CEO Muda, Perhatikan 5 Hal Ini Saat Menjalankan Startup

Banyak perusahaan digital ternama di dunia awalnya dibangun dari petakan tanah berukuran beberapa meter saja. Sebut saja Apple dan Microsoft. Berkat mimpi dan kerja yang tepat dari tim, kini dua perusahaan tersebut menjadi raksasa. Kisah ini mungkin menjadi trigger bagi Anda untuk melakukan hal yang sama, mengembangkan ide menjadi usaha bisnis raksasa dan mendulang untung.

Sebagai pemimpin startup, Anda perlu memikirkan apa saja hal-hal yang perlu lakukan saat mengembangkan bisnis. Ada apa saja? Berikut rangkumannya seperti dikutip dari laman ini:

Kata “sukses” dan “besar” tidak bisa dipertukarkan dalam bisnis

Jika Anda adalah seorang founder dari perusahaan yang baru memiliki satu produk, tidak ada salahnya untuk memfokuskan seluruh sumber daya ke produk itu saja. Buat produk atau layanan berdasarkan apa yang konsumen inginkan, lalu investasikan waktu dan pikiran untuk membuatnya jadi terbaik dari yang lainnya.

Sebaiknya Anda jangan terlalu cepat mengambil keputusan untuk melakukan diversifikasi bisnis. Memang itu baik untuk menjaga keberlangsungan perusahaan dan nyawa karyawan Anda, namun dengan fokus ke satu arah menjadikan Anda lebih spesial. Terlalu gegabah mendiversifikasi bisnis yang malah akan membuat perusahaan Anda lebih cepat mati dari waktunya.

Pelajari cara membentuk tim kerja yang tepat

Banyak kasus terjadi, pengusaha muda dengan ide brilian merasa perlu memiliki kontrol yang absolut untuk segala aspek di perusahaannya. Sebagai CEO, memang itu adalah bagian dari tanggung jawab Anda untuk memastikan semua bekerja sesuai aspeknya. Meskipun demikian, Anda harus berhati-hati agar tidak ikut mengatur dalam aspek mikronya.

Entah itu perusahaan Anda masih berskala startup atau bukan, Anda perlu sadar perlunya dikelilingi oleh orang-orang yang bisa dipercaya untuk mengatasi segala urusan, sampai hal terkecilnya. Entah Anda harus berurusan dengan COO, CFO, atau manajer dari berbagai level, perlu disadari mereka bekerja untuk membantu meringankan pekerjaan Anda dan menjalankan perusahaan. Biarkan mereka membantu Anda.

Sesekali Anda perlu lakukan review atas kinerja karyawan, periksa kelemahan apa saja yang perlu diperbaiki, dan potensi yang bisa ditingkatkan. Selain itu, Anda juga perlu menempatkan pemimpin dari setiap divisi untuk memastikan pekerjaan dilakukan sesuai jobdesc masing-masing. Sebagai CEO, fokus Anda adalah pengembangan perusahaan lebih besar lagi.

Definisikan dengan jelas jobdesc dan tanggung jawab tiap karyawan

Sebagai bagian dari tim, penting untuk memberi batasan apa saja jobdesc dan tanggung jawab dari tiap karyawan, bagaimana otoritasnya, dan lain-lain. Hal ini tentu saja akan membantu meminimalisir perselisihan kecil antar karyawan, sekaligus mengurangi beban pikiran Anda sendiri.

Belajar dari mentor

Sebagai CEO muda, penting untuk mengenali ada banyak individu yang memiliki lebih banyak pengalaman daripada Anda. Sehingga, penting untuk tumbuh dengan bantuan dari mentor. Anda sebaiknya jangan merasa terancam dengan rekan kerja yang berusia lebih tua dan bijaksana dari Anda. Sebaliknya, gunakan pengalaman mereka untuk menambah eksposur Anda, memperkuat kemampuan dalam menjalankan perusahaan yang sukses.

