Rencana Ekspansi Regional Style Theory Usai Kantongi Pendanaan Seri B

Diluncurkan pada 2016 di Singapura oleh Raena Lim dan Chris Halim, platform penyewaan produk fesyen, Style Theory, hadir menawarkan opsi penyewaan lebih dari 50 ribu koleksi busana yang dapat diakses melalui aplikasi. Perusahaan mengakuisisi pengguna berdasarkan langganan bulanan dan resmi hadir di Indonesia sejak tahun 2017 lalu.

Kepada DailySocial, CEO Chris Halim mengungkapkan, Style Theory diciptakan berdasarkan pengalaman rekan-rekan mereka yang kesulitan mencari busana yang ideal untuk berbagai kesempatan. Perusahaan ingin mengurangi konsumsi busana (dalam bentuk pembelian) di kalangan masyarakat, yang diharapkan pada akhirnya berpengaruh ke lingkungan.

“Style Theory ingin menghadirkan solusi kepada semua dengan pilihan busana sewaan yang beragam. Kami juga ingin membantu perempuan yang memiliki kecintaan tersendiri terhadap fesyen. Kami menawarkan produk pilihan dari berbagai pengguna. Dengan konsep penyewaan, pengguna bisa menghemat pengeluaran mereka hingga 10 kali lipat.”

Untuk mengonsumsi layanan tanpa batas, konsumen membayar biaya bulanan Rp590 ribu. Selain layanan berlangganan, Style Theory juga memiliki model biaya on-demand dengan pelanggan membayar biaya sewa satu pakaian tanpa perlu berlangganan. Konsep penyewaan yang berkelanjutan menjadi prioritas strategi monetisasi Style Theory.

Saat ini Style Theory telah memiliki lebih dari 13 ribu pengguna yang tersebar di Indonesia, Singapura, hingga Hong Kong. Perusahaan juga memiliki lebih dari 2.000 tas desainer (eksklusif untuk pasar Singapura) dengan basis lebih dari 200.000 pengguna.

Rencana setelah pendanaan

Awal bulan Desember lalu Style Theory mengantongi pendanaan putaran Seri B yang dipimpin SoftBank Ventures Asia. Turut berpartisipasi investor baru The Paradise Group dan investor terdahulu Alpha JWC Ventures. Total investasi yang diperoleh mencapai $15 Juta (lebih dari 209 miliar Rupiah).

Dana segar tersebut akan digunakan perusahaan untuk melanjutkan ekspansi Style Theory di skala regional tahun depan, meningkatkan kualitas platform teknologi, dan memperluas daftar inventori.

Fokus lain perusahaan adalah menambah kategori, termasuk tas, untuk meningkatkan pengalaman pengguna, terutama di Singapura dan Indonesia.

“Kami ingin mengubah cara orang mengkonsumsi fesyen dengan penuh perhatian dan bertanggung jawab. Kami ingin mempromosikan gaya hidup berkelanjutan secara finansial dan tidak boros. Kami ingin pelanggan kami menjadi advokat sendiri ketika mereka melihat peningkatan dalam pola konsumsi mereka, dengan demikian bisa tercipta komunitas pecinta fesyen untuk mereka yang menyukai fesyen,” tutup Chris.

Application Information Will Show Up Here

Club Alacarte Berencana Rambah Kategori Hotel

Memasuki akhir tahun 2019, platform gaya hidup berbasis keanggotaan Club Alacarte berencana untuk merambah kategori hotel. Kepada DailySocial, Co-Founder dan CEO Club Alacarte Ferdinand Sutanto menyebutkan, di tahun 2019 ini, sudah banyak aktivasi yang dilakukan untuk terus mengedukasi target pasar. Peluncuran kategori baru diharapkan bisa menambah konsumen Club Alacarte.

“Kami merilis kategori hotel ini dengan tujuan memberikan lebih banyak penawaran kepada anggota kami. Kami melihat bahwa salah satu tren lifestyle saat ini adalah traveling dan hotel merupakan kebutuhan utama saat bepergian di dalam maupun luar kota.”

Nantinya anggota Club Alacarte akan mendapatkan referensi hotel yang berkualitas setelah melalui proses kurasi yang ketat. Perusahaan akan memberi penawaran Beli-1-Gratis-1 Malam dan Diskon 30% di hotel mitra. Tidak disebutkan kapan ketersediaan kategori ini di dalam aplikasi.

“Dengan adanya penambahan penawaran baru kepada anggota Club Alacarte dengan value yang cukup tinggi, kami berharap membership kami dapat menjadi lebih kompetitif dibandingkan produk-produk lainnya di pasaran,” kata Ferdinand.

Pertumbuhan jumlah merchant dan anggota

Club Alacarte mengklaim telah memiliki lebih dari 500 mitra di kategori Dining (restoran), Lifestyle, dan Retail. Untuk active user, Club Alacarte sudah memiliki sekitar 50.000 active user, tumbuh lebih dari 200% dibandingkan tahun sebelumnya.

