apa yang diperlukan untuk senantiasa memupuk berbagai unsur dalam tubuh startup untuk terus berinovasi. Tak lain adalah orang-orang yang ada di dalamnya, sebagai penggerak bisnis dan inovasi. Sayangnya sering kali ada beberapa “sikap” yang dilakukan, baik secara sadar ataupun tidak, yang ternyata berdampak buruk bagi produktivitas anggota tim dalam kaitannya dengan inovasi.

Berikut ini empat hal yang perlu dicermati sedini mungkin, agar inovasi di startup tidak terhambat:

Founder membatasi kreativitas hanya pada pemikirannya saja

Kinerja terbaik dari sebuah inovasi bukan dimulai dari arahan untuk pengembangan sebuah produk dari manajemen, melainkan memastikan para pengembang memahami masalah yang ingin diselesaikan. Ketimbang selalu mendikte dalam inovasi produk, founder lebih baik senantiasa melengkapi tim dengan area masalah untuk dijelajahi, termasuk memberikan ruang untuk menemukan dan memvalidasi masalah pelanggan. Kadang pemikiran unik justru datang karena pemikiran baru.

“Jika eksekusi adalah pemecahan masalah , kreativitas adalah pencarian masalah,” Chief Design Officer SAP Sam Yen.

Membatasi “gerak” anggota tim

Setelah permasalahan mampu didefinisikan, langkah selanjutnya ialah mengumpulkan informasi dan sumber daya untuk membangun solusinya. Namun tidak sedikit founder yang memilih terlalu tertutup, dalam artian membatasi sumber daya yang ada di perusahaan saja, baik itu data, laporan atau hal-hal lain yang mendukung pengembangan. Akhirnya cakupan terlalu sempit.

Validasi eksternal sangat diperlukan, karena dalam tahap ini masalah tersebut divalidasi. Berarti perlu mencari pelanggan untuk menguji setiap asumsi yang sudah disusun. Dan cara yang paling tepat ialah dengan membuka pintu selebar-lebarnya bagi para anggota tim untuk keluar, menguji hipotesisnya dan mencari tahu detail yang sebenarnya dibutuhkan untuk pengembangan tim.

Selama tahap validasi solusi, ini berarti menguji pasar. Sambil mensosialisasikan gagasan di dalam perusahaan, meneliti ukuran pasar yang diproyeksikan sangat penting.

“Keluarkan tim Anda dari gedung dan mintalah mereka berbicara dengan setidaknya 20 orang. Anda akan mulai melihat pola dan temuan menarik pada mereka,” Steve Blank, seorang serial-entrepreneur dari Silicon Valley.

Mempertaruhkan dalam satu inovasi besar

Di tahap selanjutnya, setelah masalah ditemukan dan tervalidasi dengan baik oleh pasar, yang biasanya dilakukan ialah memasukkan seluruh kekuatan tim ke dalam proyek tersebut. Semua waktu, anggaran, dan berbagai komponen lainnya difokuskan untuk satu inovasi tersebut.

Namun dari beberapa cerita startup yang pada akhir pivot atau gagal, sering melakukan hal ini. Yang pada akhirnya mereka mengatakan, bahwa ternyata membuat temuan tersebut berproses normal lebih baik, ketimbang harus mengambil risiko untuk memasukkan semua ke dalam satu proyek. Ambillah pendekatan portofolio untuk inovasi.

Mengambil terlalu banyak proyek baru

Hanya berada di satu titik tidak baik, namun terlalu banyak agenda juga tidak baik. Yang terpenting adalah memikirkan bagaimana sebuah proyek inovasi mampu tumbuh secara berkelanjutan. Semua harus memiliki target capaian yang jelas, dan jangan biarkan target tersebut gagal dan molor. Selain tidak efisiensi dari sisi sumber daya, hal tersebut juga menutup berbagai kemungkinan inovasi potensial lainnya.

Ini tidak mudah dilakukan, pasalnya sering kali founder berpikir tentang “kesempatan tidak datang dua kali”. Memang benar, oleh karenanya pengukuran kemampuan dan disiplin terhadap pengembangan inovasi sangat perlu untuk ditegakkan.

Alasan Mengapa Founder Harus Memiliki Kemampuan Merekrut

Mempercayai orang adalah perkara yang tak mudah, terlebih untuk mengisi jajaran orang terpercaya yang membawa misi mengembangkan bisnis yang baru dirintis. Untuk itu kemampuan untuk mencari orang yang tepat di saat yang tepat pula menjadi salah satu keahlian yang harus dimiliki dan jika perlu dipelajari dan dilatih untuk mencegah kesalahan dalam membangun tim. Berikut rangkuman dari tulisan Co-founder Codeship Moritz Plassnig mengenai pentingnya kemampuan merekrut bagi seorang founder.

