10 Produk Rancangan Jony Ive yang Paling Berpengaruh Selama Karirnya di Apple

27 Juni 2019 adalah hari bersejarah bagi Apple, bukan karena mereka meluncurkan produk baru yang fenomenal, melainkan karena salah satu karyawan paling berpengaruhnya memutuskan untuk hengkang. Sosok yang dimaksud adalah Jony Ive, penggawa desain di balik hampir semua produk Apple dalam lebih dari dua dekade terakhir.

Selepasnya dari Apple nanti, Jony bakal berfokus membangun firma desainnya sendiri, LoveFrom, yang dia dirikan bersama seorang desainer kawakan lain, yaitu Marc Newson. Meski tak lagi berstatus karyawan, Jony masih akan berkontribusi besar terhadap proses desain produk-produk Apple ke depannya, sebab disebutkan bahwa Apple bakal menjadi salah satu klien utama LoveFrom.

Kepergian seseorang dari suatu perusahaan semestinya tidak perlu terlalu dibesar-besarkan. Namun yang kita bicarakan di sini adalah Jony Ive, yang tak bisa dipungkiri memiliki pengaruh sangat besar di bidang desain produk. Dan lagi kita juga harus ingat bahwa Apple selama ini memang memasarkan beragam produknya selagi menitikberatkan pada aspek desainnya.

Jony Ive bisa dibilang berhasil membuka mata dunia bahwa konsep minimalisme bukanlah hal buruk di dunia teknologi. Bagaimanapun juga yang terpenting dari suatu produk teknologi adalah fungsinya, dan bentuknya tinggal mengadaptasikan dengan fungsinya, seperti yang sudah lama diajarkan lewat prinsip “form follows function” sekaligus “less is more” cetusan sekolah desain asal Jerman, Bauhaus.

Di bawah pimpinan Jony, tim desain Apple berhasil menelurkan sederet produk yang memukau secara estetika sekaligus efisien kinerjanya. Seperti dijelaskan di video “Designed by Apple in California”, Jony beserta timnya memiliki studio desain dengan akses ke peralatan yang sangat lengkap, dan terkadang alat untuk menciptakan suatu bagian dari produk harus mereka buat sendiri lebih dulu.

Singkat cerita, kata “desain” dalam kamus Apple dan Jony Ive tidak terbatas pada proses sketsa atau molding saja, tapi juga mencakup proses engineering dan manufacturing sekaligus. Berikut adalah deretan karya Jony Ive yang paling ikonik, sekaligus yang dapat menggambarkan perjalanan karirnya di Apple.

iMac G3 (1998)

iMac G3

Komputer all-in-one dengan rangka transparan nan warna-warni ini merupakan produk pertama Apple di bawah kepemimpinan Steve Jobs yang kedua (beliau sempat dipecat di tahun 1985, sebelum akhirnya kembali lagi pada tahun 1996). Jony Ive sendiri resmi bergabung dengan Apple di tahun 1992, namun selama empat tahun pertamanya dia sempat beberapa kali berniat hengkang, seperti yang diceritakan lewat wawancaranya bersama Time.

Kedatangan Steve Jobs tak lama kemudian berbuah pada pengangkatan Jony Ive sebagai Vice President of Industrial Design, dan dari situlah dia mulai menunjukkan tajinya sebagai maestro desain. Produk pertamanya tak lain dari iMac G3 ini, yang tak hanya terlihat eksentrik, tetapi juga sangat fungsional di sejumlah aspek.

Eksentrik karena konsumen dapat melihat sebagian jeroannya, dan lagi Jony Ive dengan beraninya mengeliminasi floppy drive dari sebuah komputer (yang terbukti sudah benar-benar ditinggalkan beberapa tahun setelahnya). Sebagai gantinya, Jony menyematkan port USB untuk pertama kalinya pada sebuah komputer bikinan Apple, dan ini terbukti fungsional bahkan sampai sekarang.

iBook G3 (1999)

iBook G3

Setahun setelahnya, tema transparan sekaligus warna-warni masih menjadi fokus Jony beserta timnya dalam mendesain laptop anyar Apple, iBook G3. Komponen desain yang sangat unik dari laptop ini adalah bagian engselnya yang juga menjadi rumah untuk sebuah handle, sehingga iBook G3 dapat dibawa-bawa layaknya sebuah tas jinjing.