“Dari sisi akuisisi, kami juga terus bekerja untuk menambahkan mitra kerja sama kami setiap bulannya. Sebagai contoh, berbagai merchant yang cukup terkenal di kalangan penduduk Jakarta seperti Steak Hotel by Holycow, Pepper Lunch, Sailendra Restaurant JW Mariott, BLP Beauty, dan The Ritz Carlton Spa telah kami tambahkan di kuartal kedua 2019 ini.” kata Ferdinand.

Layanan yang paling banyak digunakan di Club Alacarte adalah kategori Dining. Khusus di kategori Lifestyle, layanan yang sangat diminati mencakup penawaran-penawaran Beauty dan Fitness.

“Dari sisi demografi kami mencatat pengguna Club Alacarte mayoritas adalah perempuan. Karena produk kami merupakan membership berbasis aplikasi, demografi usia member kami berkisar dari 19 sampai 35 tahun,” kata Ferdinand.

Selain meluncurkan kategori hotel dalam waktu dekat, ada beberapa target yang ingin dicapai perusahaan. Dengan teknologi yang dimiliki, Club Alacarte berusaha membantu pelaku bisnis offline dalam menghadapi pergeseran pola perilaku konsumen yang menjadi serba online. Tentang penggalangan dana baru, Ferdinand menegaskan pihaknya masih belum memiliki rencana tersebut dalam waktu dekat.

“Kami sudah melakukan satu putaran pendanaan di akhir tahun lalu. Oleh karena itu fokus kami saat ini adalah untuk terus mengembangkan produk kami lebih dalam dan melakukan lebih banyak akuisisi member baru,” tutup Ferdinand.

Application Information Will Show Up Here

Doogether Announces Seed Funding Led by Gobi Agung

The platform for fitness center booking Doogether announces seed funding led by Gobi Agung, supported by Everhaus, Prasetia Dwidharma, and Cana Asia at undisclosed value. Previously, the company has received funding from some investors including Erick Thohir (Head of MAHAKA Group) and Alexander Rusli (Former CEO of Indosat Ooredoo and Founder of Digiasia Bios).

DOOgether will use the fresh funding to achieve three main objectives, expanding network of fitness classes, developing app, and recruiting talents.

In the official release, Gobi Agung’s Venture Partner, Arya Masagung said, “If we do reflect to the world trend, when a country is getting through modernization and economy growth, the healthy lifestyle will be one of the most developing sectors.”

In Indonesia, practically, there is no local competitor with the same market as Doogether. The closest one is ClassPass which has acquired the regional player, Guava Pass, last year.

Aside from Jabodetabek, Doogether is now available in Bandung and Bali with total user reaching 20 thousand.

“As a special app for Indonesia’s population, Doogether ensures to provide a platform that is perfectly match our consumer’s demand,” Doogether’s CEO, Fauzan Gani said.

Three year business operation

Entering the third year, Doogether claims a rapid growth with validated market. The company is said to have grown 200% in a year.

To DailySocial, Gani explained, “This product was made organic with 200% year-to-year growth. Imagine if we had investors and to spend in marketing, how much we’ll grow.”

In terms of product, Doogether has vision to get to know user by giving various options. The latest is Dooaccess, to allow basic user to enjoy the service with only Rp100 thousand per month.

Currently, the platform with a campaign “Olahraga Tanpa Batas” has partnered up with venues from all kinds of sports, such as football, basketball, athletic, wall climbing, and gym. There are more than 200 locations, offering 19 thousand classes for those who want to have long-term investment in their body.

Tightening position in the industry

In 2016, there are 25 fitness center in Jakarta, and now 100, only in the Southern. Starts from there, Doogether intends to change how the business work by providing SaaS (System as a Service) to facilitate them in getting user’s data.

“We’ll expand the network and gather at least 500 fitness center, and develop the platform to be the biggest healthy lifestyle community in Indonesia,” he added.

In an effort to acquire user, the company also formed up with some players in the ecosystem, such as F&B for additional value when booking through the app. It also impactful to boost up the fitness center popularity and create opportunity for collaboration with other parties.

Helmy Rianda, Doogether’s COO said, “We’re in a collaboration process for employee benefit for companies. Therefore, we’re available not only for those who want to workout,also for companies to concern more on the current health campaign.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Doogether Umumkan Perolehan Dana Awal, Dipimpin Gobi Agung

Platform pemesanan pusat kebugaran Doogether mengumumkan perolehan dana awal yang dipimpin Gobi Agung dan didukung Everhaus, Prasetia Dwidharma, dan Cana Asia dalam jumlah yang tidak disebutkan. Sebelumnya, perusahaan telah mendapatkan pendanaan dari sejumlah investor, seperti Erick Thohir (Pemimpin MAHAKA Group) dan Alexander Rusli (Mantan CEO Indosat Ooredoo dan Founder Digiasia Bios).