Investor berinvestasi ke pada orang, bukan ide

Banyak orang percaya bahwa ide dan kondisi pasar yang pas merupakan kondisi yang bagus bagi startup, padahal lebih dari itu. Kebanyakan bisnis bisa menyesuaikan diri terhadap perubahan dan keinginan market. Perubahan seperti hanya bisa dilakukan dengan tim yang benar-benar solid.

Tim yang kuat merupakan sekumpulan orang yang dengan luwesnya mengeksekusi ide baru yang sesuai dan sedang dibutuhkan di pasar. Orang yang mampu menerima perubahan dan menerima pelajaran dari masukan-masukan adalah orang-orang yang mampu membangun produk yang baik. Komposisi inilah yang banyak dilirik oleh investor. Jadi tidak hanya soal ide dan pasar, tetapi juga tim yang ada di dalamnya. Tim yang akan menjalankannya.

Dari awal setiap anggota tim sangat penting

Proses membangun tim bukan perkara yang mudah. Karena terkait dengan kemampuan juga terkait dengan kepercayaan. Tidak mudah untuk percaya dengan orang. Untuk itu kepentingan memperhatikan setiap anggota tim yang masuk harus menjadi yang utama. Founder harus jeli memperhatikan siapa yang mereka ajak bergabung, karena membangun tim di periode tidak hanya soal kemampuan, tetapi juga ketepatan. Ketepatan terharap kebutuhan maupun ketepatan dengan tipe atau kultur yang coba dibangun.

Merangkum kesuksesan startup dalam satu kalimat mungkin yang tepat adalah “Great people build great product ”. Tidak mudah memang, terlebih startup di masa-masa sulit, terutama urusan finansial dan sumber daya. Kekurangan anggota tim namun dengan dana yang batas. Di titik ini founder dituntut untuk bijak, tidak hanya mencari yang terbaik dari pelamar, namun harus mencari kandidat yang cocok, mulai dari segi ketrampilan maupun dari segi kultur yang sedang dibangun.

Orang hebat menarik orang hebat

Tidak ada yang lebih menarik bagi seorang pencari kerja berbakat dari pada tim rekan kerja yang sangat terampil. Terlepas dari semua masalah perekrutan salah satu cara terbaik dan menguntungkan bisnis adalah coba memperkerjakan orang-orang yang terampil dan hebat di bidangnya. Dengan orang hebat bergabung dalam tim akan lebih mudah untuk menarik orang hebat berikutnya. Masalahnya ada pada bagaimana

Budaya lebih penting dari setiap anggota

Kultur atau budaya merupakan salah satu yang dipertimbangkan untuk membangun tim. Jadi bukan hanya perkara keterampilan tetapi juga bisa membawa dampak positif bagi tim. Tim yang hebat pada umumnya adalah sekelompok individu yang berbakat dengan komposisi yang pas. Skill atau kemampuan memang wajib diperhatikan tapi kesesuaian melebur dengan tim adalah perkara penting lainnya.

Kiat Menjaga Keutuhan Tim

Salah satu tantangan startup dalam fase berkembang bisa banyak macamnya. Mulai dari modal, perencanaan, hingga persaingan di pasar. Namun tantangan yang tak kalah serius hadir dalam bentuk mempertahankan tim.

Jika produk atau layanan startup beranjak populer, mulai dikenal masyarakat tidak banyak bisnis lain atau pesaing mulai menggoda anggota tim. Baik itu orang-orang teknik seperti developer atau anggota tim di posisi lain seperti marketing atau product developer. Semuanya berpotensi untuk hengkang dan akhirnya meninggalkan lubang yang menjadi tantangan di tim.

Pengelolaan tim bisa sangat tergantung dengan situasi dan kultur di masing-masing startup. Namun ada beberapa garis besar yang bisa dijadikan acuan untuk tetap menjaga tim baik dalam kondisi menanjak bagus maupun dalam kondisi terpuruk.

Work-life balance

Salah satu cara untuk membantu membentuk loyalitas tim adalah dengan memperhatikan keseimbangan kehidupan dalam bekerja atau dikenal dengan work-life balance. Tim memang membutuhkan energi atau usaha untuk mencapai sebuah tujuan namun tidak kalah pentingnya untuk menjaga anggota tim tetap dalam kondisi fokus dan bahagia. Semua itu harus dilakukan atas nama bahagia.

