Platform Desktop Go-Tix Sudah Bisa Diakses

Di akhir tahun 2017, kami mendapat informasi bahwa platform Go-Tix akan tersedia tahun ini dalam bentuk desktop / situs web di luar platform aplikasi Go-Jek yang selama ini kita kenal. Kami mendapati bahwa layanan tersebut sudah beroperasi (dalam versi beta) yang bisa diakses publik untuk memilih tiket bioskop, berbagai event konser, atraksi, workshop, ekshibisi, dan lainnya.

Menurut informasi yang kami terima, peluncuran situs ini selaras dengan dimulainya perpindahan lini usaha milik Go-Jek tersebut ke dalam naungan Loket. Go-Tix telah resmi menjadi lini bisnis ketiga yang dioperasikan Loket, setelah Loket for Business (untuk acara skala besar), dan Loket.com (untuk acara skala kecil).

Disebutkan Go-Tix menjadi kanal distribusi baru untuk menjangkau pengguna di luar Go-Jek. Mereka bisa membayar tiket dengan berbagai metode pembayaran, termasuk kartu kredit, ATM/bank transfer, atau Go-Pay.

Sebelumnya, dalam wawancara terdahulu dengan VP Marketing Loket M. Ario Adimas, konsumen cenderung lebih nyaman mengakses layanan di layar yang lebih besar saat membeli tiket dengan harga yang cukup mahal. Beda halnya saat konsumen membeli tiket bioskop, yang di mana keputusan membelinya cenderung lebih cepat.

Menurut pantauan DailySocial, konten event yang dihadirkan Go-Tix kurang lebih sama dengan yang terpampang di Loket.com. Kategorinya pun tidak jauh berbeda. Go-Tix sendiri adalah satu dari sekian kanal distribusi Loket yang telah menggandeng berbagai layanan online untuk penjualan tiket-tiket event.

Lini bisnis Loket

Loket.com sendiri diluncurkan Loket pada Mei 2018. Lini ini dikhususkan untuk menyasar para pemilik acara skala kecil, entah itu dari kalangan komunitas, acara berbayar, maupun acara mandiri.

Situs ini bekerja sama di jaringan afiliasi Loket Distribution Partner (LDP) yang terdiri dari sejumlah layanan marketplace dan travel ternama. Sebut saja, Tokopedia, Traveloka, Tiket.com, Blibli, JD.id, Goers, Yes24.com, Sindhen, Panorama JTB, dan masih banyak lagi.

Dalam konsep kemitraan dengan jaringan distribusi, Loket.com menetapkan pembayaran komisi sebesar 3,5% dari harga tiket ditambah Rp3 ribu untuk biaya administrasi. Komisi ini diambil langsung dari penyelenggara acara, setelah itu baru disalurkan ke jaringan distribusi.

Sebelum menekuni lini ini, Loket lebih dikenal sebagai penyedia jasa manajemen tiket untuk acara skala besar dengan produknya Loket for Business. Lini tersebut sudah dijalankan sejak 2013, menyediakan berbagai macam layanan, teknologi, solusi, sistem dan layanan manajemen event untuk promotor acara, penyelenggara, dan EO.

Solusi ini dihadirkan demi menyelesaikan masalah event di Indonesia, seperti distribusi tiket, manajemen tiket, sistem pembayaran, manajemen panggung, aktivasi brand, hingga analisis brand.

EventEvent Mudahkan Pengelola Acara Lakukan Promosi Melalui Aplikasi

Berangkat dari pemikiran masih belum optimalnya platform penyelenggara acara di Indonesia, EventEvent diluncurkan. Secara khusus aplikasi ini dikembangkan untuk mempromosikan acara kelas menengah ke bawah.

Kepada DailySocial, Founder & CEO EventEvent Deddy Wiryawan mengungkapkan, saat ini masih banyak kesulitan yang dihadapi oleh pihak penyelanggara untuk mendaftarkan acaranya secara online. Terutama untuk mendaftarkan acara yang sifatnya small-medium ke platform yang well-established. Cenderung sulit karena harga yang mahal juga mekanisme yang rumit dengan dibutuhkan pengajuan kontrak dan lainnya.

“Didirikan pada tahun 2016, kami mulai mengembangkan aplikasi EventEvent. Sebuah event marketplace yang menargetkan Event Organizer dan Event Enthusiast, dengan sistem yang memungkinkan setiap user untuk mendaftarkan, menjual, membeli, dan berbagi event sendiri. Mereka juga bisa bersosialisasi dengan sesama pengguna.”