DOOgether akan memfokuskan dana segar ini untuk mencapai tiga tujuan utama, yakni memperluas jaringan kelas olahraga, mengembangkan aplikasi, dan merekrut talenta profesional.

Dalam keterangan resminya, Venture Partner Gobi Agung Arya Masagung menyatakan “Jika berkaca pada tren dunia, ketika sebuah negara melalui masa modernisasi dan kemajuan ekonomi, gaya hidup sehat dan bugar akan menjadi salah satu sektor terbesar yang ikut tumbuh.”

Di Indonesia praktis tidak ada pesaing lokal yang memiliki pangsa pasar serupa Doogether. Satu-satunya pesaing terdekat adalah ClassPass yang baru saja mengakuisisi pemain regional Guava Pass awal tahun ini.

Selain Jabodetabek, Doogether kini juga telah hadir di Bandung dan Bali, dengan total pengguna mencapai 20 ribu.

“Sebagai aplikasi yang secara khusus hadir untuk masyarakat Indonesia, Doogether yakin dapat menghadirkan platform yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan konsumen kami,” ujar CEO Doogether Fauzan Gani.

Pencapaian selama tiga tahun

Memasuki tahun ketiga, Doogether mengklaim perkembangan pesat dengan pangsa pasar yang sudah tervalidasi. Perusahaan menyatakan telah mencapai pertumbuhan 200% dalam setahun.

Kepada DailySocial, Fauzan mengatakan, “Produk ini kita buat semua organik dengan year-to-year growth 200%. Bayangkan kalau ada yang invest dan kita bisa spend di marketing, seberapa besar kita akan tumbuh.”

Secara produk, Doogether memiliki visi lebih memahami user dengan memberikan pilihan untuk berbagai varian level. Produk terbaru yang diluncurkan adalah Dooaccess, memudahkan pengguna pemula mencoba layanan ini dengan biaya Rp100 ribu tiap bulan.

Saat ini, platform yang mengangkat semangat “Olahraga Tanpa Batas” ini telah bekerja sama dengan banyak venue dari berbagai bidang olahraga, seperti sepak bola, bola basket, lari, wall climbing, dan tempat gym. Terdapat lebih dari 200 tempat olahraga yang menawarkan sekitar 19 ribu kelas bagi para pengguna yang ingin berinvestasi jangka panjang pada tubuh mereka.

Memperkuat posisi di industri

Di tahun 2016, tempat olahraga di Jakarta hanya ada 25, sekarang sudah berkembang menjadi 100 lokasi di Jakarta Selatan saja. Berangkat dari situ, Doogether ingin mengubah cara kerja bisnis di tempat-tempat olahraga tersebut dengan menawarkan layanan SaaS (System as a Service) agar mereka bisa mendapatkan data dari setiap pengguna yang datang.

“Kami akan memperluas jaringan dan menggandeng setidaknya 500 tempat olahraga serta melakukan pengembangan pada platform untuk menjadi biggest healthy lifestyle community di Indonesia,” ungkap Fauzan.

Dalam upaya menggaet user, perusahaan juga bekerja sama dengan sejumlah pemain di dalam ekosistem, contohnya industri F&B untuk memberikan nilai tambah pada saat pengguna memesan tempat melalui aplikasi. Hal ini juga berdampak dalam memaksimalkan profit tempat olahraga dan membuka peluang banyak pihak untuk ikut berkolaborasi.

Di tahun 2019 ini, DOOgether mengaku akan fokus untuk membangun pilar-pilar ekosistem mereka, tidak hanya di tempat olahraga. Selain itu, mereka mulai menyasar perusahaan-perusahaan yang kian peduli dengan gaya hidup karyawannya, salah satunya menganjurkan berolahraga dengan menginstalasi aplikasi pemesanan tempat olahraga.

COO Doogether Helmy Rianda menegaskan, “Kita sedang dalam proses kolaborasi untuk employee benefit di perusahaan. Jadi, kami hadir bukan hanya untuk orang-orang yang ingin berolahraga, juga untuk perusahaan bisa lebih peduli dengan kampanye kesehatan yang ada saat ini.”

Application Information Will Show Up Here

Giladiskon Luncurkan Layanan Berlangganan dan “Referral Program”

Bertujuan untuk mengakuisisi lebih banyak pengguna dan brand, platform gaya hidup Giladiskon, meluncurkan layanan berlangganan khusus untuk anggota Giladiskon bernama GD+ (Giladiskon Plus). Platform yang mengklaim sebagai komunitas pecinta diskon terbesar di Indonesia ini hadir di situs, aplikasi, dan media sosial (khususnya Instagram) dengan jumlah pengikut yang cukup besar.

