Apple MacBook Pro 14 & 16 Inci Baru Mengemas Layar Liquid Retina XDR 120Hz dengan Chip M1 Pro dan M1 Max

Pada acara Apple tanggal 18 Oktober atau semalam, perusahaan asal Cupertino itu secara resmi memperkenalkan pembaruan MacBook Pro model 14 inci dan 16 inci dengan chip baru Apple M1 Pro dan M1 Max. Chip tersebut menghadirkan peningkatan performa pemrosesan CPU, grafik, dan machine learning (ML) yang signifikan, namun tetap dengan efisiensi daya yang tinggi.

Chip Apple M1 Pro memiliki CPU hingga 10 core yang terdiri dari 8 core high-performance dan 2 core high-efficiency. Bersama dengan GPU hingga 16 core, bandwidth memori hingga 200GB/s, dan RAM hingga 32GB. Kalau dibandingkan M1, M1 Pro membawa peningkatan performa CPU hingga 70 persen, performa GPU 2x lipat, dan bandwidth memori hampir 3x lipat lebih cepat.

Beralih ke Apple M1 Max, chip yang paling powerful yang menenagai MacBook Pro 16 inci varian tertinggi. Ia memiliki CPU 10 core yang sama kuatnya dengan M1 Pro, namun Apple menggandakan jumlah core pada GPU menjadi 32 core yang mana menyuguhkan performa GPU 4x lipat lebih cepat daripada M1, dan dukungan RAM hingga 64GB.

Apple menekankan bahwa MacBook Pro baru dapat menyuguhkan performa optimal yang sama baiknya, baik saat dicolokkan atau saat menggunakan baterai. Sebagai gambaran untuk masa pakai baterainya, model 14 inci diklaim dapat memutar video hingga 17 jam dan hingga 21 jam pada model 16 inci.

Layar Liquid Retina XDR

Untuk pertama kalinya, MacBook Pro baru mengemas layar Liquid Retina XDR (Extreme Dynamic Range) menggunakan teknologi mini-LED seperti iPad Pro. Dengan kecerahan layar penuh yang berkelanjutan hingga 1000 nit, peak brightness 1600 nit, dan rasio kontras di angka 1.000.000:1.

MacBook Pro model 14,2 inci ditopang resolusi 3024×1964 piksel dan 3456×2234 piksel untuk model 16,2 inci. Keduanya sama-sama menawarkan kerapatan layar 254 ppi dan punya notch untuk menyisipkan 1080p FaceTime HD camera baru yang dilengkapi image signal processor (ISP) untuk computational video.

Selain itu, layar Liquid Retina XDR pada MacBook Pro mendukung 1 miliar warna dan color gamut lebar (P3). Serta, dilengkapi teknologi True Tone dan ProMotion yang membawa fitur adaptive refresh rate hingga 120Hz.

Agar panggilan video dan konferensi video berjalan lancar, MacBook Pro baru dilengkapi mikrofon berkualitas studio dengan tingkat noise yang rendah. Serta, sound system enam speaker dengan dua tweeter untuk soundstage yang lebih jernih dan empat woofer force-cancelling yang menghasilkan bass 80 persen lebih banyak.

Port yang menempel pada MacBook Pro juga lebih beragam, di sebelah kanan bodi terdapat port HDMI, satu port Thunderbolt 4 (USB-C), dan SDXC card slot. Sementara, di sebelah kirinya ada port MagSafe 3 dengan desain baru yang dapat mengisi daya hingga 50% hanya dalam 30 menit, lalu ada dua port Thunderbolt 4 (USB-C), dan headphone jack 3.5 mm. Jadi, totalnya ada tiga port Thunderbolt 4 yang mendukung charging, DisplayPort, dan bandwidth berkecepatan tinggi 40 Gbps. Berikut daftar harganya:

MacBook Pro 14 Inci

  • Chip M1 Pro dengan CPU 8 core, GPU 14 core, dan penyimpanan SSD 512GB $1999
  • Chip M1 Pro dengan CPU 10 core, GPU 16 core dan penyimpanan SSD 1TB $2499

MacBook Pro 16 Inci

  • Chip M1 Pro dengan CPU 10 core, GPU 16 core, dan penyimpanan SSD 512GB $2499
  • Chip M1 Pro dengan CPU 10 core, GPU 16 core, dan penyimpanan SSD 1TB $2499
  • Chip M1 Max dengan CPU 10 core, GPU 32 core, dan penyimpanan SSD 1TB $3499

Sumber: Apple Newsroom

Apple Ungkap Generasi Baru Mac yang Dibekali Prosesor Bikinannya Sendiri

Setelah bertahun-tahun memercayakan pasokan prosesor lini Mac kepada Intel, Apple memutuskan sudah tiba saatnya bagi mereka untuk menggarap prosesor komputernya sendiri. Langkah ambisius ini pertama kali mereka umumkan di ajang WWDC 2020 pada bulan Juni lalu, dan realisasinya sudah bisa konsumen nikmati sekarang juga.