Secara konsep, platform yang ditawarkan oleh EventEvent tampak serupa dengan platform seperti Goers dan Loket. Namun dengan fitur unggulan yang ada, EventEvent mengklaim memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Di antaranya adalah fitur analytic dashboard bagi Event Organizers, fungsi media sosial, sistem check-in yang terintegrasi, dan sistem self-service yang sederhana.

“Mungkin ada marketplace lain yang memungkinkan Event Organizers untuk mendaftarkan acaranya sendiri, namun prosesnya panjang dan administrasinya merepotkan. Di EventEvent, tidak ada proses verifikasi yang membutuhkan Event Organizers untuk mengunggah dokumen-dokumen tertentu,” kata Deddy.

Sejak hadir dua tahun yang lalu, saat ini EventEvent telah memiliki lebih dari 10 ribu pengguna di seluruh Indonesia. Untuk acara yang didaftarkan melalui aplikasi, EventEvent mencatat banyak yang berasal dari Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, dan Bali.

“Tapi tak jarang juga ada user dan event dari berbagai kota lainnya, dan ada beberapa user yang datang dari India, Singapura, Tiongkok dan Amerika Serikat,” kata Deddy.

Cara kerja dan strategi monetisasi

Setiap pengguna yang telah mendaftar memiliki kesempatan yang sama untuk mencari maupun menjual event. Mereka juga bisa menikmati semua fitur yang disediakan mulai dari fungsi ticketbox, gate system saat check in event, serta fungsi sosial untuk saling mengikuti dan berbagi update acara di sekitar mereka.

Dalam proses pembelian tiket, pengguna bisa memilih metode pembayaran yang paling sesuai. Mulai dari virtual account bank, Alfamart Group (Alfa Midi, DanDan) maupun kartu kredit. Setelah tiket dibeli maka bisa langsung digunakan untuk check-in pada lokasi acara.

“Untuk pengguna yang mendaftarkan event mereka untuk dijual di EventEvent, mereka memiliki dashboard analytic untuk melihat demografis pengguna lain yang mengunjungi profilnya. Mereka juga bisa mencairkan sendiri uang tiket yang sudah masuk ke akunnya. Pencairan dana bisa dilakukan ke lebih dari 150 bank,” kata Deddy.

Menargetkan pasar B2B dan B2C, EventEvent mengklaim telah menerapkan pembagian komisi yang ideal. Tidak ada penarikan biaya untuk event gratis, tetapi untuk event berbayar, sistem komisi yang berlaku sebesar 3% minimal Rp5 ribu untuk setiap pembelian tiketnya.

“Untuk B2C kami mengambil komisi sebesar 3% per tiket berbayar. Sementara untuk B2B kami bergerak sebagai event promotional dan creative serta management services,” kata Deddy.

Target EventEvent

Dengan mengedepankan tiga fitur andalan, yaitu fitur sosial, analytics, gate system, serta pendataan event yang sederhana, EventEvent ingin menjadi platform yang lengkap sekaligus mudah untuk diakses oleh pengguna. Selain itu untuk memudahkan proses check-in di acara, EventEvent juga menerapkan teknologi QR Code langsung di aplikasi.

“Tidak perlu install aplikasi lain untuk check in, tidak perlu juga print ticket. Menggunakan aplikasi yang sama pengunjung event bisa langsung memindai kode QR event untuk check-in, dengan demikian EO pun dapat langsung melihat pengunjung yang datang,” kata Deddy.

Di tahun 2018 ini, masih banyak target yang ingin dicapai oleh EventEvent. Di antaranya adalah melakukan pengembangan fitur agar platform menjadi lebih baik dari sisi teknologi dan meningkatkan user experience. EventEvent juga ingin menjangkau kota-kota lainnya yang belum ada di platform.

“Saat ini kami masih menjalankan bisnis secara bootstrap, namun untuk mewujudkan rencana yang ada kami juga ingin melakukan penggalangan dana dan mencari investor yang tepat,” kata Deddy.