Dari segi fungsionalitas, iBook G3 tercatat sebagai laptop versi consumer pertama yang mengemas konektivitas wireless terintegrasi. Ya, meskipun sepintas kelihatannya konyol, laptop ini setidaknya berhasil mempengaruhi pabrikan laptop lain untuk ikut menanamkan konektivitas wireless sebagai fitur standar.

iPod (2001)

iPod

Selain iPhone, iPod mungkin bisa dianggap sebagai produk paling fenomenal pada masanya. Dunia kala itu sudah cukup mengenal portable CD player maupun MP3 player, akan tetapi iPod sebagai pendatang baru berhasil merebut hype-nya secara menyeluruh.

Secara estetika, desain iPod banyak terinspirasi oleh radio Braun T3 rancangan Dieter Rams. Di tangan Jony Ive dan Tony Fadell, porsi atasnya digantikan oleh layar, sedangkan lebih dari separuh sisa porsi bawahnya digantikan oleh komponen click wheel yang terdiri dari lima tombol dan satu area lingkaran untuk memudahkan scrolling ratusan lagu yang tersimpan.

iPod generasi pertama pada dasarnya juga bisa dilihat sebagai buah pertama dari kecintaan Jony Ive terhadap konsep minimalisme, dan ini terus berlanjut sekaligus bertambah matang di tahun-tahun selanjutnya.

iMac G4 (2001)

iMac G4

iMac G4 bisa dibilang mempunyai desain yang paling berbeda dibanding iMac generasi lainnya, termasuk yang baru-baru. Ini dikarenakan nyaris semua komponen elektroniknya (termasuk halnya sebuah optical drive) tertanam di semacam kubah mini yang menjadi dudukan atas layar beserta lengannya.

Lengan penyambung layarnya ini pun dapat ditolehkan ke kiri-kanan atau dinaik-turunkan sudutnya. Berhubung sasis layarnya hanya perlu mengemas komponen-komponen terkait display, dimensinya pun jadi terlihat sangat tipis pada masanya.

Awal tahun 2000-an ini juga merupakan pertama kalinya Jony Ive diberi kantor pribadi oleh Apple, dan yang boleh masuk ke ruangan tersebut hanyalah tim desain utamanya beserta sejumlah petinggi Apple, sebab semua konsep sekaligus prototipe produk yang sedang dikerjakan disimpan di sana.

iMac G5 (2004)

iMac G5

Inilah versi iMac yang menjadi acuan desain hingga sekarang. Berbanding terbalik dari iMac G4, di sini semua komponen elektroniknya disematkan di balik layar, dan dudukannya benar-benar hanya berfungsi sebagai penopang saja.

Walaupun desain bagian layarnya sangat berbeda dibanding versi iMac terkini, bisa kita lihat bahwa dudukannya yang berbentuk seperti huruf L tidak berubah banyak. iMac G5 juga dapat dianggap memulai preferensi Jony Ive terhadap material aluminium dalam berkarya, meski di sini baru bagian dudukannya saja yang terbuat dari logam ringan tersebut.

iPhone (2007)

iPhone

Sampailah kita pada produk paling berpengaruh yang pernah Jony rancang. Pada masanya, mayoritas konsumen melihat sebuah smartphone sebagai ponsel yang dilengkapi keyboard QWERTY berkat popularitas BlackBerry. iPhone dengan beraninya tampil sangat minimalis; wajahnya didominasi oleh layar sentuh 3,5 inci, yang kala itu sudah tergolong masif.

Di titik ini, kecintaan Jony terhadap material aluminium sudah mencapai titik paling matangnya, dan itu dia curahkan lewat desain iPhone generasi pertama yang tampak dan terasa logam dari ujung ke ujung.