Jika dalam posisi menanjak dan sedang mengejar target deadline yang begitu ketat usahakan atur tempo dalam bekerja agar mereka tetap bisa menjalankan kehidupan mereka secara seimbang. Jangan terlalu dipaksakan untuk memforsir mereka hingga titik jenuh. Namun jangan pula membiarkan fokus mereka hilang. Berikan yang seimbang.

Pengembangan diri

Selain gaji dan bonus-bonus lain bersifat materiil salah satu yang bisa ditawarkan untuk membantu memberikan loyalitas pada anggota tim adalah menyajikan kesempatan untuk mengembangkan diri dan menggali potensi dalam diri masing-masing. Berikan mereka peluang untuk hal-hal baru yang bisa menambah kemampuan-kemampuan mereka. Baik itu kemampuan non teknis atau kemampuan personal.

Di samping bisa membantu bisnis membangun hubungan yang baik dengan para anggota tim pemberian kesempatan untuk berkembang juga membantu bisnis dalam meningkatkan produktivitas.

Kehadiran pemimpin dan keterbukaan

Seorang anggota tim bisa sangat loyal dengan bisnis dan kultur di dalamnya atau sangat loyal dengan pemimpin mereka. Ini yang harus diperhatikan oleh bisnis. Untuk itu sebagai pemimpin dari seluruh anggota tim kehadiran pemimpin sangat diperlukan. Bentuk kehadiran ini semacam kesempatan bagi anggota tim untuk melaporkan dan menceritakan capaian dan kendala mereka.

Sebagai seorang pemimpin yang baik juga sangat dianjurkan untuk tidak anti terhadap kritik. Kritik yang diberikan anggota tim bisa diubah menjadi sesuatu yang positif, misalnya anggapan bahwa anggota tim sangat peduli dengan kinerja dan kestabilan tim. Keterlibatan seperti itu yang harus dibangun sejak dini.

Selain itu keterbukaan juga menjadi hal penting untuk membantu anggota tim memiliki hubungan dengan para pemimpinnya. Keterbukaan ini artinya informasi dibagikan secara seimbang, baik berita buruk maupun berita bagus. Capaian tim yang tengah dicapai perlu disampaikan sebagai bentuk apresiasi kerja bersama, kerja tim. Sebaliknya, penurunan performa juga wajib disampaikan sebagai bentuk evaluasi untuk saling introspeksi diri dan memperbaikinya di kemudian hari.

Fleksibel namun tetap dalam target

Pekerjaan bisa sangat menjenuhkan di beberapa momen. Dan ukuran ini berbeda setiap anggota tim. Untuk tetap menjaga produktivitas bijaknya ada aturan untuk memberikan kebebasan dalam bekerja. Fleksibilitas waktu dan tempat jika memungkinkan, namun tetap pada target yang telah ditentukan.

Belajar Menjadi Seorang Pemimpin

Salah satu tantangan founder startup di tahap awal adalah menyatukan tim. Belum lagi anggota tim yang ada adalah orang-orang baru dalam kehidupan mereka. CEO BodeTree Chris Myers menuliskan pengalamannya dalam mendirikan startup dan mengambil peran dalam tim. Menurutnya sebuah tim startup membutuhkan founder yang berperan sebagai seorang pemimpin, bukan seorang teman.

Menghindari konflik hanya memperburuk keadaan

Yang membedakan teman dan pemimpin dalam diri sebuah pendiri startup adalah cara mereka menyelesaikan masalah. Dari pengalamannya, Chris lebih memilih menyelesaikan masalah dibanding dengan menghindarinya. Meski harus menguras energi permasalahan apa pun harus diselesaikan dengan cara dibicarakan atau didiskusikan, tidak dibiarkan menguap begitu saja.

Selalu ingat bahwa startup tidak hanya soal diri sendiri

Chris dalam artikelnya juga menyebutkan bahwa kepemimpinan serupa dengan parenting. Mengelola tim juga diperlukan masa-masa membiarkan anggota tim untuk tumbuh dewasa dengan sendirinya, tanpa harus selalu didorong dari belakangan. Beri mereka ruang untuk berkreasi, biarkan mereka tumbuh, pemimpin hanya perlu mengawasi dan mengingatkan jika ada sesuatu yang terlewat atau terjadi kekurangan.