Application Information Will Show Up Here

Layanan Event Mandiri Loket.com Jadi Pengejawantahan Teknologi untuk Semua Kalangan

Tanggal 8 Mei kemarin, Loket resmi meluncurkan layanan Loket.com yang menjadi usaha mendukung berbagai event creator, baik untuk kalangan komunitas maupun untuk event-event berbayar, secara mandiri. Kehadiran Loket.com melengkapi lini bisnis Loket yang telah memiliki Go-Tix dan Loket for Business. Event yang dipublikasi melalui Loket.com memiliki kesempatan dipublikasi di jaringan afiliasi Loket Distribution Partner (LDP) yang terdiri dari sejumlah layanan marketplace dan travel ternama.

Mulai diperkenalkan akhir tahun lalu

Apa yang dilakukan Loket dengan Loket.com bukanlah sesuatu yang baru bagi pendirinya, Edy Sulistyo. Edy sebelumnya pernah mendirikan layanan serupa, Eevent, di Amerika Serikat yang sudah diakuisisi tahun 2013. Kini Edy mencoba menyasar pasar ini kembali dengan pendekatan baru.

VP Marketing Loket, Mohamad Ario Adimas (Dimas), mengatakan fitur-fitur di Loket.com dirancang untuk memberikan pengalaman manajemen event mandiri yang terbaik.

“Kami optimistis dengan fitur dan layanan dari Loket.com, LOKET bisa mendukung siapapun untuk lebih aktif berkarya dalam menciptakan kegiatan-kegiatan yang positif dan secara bersamaan mampu meningkatkan ekonomi di sekitar mereka.” ujar Dimas.

Dalam wawancara terdahulu dengan DailySocial akhir tahun lalu, Dimas sudah mengisyaratkan pembentukan layanan ini.

Dibanding para pesaingnya, Loket.com disebut memiliki sejumlah keunggulan. Keunggulan pertama adalah distribusi. Meskipun mungkin Loket.com belum sepopuler layanan serupa, tapi setiap event berbayar di Loket.com memiliki potensi ditayangkan di berbagai layanan marketplace dan travel populer, termasuk Tokopedia, Blibli, Tiket.com, dan Traveloka. Belum lagi potensi untuk ditampilkan di Go-Tix.

Keunggulan kedua adalah Loket.com mengakomodasi pembayaran secara lokal, karena penetrasi kartu kredit di negara ini masih terbatas. Skema pembayaran lokal yang didukung yaitu Virtual Account BCA, Virtual Account Permata, Alfamart, dan Go-Pay. Mengingat Go-Pay telah mendapatkan izin penggunaan QR Code untuk pembayaran oleh Bank Indonesia, hal ini memudahkan 10 juta konsumen Go-Pay untuk melakukan pembayaran.

Dampak ekonomi

Dalam wawancara terdahulu, satu hal yang kemudian dipelajari Edy dan tim Loket adalah platform yang dikelola Loket mampu memberikan keuntungan lebih luas untuk masyarakat umum, tak hanya bagi penyelenggara event.

“Salah satu contoh adalah ketika acara digelar di Bali yang ternyata hampir 60-80% pengunjungnya adalah wisatawan asing. Dari situ tidak hanya pihak penyelenggara acara saja yang diuntungkan, namun juga hotel, penerbangan, hingga pemilik toko sekitar dan [layanan] transportasi online,” kata Edy.

Imbas yang dirasakan masyarakat sekitar mampu menghidupkan perekonomian daerah setempat. Jal ini dianggap sesuai dengan visi dan misinya Loket yang ingin membantu lebih banyak pemilik UKM, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Loket.com adalah pengejawantahan teknologi Loket yang bisa digunakan oleh semua kalangan. Tak hanya mereka yang mampu menyediakan event skala besar, tetapi juga mereka yang skala kecil atau menengah.

“Teknologi adalah milik semua kalangan dan tidak boleh didominasi oleh segmen-segmen tertentu saja. Siapapun berhak untuk menikmati pengalaman meramaikan event melalui pengelolaan yang profesional, mudah dan aman,” tutur Edy.

Realisasi Visi Edy Sulistyo untuk Layanan “Event Management”

Edy Sulistyo bukanlah nama baru di industri event management. Di tahun 2013, startup self service management system, Eevent, yang didirikannya di Amerika Serikat bersama Andi Sie dan Lawrence Samantha, diakuisisi EnvisionPoint. Kini Edy berkutat dengan layanan end-to-end event management Loket, yang tahun lalu diakuisisi Go-Jek, dan memegang platform penjualan tiket Go-Tix.