Percaya diri

Anda harus yakin segala keputusan diambil berdasarkan pertimbangan yang matang dan percaya diri. Karyawan, pemegang saham, dan direksi lainnya akan mencari Anda untuk membimbing mereka, oleh karena itu penting bagi Anda untuk percaya pada kemampuan diri sendiri.

Saran dari pihak luar memang berharga, tapi Anda harus tetap waspada sebab tiada yang tahu apa motif di balik saran tersebut diutarakan. Percaya pada visi Anda dan ikuti dengan passion yang telah membawa Anda ke posisi CEO.

Bagaimana Founder Menyikapi Keragaman dalam Kultur Startup

Sebuah lembaga riset independen Lawless Research baru saja merilis sebuah laporan berjudul “Tech Startups: Diversity & Inclusion”. Melibatkan sekurangnya 700 founder startup sebagai responden, laporan ini banyak mengemukakan fakta unik seputar pendekatan kepemimpinan. Salah satu yang cukup disorot adalah kultur keragaman dalam sebuah habit kepemimpinan. Rata-rata para founder setuju bahwa keragaman penting ditumbuhkan dalam lingkungan tim.

Keragaman yang dimaksud di sini adalah keragaman dalam kaitannya dengan ketenagakerjaan, termasuk di dalamnya keragaman gender, keahlian, latar belakang hingga passion. Dalam ekonomi global yang kompetitif ini diyakini bahwa keragaman tersebut menjadi elemen kunci untuk menghasilkan berbagai macam terobosan baru. Riset ini akan turut mengemukakan bahwa keragaman yang semakin tinggi akan mengantarkan bisnis pada pendapatan yang lebih tinggi, termasuk pencapaian pangsa pasar yang lebih besar, dan yang paling penting retensi karyawan akan menjadi lebih baik.

Hasil penelitian terkait dengan kultur keragaman di startup / Lawless Research
Hasil penelitian terkait dengan kultur keragaman di startup / Lawless Research

Pertanyaan selanjutnya tentu mengerucut pada tujuan yang diharapkan dari keragaman tersebut. Dan masih tentang keyakinan mayoritas para founder yang menjadi responden dalam survei. Pada dasarnya sebagian besar meyakini bahwa keragaman di sebuah tim bisnis akan cenderung memberikan dampak positif ke dalam alur usaha. Namun secara lebih spesifik yang banyak diyakini dan diharapkan dari sebuah keragaman dalam tubuh bisnis adalah munculnya ide kreatif dan inovasi berkat pemikiran dan sudut pandang yang beragam. Millennials dihadapkan pada sebuah era disruption. Penemuan atau pendekatan baru banyak diupayakan untuk menggantikan model tradisional yang sudah berjalan mapan. Dan untuk mewujudkannya inovasi menjadi proses kunci di dalamnya.

Temuan menarik yang ada dalam riset justru hal yang kaitannya dengan peningkatan nilai finansial memiliki persentase yang cukup kecil. Sedangkan strategi penyelesaian masalah menjadi salah satu prioritas yang ingin dicapai. Ini turut mengindikasikan bagaimana pola pikir pemimpin di lanskap startup dalam mengalihkan prioritas. Bisa disimpulkan secara sederhana, kesempurnaan produk atau layanan menjadi fokus di ranking teratas.

Apa yang diharapkan dari sebuah keragaman dalam kultur startup / Lawless Research
Apa yang diharapkan dari sebuah keragaman dalam kultur startup / Lawless Research

Membahas tentang sumber daya manusia (SDM), laporan tersebut turut menyinggung tentang bagaimana seorang founder menghadapi “unconscious bias”, sebuah bias yang disebabkan karena seorang individu yang secara implisit banyak membawa dampak merugikan kepada anggota tim. Sebanyak 92 persen dari para responden mengaku akrab dengan keadaan itu, namun hanya 43 persen yang mengaku mengupayakan untuk mereduksi bias tersebut. Cara paling umum yang ditempuh untuk mengurangi bias adalah melakukan diskusi informal mengenai topik tersebut dan melakukan audit dalam kriteria dan proses perekrutan, termasuk beberapa melakukan training terpadu.