“Jika Anda tidak meletakkan harapan kepada tim, dorong keluar dari zona nyaman mereka, dan pertahankan orang-orang yang bertanggung jawab, Anda gagal dalam peran Anda yang paling penting sebagai pemimpin. Mencoba menjadi teman terbaik semua orang adalah tindakan egois yang fundamental,” tulis Chris.

Menjadi pemimpin bukan tentang diri sendiri, kepemimpinan adalah tentang membantu orang menjadi sebaik mungkin. Itu bisa diartikan sebagai mampu melangkah dan melakukan apa pun demi kebaikan tem sesulit apa pun itu.

Kepemimpinan adalah kesendirian

Banyak orang yang menanggap menjadi pemimpin artinya semua tim akan melayani sementara seorang tim duduk bagaikan raja yang damai. Menjadi seorang pemimpin justru sebaliknya, ia menjadi orang yang paling diandalkan dalam satu organisasi, sebagai pertimbangan dan orang yang memiliki kemampuan pemecahan masalah.

Menurut Chris menjadi seorang pemimpin berarti mengedepankan anggota tim dibanding diri sendiri dan apa pun juga. Hal itu membutuhkan disiplin tinggi, pengorbanan dan keberanian. Sebagai seorang pemimpin sudah menjadi hal lumrah jika tidak selalu disukai oleh orang-orang di sekitar, tapi dalam sebuah tim mereka membutuhkan tim, bukan seorang teman.

Membangun Kultur Kerja di Tahap Pertumbuhan Startup

Startup yang sudah masuk ke dalam tahap berkembang atau scale-up bukan berarti mengisyaratkan founder memiliki kultur bisnis yang tepat dan harus dipertahankan. Sebaliknya, kultur adalah sesuatu yang dinamis mengikuti laju bisnis yang sedang berjalan –sedangkan yang perlu dipertahankan adalah visi.

Kultur erat kaitannya dengan bagaimana perlakukan terhadap tim. Di fase berkembang, ada beberapa penyesuaian yang perlu dilakukan oleh founder. Berikut ini adalah lima hal yang dapat dipraktikkan terkait dengan pengembangan kultur bekerja untuk startup yang tengah dalam tahap perkembangan.

Mengoptimalkan tim sembari mengukur potensi bisnis

Dimulai dari tim yang kecil –dan solid, startup yang sedang bertumbuh biasanya akan mengalami kebimbangan. Saat potensi bisnis bertumbuh, sedangkan jumlah anggota masih sama. Namun jangan buru-buru melakukan perekrutan, ukur kemampuan tim terlebih dulu. Apakah kemampuan mereka masih bisa untuk menangani tanggung jawab lebih –misalnya untuk melakukan multi-tasking. Dalam praktik terbaik startup, memberikan tantangan lebih kepada tim akan menjadi professional development yang baik di lingkungan bisnis.

Kadang yang perlu diubah justru workflow, dari yang sebelumnya sepenuhnya manual coba ditangani sebagian dengan teknologi. Sebagai contoh ketika traksi pelanggan derastis meningkat, layanan seperti CRM bisa dimanfaatkan untuk membantu tim pemasaran untuk menangani berbagai keluhan atau bahkan melakukan analisis terhadap kecenderungan pelanggan. Cara berkomunikasi, pembagian kerja dan sebagainya juga dapat disederhanakan dengan teknologi, sehingga lebih menghemat waktu.

Membuka kesempatan untuk berkolaborasi antar tim

Berbeda dengan korporasi yang sangat disiplin dengan sekat-sekat divisi atau pembagian departemen bisnis, startup cenderung lebih bisa terbuka. Sebagai contoh, ketika tim pemasaran membutuhkan performa lebih untuk melakukan kampanye kegiatan, coba libatkan juga tim dari divisi lain untuk menyederhanakan pekerjaan, semisal dari tim operasional. Bahkan untuk divisi yang mungkin terkesan jauh fungsionalitasnya. Selain menghidupkan kultur kolaboratif, langkah ini juga memberikan kesempatan untuk masing-masing anggota tim mencoba hal baru.

Saat perusahaan bertumbuh, sudah semestinya memikirkan pertumbuhan kompetensi pegawai. Selain memberikan tantangan pada pekerjaan tambahan, hadirkan juga kesempatan untuk memperdalam kemampuan mereka, atau mengeksplorasi hal-hal baru. Berikan motivasi lebih, bisa saja dengan peningkatan gaji atau berikan kesempatan untuk menimba ilmu di luar.