Kepada DailySocial, Edy bercerita saat dirinya membangun bisnis Eevent di Amerika Serikat. Ia melihat masih banyak kendala yang dialami promotor dan event organizer untuk melakukan penjualan tiket, promosi, dan faktor pendukung lainnya.

Pelajaran Eevent

Berangkat dari berbagai persoalan tersebut, Eevent diluncurkan. Kesuksesan Edy mendirikan Eevent kemudian membangkitkan ide mendirikan usaha serupa di Indonesia. Bersama Loket, Edy tidak hanya menghadirkan platform yang didukung teknologi ticket management system, tetapi juga menghadirkan impact ke promotor, pembeli, dan pihak-pihak terkait.

“Kembalinya saya ke tanah air ternyata didukung dengan perubahan kebiasaan masyarakat yang mulai terbiasa melakukan pembelian makanan, atraksi wisata, hingga tiket bioskop secara online. Yang sebelumnya lebih banyak membeli produk ritel, kini mulai bergeser ke kebutuhan lainnya,” kata Edy.

Fokus Loket adalah sebagai one stop solution untuk manajemen sistem event secara end-to-end, termasuk Ticket Management System (TMS), event analytics, in-event payment, entertainment booth provider, dan kiosk management.

Dampak ekonomi yang luas

Satu hal yang kemudian dipelajari Edy dan tim Loket adalah platform yang dikelola Loket mampu memberikan keuntungan lebih luas untuk masyarakat umum, tak hanya bagi penyelenggara event.

“Salah satu contoh adalah ketika acara digelar di Bali yang ternyata hampir 60-80% pengunjungnya adalah wisatawan asing. Dari situ tidak hanya pihak penyelenggara acara saja yang diuntungkan, namun juga hotel, penerbangan, hingga pemilik toko sekitar dan [layanan] transportasi online,” kata Edy.

Imbas yang dirasakan masyarakat sekitar mampu menghidupkan perekonomian daerah setempat. Jal ini dianggap sesuai dengan visi dan misinya Loket yang ingin membantu lebih banyak pemilik UKM, baik secara langsung maupun tidak langsung.

“Jika pada masa awal fokus kita adalah enterprise yang menggelar kegiatan dengan target pengunjung ribuan jumlahnya, ke depannya kita akan membantu penyelenggara event dalam skala kecil hingga menengah untuk memanfaatkan Loket,” kata Edy.

Realisasi visi bersama Go-Jek

Pertengahan tahun lalu Loket diakuisisi Go-Jek dan kini mereka mengelola Go-Tix, salah satu produk Go-Jek yang mengurusi penjualan tiket berbagai hiburan dan atraksi. Edy mengakui pertimbangan untuk diakusisi karena dia memiliki rencana-rencana besar yang bisa dipercepat dengan langkah strategis ini.

“Kita menyadari semua rencana yang dimiliki Loket akan lebih cepat terwujud bersama dengan Go-Jek dan Go-Tix. Karena alasan itulah saya memutuskan untuk menjalin sinergi dengan Go-Tix,” kata Edy.

Tanpa akuisisi, rencana-rencana tersebut diperkirakan membutuhkan waktu sekitar lima tahun untuk direalisasikan. Bersama Go-Jek, rencana tersebut diklaim mampu diwujudkan dalam waktu satu tahun saja memanfaatkan dana, sumber daya, dan jaringan yang dimiliki.

Rencana awal yang bakal diimplementasikan adalah memberikan kesempatan penyelanggara event level kecil dan menengah untuk mempromosikan dan menjual tiket mereka melalui Go-Tix. Mulai dari cooking class, seminar, dan bahkan pelatihan dengan skala yang kecil. Tanya hanya soal faktor-faktor pendukung, tapi juga transparansi dan kontrol akses di dalam acara.

“Misalnya jika pihak penyelenggara tersebut membutuhkan makanan, kami bisa menghadirkan merchant dari Go-Food. Sementara bagi mereka yang membutuhkan pilihan pembayaran, kami bisa menyediakan pilihan pembayaran melalui Go-Pay,” kata Edy.

Evolusi dan inovasi bisnis

Edy mengklaim masih banyak persoalan di sektor event management yang bisa diatasi melalui Loket. Hal tersebut yang tetap menjadi fokus Edy bersama Loket dan Go-Tix sebagai core business-nya. Edy menegaskan, selama masih ada berbagai kendala yang dirasakan promotor dan pihak penyelenggara, Loket akan hadir mengatasi persoalan tersebut.