Upaya-upaya yang digalakkan untuk menelurkan keragaman kultur startup / Lawless Research
Upaya-upaya yang digalakkan untuk menelurkan keragaman kultur startup / Lawless Research

Beberapa founder juga melakukan tindakan strategis dari dini untuk membentuk sebuah keragaman di dalam kultur kerja startup masing-masing. Umumnya ada tiga hal yang ditekankan untuk meningkatkan keragaman tersebut, yakni melalui proses seleksi, proses pelatihan dan penawaran benefit bagi si pekerja. Startup yang memiliki keragaman lebih pada tim teknis lebih banyak membakukan policy proses perekrutan, termasuk wawancara.

Untuk membentuk keanekaragaman (terutama dari sisi kepemimpinan), umumnya diadakan pelatihan khusus pengembangan profesi dan juga program mentoring yang memfokuskan pada penanaman prinsip-prinsip kepemimpinan.

6 Tips Gaya Kepemimpinan Startup

Rupanya apa yang Anda pelajari di universitas ternama, seperti Harvard, belum tentu tepat bila diaplikasikan saat memimpin suatu startup. Anda perlu menyesuaikannya sesuai dengan lingkungan kerja. Dengan narasumber CEO Color Me Leah Ashley dan Profesor Babson College Allan Cohen yang merupakan alumni MBA dan DBA Harvard, berikut ini enam tips gaya kepemimpinan yang bisa diterapkan untuk startup Anda:

1. Lebih mementingkan ide baru untuk peningkatan pelayanan ke konsumen daripada sibuk berkompetisi

Pemimpin seharusnya memberi inspirasi ke rekan-rekannya. Namun, apa yang Ashley lakukan ketika memberi inspirasi ke rekan-rekannya dikarenakan sumber inspirasinya datang dari konsumen.

Menurut Ashley, dia membiarkan dirinya dipimpin oleh konsumen, lewat grup, survei, dan masukan. Dari situ, dia menyampaikan ke rekan kerjanya. “Konsumen ingin kita untuk membuat mereka merasa yakin dapat menggunakan make up Color Me, bisa lebih meringkas waktu, membuat mereka lebih cantik, dan bisa bertahan lama,” ujar dia.

Di sisi lain, Allen Cohen mengatakan ada hal yang lebih luas dan bisa ditangkap dari konsumen. Menurut dia, inspirasi dari konsumen perlu disusun berdasarkan tingkat kepentingannya, cocok atau tidak dengan kebutuhan pasar, lalu bagaimana kemampuan perusahaan untuk mengeksekusinya.

Dia membenarkan pernyataan ide yang baik tidak akan berarti apa-apa bila tidak bisa dieksekusi. Namun, hal ini justru terlihat meremehkan. Kesimpulan yang Ashley ambil, seolah-olah bisa dieksekusi. Hal ini cukup baik tapi belum tentu mudah digeneralisasikan.

2. Visi bagus, tapi hasil lebih penting

Pemimpin itu harus memiliki visi. Tapi visi akan jadi berlebihan bila 99% keberhasilan harus dilakukan dengan kedisplinan. Ashley mengatakan banyak orang yang mengatakan pemimpin harus berpikir visioner. Tapi, itu semua tentang hasil dan bagaimana eksekusinya.

Apa yang Ashley lakukan untuk mencapai hasil yang diinginkan yakni dengan fokus pada angka, mulai dari berapa jumlah wanita yang memakai makeup, berapa banyak titik distribusi untuk pemasaran produk, butuh dana berapa untuk merancang dan mendistribusikan produk baru, dan seberapa besar skala bisnis yang dibutuhkan untuk capai seluruh hal tersebut.

3. Low tech mungkin baik dari high tech

Belum tentu bisnis yang berteknologi tinggi pasti sukses karena menyasar orang-orang yang memiliki mobilitas tinggi dan selalu menggenggam smartphone kemanapun mereka berada. Ashley memegang prinsip bahwa komunikasi terbaik itu harus tatap muka.

Kini sudah banyak sekali alat-alat berteknologi tinggi yang memungkinkan proses tatap muka, tapi belum tentu teknologi lainnya bisa membantu. Menurut dia, email sekalipun sangat mudah diabaikan apabila di inbox banyak email yang terbaca.