Sediakan waktu untuk melakukan hal yang menyenangkan

Hal-hal seperti makan bersama atau berlibur bersama tetap dijadikan agenda, lebih sering bahkan. Selain untuk memberikan waktu refreshing, kegiatan seperti ini dapat membuat tim lebih solid. Mereka akan lebih dekat satu sama lain, dan mengerti kekurangan dan kelebihannya. Sehingga diharapkan dapat seling mengisi dalam kegiatan kolaborasi di perusahaan.

Jika harus merekrut pegawai baru

Dalam perusahaan baru yang berpotensi tumbuh, dibutuhkan pegawai yang dapat menyesuaikan diri dengan perusahaan. Perusahaan dapat mencocokkan dengan kepribadian maupun keterampilan yang mereka miliki. Memilih untuk merekrut pegawai dengan cara ini demi menciptakan tim jangka panjang yang memiliki kontribusi inovatif.

Lima Hal yang Dapat Dioptimalkan Startup dari Board Member

Board member atau board advisory bisa didefinisikan sebagai orang-orang yang berada di jajaran penasihat atau komisaris sebuah bisnis. Di startup jajaran board member bisa datang dari investor, tokoh senior yang sengaja direkrut, atau mentor yang ditunjuk khusus untuk menemani bisnis berproses. Melalui peran board member –selain dalam memberikan pengarahan langsung terhadap startup, ada beberapa hal yang umumnya dapat diikuti untuk membangun budaya bisnis yang lebih baik.

Mendampingi startup fokus pada tujuan akhir

Dengan pengalaman yang sudah dilalui, board member dapat mengembalikan fokus startup yang sudah mulai tidak menentu. Mereka akan memberikan arahan agar tujuan bisnis tetap pada trek awal sesuai visi. Sikap ini kadang memang mudah goyah, terlebih untuk founder yang masih baru, jadi di situlah peran sosok senior, dengan penjelasan mengenai setiap risiko yang mungkin akan ditemui jika bisnis tidak fokus pada tujuan awal.

Memperluas akses kerja sama

Relasinya yang luas memungkinkan bermanfaat bagi startup untuk mengakselerasi bisnis, baik untuk membuka peluang pendanaan baru ataupun membawa pada kemitraan strategis dengan perusahaan atau tokoh penting yang terkait dalam bisnis. Melalui networking saja kadang founder masih akan kesulitan menembus akses ke orang-orang penting, terlebih regulator. Sosok senior di board member akan banyak membantu dalam peran ini.

Membantu penyusunan strategi berkembang

Sebagai startup pemula biasanya memiliki hal-hal yang tidak terduga di bawah kendali bisnisnya. Termasuk persaingan yang dapat mempengaruhi asumsi mereka dalam mendirikan bisnis. Seperti teknologi baru, perubahan perilaku pelanggan, perubahan peraturan dan tekanan pesaing adalah salah satu ancaman yang dapat menyerang setiap saat.

Para board member dapat berkontribusi menyumbangkan ide bagi pengusaha untuk menangani suatu masalah pada isu-isu strategis, seperti diskusi lini bisnis, model bisnis, strategi penetapan harga dan pendanaan. Tujuan dari strategi board member adalah menyediakan kerangka kerja yang nantinya akan menjadi keputusan perusahaan.

Memantau perkembangan bisnis

Traksi adalah bagian penting bagi bisnis, untuk meningkatkannya diperlukan pemantauan bisnis yang tepat. Mengacu pada proses bisnis yang berlangsung. Karena pada dasarnya strategi perkembangan bisnis membutuhkan improvisasi sesuai pada kebutuhan pelanggan dan pasar.

Memberi masukan terkait perekrutan

Terakhir yang dimiliki dewan direktur dalam mencapai kesuksesan startup adalah mampu merekrut atau mempertahankan kandidat. Tidak mengherankan, jika perusahaan menemukan dan mempertahankan personil berkinerja tinggi di semua departemen sangat sulit. Dalam hal ini, dewan direktur menjadi sumber pendorong yang berharga untuk membantu mengisi peran tertentu, terutama di tingkat eksekutif.

 

Hal yang Perlu Dipahami Pengusaha di Fase Awal dalam Membangun Mentalitas

Menjalankan bisnis sendiri perlu didukung dengan mental wirausaha. Di antaranya banyaknya generasi muda yang memulai bisnisnya sendiri, masih ada beberapa yang ragu. Umumnya karena mereka tidak yakin bahwa perkembangan usahanya akan berhasil di jalankan. Mentalitas adalah salah satu yang perlu ditata di awal, karena dengan mentalitas yang kuat, seseorang akan mampu fokus terhadap apa yang ingin dicapai ketika berwirausaha.

Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diyakinkan untuk seorang pemula yang hendak meniti karier berwirausaha.

Perubahan adalah hal yang lumrah

Di titik awal berusaha, mungkin apa yang disebut traksi akan terlihat (walaupun sedikit). Kendati demikian harus meyakinkan pada diri sendiri, bahwa ketika bisnis memasuki titik traksi yang baik, bukan berarti harus berhenti menghadirkan formulasi baru. Perubahan adalah hal yang sangat lumrah dalam bisnis. Konsumen selalu menginginkan hal baru yang lebih memudahkan atau memberikan kenyamanan.

Perubahan bisnis ini, dalam arti yang sesungguhnya adalah mencoba memiliki strategi jitu untuk bertahan dalam peta persaingan. Jika seorang pengusaha tidak berani melakukan itu, dipastikan bisnisnya akan tertinggal dan gagal.

Piawai melihat kondisi

Informasi menjadi kunci, kemampuan analisis harus dimiliki bagi setiap penguasa. Hal ini perlu untuk dapat melihat hal-hal apa yang dapat mereka akomodasi dalam bisnis. Dalam artian, tren apa saja yang perlu dielaborasikan dalam bisnis. Kemampuan ini layak dimiliki, agar inovasi produk dan layanan dapat sejalan dengan kebutuhan konsumen yang ada saat ini.

Relevansi informasi sangat dibutuhkan oleh pengusaha saat melihat situasi bisnis, sehingga persaingan tidak menjadikan alasan pengusaha takut bersaing mengelola bisnisnya.

Menyikapi pendanaan awal

Pendanaan awal kadang menjadi kunci akselerasi bisnis di fase awal. Namun demikian harus disikapi dengan baik, salah satunya dengan menjalin sinergi strategis dengan investor. Bukan hanya sebagai penyuntik dana, seharusnya pengusaha turut meminta “lebih” kepada mereka, salah satunya pengetahuan dan bantuan pertimbangan ketika hendak melakukan keputusan yang signifikan.

Kebanggaan mempromosikan bisnis

Setidaknya ketika bisnis dimulai, perkenalkanlah inovasi yang dibuat kepada rekan-rekan di sekitar, kepada kolega dan sebagainya. Yakinkan mereka terhadap produk atau layanan tersebut, jika berhasil mintalah sebuah testimoni. Ini menjadi cara yang paling efisien untuk mengetahui posisi produk atau layanan di mata konsumen.

 

Empat Kiat Mengembangkan Tim Kecil dalam Startup

Kunci dari kesuksesan startup adalah bertumbuh. Baik dari segi layanan, pasar, produk hingga tim. Salah satu pertumbuhan yang luput dari perhatian banyak pengembang startup adalah pertumbuhan tim. Selain dari segi kemampuan teknis tim harus berkembang. Mulai dari tanggung jawab mengoptimalkan kemampuan di dalam tim.

Berikut beberapa tips yang dimanfaatkan untuk menumbuhkan tim.

Evolusi peran co-founder

Co-founder bisa jadi salah satu peranan penting dalam berkembangnya startup. Para co-founder bisa jadi tidak hanya sebagai inisiator ide, tetapi juga eksekutor bahkan operator untuk bisnis di tahap awal. Pergantian atau evolusi peranan co-founder ini sekaligus menandakan ada yang berkembang dari segi tim. Ada tanggung jawab yang mulai ditanggung oleh anggota tim yang lain. Dan peranan co-founder tidak lagi soal teknis, tapi sudah masuk ke ranah manajerial.

Mencari bagian keuangan dan human resource lebih dini

CEO Preply Kirill Bigai dalam sebuah tulisan membagikan pengalamannya mengenai perekrutan bagian keuangan dan human resource. Hal tersebut diakui sebagai strategi yang cukup jitu untuk membangun fondasi keuangan dan proses perekrutan yang lebih baik. Sehingga co-founder bisa memfokuskan diri untuk melakukan hal lain. Seperti mengoptimalkan pemasaran dan mencari pasar baru.