MacBook Air (2008)

MacBook Air

Istilah “ultrabook” sama sekali belum digunakan di tahun 2008. Dua jenis laptop yang konsumen kenal kala itu adalah workstation yang berperforma kencang tapi berbodi tebal, atau netbook berukuran mini yang sangat portable, namun juga amat terbatas daya komputasinya.

MacBook Air pada dasarnya mengisi celah di antara kedua kategori tersebut. Performanya tidak tertinggal begitu jauh dari MacBook standar, akan tetapi tubuhnya yang super-tipis dan ringan membuat perangkat ini begitu portable. Untuk memberi kesan dramatis, Steve Jobs bahkan mengeluarkannya dari sebuah amplop coklat besar saat menyingkapnya ke publik untuk pertama kalinya.

Di samping memulai tren laptop super-tipis, MacBook Air juga memulai tren desain unibody, setidaknya secara internal di Apple terlebih dulu sebelum akhirnya juga diikuti oleh pabrikan-pabrikan lain.

iPad (2010)

iPad

Saat generasi pertama iPad diluncurkan, tidak sedikit yang menganggapnya sebagai sebatas iPhone versi besar. Sejarah telah menunjukkan bahwa anggapan itu salah, apalagi dengan diungkapnya iPadOS baru-baru ini.

Satu hal yang saya suka dari iPad adalah pertimbangan Jony beserta timnya mengenai aspect ratio layar yang cocok untuknya. Rasio yang dipilih adalah 4:3, dan ini membuat menggenggam iPad terasa seperti memegang sebuah majalah tebal. Bezel kiri dan kanannya yang tebal kala itu malah membantu meningkatkan ergonomi; konsumen dapat dengan mudah mengistirahatkan ibu jarinya di sana selama menggenggam perangkat.

Apple Watch (2014)

Apple Watch

Apple Watch merupakan salah satu produk paling monumental yang pernah Jony Ive rancang. Alasannya simpel: yang namanya jam tangan selalu dikaitkan dengan fashion, dan itu saja sudah bisa menggambarkan betapa pentingnya aspek desain buat produk seperti Apple Watch.

Rumor mengenai smartwatch bikinan Apple sebenarnya sudah beredar jauh sebelum 2014, dan Jony beserta timnya seakan ingin memberikan realisasi yang cukup istimewa. Apple Watch generasi pertama hadir dalam tiga varian yang masing-masing dibungkus dengan material yang berbeda: alunium, stainless steel, dan emas 18 karat.

Meski menitikberatkan pada faktor estetika, Jony dan timnya sama sekali tidak melupakan aspek fungsionalitas. Ini bisa kita lihat dari komponen digital crown milik Apple Watch, yang tak hanya memantapkan karakternya sebagai jam tangan, tapi juga berfungsi sebagai medium input yang intuitif di samping layar sentuh.

Contoh lain adalah strap dengan mekanisme lepas-pasang yang sangat mudah sekaligus presisi. Bukan cuma itu, beragam jenis gespernya juga didesain agar praktis untuk diakses selagi masih kelihatan elegan.

iPhone X (2017)

iPhone X

Dalam rangka memperingati ulang tahun iPhone yang ke-10, Jony yang di titik ini telah menjabat sebagai Chief Design Officer dipercaya untuk merancang ponsel generasi baru yang benar-benar banyak meninggalkan elemen-elemen khas para pendahulunya. Tentu saja itu turut didukung oleh kemajuan teknologi dibandingkan saat iPhone generasi pertama diluncurkan, dan dari situ terlahir iPhone pertama yang tidak mengemas tombol Home.

Keistimewaan lain iPhone X dari sudut pandang desain adalah, ia bisa dikatakan tidak memiliki bezel bawah. Semua ponsel lain yang mengadopsi tren bezel-less kala itu (bahkan hingga sekarang) masih memiliki ‘dagu’.