“Bisnis event itu vertical-nya sangat luas. Kita tidak akan pernah berhenti untuk berevolusi dan akan terus menghadirkan inovasi. Teknologi yang kita hadirkan selalu berawal dari masalah [yang dialami konsumen],” kata Edy.

Peran Teknologi Mendukung Pertumbuhan Bisnis Hiburan di Era Digital

Sebelum internet hadir, segala sesuatu, termasuk pembelian tiket pertunjukan dilakukan secara offline. Masyarakat bisa membelinya dari outlet resmi, namun ada yang juga yang mengandalkan calo untuk mendapatkan tiket murah.

Seiring pesatnya perkembangan internet, berbagai jenis tiket dapat dibeli dalam satu kali klik saja di berbagai perangkat mobile. Semakin banyak pula layanan e-commerce dan marketplace yang menjadi channel penjualan resmi tiket, baik tiket pertunjukan musik hingga pertandingan olahraga.

Di balik segala kemudahan ini, ada teknologi yang menjadi landasan di belakangnya. Teknologi memudahkan masyarakat untuk membeli tiket tanpa harus dirumitkan dengan proses panjang.

Di sesi #SelasaStartup kali ini, Mohamad Ario Adimas (Dimas), Vice President of Marketing Loket, yang kini mengelola Go-Tix, berbagi tentang bagaimana teknologi berperan besar dalam mendorong pertumbuhan bisnis hiburan (entertainment) di Indonesia.

Simplikasi sistem

Dimas mengungkapkan bahwa dalam menjalankan bisnis Loket pihaknya selalu mengambil prinsip untuk mengembangkan teknologi yang dapat menyelesaikan masalah-masalah simpel.

Teknologi ini diharapkan dapat merampingkan sistem ticketing yang selama ini dianggap rumit. Misalnya, kurangnya transparansi dan proses yang berliku saat transaksi terjadi.

“Bisnis hiburan memiliki nilai bisnis yang besar, namun sistemnya rumit, kurang transparansi, tidak efisien, dan banyak korupsi,” ungkap Dimas, Selasa (27/3).

Ia menyadari pesatnya perkembangan digital dapat mendorong pertumbuhan bisnis hiburan di Indonesia. Bisnis hiburan dinilai punya prospek menggiurkan di masa depan sejalan dengan meningkatnya pasar milenial dan golongan kelas menengah.

Loket disebut mengembangkan sebuah teknologi dari hulu ke hilir yang diyakini dapat merevolusi dan menyelesaikan berbagai masalah rumit tersebut, seperti sistem keamanan hingga pembelian tiket.

“Kami sendiri hadir dengan teknologi untuk merevolusi sistem ticketing ini, mulai dari pembelian tiket, transaksi, dan insight setelah event, dan audience engagement itu sendiri,” tuturnya.

Menjaga privasi data

Loket tak hanya bergerak di bidang distribusi tiket, tetapi juga penyedia platform teknologi dari online dan offline untuk keperluan B2B. Teknologi yang dikembangkan Loket membantu perusahaan untuk merekam data perilaku pembeli tiket  konser, festival, atau pertandingan.

Bahkan sistem ini dapat mengetahui perilaku si pembeli tiket dari awal pembelian hingga saat mereka berada di lokasi acara karena Loket menyediakan teknologinya dari hulu ke hilir.

Hal ini dimanfaatkan perusahaan untuk menciptakan program reward untuk pengunjung. Misalnya, Loket pernah menanamkan sensor di tempat sampah di lokasi acara sebagai bagian dari audience engagement.

Berangkat dari hal itu, ia menegaskan pentingnya keamanan data konsumen. Perusahaan memastikan bahwa data konsumen aman dan tak pernah diberikan kepada promotor lain. Seluruh data pengguna disimpan dan tidak akan digunakan kembali di acara selanjutnya.

“Kami menghindari tukar-tukaran data dengan promotor lain karena kami sangat menjaga privasi data. Yang tahu hanya kami dan yang punya acara dan next (acara selanjutnya) data itu tidak boleh digunakan.

Semua pihak bisa membuat event

Tak banyak pelaku usaha yang fokus menjalankan bisnis serupa dengan Loket di Indonesia. Hal ini yang menjadi peluang untuk mendorong bisnis digital di masa depan.