Chipset pertama Apple yang dirancang khusus untuk platform Mac ini mereka namai M1. Secara teknis, M1 merupakan sebuah system-on-a-chip (SoC) berarsitektur ARM – Apple Silicon kalau mengacu pada istilah yang digunakan Apple. Artinya, yang tertanam di M1 bukan cuma prosesor saja, melainkan juga GPU dan memory (RAM) sekaligus.

Seperti halnya chipset A14 yang terdapat pada iPhone 12 dan iPad Air generasi keempat, M1 juga dibuat menggunakan proses pabrikasi 5 nanometer, dengan total jumlah transistor yang mencapai angka 16 miliar. Secara struktural, chip M1 terdiri dari prosesor 8-core, GPU 8-core, dan Neural Engine 16-core.

Dalam presentasinya, Apple tidak segan memaparkan klaim demi klaim bahwa M1 tak hanya mempunyai kinerja yang lebih kencang daripada chip laptop pada umumnya, tapi juga menawarkan efisiensi daya yang jauh lebih tinggi. Apple mengilustrasikan bahwa kalau dibandingkan dengan “chip laptop terkini”, prosesor milik M1 sudah bisa menyamai performa maksimalnya hanya dengan mengonsumsi seperempat dari total energi yang dibutuhkan.

Untuk GPU-nya, Apple bilang total daya komputasinya mencapai 2,6 teraflop, paling tinggi untuk ukuran chip grafis terintegrasi. Apple bahkan sempat menunjukkan bagaimana game AAA seperti Baldur’s Gate 3 bisa berjalan mulus di M1. Meski demikian, kita juga tidak boleh lupa bahwa prosesor terbaru Intel juga punya performa gaming yang sangat mumpuni.

Selanjutnya, kehadiran Neural Engine berarti Mac yang ditenagai chip M1 bakal lebih cekatan dalam mengerjakan tugas-tugas berbasis machine learning seperti voice recognition, face recognition, object detection, dan lain sejenisnya. Hal ini cukup krusial mengingat belakangan semakin banyak aplikasi yang menawarkan fitur-fitur berbasis machine learning.

Eksistensi M1 secara otomatis juga menuntut Apple untuk mengoptimalkan macOS buat platform ARM, dan itulah yang mereka lakukan pada versi terbarunya, macOS Big Sur. Semua aplikasi bawaannya kini dapat berjalan secara native, namun Apple turut memastikan bahwa aplikasi pihak ketiga yang belum sempat di-update pun tetap bisa berjalan secara normal. Juga sangat menarik adalah fakta bahwa semua aplikasi iPhone dan iPad kini kompatibel dengan macOS.

Tiga Mac pertama yang dibekali chip M1

MacBook Air M1

Apple bilang bahwa proses transisi dari platform Intel ke Apple Silicon ini bakal memakan waktu sekitar dua tahun. Di tahap awal ini, mereka langsung memperbarui tiga model Mac sekaligus dengan chip M1, yaitu MacBook Air, MacBook Pro 13 inci, dan Mac Mini.

Memilih MacBook Air sebagai kandidat pertama merupakan keputusan yang sangat rasional. Pasalnya, Air selama ini merupakan model terlaris dari seluruh lini Mac, dan ia juga merupakan laptop paling terjangkau yang Apple jual saat ini. Di saat yang sama, Air juga adalah yang paling lemah kinerjanya di antara model MacBook lain.

Berkat penggunaan chip M1, Apple mengklaim kinerja prosesor MacBook Air bisa naik sampai 3,5x dibanding generasi sebelumnya. Performa grafisnya malah bisa 5x lebih kencang, dan pada praktiknya, MacBook Air yang ditenagai chip M1 ini sanggup mengedit sekaligus memutar video 4K dalam format ProRes di aplikasi Final Cut Pro tanpa kesulitan.

Semua itu tanpa mengorbankan efisiensi energinya. Menurut Apple, baterai milik MacBook Air generasi terbaru ini baru akan habis setelah dipakai menonton video selama 18 jam, atau 6 jam lebih lama daripada generasi sebelumnya.