“Komunikasi langsung adalah yang terbaik. Co-founder kami selalu berada di jalan, dan saya merasa terbaik ketika menghubungi orang lewat Skype atau Facetime.”

4. Mendengar lebih baik dari berbicara

Harvard mengajarkan ilmu ini. Konsep ini memiliki ide advokasi dan penyelidikan, menyiratkan bahwa seorang pemimpin harus terlibat langsung dan mengajukan pertanyaan demi memastikan orang membeli produk itu.

Ashley belajar lebih dari proses mendengar. “Saya menanyakan ke rekan kerja dan mendengarkan apa yang mereka ucapkan dan tidak diucapkan.”

5. Anda tidak bisa melakukan semuanya sendiri

Dalam HBS, membangun tim startup adalah hal yang diajarkan di sekolah. Kuncinya Anda mencari tahu semua keterampilan yang dibutuhkan dalam perusahaan startup untuk menjadi sukses dan memastikan tim founder unggul di dalamnya.

Untuk Color Me, keterampilan yang utama adalah inovasi produk dan mengelola operasional. “Saya dan Eric saling melengkapi satu sama lain. Sebagai makeup professional, Eric mengerti apa yang wanita inginkan dalam aplikasi makeup dan mengembangkan cara terbaik untuk melakukannya. Saya memiliki kemampuan membentuk kemitraan dan mengelola operasi bisnis.”

6. Kepemimpinan akan lebih kompleks seiring tumbuhnya startup

Bagi Ashley, hal ini mengenai bagaimana cara orang memperlakukan dan diperlakukan orang lain. Dia memperlakukan timnya dengan penuh hormat. Sebab dia menyadari bakat dan prestasi mereka. “Saya pun berterima kasih kepada mereka karena hal itu.”

Cohen mengantisipasi gaya kepemimpinan Ashley seiring dengan berkembangnya bisnis ColorMe. Menurut dia, dalam fase awal startup komunikasinya lebih banyak dilakukan dengan tatap muka dan di dalam ruangan kecil. Namun, dalam organisasi yang besar komunikasi sangat mudah terdistorsi, grup mulai menjadi terpencar karena perbedaan tujuan dan agenda, kemudian orang akan kehilangan visi dan strategi.

Seni Memperkuat Aura Kepemimpinan

“Richard is great, but you know…”. Begitu kata teman-teman sekaligus rekan kerja Richard Hendricks di Pied Piper tentang dirinya. Sebagai pendiri perusahaan teknologi itu, Richard dihormati dan diakui skill-nya oleh semua teman-teman, tetapi lambat laun dia mulai mengesalkan teman-temannya karena gagal untuk mengelola perusahaan dengan benar, yang berakibat pencopotan jabatannya sebagai CEO.

Itu adalah cuplikan serial Silicon Valley musim ketiga, yang dimulai dengan masalah klasik dalam sebuah perusahaan atau organisasi mana pun. Perusahaan membutuhkan kehadiran seseorang dengan aura pemimpin sekaligus keterampilan kepimpinan yang kuat.

Sebenarnya, apa yang dimaksud sebagai aura kepemimpinan? Banyak orang yang bilang aura kepemimpinan adalah hal yang abstrak, tidak bisa dijelaskan, tetapi kita bisa tahu ketika kita melihatnya.

Faktanya tidak selalu demikian. Aura kepemimpinan bisa dijelaskan, yang secara umum adalah kombinasi dari kualitas personal, interpersonal dan kecerdasan emosional, yang berpadu secara tepat dalam diri seseorang. Hasilnya akan terlihat dalam performa kerja Anda, apa yang dirasakan oleh orang lain saat berhubungan dengan Anda, serta seberapa efektif Anda berkomunikasi baik secara verbal maupun non-verbal. Semuanya membuat rekan, klien, atau orang yang pernah bekerja dengan Anda merasakan faktor ‘Wow’.