Sesuai dengan semangatnya untuk mempermudah hal-hal kecil, Loket pun berinisiatif untuk menghadirkan sebuah platform baru untuk event management system ketika siapapun dapat menggarap event berskala kecil sambil tetap bisa menggunakan teknologi Loket.

Menurutnya, dorongan ini berangkat dari situasi di mana pihaknya selama ini fokus menggarap event-event berskala besar saja. Di luar konser musik, Loket sebetulnya juga menggarap pameran dan pertandingan olahraga.

“Sebetulnya bisnis B2B sudah cukup menguntungkan, Tapi, kami berpikir, bagaimana dengan event creator berskala menengah dan kecil? Nah, [platform] ini sesuai dengan spirit kami, yakni teknologi untuk semua kalangan. Teknologi tidak boleh didominasi oleh segmen segmen tertentu” tuturnya.

Saat ini Loket memiliki tiga bisnis utama, antara lain penyedia teknologi untuk layanan business-to-business (B2B), dan in-house channel melalui Go-Tix yang berada di dalam aplikasi Go-Jek. Berikutnya Loket akan masuk ke bisnis self-service event management platform.

Post-Go-Jek Acquisition, Loket Prepares Aggressive Moves in Event Segment

Last August, the event management and analysis platform Loket announced it’s acquired by Go-Jek to drive synergy between Go-Tix and Loket’s end-to-end services. Started with management diversion from Go-Tix to Loket, Loket has prepared a number of aggressive moves that will be unveiled early next year.

To support its vision, Loket has recruited Mohamad Ario Adimas as VP of Marketing. Adimas previously took part in a number of major telecommunications and technology companies, such as Indosat, Telkomsel, and Microsoft.

Adimas tells DailySocial that Loket will remain focused on its core business, as one stop solution for end-to-end event system management, such as Ticket Management System (TMS), event analytics, in-event payments, entertainment booth providers, and kiosk management.

After the acquisition, as subsidiary, Loket fully took over Go-Tix’s management from Go-Jek. Despite having B2B channels and B2C channels in this segment, Adimas ensures that they are not exclusive and opens itself to be partnered with other channel providers in this segment.

Adimas said, Loket has a network affiliate system that has been connected with various platforms. It is claimed to provide benefits for both parties, as the platform owner can get revenue sharing, while the event owner will get its event amplified to many outlets.

Go-Tix to immediately available on desktop

Go-Tix has been known as an extensive entertainment platform, from selling event ticket, cinema tickets, to sports entertainment tickets. In addition, Go-Jek is currently the Liga 1 football league primary sponsor with Traveloka. To facilitate access to the platform, Loket plans to bring Go-Tix’s desktop version in early 2018.

According to Adimas, consumer tends to be more comfortable accessing services on a larger screen. Differentiated from other Go-Jek platforms that only accept cash and Go-Pay, Go-Tix also accepts credit card. The combination of both is expected to encourage consumers to transact easier.

The re-establishment of local self-service event management system

Edy Sulistyo, Loket’s Founder and CEO, was formerly Eevent Co-Founder, a self service event management system, which was acquired by EnvisionPoint in 2013. Despite has been switching to a quite different business, Edy is still passionate about this segment.

Practically, there is almost no local event management platform available in Indonesia. Consumers are already comfortable with Eventbrite and Meetup, developed by foreign companies. Although they  are easy to be used, for paid events, payment method they does not fit with local wisdom where credit card ownership is very low.

This is an opportunity to be utilized by Loket through offering a similar platform but took a number of more local-friendly payment methods. The platform is set to be presented in early 2018.

“Loket plans to set up a self service event management system where everyone can create their own event management system. [Consumers] even [can] manage their own paid ticket system with every local payment [system] we prepared,” Adimas concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Go-Jek Dikabarkan Terus Lanjutkan Strategi Akuisisi

Pasca akuisisi terhadap startup manajemen dan analisis event Loket, Go-Jek dikabarkan masih terus mencari startup yang bisa “diambil alih”. Berdasarkan informasi dari tiga sumber yang berbeda, disebutkan perusahaan yang dinakhodai Nadiem Makarim ini masih mencari sekitar 4-5 perusahaan lagi yang bakal diakuisisi dalam usaha menguasai sektor on-demand.