Selebihnya, MacBook Air generasi terbaru ini masih mengadopsi desain yang sama persis seperti sebelumnya. Harga jualnya pun tidak berubah, masih $999 untuk konfigurasi terendahnya.

MacBook Pro M1

Selain MacBook Air, M1 juga mendapat tempat di MacBook Pro 13 inci. Hal ini tentu terdengar menarik, sebab selama ini lini MacBook Pro selalu menawarkan performa yang lebih tinggi daripada MacBook Air. Berhubung sekarang chipset yang digunakan sama persis, keduanya tentu menawarkan kinerja yang identik, bukan?

Tidak sepenuhnya, sebab ada satu perbedaan fundamental: MacBook Pro 13 inci datang membawa kipas pendingin, sedangkan MacBook Air sama sekali tidak dilengkapi kipas. Asumsi saya, ini berarti MacBook Pro mampu mempertahankan performa puncaknya lebih lama daripada MacBook Air. Dengan kata lain, performa MacBook Pro 13 inci semestinya bisa lebih konsisten ketimbang MacBook Air meski mengemas chipset yang identik.

Lalu kalau dikomparasikan dengan MacBook Pro generasi sebelumnya, Apple bilang ada peningkatan performa CPU hingga 2,8x dan GPU sampai 5x. Kala dipraktikkan, ini berarti MacBook Pro 13 inci dengan chip M1 mampu memutar video 8K dalam format ProRes di aplikasi DaVinci Resolve secara lancar.

Selain performa yang lebih konsisten, keuntungan lain memilih MacBook Pro 13 inci ketimbang MacBook Air adalah daya tahan baterai yang lebih lama lagi, sampai 20 jam pemutaran video nonstop kalau kata Apple, atau dua kali lebih awet daripada generasi sebelumnya.

Sisanya lagi-lagi sama. Touch Bar-nya masih sama, dan secara keseluruhan tidak ada sedikit pun yang berubah dari bentuknya. Apple juga masih mempertahankan harga jual mulai $1.299 untuk MacBook Pro 13 inci. Namun yang menarik, Apple juga masih menjual MacBook Pro 13 inci yang ditenagai prosesor Intel.

Pertanyaannya, untuk apa Anda harus memilih MacBook Pro 13 inci versi Intel kalau sudah ada yang versi M1? Saya menemukan setidaknya ada dua skenario, yakni ketika Anda membutuhkan kapasitas RAM yang lebih besar dari 16 GB, dan apabila dua port USB-C saja tidak cukup buat Anda. Jadi kalau Anda merasa RAM 32 GB dan empat port USB-C itu wajib, sejauh ini opsi tersebut cuma ada pada versi Intel.

Mac Mini M1

Terakhir, chip M1 juga ikut merambah segmen desktop, dimulai dari Mac Mini. Dibandingkan dengan generasi sebelumnya, Mac Mini yang ditenagai chip M1 ini diyakini mampu menyuguhkan kinerja CPU 3x lebih kencang dan kinerja grafis 6x lebih gegas.

Untuk mengilustrasikan peningkatan performanya, Apple bilang bahwa Mac Mini dengan chip M1 mampu membuka tiga kali lebih banyak plugin pada aplikasi Logic Pro, serta sanggup menjalankan game Shadow of the Tomb Raider pada frame rate 4x lebih tinggi. Sama seperti MacBook pro 13 inci, Mac Mini turut dilengkapi kipas pendingin demi meminimalkan terjadinya thermal throttling.

Yang paling menarik, Mac Mini generasi baru ini dibanderol mulai $699, atau $100 lebih murah daripada harga generasi sebelumnya yang ditenagai prosesor quad-core Intel. Di Amerika Serikat, ketiga Mac versi ARM ini sudah mulai dipasarkan sekarang juga.

Sumber: Apple 1, 2.

Tidak Ada Lagi MacBook dengan Keyboard yang Rentan Rusak

Saat hendak membeli laptop baru, apakah keyboard menjadi salah satu pertimbangan buat Anda? Saya yakin sebagian besar bakal mengiyakan, dan pada kenyataannya, perkara keyboard ini sempat menodai reputasi MacBook selama sekitar lima tahun terakhir.

Pemicunya adalah MacBook 12 inci yang dirilis di tahun 2015, yang kini telah dipensiunkan. Perangkat itu memulai tren keyboard dengan switch tipe baru di lini MacBook. “Butterfly keyboard“, demikian istilah keren yang dipakai Apple. Dibandingkan sebelumnya yang memakai switch tipe scissor, butterfly keyboard dipilih demi mewujudkan bodi laptop yang kian tipis.

