Amazon Rombak Lumberyard Menjadi Game Engine Open-Source Bernama Open 3D Engine

Game engine yang dapat digunakan secara cuma-cuma oleh kalangan developer sudah sangat umum kita jumpai di tahun 2021 ini. Bahkan engine sekelas Unreal Engine 5 pun sekarang bisa dipakai secara gratis, dan developer baru diwajibkan membayar biaya royalti seandainya pemasukan yang didapat sudah mencapai angka 1 juta dolar.

Yang masih tergolong langka adalah game engine yang bersifat open-source, yang bebas dimodifikasi sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masing-masing developer. Itulah nilai jual utama yang hendak ditawarkan oleh Open 3D Engine (O3DE), game engine anyar yang terlahir Lumberyard, engine racikan Amazon yang dirilis sekitar lima tahun silam.

Lumberyard, bagi yang tidak tahu, awalnya diramu dengan menggunakan CryEngine sebagai basisnya. Guna menghindarkan developer dari masalah-masalah terkait lisensi atau pelanggaran kekayaan intelektual, Amazon pun memutuskan untuk membangun O3DE dari nol. Dengan kata lain, O3DE bukan sebatas Lumberyard yang telah menjalani re-branding dan dijadikan open-source begitu saja.

Juga baru adalah komponen renderer-nya, yang diklaim lebih superior dan lebih photorealistic ketimbang milik Lumberyard. Amazon cukup percaya diri bahwa O3DE punya potensi untuk digunakan di luar industri video game.

Kendati demikian, daya tarik terbesar O3DE tentu adalah sifat terbukanya, dan ini bisa berujung pada setidaknya dua keuntungan. Yang pertama, layaknya proyek open-source lain, O3DE bakal terus disempurnakan seiring berjalannya waktu, sebab siapapun bisa ikut berkontribusi terhadap pengembangannya. Tidak main-main, pihak yang mengawasi pengembangan O3DE adalah Linux Foundation, yang kita tahu sudah punya pengalaman panjang perihal open-source development.

Sejumlah perusahaan ternama seperti Adobe, Huawei, Intel, maupun Niantic juga sudah mengumumkan komitmennya untuk berkontribusi terhadap pengembangan O3DE, dan mereka semua bakal berkolaborasi di bawah wadah bernama Open 3D Foundation. Bulan Oktober nanti, Open 3D Foundation sudah punya rencana untuk menggelar acara O3DECon dan mengundang komunitas developer untuk ikut berpartisipasi.

Keuntungan yang kedua adalah kemudahan O3DE untuk ‘dipecah-belah’ seandainya developer hanya perlu menggunakan beberapa fiturnya saja, lalu mengintegrasikannya ke engine lain yang mereka gunakan. Sebagai proyek yang terlahir dari lab Amazon, O3DE tentu menawarkan integrasi yang mudah ke infrastruktur cloud milik Amazon Web Services (AWS), dan ini semestinya bisa menjadi daya tarik tersendiri buat sejumlah developer.

O3DE saat ini sudah tersedia dalam bentuk developer preview. Versi finalnya ditargetkan bakal tersedia mendekati akhir tahun 2021. Selain untuk mengembangkan game PC, macOS, Linux, iOS, maupun Android; O3DE ke depannya juga dapat digunakan untuk menggarap game Xbox, PlayStation, Nintendo Switch, Oculus, dan bahkan AR headset Magic Leap.

Sumber: VentureBeat.

Amazon Hentikan Pengembangan Crucible, Apa yang Membuatnya Gagal?

Masih ingat dengan Crucible, game hero shooter besutan Amazon yang sempat meluncur ke publik sebelum akhirnya mundur ke fase closed beta tidak lama sesudahnya? Apa yang saya takutkan rupanya benar-benar terjadi; game yang digarap oleh studio internal Amazon tersebut akan segera tamat riwayatnya.

Melalui sebuah pengumuman resmi, developer-nya dengan berat hati memutuskan untuk menyetop pengembangan Crucible dalam waktu dekat, persisnya setelah mereka merilis fitur custom game. Alasannya sederhana saja: mereka tidak melihat adanya “masa depan yang sustainable” buat Crucible.

Lalu kenapa harus ada fitur baru yang dirilis kalau memang game-nya tidak akan dilanjutkan? Well, mungkin supaya tidak terlalu mengagetkan buat yang tergabung dalam program closed beta dan memang masih senang memainkannya. Fitur custom game itu pada dasarnya disiapkan supaya penggemar setia Crucible masih bisa bermain meski fitur matchmaking-nya ditiadakan tidak lama lagi.

Namun semua itu juga tidak akan berkepanjangan, sebab server Crucible untuk custom game hanya akan beroperasi sampai 9 November 2020, dan setelahnya game ini benar-benar tinggal sejarah. Tentu saja ini kontras dengan rencana awalnya, di mana Crucible dimundurkan ke tahap closed beta supaya dapat disempurnakan dengan mempertimbangkan masukan-masukan dari grup kecil yang aktif memainkannya, sebelum akhirnya dirilis kembali ke publik saat sudah benar-benar matang.