Dalam perjalanannya selama dua tahun terakhir, setidaknya Go-Jek telah mengakuisisi 4 startup teknologi dari India (kemudian menjadi basis Go-Jek Engineering India), 1 startup pembayaran (menjadi basis layanan e-money Go-Pay), dan 1 startup event (Loket).

Akuisisi membantu mengakselerasi adopsi Go-Jek terhadap penguasaan teknologi dan kepemilikan pasar. Salah satu yang paling strategis adalah akuisisi terhadap pemilik lisensi e-money yang terbukti memang tidak mudah mendapatkannya.

Tak cuma layanan transportasi

Go-Jek kini tidak bisa dilihat hanya sebagai layanan transportasi. Bisnis Go-Jek kini sudah menggurita ke layanan pengantaran makanan (Go-Food), layanan pembelian tiket kegiatan hiburan (Go-Tix), layanan pembelian barang kebutuhan sehari-hari (Go-Shop dan Go-Mart), layanan pembersihan rumah (Go-Clean), layanan kecantikan dan kesehatan (Go-Glam dan Go-Massage), dan lain-lain.

Jika melihat sejarah akuisisi yang dilakukan Go-Jek, setelah Loket yang memperkuat pengalaman penggunaan Go-Tix, bisa jadi langkah selanjutnya adalah akuisisi terhadap startup yang memperkuat Go-Clean, Go-Mart, atau Go-Med sekalipun. Yang terakhir sudah dipegang perusahaan afiliasi, karena Go-Jek tercatat sebagai investor HaloDoc.

Meskipun demikian, tak tertutup peluang Go-Jek mengakuisisi vertikal lain, bahkan macam perusahaan pengembang game sekalipun, karena salah satu yang ingin dilakukan adalah adopsi penggunaan Go-Pay di berbagai layanan.

Khusus untuk Go-Food, Go-Jek sedang tahap implementasi Go-Resto yang menyederhanakan proses pemesanan makanan. Nantinya setiap mitra restoran memiliki akun Go-Pay, sehingga pembayaran dari konsumen (melalui Go-Pay) bisa langsung masuk ke rekening restoran. Mitra pengemudi tak perlu repot “menalangi” pesanan yang masuk dan benar-benar hanya menjadi sarana logistik yang mengantarkan makanan dari restoran/warung ke konsumen.

Bermimpi IPO

Masuknya dana segar dari sejumlah perusahaan, yang rumornya kencang sudah masuk sebagai investor adalah Tencent dan JD.com, mendorong Go-Jek untuk terus mempercantik valuasi dan cashflow. Go-Jek bisa dibilang kini memiliki cadangan dana yang cukup untuk melakukan scale di dua arah, menambah jangkauan kota sekaligus meningkatkan kualitas diversifikasi layanannya.

IPO menjadi jalan yang dianggap logis karena akuisisi untuk perusahaan sebesar Go-Jek yang bermain di pasar on-demand tidak mudah. Belum lagi sentimen nasionalisme karena dua pesaing Go-Jek berasal dari negara asing. Apa jadinya jika Go-Jek nanti diakuisisi Softbank, Didi, atau bahkan Alibaba?

Meski demikian, seandainya jadi melakukan IPO pun, rencana tersebut tidak akan dilakukan dalam waktu dekat. Disebutkan secepat-cepatnya langkah itu baru terlaksana di tahun 2020 mendatang.

Dua  rencana  go public yang akan diadakan startup teknologi lokal di BEI akhir tahun ini akan menjadi test case bagaimana penerimaan publik terhadap perusahaan teknologi yang selama dikenal mengutamakan pertumbuhan ketimbang cashflow dan revenue.

Application Information Will Show Up Here

Go-Jek Akuisisi Layanan Manajemen dan Analisis Event Loket

Layanan manajemen dan analisis event Loket mengumumkan pihaknya telah diakuisisi Go-Jek dalam jumlah yang tidak disebutkan. Pasca akuisisi, Pendiri dan CEO Loket Edy Sulistyo memastikan perusahaan akan tetap independen dan berjalan seperti biasa. Ini adalah exit kedua Edy dalam empat tahun terakhir setelah sebelumnya di tahun 2013 menjual platform Eevent ke EnvisionPoint.