Lebih tipis, tapi ternyata lebih ringkih, demikianlah fakta seputar butterfly keyboard. Alhasil, jumlah kasus keyboard MacBook rusak meningkat drastis, dan sering kali penyebabnya cuma sebatas keyboard-nya kemasukan debu. Lebih parahnya lagi, perkara ini terus berlanjut sampai tiga generasi.

Hingga akhirnya Apple sadar diri dan menyudahi obsesinya akan perangkat yang luar biasa tipis. Menjelang akhir 2019, mereka merilis MacBook Pro 16 inci, dan salah satu fitur unggulannya adalah keyboard baru yang kembali ditenagai switch tipe scissor. Beberapa bulan setelahnya, MacBook Air menyusul dengan keyboard yang sama, dan sekarang giliran MacBook Pro 13 inci.

MacBook Pro 13 inci

Ya, Apple sekarang sudah tidak lagi menjual MacBook yang dilengkapi butterfly keyboard. Iterasi terbaru MacBook Pro 13 inci ini datang membawa keyboard yang sama reliabelnya dengan MacBook Pro 16 inci maupun MacBook Air edisi 2020. TouchBar tetap dipertahankan, demikian pula Touch ID dan tombol Esc fisik.

Penyegaran spesifikasi tentu juga sudah diterapkan. Konfigurasinya kini mencakup prosesor Intel Core i5 generasi ke-8 maupun ke-10. Kalau memilih yang dibekali prosesor generasi terbaru, konsumen juga akan mendapat GPU terintegrasi yang lebih bertenaga sekaligus RAM LPDDR4X 16 GB atau 32 GB dengan kecepatan 3733 MHz. Untuk storage (SSD), ada pilihan kapasitas dari 256 GB sampai 4 TB.

Layar IPS-nya belum berubah, masih dengan bentang diagonal 13,3 inci dan resolusi 2560 x 1600 pixel. Tingkat kecerahan maksimumnya tercatat 500 nit, dan tentu saja layar ini sudah mendukung fitur True Tone.

Varian dengan prosesor Intel generasi ke-10 dibekali GPU yang kinerjanya 80% lebih cepat / Apple
Varian dengan prosesor Intel generasi ke-10 dibekali GPU yang kinerjanya 80% lebih cepat / Apple

Satu hal yang cukup mengganggu buat saya adalah, tidak semua varian MacBook Pro 13 inci ini memiliki jumlah port USB-C (Thunderbolt 3) yang sama. Varian dengan prosesor generasi ke-8 cuma mengemas dua port, sedangkan varian dengan prosesor generasi ke-10 dilengkapi empat port. Jadi kalau dua port USB-C dirasa kurang, bersiaplah merogoh kocek lebih dalam lagi.

Seberapa dalam memangnya? Apple membanderol varian dengan prosesor generasi ke-8 seharga mulai $1.299, sedangkan varian dengan prosesor generasi ke-10 mulai $1.799. Pemasarannya sudah mulai berlangsung di Amerika Serikat.

Sumber: Apple.

Apple Luncurkan MacBook Pro 16 Inci dengan Peningkatan Performa Cukup Drastis

Tanpa ada event khusus, Apple secara diam-diam meluncurkan sebuah MacBook Pro anyar. Bukan sebatas penyegaran spesifikasi, melainkan model baru yang mengemas layar 16 inci. Kehadirannya pun secara otomatis menjadikan MacBook Pro 15 inci terkesan obsolete, dan MacBook Pro 16 inci ini memang sengaja disiapkan sebagai penggantinya.

Kita mulai dari layarnya. Tidak ada yang terlalu istimewa di sini terkecuali ukuran yang lebih luas dengan resolusi 3072 x 1920 pixel, tingkat kecerahan maksimum 500 nit, dan dukungan teknologi True Tone. Bezel-nya menipis cukup signifikan, dan itulah mengapa dimensi perangkatnya tidak berbeda jauh dari MacBook Pro 15 inci.

MacBook Pro 16 inch

Seperti yang sudah bisa ditebak, yang cukup istimewa adalah performanya. Konfigurasi termurahnya mengandalkan prosesor 6-core Intel Core i7, sedangkan konfigurasi termahalnya dengan prosesor 8-core Intel Core i9, semuanya prosesor generasi kesembilan. Kapasitas RAM DDR4 yang bisa dipilih berkisar antara 16 – 64 GB, sedangkan kapasitas SSD-nya antara 512 GB – 8 TB. Ya, 8 terabyte.