Kepada DailySocial, CEO Giladiskon Fandy Santoso mengungkapkan, peluncuran subscription plan menyesuaikan tren dan kebiasaan masyarakat di ibukota yang sudah mulai terbiasa memanfaatkan layanan Go-Food, GrabFood, hingga Zomato Gold.

“Sebelumnya kita hanya mengeluarkan voucher dalam bentuk satuan saja. Namun setelah Zomato merilis Zomato Gold dan mengklaim mendapatkan jumlah anggota yang cukup besar dari layanan berlangganan tersebut, akhirnya memberikan motivasi bagi kami untuk juga meluncurkan layanan serupa namun menyasar segmen pasar yang berbeda.”

Dengan hanya Rp100 ribu / per tahun, anggota Giladiskon bisa menikmati penawaran diskon di fast food chain seperti KFC, Pizza Hut, atau Mcdonald’s. Juga penawaran di sejumlah supermarket di Indonesia.

“Meskipun baru diluncurkan, saat ini sudah ada 30 brand fast food chain yang bergabung dengan Giladiskon. Sementara supermarket yang juga sudah resmi bergabung di antaranya adalah Giant, Lotte Mart, dan Carrefour,” kata Fandy.

Referral program

Selain meluncurkan layanan berlangganan, Giladiskon juga berencana meluncurkan referral program untuk anggota. Bakal ada keuntungan lebih bagi mereka yang berhasil mengajak anggota baru untuk bergabung. Program referral ini rencananya akan diluncurkan akhir bulan April 2019.

“Misalnya mereka bisa mengajak 10 orang saja penghasilan tambahan hingga Rp500 ribu bisa mereka kantongi dengan mudah. Cara ini yang hampir mirip dengan agen. Tentunya bisa menjadi penghasilan tambahan bagi ibu-ibu rumah tangga atau kalangan lainnya yang tertarik,” kata Fandy.

Saat ini brand secara gratis bisa berpromosi dan memberikan penawaran terbaik ke anggota Giladiskon. Tidak menutup kemungkinan, jika nantinya pertumbuhan program ini positif, paid membership untuk brand bisa diterapkan.

Tidak melulu soal promosi, brand bisa melakukan targeted campaign yang diklaim dampaknya lebih efektif.

“Saat ini saja jika brand tersebut ingin mengumpulkan survei atau feedback langsung yang bersifat organik dari pelanggan, bisa memanfaatkan platform Giladiskon. Selain lebih real sifatnya, brand juga bisa secara langsung mendapatkan feedback tersebut dari pelanggan,” kata Fandy.

Belum galang dana eksternal

Giladiskon, yang merupakan bagian dari Frontier Group, saat ini belum memiliki rencana menggalang dana. Dengan jumlah tim yang masih belum terlalu besar jumlahnya, perusahaan mengklaim sudah bisa menghidupi perusahaan dari profit yang didapatkan. Namun, jika nantinya traksi layanan berlangganan menunjukkan hasil yang positif, tidak menutup kemungkinan penggalangan dana akan dilakukan.

“Kita mau lihat dulu seperti apa respon dan hasil dari layanan berlangganan Giladiskon. Jika memang positif tentunya kita berencana untuk memperbesar layanan ini dan kegiatan penggalangan dana tentunya akan kita lakukan,” kata Fandy.

Application Information Will Show Up Here

Qraved Siap Galang Dana Baru Seri C, Kini Jadi Aplikasi Gaya Hidup

Awalnya dikenal sebagai layanan reservasi restoran, Qraved hari ini mengumumkan fitur terbaru dan melakukan rebranding sebagai Lifestyle App (aplikasi gaya hidup). Qraved juga mengumumkan sejumlah kerja sama strategis dengan berbagai merchant dan penggalangan dana Seri C.

Kepada DailySocial, CEO Qraved Steven Kim mengungkapkan, dana baru ini rencananya akan ditutup akhir tahun ini atau awal tahun depan, bertujuan untuk mendukung usaha pengembangan bisnis dan penambahan sejumlah fitur baru.

“Kita akan mengumumkan berita bagus untuk perusahaan, yaitu penggalangan dana Seri C. Tentunya pendanaan ini akan kita manfaatkan [untuk] menambah fitur, partnership, dan menambah sejumlah layanan aktivitas baru seperti nonton bola dan acara musik.”

Berdiri sejak lima tahun lalu, Qraved di kesempatan yang sama mengumumkan pembaruan fitur yang mengedepankan skema O2O (online to offline) dengan kemitraan bersama mall, restoran, minimarket, dan layanan pembayaran.

Transformasi

Qraved mengklaim saat ini memiliki sekitar tiga juta lebih pengguna aktif yang 85% di antaranya menggunakan aplikasi mobile. Di dalam aplikasinya Qraved telah mendaftar sekitar 40 ribu F&B outlet, 20 mall, 13 ribu lebih gerai toko seperti Alfamart dan 5 juta foto yang dikurasi menggunakan media sosial Instagram.