Memperkerjakan yang terbaik

Mencari talenta terbaik adalah hal krusial. Untuk bisa mengoptimalkan perkembangan tim bisnis harus mulai mencari talenta terbaik. Tidak hanya soal teknis atau yang berkaitan dengan keahlian masing-masing, tapi juga mengenai kemampuan berbagi dan berkembang bersama tim. Orang-orang seperti ini nantinya tidak hanya berguna bagi bisnis, tetapi perkembangan orang-orang di dalamnya.

Pendekatan fungsi silang

Masih berkaitan dengan mencari orang-orang dengan kemampuan berbagi, pendekatan seperti ini bisa membudayakan kerja sama tim yang lebih baik. Misalnya, coba sekali waktu gabung antara tim pemasaran dengan tim IT untuk menemukan solusi terbaik untuk kampanye. Dengan orang IT di dalamnya, hal-hal teknis mengenai pemasaran bisa mulai dipetakan dan diselesaikan dengan pendekatan IT. Ini juga bagus untuk menghasilkan kultur teknologi informasi di dalam perusahaan.

Kiat Founder Memastikan Keunggulan Produk dalam Berbisnis

Bersamaan dengan arus perkembangan bisnis digital yang sangat pesat, sebagai pemimpin bisnis tidak hanya harus piawai dalam memikul tanggung jawabnya dalam memimpin. Lebih dari itu, pemimpin bisnis –khususnya di level startup—harus jeli dengan sepak terjang produknya. Inti dari sebuah produk bisnis adalah fungsionalitas, atau tentang apa yang bisa diberikan oleh produk tersebut kepada penggunanya.

Jika melihat dari sepak terjang startup sukses yang saat ini ada di Indonesia, sebut saja GO-JEK atau Tokopedia, mereka memiliki sebuah tandasan fungsionalitas inti dari produk digital yang dikembangkan. Dari situ fitur lain dengan basis produk utama dikembangkan. Contohnya awal mulanya hanya ada GO-RIDE, namun setelah memiliki mitra pengemudi yang cukup, muncul layanan lain, mulai dari GO-FOOD sampai dengan GO-MART, memanfaatkan fungsionalitas mendasar yang dimiliki GO-JEK.

Berbicara tentang fitur pada sebuah produk digital, berikut 3 hal yang dapat menjadi pertimbangan pelaku bisnis startup dalam mengembangkan sebuah produk:

Bangun produk dengan target pengguna yang jelas

Riset menjadi hal yang penting ketika tengah merencanakan sebuah pengembangan produk. Dan riset yang paling utama, ialah tentang pangsa pasar. Sederhananya seperti ini, ketika startup telah memiliki ide untuk membuat produk atau fitur ABC, apakah fungsionalitas tersebut benar-benar akan digunakan? Siapa yang akan menggunakan? Jawabannya harus jelas dan rinci.

Cara memvalidasi yang paling mudah ialah dengan membentuk sebuah Minimum Viable Product (MVP). Yakni sebuah rilis awal sebuah produk untuk segera dihadirkan kepada target pengguna dengan tujuan mendapatkan masukan sekaligus melihat reaksi pengguna akan fitur-fitur yang dikembangkan.

[Baca juga: Seri Pengembangan Produk #3: tentang Minimum Viable Product]

Karakter produk menjadi sebuah kunci ke depannya

Karakter ini tentang sebuah pembeda, karena pada dasarnya sangat jarang produk digital yang benar-benar menjadi produk tunggal di dunia ini. Bahkan sering kali proses pengembangan diawali proses meniru dari inovasi yang sudah ada sebelumnya, dan memberikan pelengkap yang belum ada di produk tersebut. Tidak masalah, karena yang paling penting justru tentang penciptaan sebuah karakter produk. Bisa dikatakan untuk membangun karakter produk ini, effort utama yang diperlukan ialah invasi berkelanjutan.

Seperti Reid Hoffman saat membangun Linkeldn, pada awalnya basis pengembangan utama untuk mengumpulkan data pengguna berdasarkan resume, untuk dilakukan mapping guna kebutuhan bisnis dan analisis. Dengan keahliannya, Linkeldn kini menjadi lebih dari sekedar tempat menampilkan resume online, bahkan menjadi jaringan profesional bagi para pekerja atau pun pencari kerja, termasuk melakukan sosialisasi dan publikasi.

Menetapkan nilai produk

Pada akhirnya produk dikembangkan untuk dapat menjalankan sebuah proses bisnis. Sehingga produk tersebut harus memiliki harga. Terkait penentuan harga bisa dilakukan secara bertahap, mungkin dalam tahap MVP semua masih digratiskan, hingga pada akhirnya basis pengguna sudah sangat besar. Monetisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari pengembangan layanan premium atau memberikan biaya sewa. Hal terpenting dalam penentuan nilai produk, pengguna harus benar-benar memahami terlebih dulu ketertarikan konsumen, jika perlu buat testimoni untuk melihat apakah jika nantinya dimonetisasi produk tersebut tetap masih akan diminati.