Di sektor grafis, konsumen dapat memilih dari konfigurasi yang mengemas GPU AMD Radeon Pro 5300M dengan memory GDDR6 berkapasitas 4 GB, sampai yang mengusung AMD Radeon Pro 5500M dengan memory 8 GB. Menurut Apple, peningkatan performa pada konfigurasi termahalnya bisa mencapai angka 80 persen jika dibandingkan dengan konfigurasi termahal generasi sebelumnya.

Kabar baiknya, Apple tidak sekadar menjejalkan komponen yang lebih mumpuni begitu saja. Mereka turut membenahi sistem pendingin perangkat lewat kipas, heat sink dan ventilasi yang berukuran lebih besar dan lebih efektif membuang panas. Lebih lanjut, baterai yang tertanam tidak kalah masif ukurannya, dengan kapasitas mencapai angka 100 Wh.

MacBook Pro 16 inch

MacBook Pro 16 inci turut membawa pembaruan yang paling dinanti-nanti, yakni seputar keyboard-nya. Sebelum ini, tidak sedikit konsumen MacBook Pro yang mengeluh keyboard-nya tidak nyaman sekaligus mudah rusak, dan penyebabnya tidak lain dari switch baru tipe butterfly yang Apple gunakan.

Problem seputar keyboard dipastikan tidak muncul lagi di sini, sebab Apple kembali memakai mekanisme scissor seperti yang terdapat pada keyboard MacBook versi lama. Selain terbukti lebih reliable, keyboard-nya juga bakal terasa lebih nyaman berkat key travel yang lebih dalam. Juga baru adalah kehadiran tombol “Esc” fisik di samping Touch Bar.

Namun yang paling menarik, MacBook Pro 16 inci dibanderol dengan harga yang sama seperti model 15 incinya, mulai dari $2.399 untuk konfigurasi termurahnya. Saya yakin konsumen yang baru membeli MacBook Pro 15 inci kemarin bakal marah besar.

Sumber: Apple.

Apple Perbarui MacBook Air dan MacBook Pro, Pensiunkan MacBook 12 Inci

Apple baru saja melakukan penyegaran terhadap dua seri laptop-nya, MacBook Air dan MacBook Pro, dalam rangka menyambut tahun ajaran sekolah baru. Di saat yang sama, update ini juga berujung pada dipensiunkannya MacBook 12 inci secara total.

Kehadiran MacBook Air generasi baru pada dasarnya bisa menjadi alasan mengapa Apple men-discontinue MacBook 12 inci. Secara fisik, dimensi MacBook Air memang masih kalah ringkas dibanding MacBook 12 inci, akan tetapi Air lebih unggul perihal performa.

Penyegaran yang dilakukan terhadap MacBook Air sebenarnya jauh dari kata signifikan: Apple hanya menambahkan layar berteknologi True Tone, tanpa menyentuh spesifikasinya sama sekali. True Tone, bagi yang tidak tahu, memungkinkan layar perangkat untuk menyesuaikan temperatur warnanya dengan kondisi pencahayaan di sekitar.

Namun yang lebih penting justru adalah pemangkasan harganya. Versi terbaru MacBook Air kini dibanderol mulai $1.099, dan inilah yang pada akhirnya membuat MacBook 12 inci jadi terkesan kurang relevan.

MacBook Pro

Update yang diberikan terhadap MacBook Pro di sisi lain jauh lebih berpengaruh. Secara spesifik yang diperbarui kali ini adalah varian MacBook Pro termurah yang tidak dilengkapi Touch Bar. Dan setelah hampir tiga tahun, penyegaran kali ini akhirnya mendatangkan Touch Bar sekaligus Touch ID ke varian termurah itu.

Ini berarti sekarang tidak ada lagi varian MacBook Pro yang tak dibekali Touch Bar. Namun ternyata pembaruannya tidak berhenti sampai di situ saja. Apple juga merombak spesifikasi varian termurah MacBook Pro, dari yang tadinya mengusung prosesor dual-core Intel Core i5 generasi ketujuh menjadi quad-core Core i5 generasi kedelapan, dengan klaim peningkatan performa hingga dua kali lipat.

Untuk harganya, Apple membanderol varian termurah MacBook Pro mulai $1.299. Selisih $200 dengan MacBook Air itu bukan sebatas untuk menghargai Touch Bar saja, tapi juga performa yang lebih kencang mengingat Air hanya mengemas prosesor dual-core.

Sumber: Apple.