“Selain Instagram, kami juga telah menggandeng Line Today. Tidak hanya foto dan informasi restoran, Qraved juga memiliki channel video memanfaatkan YouTube dan Instagram Story yang saat ini makin digemari oleh pengguna,” kata Steven.

Menyadari keberadaan kompetitor, seperti Zomato dan Traveloka Eats, Qraved berupaya fokus dengan pelokalan, semangat konten berorientasi keluarga, dan mulai menampilkan semangat nasional dengan merangkul lebih banyak pedagang kaki lima dan warung.

“Sesuai dengan model bisnis kita, yaitu menjalin kolaborasi, tidak hanya dengan F&B, tapi juga dengan brand, food delivery service, hingga perusahaan pembayaran agar bisa mempercepat pertumbuhan Qraved,” kata Steven.

Fitur promo, mall dan Qraved official account

Untuk memudahkan pengguna mendapatkan informasi secara lengkap dalam satu platform, Qraved menambah tiga fitur baru dalam aplikasi, yakni Promo, Malls Nearby dan Qraved Official Account. Perusahaan juga mitra strategis, seperti GO-FOOD, OVO, bank, hingga brand.

“Dengan aplikasi Qraved yang baru kita ingin membantu mall, pemilik restoran, hingga perusahaan lainnya untuk meningkatkan awareness dan kegiatan promosi untuk menjangkau lebih banyak konsumen. Intinya adalah,kita hanya menghasilkan uang jika merchant mendapatkan uang” kata Steven.

Masing-masing merchant bisa memanfaatkan layanan Qraved secara personal dan bisa dikustomisasi sesuai dengan kebutuhan pemasaran. Qraved juga mengembangkan fitur Location Based yang bisa dimanfaatkan brand untuk melancarkan kegiatan promosi menargetkan konsumen secara langsung.

“Untuk brand yang sudah populer seperti OVO dan GO-PAY, kita bisa membantu menciptakan buzz lebih masif lagi melalui fitur Qraved Promo dengan meng-aggregate voucher yang sudah tersedia di masing-masing aplikasi,” kata Steven.

Application Information Will Show Up Here

Tambah Opsi Pembayaran, Cashbac Segera Gandeng Pemain Uang Elektronik

Perkembangan teknologi yang dinamis mendorong terjadinya revolusi gaya hidup masyarakat urban yang ingin semua hal jadi lebih praktis, termasuk saat berbelanja offline. Hal ini tercermin dalam capaian Cashbac, aplikasi instant reward, meski belum memasuki usia pertamanya.

Fokus Cashbac saat ini adalah menggenjot kemitraan dengan berbagai pihak, di antaranya merchant dan institusi finansial, untuk menambah variasi opsi pembayaran dengan harapan mengerek jumlah pengguna yang lebih besar.

Co-Founder dan CEO Cashbac Mario Gaw mengklaim sejak pertama kali dihadirkan ke publik pada awal tahun ini, Cashbac telah memproses rata-rata dua ribu transaksi harian. Meski demikian, dia enggan menyebutkan pendapatan yang diperoleh Cashbac.

Cashbac bermitra dengan 500 brand dengan total 1.000 outlet. Sebagian besar masih terfokus di wilayah Jabodetabek dan bergerak di segmen F&B.

Aplikasi Cashbac disebut sudah diunduh sekitar 100 ribu kali, 60 ribu pengguna di antaranya sudah menghubungkan kartu debit atau kreditnya dengan aplikasi. Dari jumlah tersebut sekitar 40 ribu pengguna dikategorikan sebagai pengguna aktif. Mayoritas pengguna Cashbac berusia 25-35 tahun, first jobber, dan kaum urban.

“Kami mau tambah jumlah merchant, dalam pipeline banyak diantaranya grup besar, diharapkan totalnya bisa sampai 20 ribu outlet sampai akhir tahun ini. Lalu bisa bertambah lebih besar lagi pada akhir tahun depan, sekitar 50 ribu sampai 100 ribu outlet,” ujar Mario kepada DailySocial, Jumat (21/9).

Selain itu, pihaknya akan menyediakan tambahan opsi sumber pembayaran di luar kartu debit dan kredit. Nantinya bisa mendukung pembayaran dengan uang tunai dan uang elektronik. Ada dua pemain e-money skala besar yang tengah mengintegrasikan sistemnya dengan Cashbac. Diharapkan proses tersebut akan selesai sebelum akhir tahun 2018.

Sementara ini Cashbac baru bisa menerima opsi pembayaran dari kartu debit dan kredit, sudah ada tujuh bank yang sudah bekerja sama, termasuk Jenius dari BTPN dan Digibank dari DBS.