Rencana tersebut jelas sudah dibatalkan, dan Amazon juga bakal menawarkan refund secara menyeluruh bagi pemain yang sempat membeli konten in-game dalam Crucible. Relentless Studios, tim yang bertanggung jawab atas pengerjaan Crucible, bakal dialihkan ke proyek Amazon Games selanjutnya, termasuk halnya MMORPG berjudul New World yang akan dirilis tahun depan – semestinya tahun ini tapi akhirnya ditunda.

Kenapa Crucible bisa gagal?

Crucible

Kalau menurut saya pribadi, kegagalan Crucible membuktikan bahwa modal besar saja tidak cukup dalam industri video game. Rumornya, game ini menghabiskan sekitar $300 juta dan waktu pengembangan selama lebih dari empat tahun. Waktu yang kelewat lama untuk game yang sebentar saja sudah jadi kenangan.

Dalam laporan Wired baru-baru ini, diceritakan bahwa Crucible sebenarnya sudah siap dirilis pada tahun 2018, dan timing-nya kala itu jelas sangat pas, bertepatan dengan booming-nya kategori battle royale berkat PUBG dan Fortnite. Namun berhubung Crucible diproyeksikan menjadi salah satu judul andalan Amazon Game Studios (AGS) dalam menjalani debutnya, pengembangan Crucible pun terus dilanjutkan sampai dirasa benar-benar sempurna.

Namun ternyata semua tidak berjalan sesuai harapan. Crucible dirilis tanpa integrasi Twitch yang dijanjikan, dan game-nya bahkan tidak punya fitur voice chat bawaan meski merupakan game multiplayer kompetitif. Di titik ini, hype seputar game battle royale juga sudah tidak lagi sebesar di tahun 2018, ditambah lagi peluncuran Crucible hampir berbarengan dengan Valorant besutan Riot Games.

Faktor lain yang mungkin juga berpengaruh terhadap kegagalan Crucible adalah engine yang digunakan. Seperti yang kita tahu, Crucible digarap menggunakan Lumberyard, engine milik Amazon sendiri yang sebenarnya memiliki basis yang sama dengan CryEngine. Kepada Wired, seorang mantan karyawan AGS menjelaskan bahwa engine Lumberyard sangatlah sulit untuk digunakan dan menjadi penghambat utama proses pengembangan.

Crucible

Namun AGS bersikeras tetap memakai Lumberyard. Salah satu petingginya, Mike Frazzini, pernah mengatakan bahwa AGS harus mengerjakan sendiri semuanya karena uang sama sekali bukan masalah, dan mereka tidak segan mengucurkan dana sekitar $50-$70 juta untuk mendapatkan lisensi CryEngine dari Crytek, lalu menyempurnakannya menjadi Lumberyard.

Pada akhirnya, AGS pun harus menggarap engine Lumberyard dan sejumlah game secara bersamaan, dan itu jelas bukan pekerjaan mudah. Bayangkan seandainya developer perlu mengandalkan fungsionalitas tertentu guna mewujudkan suatu fitur dalam game, tapi ternyata engine-nya belum memiliki fungsionalitas tersebut, dan tim yang mengerjakan engine-nya harus bisa segera menyediakannya selagi dikejar waktu.

Saya kira tidak salah apabila sebagian besar dari kita menyimpulkan bahwa Amazon kelewat ambisius. Namun di sisi lain, ambisi mereka pastinya juga berdasar pada kesuksesan awal mereka di ranah gaming, yakni mengakuisisi Twitch di tahun 2014. Well, menyediakan platform live streaming dengan berlandaskan pada infrastruktur cloud yang sudah terbukti bisa diandalkan (AWS) jelas berbeda dari mengembangkan video game menggunakan engine yang masih amburadul.

Via: PC Gamer.

Amazon Segera Luncurkan Game Hero Shooter-nya, Crucible

Sekitar empat tahun lalu, Amazon mengumumkan bahwa mereka akan merilis tiga game PC yang digarap menggunakan engine bikinan mereka sendiri, Lumberyard. Salah satu game-nya, Crucible, sudah dijadwalkan meluncur pada tanggal 20 Mei mendatang.

Crucible merupakan sebuah permainan hero shooter macam Overwatch atau Valorant. Valorant, seperti yang kita tahu, sempat memecahkan rekor jumlah penonton di Twitch walaupun masih berstatus beta. Jadi jangan heran kalau Amazon terkesan ingin mencuri momentum di sini.

Crucible

Tipikal game hero shooter, Crucible menawarkan sejumlah karakter yang dibekali beragam kemampuan uniknya masing-masing. Amazon menyebutnya dengan istilah hunter ketimbang hero, dan di awal peluncurannya bakal ada total 10 hunter yang bisa dimainkan.