Lebih Praktis daripada Dongle, HyperDrive USB-C Hub Attach Menancap Langsung ke Charger MacBook

Produsen USB hub patut berterima kasih kepada Apple. Pasalnya, konsumen MacBook merupakan target pasar yang sangat pas untuk kategori produk tersebut, mengingat Apple hanya menambatkan port USB-C saja pada semua laptop bikinannya.

Ini berarti mereka harus bergantung pada dongle meski hanya sebatas ingin mengakses isi dari sebuah flash disk. Dongle yang menggantung-gantung jelas bukan skenario penggunaan yang ideal. Itulah mengapa alternatif dari perusahaan bernama Hyper berikut terdengar cukup menarik.

Dinamai HyperDrive USB-C Hub Attach, perangkat ini bukannya menancap langsung ke salah satu port milik MacBook, melainkan ke adaptor charger-nya. Selain untuk mengisi ulang baterai perangkat lain, dua port USB ekstra ini juga dapat dipasangi flash disk guna mentransfer data dari atau ke MacBook yang terhubung.

HyperDrive USB-C Hub Attach

Dimensi USB hub ini sengaja dibuat sama lebarnya seperti adaptor MacBook sehingga tetap kelihatan elegan selagi terpasang, akan tetapi ini juga menjadi salah satu kekurangannya; kompatibilitasnya tidak universal, mengingat Apple menyertakan adaptor yang berbeda ukuran untuk MacBook Pro 13 dan 15 inci.

Alhasil, Hyper harus menawarkan dua model USB hub yang berbeda; satu untuk varian 13 inci dengan adaptor 61 W, satu lagi yang lebih besar untuk varian 15 inci dengan adaptor 87 W. Hyper tidak lupa memastikan bahwa output daya yang tersalur ke MacBook tetap optimal meski sedang dipasangi aksesori ini; 58 W untuk varian 13 inci, 82 W untuk varian 15 inci, tidak beda jauh dengan output aslinya.

Kedua perangkat bakal segera dipasarkan masing-masing seharga $40 (13 inci) dan $50 (15 inci). Cukup mahal memang untuk sebuah USB hub yang hanya menambahkan dua port USB ekstra, tapi mana ada juga aksesori Mac yang tidak mahal harganya?

Sumber: The Verge.

Vinpok Taptek Ialah Keyboard Mekanis Tipis Untuk Perangkat Mac

Pengembangan perangkat komputasi yang tipis dan ringan terus dilakukan. Dan bersamaan dengan upaya tersebut, produsen juga harus memutar otak dalam menyediakan metode input yang andal, nyaman dan akurat. Kualitas keyboard di laptop ultra-thin memang semakin membaik, namun pengguna keyboard mekanis mungkin tetap enggan kembali memakai papan ketik rubber dome.

Lalu jika Anda punya laptop tipis untuk bekerja tapi tak puas dengan keyboard-nya, apakah itu berarti Anda harus membawa-bawa papan ketik mekanis full-size tiap hari? Vinpok punya solusinya. Sejak beberapa bulan lalu, mereka sibuk mengembangkan Taptek, yaitu keyboard mekanis berpenampilan minimalis yang didesain khusus buat para pengguna Mac. Ia bisa jadi solusi atas keluhan konsumen terhadap mekanisme kupu-kupu di MacBook Pro baru.

Arahan rancangan Taptek menyerupai kombinasi dari produk tenkeyless dengan papan ketik ’60 persen’. Ia tidak mempunyai bagian numerical pad, tetapi Vinpok juga tidak menghilangkan bagian tombol kursor arah. Di sana, produsen memastikan tak ada bagian yang mubazir, memangkas area tepi/bingkai, tanpa membuat jarak antar tuts jadi terlalu berdempetan dan mengorbankan kenyamanannya.

Taptek menyuguhkan enam baris tombol. Namun berbeda dari keyboard mekanis yang ada, Taptek memanfaatkan jenis keycap chiclet yang pendek sehingga penampilannya menyerupai papan ketik Mac. Dan meski mengusung switch mekanis di dalamnya, Vinpok tetap berhasil menekan ukurannya semaksimal mungkin. Keyboard ini hanya berdiri setinggi 1,6-sentimeter dari permukaan meja.

Taptek 2

Untuk switch-nya, Vinpok ‘mencoba menyajikan sensasi ala Cherry MX’, namun sepertinya Taptek tidak menggunakan produk buatan brand Jerman itu. Dari video yang produsen publikasikan, saya sempat mendengar suara clicky, berarti kemungkinan Vinpok menyediakan opsi switch berprofil tactile. Selain itu, switch Taptek menjanjikan daya tahan hingga 50 juta kali tekan.