Perlu diketahui juga, aura kepemimpinan tak ada hubungannya dengan busana mahal yang Anda kenakan, gelar, atau bahkan sering kali tidak ada hubungannya hasil kerja Anda yang secara teknis dan skill selalu gemilang.

Untuk bisa mempertegas dan memperkuat aura kepemimpinan Anda, supaya semua orang bisa melihat dan merasakannya, aura kepemimpinan perlu ditebarkan.

Sebagai pemimpin (atau calon pemimpin) Anda akan terus-menerus dievaluasi seberapa baik Anda menampilkan rasa percaya diri, ketenangan, kredibilitas, koneksi, dan karisma.

Nah, berikut ada beberapa strategi sederhana tetapi efektif untuk memperkuat dan mempertegas aura kepemimpinan Anda.

1. Percaya diri 2.0

Orang yang percaya diri (baik pria maupun wanita) dapat dengan mudah memotivasi orang, meyakinkan, dan membuat mereka bersedia untuk mengambil risiko.

Permasalahannya, bahkan orang yang paling percaya diri pun sangat mungkin tergelincir untuk menderita krisis keraguan diri. Di sinilah pentingnya memiliki sebuah strategi pribadi.

Salah satu kunci untuk menampilkan rasa percaya diri adalah dengan mengubah postur fisik Anda. Dengan cara berdiri tegak, bahu terbuka lebar, dan dagu terangkat. Kita dapat mengenali seseorang berwibawa atau tidak, salah satunya dengan cara melihat seseorang memasuki ruangan untuk pertama kalinya, karena otak kita akan menilai kekuasaan seseorang berdasarkan ruang yang diambilnya saat ia berjalan.

Strategi lain yang sama efektif adalah mengingat pengalaman terbaik Anda. Terutama pada saat Anda butuh terlihat percaya diri atau sedang dalam upaya meyakinkan seseorang. Penelitian menunjukkan bahwa bahkan berpikir tentang saat-saat Anda merasa menarik secara fisik atau intelektual, dapat meningkatkan tingkat kepercayaan diri.

2. Tampil elegan dengan kemampuan bersikap tenang

Mantra yang paling baik untuk dapat tampil tenang dan selalu bisa mengendalikan diri dalam situasi yang tidak nyaman, adalah dengan memahami reaksi orang lain.

Bila kita merasa lawan bicara atau peserta rapat menunjukkan rasa tidak senang atau tidak tertarik lewat bahasa tubuh mereka, entah itu investor saat pitching, juri, atau bahkan klien potensial, otomatis dapat memicu berbagai perasaan yang tidak diinginkan. Seperti kecemasan, keraguan diri, dan ketidaknyamanan.

Hal tersebut cukup memicu stres yang mengakibatkan respon limbic otak untuk berada dalam mode ketakutan, reaksinya adalah mengirim sinyal tubuh untuk lari. Dan karena Anda tak bisa lari, hal ini akan memengaruhi bahasa tubuh Anda yang tidak bisa tenang, berkeringat, serta suara yang terpotong-potong akibat napas tak teratur.

Wawasan yang perlu diketahui tentang reaksi orang lain dapat dipetik dari Don Miguel Ruiz dalam bukunya The Four Agreements: A Practical Guide to Personal Freedom (A Toltec Wisdom Book):

“Apa yang orang lain katakan dan lakukan adalah proyeksi dari realitas mereka sendiri, mimpi mereka sendiri. Bila Anda kebal terhadap pendapat dan tindakan orang lain, Anda tidak akan menjadi korban dari penderitaan yang tidak perlu. “

3. Membangun kredibilitas dengan mengucapkan kata-kata yang tepat

Kredibilitas adalah tentang bagaimana Anda berkomunikasi dan tentang bahasa tubuh yang selaras dengan pesan verbal, berkata jujur, bersikap empati, dan efektivitas kata-kata. Selain itu, ternyata pemilihan kata-kata tertentu bisa efektif untuk mendongkrak kredibilitas.