“Pengguna bisa memasukkan maksimal sampai 10 kartu untuk mendapatkan cashback lewat aplikasi Cashbac. Bisa pilih sendiri kartu mana yang ingin digunakan tergantung promo yang saat itu disediakan.”

Mario menekankan intensi Cashbac bukan terletak sebagai penyedia dompet elektronik, melainkan sebagai jembatan penghubung antara merchant dengan pengguna lewat promo cashback. Seluruh pemrosesan transaksi sepenuhnya dilakukan mitra payment gateway.

Pendanaan eksternal

Saat ini Cashbac didukung penuh Sinar Mas Group sebagai investornya. Dukungan berupa pendanaan tersebut, menurut Mario, akan cukup sampai akhir 2019. Oleh karena itu, perusahaan akan membuka penggalangan dana perdana yang prosesnya bakal dimulai pada awal tahun depan.

Keberadaan investor eksternal juga dibutuhkan Cashbac agar bisnis dapat tumbuh lebih masif dan makin dikenal seluruh orang Indonesia. Saat ini cakupan layanan Cashbac baru di Jabodetabek. Untuk ekspansi ke kota lain, sementara ini Cashbac baru mengikuti lokasi di mana merchant beroperasi.

“Sebab tantangan terbesar buat kami adalah memperkenalkan kami ke semua orang. Positioning kita berbeda dengan perusahaan lain, kami ingin bantu merchant offline yang memiliki tantangan lebih besar dalam meningkatkan sales mereka.”

Kolaborasi dengan Dimo

Mario yang juga adalah CEO Dimo menuturkan, integrasi bisnis antara Cashbac dan Dimo sebenarnya sudah dilakukan, yakni skema Pay by QR, karena fokus bisnis antara kedua perusahaan tersebut berbeda, badan hukum pun terpisah.

QR Code yang dicetak Dimo hanya dipakai untuk membantu sistem Cashbac mengidentifikasi merchant. Pemrosesan kartu kredit atau debit tetap dilakukan oleh mitra payment gateway dari Cashbac. Sistem ini diterapkan oleh McDonald’s.

“Dimo juga merekrut merchant tapi mereka jadi jembatan untuk solusi pembayaran buat bank dengan memakai Pay by QR. Kami sudah integrasi sistem antara keduanya secara komersial, namun hanya memakai QR code-nya saja. Cashbac tidak pakai processing pembayaran dari Dimo.”

Cashbac mengembangkan sendiri teknologi untuk permudah pengguna saat membayar transaksi dengan beacon berteknologi bluetooth. Pengguna cukup mendekatkan smartphone-nya ke beacon, bluetooth akan otomatis aktif dan pembayaran akan selesai dalam kurang dari 10 detik.

Teknologi tersebut juga dimanfaatkan untuk menyebarluaskan informasi soal promo dari merchant saat pengguna membuka aplikasi Cashbac. Fitur keamanan pun akan dipertebal namun tidak akan merepotkan pengguna. Untuk perangkat smartphone yang sudah dukung teknologi terkini, Cashbac sudah mendukung verifikasi lewat sidik jari.

“Teknologi lainnya juga sedang kami kembangkan, intinya agar proses transaksi di Cashbac semakin lebih seamless tanpa harus memasukkan kode tertentu,” pungkas Mario.

Platform Gaya Hidup Berbasis Keanggotaan “Club Alacarte” Tambah Dua Segmen Pasar dan Perkenalkan Logo Baru

Telah hadir sejak tahun 2017 lalu, layanan yang memberikan program keanggotaan berbasis aplikasi untuk restoran, Club Alacarte, secara resmi mengubah logo dan merambah dua segmen baru, yaitu produk ritel (toko belanja) dan lifestyle. Menurut Co-Founder dan CEO Club Alacarte Ferdinand Sutanto, meskipun berawal dari pemberian diskon dan promo khusus seperti Buy 1 Get 1 Free untuk restoran, kini Club Alacarte ingin menjadi aplikasi gaya hidup untuk warga Jakarta.

“Secara resmi di aplikasi Club Alacarte telah tersedia pilihan ritel dan produk lifestyle untuk pengguna. Pilihan tersebut hadir setelah melihat tren dan demand dari pengguna kami.”

Saat ini Club Alacarte telah memiliki sekitar 200 merchant, 50 ribu customer traffic generated, dan mengklaim telah membantu semua mitra meningkatkan penjualan hingga Rp 10 miliar. Sejak awal Club Alacarte memiliki komitmen untuk mendorong penjualan mitra restoran dan menyasar kalangan menengah ke atas. Dengan mengedepankan skema berlangganan, pengguna bisa memilih berlangganan Lite Membership dan Premium membership.

Penerapan investasi keanggotaan berskala kecil untuk semua fitur dining, lifestyle, dan ritel melalui aplikasi Club Alacarte dapat diperoleh dengan mengunduh aplikasi secara online yang dilanjutkan dengan proses registrasi. Pengguna yang telah berhasil terdaftar sebagai member Club Alacarte dapat memanfaatkan fitur-fiturnya secara langsung di semua mitra yang telah bergabung.