Taptek 1

Untuk menyempurnakan penampilannya, sang produsen membenamkan pencahayaan RGB LED plus 10 mode backlight. Vinpok memang belum menjelaskan detail spesifikasi secara rinci, termasuk jenis LED-nya, tapi ada peluang Taptek didukung sistem per-key. Keyboard ini kabarnya bisa tersambung secara wireless ke tiga perangkat sekaligus dan juga ditopang koneksi kabel. Selain Mac, tentu saja Taptek kompatibel dengan Windows.

Taptek 4

Saat artikel ini ditulis, belum diketahui kapan Taptek akan tersedia dan berapa harga yang dipatok oleh Vinpok. Produk ini rencananya akan dipasarkan lewat situs crowdfunding Indie Gogo. Jika tertarik atau penasaran, Anda bisa mendaftarkan email buat mendapatkan update langsung dari sang produsen.

Apple Luncurkan Blackmagic eGPU untuk MacBook Pro

MacBook Pro versi baru dihargai $6.699 untuk varian yang paling mahal dan paling perkasa. Namun seandainya itu masih kurang dan Anda masih punya budget lebih, Anda bisa mendongkrak performanya lebih lanjut – khususnya di sektor grafis – dengan bantuan external GPU (eGPU).

Salah satu opsi yang tersedia di pasaran adalah Razer Core X, yang dihargai $299 hanya untuk enclosure-nya saja, alias belum termasuk kartu grafisnya. Opsi lain datang langsung dari Apple, yang bekerja sama dengan produsen kamera Blackmagic guna mengembangkan Blackmagic eGPU.

Blackmagic eGPU

Di balik sasis aluminium unibody-nya tersimpan kartu grafis AMD Radeon Pro 580 (sama seperti yang digunakan varian termahal iMac 5K (27 inci), yang mengemas memory GDDR5 sebesar 8 GB, memory bandwith 256-bit dan total 36 compute unit. Secara keseluruhan, GPU ini sanggup menghasilkan tenaga sebesar 5,5 teraflop, cukup untuk keperluan kalangan profesional dalam menyunting video maupun mengerjakan proyek 3D dan VR.

Apple bilang eGPU ini dapat memberikan dorongan performa sebesar 2,8 kali lipat untuk MacBook Pro 15 inci, atau malah 8 kali lipat untuk model 13 inci. Tidak kalah penting adalah sistem pendingin yang dirancang untuk bekerja secara efektif sekaligus hening, sehingga tidak akan mengganggu konsumen yang bekerja di bidang produksi video dan audio.

Blackmagic eGPU

Seperti Razer Core, Blackmagic eGPU menyambung ke MacBook via satu kabel USB-C (Thunderbolt 3), sehingga baterai laptop pun juga akan terisi selama terhubung. Dari situ pengguna masih bisa menyambungkan peripheral lain, sebab perangkat ini juga dibekali satu port USB-C lain, empat port USB 3.1, dan satu port HDMI 2.0.

Soal harga, Blackmagic eGPU saat ini sudah dipasarkan seharga $699, tapi hanya melalui Apple Store saja. Dibandingkan Razer Core, konsumen pada dasarnya membayar ekstra $300 untuk GPU Radeon Pro 580 plus sejumlah port tambahan – meski tentu saja Razer Core jauh lebih fleksibel karena Anda yang memilih sendiri kartu grafisnya.

Sumber: The Verge dan Blackmagic.

MacBook Pro Dapat Penyegaran Spesifikasi dan Tiga Fitur Baru

Apple baru saja mengumumkan versi baru MacBook Pro dengan spesifikasi yang lebih gres. Yang diperbarui secara spesifik adalah model yang mengemas Touch Bar, sedangkan yang dilengkapi tombol function fisik masih sama seperti sebelumnya.

Berhubung ini cuma penyegaran spesifikasi, desain fisik perangkat pun masih sama persis, dan yang berharap Apple menyematkan slot SD card masih akan dibuat kecewa, sebab formasi colokannya tidak berubah sama sekali; masih USB-C semua, plus sebuah jack headphone.

2018 MacBook Pro with Touch Bar

Untuk model yang berlayar 15 inci, konsumen sekarang dapat memilih antara prosesor 6-core Intel Core i7 atau Core i9, semuanya generasi terbaru. Konfigurasi termahalnya juga datang dengan kartu grafis Radeon Pro 4 GB, RAM DDR4 32 GB, dan SSD berkapasitas 4 TB. Harganya? $6.699 untuk konfigurasi tertingginya, atau $2.399 untuk yang terendah.