 

Pertimbangan Startup Pemula dalam Pendanaan Modal Ventura

Tren pendanaan dalam usaha rintisan menjadi sangat booming saat apa yang disebut dengan startup (digital) berkembang di Indonesia. Sebenarnya bukan saja di Indonesia, tren tersebut juga terjadi secara menyeluruh di Asia Tenggara –mengikuti apa yang sudah ada sebelumnya di barat, khususnya Silicon Valley. Model pendanaan pun semakin beragam, setelah modal ventura, ada juga angel investor, corporate investor, hingga grant khusus yang diberikan oleh pemerintah setempat.

Alasan mendasar untuk startup dalam mengejar pendanaan adalah akselerasi bisnis. Butuh modal tambahan untuk memperkuat anggota tim atau memperlancar pengembangan produk. Namun demikian bagi startup baru kadang perlu mempelajari lebih dalam, apakah sebenarnya startup yang didirikan sudah saatnya mendapatkan pendanaan. Faktanya banyak juga startup pemula atau tahap awal yang sudah didanai akan tetapi berakhir dengan kegagalan –pun dengan di Indonesia.

Khusus untuk pendanaan dari modal ventura, startup tahap awal perlu juga memahami beberapa hal berikut sebelum benar-benar memastikan deal dengan mereka:

Memahami kesepakatan yang akan dijalin

Sudah menjadi rahasia umum, ketika seseorang atau organisasi berinvestasi pada suatu hal, maka ia mengharapkan sebuah pengembalian yang lebih menguntungkan. Ini wajar dalam sebuah bisnis, dan memang demikian jalannya, kerja sama untuk saling menguntungkan. Hal yang perlu diperhatikan di sini lebih ke arah detail untuk setiap kesepakatan yang ditawarkan.

Ketika investasi disuntikkan maka akan ada perhitungan valuasi dan kepemilikan dari bisnis tersebut. Angka-angka itu harus dipahami secara cermat. Termasuk penawaran pembagian keuntungan dari setiap persen investasi yang diberikan. Sehingga bisa dikatakan, dalam proses ini tidak hanya investor yang bertaruh –karena saat startup gagal maka mereka juga yang akan rugi—namun juga startup. Ada baiknya untuk mendapat mentoring sebelum benar-benar mulai fundraising.

Kesuksesan startup adalah yang utama

Sebelum mempertimbangkan pendanaan, penting juga untuk mendiskusikan secara intend bersama anggota tim –khususnya sesama co-founder—tentang apa yang sebenarnya akan dikejar oleh startup bersama bisnisnya. Definisikan dengan pasti milestone yang harus diraih, termasuk alasan mengapa pendanaan tersebut penting.

Pada dasarnya perusahaan modal ventura tidak hanya akan memberikan pendanaan saja, lebih dari itu, mereka akan menawarkan berbagai value added untuk mendorong perkembangan startup itu sendiri. Diskusi tadi penting untuk disampaikan di sini, sehingga bisa saja kompetensi yang belum dimiliki startup untuk meraih sukses, bisa dilengkapi dengan apa yang akan disediakan oleh modal ventura –bisa berupa kesempatan dihubungkan dengan rekanan bisnis atau penempatan ahli dalam board advisory.

Menyiapkan strategi peningkatan secara tepat

Salah satu implikasi dari permodalan bagi startup biasanya terkait likuiditas. Akuisisi atau IPO menjadi pilihan yang sering ditawarkan ketika menjadi well-funded, terlebih oleh modal ventura. Trennya masa pendanaan berkisar 7-10 tahun, tiga tahun pertama akan didedikasikan pada optimasi dana untuk kegiatan operasional dan produksi.

Tujuan pemodal ventura pun pasti ke arah sana, saat startup bisa exit maka akan memberikan keuntungan yang bergelimang, terlebih saat dalam keadaan bertumbuh. Untuk itu strategi peningkatan skala bisnis harus juga diperhitungkan, untuk mengoptimalkan pendanaan modal ventura. Karena ketika exit, yang diuntungkan pun juga founder. Sementara skala bisnis dan pertumbuhannya menjadi ukuran mendasar untuk mencapai sana.