“Setelah menjalan bisnis selama satu tahun, kami melihat antusias yang positif dari mitra kami. Dengan alasan itulah, kami menambah dua [segmen] layanan baru untuk menambah pengguna sekaligus merchant kami,” kata Ferdinand.

Segera kantongi pendanaan baru

Dengan teknologi yang dimiliki, Club Alacarte berusaha membantu pelaku bisnis offline dalam menghadapi adanya pergeseran pola perilaku konsumen yang mulai menjadi serba online. Club Alacarte berperan sebagai platform yang mendorong konsumen untuk mendatangi mitra secara langsung, baik itu restoran, penyedia layanan kebutuhan gaya hidup, atau toko perbelanjaan.

Saat ini aplikasi Club Alacarte sudah diunduh lebih dari 5 ribu orang. Menurut Ferdinand, fokus Club Alacarte saat ini adalah lebih kepada awareness, sehingga metrik active user bukanlah menjadi prioritas.

“Kami sangat yakin dan percaya dengan model bisnis yang kami tawarkan bisa membantu pemilik usaha meningkatkan penjualan sekaligus berpromosi,” kata Ferdinand.

Untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, Club Alacarte menyebutkan segera mendapatkan pendanaan baru tahapan awal yang diperoleh dari investor lokal dan asing. Mengklaim sudah di tahap closing, pendanaan baru ini akan dimanfaatkan Club Alacarte untuk mengembangkan bisnis.

“Target Club Alacarte setelah mengganti logo dan menambah dua [segmen] layanan baru adalah untuk memperkenalkan lebih luas lagi layanan keanggotaan berbasis aplikasi yang dimiliki oleh Club Alacarte,” kata Ferdinand.

Application Information Will Show Up Here

Cashbac is Introduced as The Lifestyle Platform for “Instant Reward”

Several years of experience in developing Uangku and Dimo has become a great lesson for PT Global Pay Indonesia to build a new platform called Cashbac. It gives an instant reward for many lifestyle transactions. For merchants, it offers a dashboard to help them understand and manage its consumers.

Cashbac was founded in early 2018 and officially launched today (4/18). It has been supported by SMDV and reached at least 200 offline merchants in Jabodetabek, in which 90% of those are engaged in food & beverage sector. The rest are in health and beauty.

During its initial launching, Cashbac partners with UOB as credit card providers by giving interesting offers.

Cashbac is now available as the lifestyle revolution for urban society. We believe in this era, people are getting smarter in consuming lifestyle that can give them multiple benefits. Cashbac answers it by giving unlimited rewards for users,” Mario Gaw, Cashbac’s CEO and Co-Founder, said.

Power user

Cashbac’s targets are the mid-high social economy class with high spending power. This segment seems to be abandoned because many digital services focused on acquiring as many users as possible.

The consumer’s segment is the credit card users (includes debit card that can be used for online transactions, such as Jenius, Digibank, and Permata Card). Assuming, there is only 10 million credit car users in Indonesia and 70% of those stay in Jabodetabek. This “small” group consists of those capable to spend big money.

The CEO confirmed that the additional payment option is not a priority for now. Since Cashbac’s business model is a performance-based fee, it’s obvious that they’re focused on this kind of transactions.

The way of using Cashbac is similar to any credit card transaction. The advantage is every transaction through the app will be receiving cashback (comes in vary) directly after the transaction’s done.

Transaction via an app is available by tapping on the Cashbac beacon machine or using Pay by QR, a development of Dimo’s technology.

Cashbac is using a third-party payment gateway for the transaction and claimed to not keeping the user’s data. It is secured with back-end system by payment gateway provider and the availability of 6 digit PIN. Cashback can wipe the user’s data (includes credit card) when there are multiple errors of password (assuming it’s performed by someone else, not its owner).

Merchant’s ammo

The strongest feature of Cashbac is its partnership with merchants. It provides merchants with analytic dashboard and beacon machine to help them observe user’s habit and demand. In the end, this data can be used to increase personalization.

Beacon can broadcast merchant’s products information via Bluetooth or notification in the operating system (the latter is only available for Android). The marketing technique is expected to be more effective and personalized with the opt-in and opt-out options.

This year’s target

The company targets to partner with 2000 merchants by the end of the year and expands in groceries, fashion, and travel sector.