Akuisisi ini akan memudahkan sinergi antara platform ticketing Go-Jek, Go-Tix, dan layanan manajemen dan analisis yang dikelola Loket. Go-Jek akan menyediakan skema layanan pembayaran melalui Go-Tix dan Loket akan meningkatkan kualitas pengalaman menikmati event secara keseluruhan.

Layanan yang ditawarkan Loket untuk sebuah kegiatan bisa dibilang end-to-end. Loket menyediakan solusi sistem ticketing white label, monitoring akses crew, teknologi gelang RFID, audience profilingsecure ticket, dan secure gate.

CEO Go-Jek Nadiem Makarim dalam pernyataannya menyebutkan, “Kami melihat Loket sebagai perusahaan yang terus berinovasi dan mengutilisasi teknologi untuk memenuhi kebutuhan event dan hiburan. Kolaborasi ini akan mampu menyediakan berbagai macam layanan yang dapat membantu promotor menyelesaikan masalah event, misalnya distribusi tiket, manajemen audience, dan provisi hiburan inovatif. ”

“Pembelian tiket, atmosfer lokasi event, dan bertransaksi di lokasi event seharusnya lebih mudah dan nyaman,” lanjutnya.

Go-Tix sendiri saat ini menawarkan lebih dari 250 kegiatan dan kemitraan dengan 2 jaringan bioskop, CGV dan Cinemaxx.

Edy memastikan akuisisi ini akan memperkuat posisi Loket sebagai pemain terbesar di industri event dan hiburan. Disebutkan Loket hingga saat ini telah mengelola lebih dari 500 event besar dan membagikan lebih dari 1 juta gelang RFID.

Loket tahun lalu memperoleh pendanaan Seri A dari Sovereign’s Capital dan East Ventures.

Layanan Manajemen dan Analisis Event Loket Amankan Pendanaan Seri A dari Sovereign’s Capital dan East Ventures

Layanan manajemen dan analisis event Loket mengumumkan perolehan pendanaan Seri A, dalam jumlah yang tidak disebutkan, yang dipimpin oleh Sovereign’s Capital. Turut berpartisipasi dalam putaran pendanaan kali ini adalah East Ventures. Loket sendiri telah beroperasi selama 3 tahun dan mengklaim telah memiliki cashflow positif. Pendanaan ini, disebutkan CEO Loket Edy Sulistyo, merupakan strategi untuk membangun jaringan dan meningkatkan visibilitas perusahaan.

Loket, yang menurut situsnya paling banyak mengurusi festival musik, menyediakan solusi sistem ticketing white label, monitoring akses crew, teknologi gelang RFID, audience profiling, secure ticket, dan secure gate. Sejumlah acara yang pernah ditangani Loket adalah konser musik Katy Perry, One Direction, Djakarta Warehouse Project, Indonesian Basketball League, Dreamfields Festival, BCA Indonesia Open, ASEAN Marketing Summit, Anime Festival Asia ID, dan Jakarta Comic Con.

Loket mengklaim memiliki penyediaaan gelang RFID terbesar di Asia Tenggara, dengan klaim telah mendistribusikan lebih dari 500 ribu gelang di berbagai acara.

Edy tentang operasional Loket menjelaskan, “Pengalaman berkunjung ke acara itu harusnya menyenangkan. Satu satunya cara untuk membuat hal ini menjadi nyata adalah dengan mengelola proses perjalanan pengunjung dari awal hingga akhir, mulai dari pembelian tiket hingga pengalaman menikmati konser.”

Meskipun cukup banyak penyedia layanan online ticketing di Indonesia, mungkin tidak ada layanannya yang menyeluruh hingga pengurusan gate dan gelang RFID seperti Loket.

Managing Principal Sovereign’s Capital Luke Roush terhadap pendanaan ini berkomentar, “Kita percaya bisnis pengelolaan acara dan tiket merupakan salah satu sektor yang sedang berkembang dengan cepat di Indonesia. Kami yakin sistem pengelolaan keduanya, acara dan tiket, akan menjadi hal yang mutakhir untuk meningkatkan pengalaman pengguna dan menghindari penipuan. Tim Loket juga telah menampilkan traksi dan kepemimpinan yang kuat di area ini.”

Secara global, tren pendapatan industri musik melalui event musik live akan terus meninggalkan pendapatan melalui rekaman. Tahun 2016 ini, menurut data yang dikompilasi Tech In Asia diperkirakan perolehan global dari event musik live mencapai $28 miliar.