Selain skill yang berbeda-beda, masing-masing hunter juga dilengkapi senjata yang berbeda pula. Di sini bisa kita lihat bahwa Crucible lebih mirip Overwatch ketimbang Valorant, dan itu juga berarti tim developer Crucible harus lebih cermat dalam hal balancing.

Crucible

Namun kemiripan Crucible dengan dua game tersebut terhenti di situ. Dari segi penyajian, Crucible justru lebih mirip Fortnite berkat tampilan dari sudut pandang orang ketiga (third-person view). Grafiknya memang tidak se-kartun Fortnite, dan dari trailer-nya tampak vegetasi yang cukup realistis – tipikal engine CryEngine yang merupakan basis dari Lumberyard.

Ada tiga mode permainan yang Crucible tawarkan, setidaknya di hari peluncurannya: Heart of the Hives, Alpha Hunters, dan Harvester Command. Dalam Heart of the Hives, dua tim yang masing-masing beranggotakan empat pemain akan bertempur dan memperebutkan sebuah sarang monster raksasa. Player vs AI vs player, kira-kira begitu deskripsi singkatnya.

Crucible

Untuk Alpha Hunters, modenya kurang lebih mirip seperti battle royale, di mana ada 8 pasang pemain (16 orang) yang memperebutkan titel last team standing. Terakhir, Harvester Command terdengar seperti mode capture the flag, menempatkan dua tim yang masing-masing beranggotakan delapan orang untuk berebut semacam control point.

Tanpa harus terkejut, Crucible merupakan game free-to-play. Belum diketahui bentuk monetisasinya bakal seperti apa, dan semoga saja tidak menjurus ke arah pay-to-win. Juga belum dijelaskan adalah bagaimana Crucible nantinya bakal terintegrasi dengan platform Twitch seperti yang Amazon singgung empat tahun silam.

Sumber: VentureBeat.

Amazon Luncurkan Engine Game Lumberyard Gratis, Tak Kalah Canggih dari CryEngine

Perusahaan e-commerce raksasa Amerika bernama Amazon sudah lama dikabarkan mencoba memantapkan pijakan mereka di industri gaming. Beberapa langkah besar Amazon meliputi pembukaan Gaming Studios, serta melakukan akusisi Double Helix Games dan website streaming Twitch. Dan visi mereka jadi semakin terealisasi melalui peluncuran Lumberyard.

Amazon Lumberyard adalah engine video game 3D berkualitas blockbuster, terintegrasi ke Amazon Web Services dan Twitch. Lumberyard didesain sebagai engine cross-platform, sehingga pengguna dibebaskan menentukan ke sistem apa kreasi mereka akan disuguhkan. Amazon ingin karya mereka ini mendorong developer buat lebih fokus pada proses penciptaan konten ketimbang harus membangun engine dari nol dan mengelola infrastruktur sendiri.

Amazon Lumberyard 02

Lumberyard menyediakan segala macam toolset yang Anda butuhkan untuk membuat permainan kelas ‘AAA’. Di sana ada fitur editing komprehensif, ditopang teknologi grafis mutakhir, keleluasaan penyuntingan karakter serta animasi, partikel, user interface, audio, sistem fisik, kamera, efek cuaca hingga kecerdasan buatan. Kemudian fitur online diklaim sangat simpel, dapat dibangun dalam hitungan menit via metode drag-and-drop sederhana.

Alasan mengapa Lumberyard mempunyai visual menawan ternyata adalah karena ia diramu berbasis CryEngine – engine yang mentenagai seri Crysis, Ryse, sampai Star Citizen. Kreator ditawarkan teknologi rendering mumpuni, memungkinkan mereka menciptakan objek virtual atau dunia 3D yang mendekati aslinya didukung bermacam-macam efek grafis. Ia dilengkapi tool pembuatan karakter Geppetto serta tool animasi bernama Mannequin.

Amazon Lumberyard 03

Faktor yang tidak kalah unik dari Lumberyard ialah integrasi ke Twitch. Jadi setelah game itu rampung, permainan bisa segera diakses oleh 1,7 juta broadcaster serta lebih dari 100 juta pengunjung bulanan website streaming  tersebut. Lewat kapabilitas JoinIn di Lumberyard, broadcaster dipersilakan mengundang penonton langsung dalam game dan bermain bersama. Metode-metode ini memastikan ekosistem gaming-nya selalu terhubung.

Jika Anda berniat menciptakan permainan multiplayer, Lumberyard mengusung GameLift; infrastruktur server-nya dapat disesuaikan kebutuhan pemain. Proses persiapan backend bisa dipangkas dari ribuan jam hingga menjadi hitungan menit saja. GameLift juga mengawasi aktivitas gamer dan memonitor kapasitas server. Anda dapat menentukan jumlah server yang dibutuhkan.

Saat ini berada di tahap beta, bagian terbaik dari Amazon Lumberyard ialah, engine tersebut tersaji secara gratis. Kita tidak perlu membayar biaya berlangganan atau mengeluarkan uang royalti.

Tak sabar untuk mencobanya? Segera unduh di sini.

Sumber: Amazon.