“We are very optimistic about the increasing number of targets by this year and will continue to increase partnerships with other payment options so that Cashbac can be available for the urban society, not only in Jakarta but all throughout Indonesia. We believe the urban society will associate Cashbac as their Lifestyle Jaman Now in the future,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Cashbac Dihadirkan Sebagai Platform Gaya Hidup yang Memberikan “Instant Reward”

Pengalaman membangun Uangku dan Dimo, yang masih terus dikelola sampai sekarang, menjadi pelajaran berharga PT Global Pay Indonesia untuk membangun platform baru bertajuk Cashbac. Di sisi konsumen, Cashbac memberikan instant reward untuk berbagai transaksi gaya hidup. Di sisi merchant, Cashbac menyodorkan dashboard yang dapat membantu mereka memahami dan mengelola konsumennya.

Berdiri sejak awal tahun 2018 dan baru diperkenalkan secara resmi hari ini, (18/4), Cashbac, yang di awal juga didukung SMDV, telah merangkul setidaknya 200 merchant offline di area Jabodetabek yang 90% di antaranya bergerak di sektor food & beverage. Sisanya adalah klinik kesehatan dan kecantikan.

Di awal peluncurannya, Cashbac bekerja sama dengan Bank UOB sebagai penyedia layanan kartu kredit dengan memberikan penawaran yang menarik.

Cashbac hadir menjadi sebuah revolusi gaya hidup bagi masyarakat urban. Kami percaya saat ini masyarakat semakin pintar dalam mengonsumsi gaya hidup yang juga mampu memberikan keuntungan berlipat bagi mereka. Cashbac menjawab hal tersebut dengan memberikan rewards tanpa batas bagi pengguna, ungkap Co-Founder dan CEO Cashbac Mario Gaw.

Power user

Cashbac menyasar pasar social economy A dan B yang memiliki spending power tinggi tetapi selama ini terkesan “terpinggirkan” karena kebanyakan layanan digital fokus untuk memperoleh pengguna sebanyak-banyaknya.

Segmen konsumennya adalah mereka yang telah memiliki kartu kredit (meskipun kartu debit yang bisa digunakan bertransaksi online, seperti Jenius, Digibank, dan Permata Card juga bisa digunakan). Diasumsikan di Indonesia hanya ada sekitar 10 juta pemilik unik kartu kredit dan 70% di antaranya berdomisili di Jabodetabek. Meskipun jumlahnya terkesan “kecil”, mereka adalah konsumen yang mampu bertransaksi dengan nominal besar.

Mario mengonfirmasi penambahan metode pembayaran belum akan menjadi prioritas saat ini. Mengingat model bisnis Cashbac yang bersifat performance based fee, wajar jika mereka memfokuskan usaha ke transaksi-transaksi seperti ini.

Di sisi konsumen, sebenarnya konsep penggunaan Cashbac tidak berbeda dengan bertransaksi menggunakan kartu kredit biasa. Bedanya, kita bertransaksi via aplikasi dan akan menerima cashback (yang jumlahnya bervariasi) secara langsung usai bertransaksi.

Transaksi melalui aplikasi bisa dilakukan dengan tap ke mesin beacon Cashbac atau menggunakan skema Pay by QR yang menjadi pengembangan teknologi Dimo.

Cashbac menggunakan payment gateway pihak ketiga untuk pemrosesan transaksi dan mengklaim tidak menyimpan data kartu kredit konsumen. Pengamanan data kartu kredit dilakukan secara back end bersama penyedia payment gateway dan di aplikasi menggunakan PIN enam digit. Cashbac bisa menghapus (wipe) data pengguna (termasuk informasi kartu kredit) seandainya terjadi kesalahan PIN sampai berkali-kali sehingga diasumsikan perangkat berada di tangan orang yang salah.

Amunisi bagi merchant

Sesungguhnya kekuatan terbesar Cashbac ada di sisi kemitraannya dengan merchant. Cashbac mempersenjatai merchant dengan dashboard analitik dan perangkat beacon yang bisa membantu merchant memahami perilaku dan kebutuhan konsumen, sehingga bisa meningkatkan personalisasi yang lebih baik.

Perangkat beacon Cashbac
Perangkat beacon Cashbac

Beacon yang disediakan bisa mem-broadcast informasi soal produk-produk yang disediakan merchant ke pengguna melalui bluetooth ataupun notifikasi di level sistem operasi (khusus yang terakhir hanya tersedia untuk smartphone Android). Diharapkan teknik pemasaran ini lebih efektif dan terpersonalisasi dengan opsi opt-in dan opt-out yang disediakan.

Target tahun ini

Pihak perusahaan menargetkan bisa bermitra dengan 2000 merchant sampai akhir tahun dan memperluas kemitraan dengan partner di sektor groceries, fashion, dan travel.

“Kami sangat optimis akan target peningkatan jumlah merchant di tahun ini dan akan menambah kerja sama dengan metode pembayaran lainnya sehingga Cashbac dapat dinikmati oleh semua kaum urban, tak hanya di Jakarta tetapi juga di Indonesia. Kami yakin kaum urban akan mengasosiasikan Lifestyle Jaman Now dengan Cashbac ke depannya,” pungkas Mario.

Application Information Will Show Up Here