Sebuah studi di Harvard membuktikan hal itu. Studi ini meminta subyek untuk menyela antrian fotokopi, situasinya sudah ada lima orang yang mengantri. Subyek pertama menggunakan kalimat biasa, seperti: “Mohon maaf, bolehkah saya menggunakan mesin fotokopi duluan?”. Hasilnya memiliki tingkat keberhasilan 60 persen.

Namun, ketika subyek lain menggunakan kalimat yang disertai alasan kuat, seperti: “Mohon maaf, bolehkah saya menggunakan mesin fotokopi duluan, karena ini mendesak?”. Tingkat keberhasilannya naik hingga 94 persen.

4. Ganti fokus Anda dalam menjalin relasi

Modal sosial adalah keuntungan yang ada karena hubungan sosial Anda. Modal sosial tercipta akibat dari hubungan yang Anda miliki dengan orang lain. Ini adalah komoditas yang berharga dalam bisnis saat ini.

Hal ini bisa dimulai dengan perubahan sikap: menjalin hubungan bukan tentang mempromosikan diri sendiri atau mendapatkan bisnis baru. Ini tentang menciptakan atau memperdalam hubungan profesional.

Coba lakukan hal ini di acara networking berikutnya: Masuk dalam setiap percakapan dengan tujuan menemukan sesuatu yang dapat Anda lakukan untuk orang lain. Saat Anda mengambil fokus dari mempromosikan diri sendiri dan meletakkannya pada membantu orang lain, Anda secara dramatis meningkatkan kemampuan Anda untuk terhubung secara professional dengan orang lain.

5. Bahasa tubuh yang tepat

Orang-orang yang pernah bertemu dan berbincang dengan Anda,  tidak akan selalu ingat yang Anda katakan, tetapi mereka tidak akan pernah lupa bagaimana perasaan mereka saat bertemu Anda. Reaksi emosional yang bisa Anda berikan terhadap orang lain, lebih berkesan dibanding kata-kata Anda.

Perjalanan karier saya dari dulu hingga saat ini mengharuskan saya untuk bertemu, duduk, dan mewawancarai orang-orang sukses dari berbagai industri. Tidak melulu yang berkecimpung di dunia teknologi dan tidak semuanya berusia muda, ada beberapa di antara mereka yang saya temui sudah berusia sangat matang.

Meski saya telah diajari sebagai jurnalis, bahwa ketika saya bertemu dengan orang penting (sukses, berkedudukan tinggi, terserah apa saja sebutan lainnya), harus ingat bahwa posisi antara saya dan dia adalah sejajar.

Ada perbedaan ketika bertemu seseorang yang sukses dan sangat hebat di bidangnya dengan saat bertemu seorang pemimpin yang karismatik. Saat bertemu golongan yang pertama, saya merasa bahwa orang ini benar-benar hebat dan patut dikagumi karena prestasinya. Tetapi saat bertemu dengan seorang pemimpin karismatik, yang saya rasakan justru adalah saya yang merasa hebat, percaya diri, dan berprestasi.

Perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan bahasa tubuh. Golongan yang pertama mayoritas mempunyai bahasa tubuh yang menimbulkan kesan percaya diri, kuat, dan prestisius. Sedangkan golongan kedua mempunyai bahasa tubuh yang memancarkan karisma, hangat, serta terbuka.

Lalu, bagaimana supaya bisa punya bahasa tubuh yang bisa secara kuat mempengaruhi orang lain itu? Di antaranya termasuk kontak mata, senyum dan postur terbuka — kaki tidak disilang, lengan tidak bersedekap, telapak tangan terbuka atau diletakkan dengan nyaman di meja.

Cara Terbaik Pemimpin Perempuan Menjadi Mentor atau Role Model

Percaya diri, motivasi tinggi serta kemampuan untuk bertahan, ternyata belum cukup untuk bisa membantu untuk meningkatkan karier dan eksistensi perempuan muda sebagai seorang entrepreneur atau profesional. Diperlukan cara yang lebih fokus dan bersifat repetitif, agar bisa membantu karier para perempuan muda untuk bisa tampil menawarkan kemampuan yang ada.