Model yang berlayar 13 inci di sisi lain menawarkan pilihan prosesor quad-core Intel Core i5 atau Core i7, ditemani oleh kartu grafis terintegrasi Intel Iris Plus 655 dan SSD sebesar 2 TB. Banderolnya dimulai di angka $1.799, sama seperti versi sebelumnya.

Apple mengklaim peningkatan spesifikasi ini dapat mendongkrak performa MacBook Pro 15 inci hingga 70 persen, atau dua kali lebih cepat untuk model 13 inci. Daya tahan baterainya diyakini sama, sebab Apple juga menambah sedikit kapasitas baterainya sebagai kompensasi atas spesifikasi yang lebih perkasa sekaligus lebih haus daya.

2018 MacBook Pro with Touch Bar

Di samping spesifikasi yang lebih segar, kedua model MacBook Pro ini juga hadir mengusung tiga fitur baru. Yang pertama adalah layar berteknologi True Tone, macam yang terdapat pada iPhone X maupun iPad Pro. Resolusinya masih sama persis, akan tetapi temperatur warna yang ditampilkan bisa berubah-ubah secara otomatis, menyesuaikan dengan kondisi pencahayaan di sekitar.

Yang kedua adalah chip Apple T2 yang menjadi otak atas Touch Bar beserta fitur-fitur keamanan MacBook Pro, sekaligus memungkinkan pengguna untuk mengucapkan mantra “Hey Siri”. Ketiga, keyboard-nya telah disempurnakan dengan switch tipe butterfly generasi ketiga, yang diklaim lebih senyap meski menawarkan key travel yang sama persis.

Kalau Anda mengikuti berita dari media-media teknologi luar belakangan ini, Anda harusnya tahu mengenai kabar soal keyboard MacBook Pro yang bermasalah dan sangat mahal biaya reparasinya. Sayang sekali keyboard baru ini bukanlah solusi atas problem tersebut, dan untuk sekarang Apple hanya bisa memberikan tidak lebih dari sebatas program reparasi berdurasi empat tahun.

MacBook Pro leather sleeve

Terakhir, Apple juga memperkenalkan aksesori baru untuk MacBook Pro berupa leather sleeve dalam tiga pilihan warna: cokelat, biru dan hitam. Aksesori ini pertama muncul tahun lalu bersama MacBook 12 inci.

Sumber: Apple dan The Verge.

Satechi Type-C Pro Hub Adalah Aksesori Wajib untuk Pengguna MacBook Pro

Dalam beberapa tahun terakhir, Satechi terus membangun reputasinya sebagai pabrikan aksesori yang berdedikasi, terutama untuk produk Apple. Belum lama ini, mereka mengungkap sebuah aksesori yang menurut saya wajib dimiliki oleh semua pengguna MacBook Pro generasi terbaru.

Aksesori yang saya maksud itu adalah Satechi Type-C Pro Hub. Dari namanya saja sebenarnya sudah bisa ditebak bahwa ia merupakan sebuah USB-C hub, namun yang dirancang secara spesifik dan cuma kompatibel dengan MacBook Pro terbaru (13 inci maupun 15 inci), sebab ia menghuni dua port USB-C sekaligus dengan layout yang sama persis.

Yang membuatnya terkesan begitu esensial adalah deretan port yang dikemasnya, yang mencakup: 2 x USB 3.0, 2 x USB-C (satu di antaranya kompatibel dengan Thunderbolt 3), slot SD card, slot microSD card, serta output HDMI – spesifikasi lengkapnya bisa Anda lihat langsung pada gambar di atas.

Dua port USB-C Anda korbankan untuk semua ini / Satechi
Dua port USB-C Anda korbankan untuk semua ini / Satechi

Semua ini dikemas dalam bentuk yang elegan dan konstruksi aluminium, dengan dua pilihan warna yang senada dengan MacBook Pro itu sendiri. Namun tetap saja fungsionalitasnya jauh lebih penting daripada penampilannya, dan saya yakin tidak ada pengguna MacBook Pro yang tidak diuntungkan oleh aksesori ini.

Satechi Type-C Pro Hub saat ini sudah dipasarkan seharga $100. Mahal memang, tapi masih lebih murah daripada harus membeli semua jenis dongle atau adapter yang Apple tawarkan – plus jauh lebih praktis.

Sumber: BetaNews.