Artikel berikut ini akan membahas beberapa poin yang ternyata diperlukan untuk Anda profesional perempuan, yang saat ini tengah mencari jalan serta arah yang tepat untuk menjalankan bisnis dan meningkatkan karier.

Di lain pihak, bagi Anda entrepreneur perempuan yang sudah mapan, memiliki posisi yang cukup krusial untuk kemajuan para calon entrepreneur perempuan bisa menjadi role-model atau mentor, seperti yang ditulis oleh Perry Yeatman, seorang entrepreneur perempuan yang juga menjabat sebagai CEO of Perry Yeatman Global Partners.

Role-model

Jika saat ini Anda sebagai entrepreneur perempuan sudah memiliki cukup pengalaman dan terbukti sukses menjalankan bisnis dan mendapatkan penghasilan yang stabil, sudah saatnya untuk memposisikan diri Anda menjadi seorang mentor atau role-model. Cara sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan membantu para calon entrepreneur perempuan dengan memberikan arahan, gambaran dan pandangan yang cukup luas terkait mendapatkan karier yang sukses dan bertahan lama.

Dalam hal ini Perry Yeatman dari Global Partners selalu memberikan dukungan berupa rencana serta kemungkinan yang bisa didapatkan oleh para perempuan jika ingin sukses meniti karier, apakah itu seorang ibu muda atau perempuan yang masih single, semua bisa dilakukan untuk bisa mencapai tujuan akhir yaitu menjadi seorang CEO.

Mengklarifikasi ambisi

Hal selanjutnya yang bisa dilakukan oleh Anda selaku mentor atau role-model adalah mengklarifikasi ambisi jangka waktu yang ingin dicapai dan minat yang dipilih. Atur waktu khusus untuk bisa mendengarkan dan mengurai semua keinginan yang ada dan berikan arahan yang tepat dan jelas kepada mereka. Hal yang tidak kalah penting adalah untuk menekankan kepada mereka bahwa semua kegiatan dan negosiasi yang dilakukan harus sepenuhnya memberikan keuntungan yang adil untuk bisnis yang dijalankan dan tentunya apa yang diinginkan oleh perusahaan.

Coaching, mentoring dan sponsoring

Masing-masing kegiatan ini memiliki peranan penting dan wajib untuk diterapkan kepada calon entrepreneur dan profesional perempuan, namun sebelumnya Anda sebagai mentor atau role-model harus memastikan terlebih dahulu posisi saat ini, apakah Anda saat ini atasan dari mereka, rekan kerja, kenalan dari kerabat dan teman. Dari sini kemudian mulai lakukan pendekatan yang sesuai, berikan dukungan, motivasi dan konsultasi yang tepat untuk mereka. Agar bisa memonitor penting untuk Anda menjadi pendengar yang baik, memperhatikan dan memberikan masukan serta kritikan yang jujur demi kemajuan bisnis dan karier mereka.

Pada dasarnya semua perempuan muda yang tertarik untuk terjun sebagai entreprenur atau berkarier secara profesional bersedia untuk bekerja keras, namun demikian tanpa adanya dukungan dan motivasi, upaya mereka akan menjadi lebih berat dan sulit untuk bergerak maju. Di sinilah peranan Anda sebagai mentor atau role-model bisa membantu dan memuluskan keingin para calon entrepreneur dan profesional perempuan.

Pelajaran Kepemimpinan dari CEO Muda Lonely Planet Daniel Houghton

Ilustrasi Kepemimpinan dalam Bisnis / Shutterstock

CEO LonelyPlanet Daniel Houghton dua tahun lalu menjadi buah bibir setelah diangkat sebagai pemimpin situs travel ikonik Lonely Planet pada usianya yang masih 24 tahun. Ia menjadi CEO perusahaan yang sudah berusia 40 tahun itu ketika NC2 membelinya dari BBC Worldwide pada tahun 2013. Sebagai seorang pemimpin muda, Houghton memiliki strategi kepemimpinan tersendiri untuk menyegarkan perusahaan sekaligus belajar dari tim yang dipimpinnya.

Continue reading Pelajaran Kepemimpinan dari CEO Muda Lonely Planet Daniel Houghton