Jony beserta timnya berhasil merancang ponsel tanpa dagu berkat penggunaan panel OLED fleksibel yang bagian bawahnya dapat ditekuk ke belakang, sehingga komponen yang menyambungkan panel layar ke logic board pun bisa diposisikan di belakang layar. Di ponsel lain, area dagu ini dibutuhkan untuk mengakomodasi konektor layar dan logic board tersebut.

Lebih Praktis daripada Dongle, HyperDrive USB-C Hub Attach Menancap Langsung ke Charger MacBook

Produsen USB hub patut berterima kasih kepada Apple. Pasalnya, konsumen MacBook merupakan target pasar yang sangat pas untuk kategori produk tersebut, mengingat Apple hanya menambatkan port USB-C saja pada semua laptop bikinannya.

Ini berarti mereka harus bergantung pada dongle meski hanya sebatas ingin mengakses isi dari sebuah flash disk. Dongle yang menggantung-gantung jelas bukan skenario penggunaan yang ideal. Itulah mengapa alternatif dari perusahaan bernama Hyper berikut terdengar cukup menarik.

Dinamai HyperDrive USB-C Hub Attach, perangkat ini bukannya menancap langsung ke salah satu port milik MacBook, melainkan ke adaptor charger-nya. Selain untuk mengisi ulang baterai perangkat lain, dua port USB ekstra ini juga dapat dipasangi flash disk guna mentransfer data dari atau ke MacBook yang terhubung.

HyperDrive USB-C Hub Attach

Dimensi USB hub ini sengaja dibuat sama lebarnya seperti adaptor MacBook sehingga tetap kelihatan elegan selagi terpasang, akan tetapi ini juga menjadi salah satu kekurangannya; kompatibilitasnya tidak universal, mengingat Apple menyertakan adaptor yang berbeda ukuran untuk MacBook Pro 13 dan 15 inci.

Alhasil, Hyper harus menawarkan dua model USB hub yang berbeda; satu untuk varian 13 inci dengan adaptor 61 W, satu lagi yang lebih besar untuk varian 15 inci dengan adaptor 87 W. Hyper tidak lupa memastikan bahwa output daya yang tersalur ke MacBook tetap optimal meski sedang dipasangi aksesori ini; 58 W untuk varian 13 inci, 82 W untuk varian 15 inci, tidak beda jauh dengan output aslinya.

Kedua perangkat bakal segera dipasarkan masing-masing seharga $40 (13 inci) dan $50 (15 inci). Cukup mahal memang untuk sebuah USB hub yang hanya menambahkan dua port USB ekstra, tapi mana ada juga aksesori Mac yang tidak mahal harganya?

Sumber: The Verge.

Apple Umumkan MacBook Air dan Mac Mini Generasi Terbaru

MacBook Air boleh memulai tren laptop tipis nan premium, tapi penampakannya sudah tergolong usang setelah melihat laptop lain seperti Dell XPS 13 atau malah HP Spectre Folio. Lebih parah lagi, beberapa tahun terakhir Apple cuma sebatas menerapkan penyegaran spesifikasi tanpa ubahan desain yang berarti.

Tahun ini berbeda. Apple baru saja mengumumkan MacBook Air generasi baru bersamaan dengan iPad Pro generasi ketiga. Gaya desainnya masih mirip, tapi semuanya berubah ketika Anda membukanya; bezel masif yang mengitari layarnya sudah tiada, digantikan oleh bezel tipis berwarna hitam ala MacBook Pro.

Retina MacBook Air

Bezel-nya memang bukan yang paling tipis, tapi setidaknya tidak sampai berdampak pada penempatan webcam di posisi yang kurang ideal. Dampak positifnya, volume MacBook Air menyusut 17 persen dibandingkan generasi sebelumnya meski ukuran layarnya masih sama di angka 13,3 inci.

Layarnya ini juga ikut dirombak. Resolusinya kini meningkat drastis menjadi 2560 x 1600 pixel. Sasisnya masih terbuat dari bahan aluminium utuh, tapi lebih tipis di angka 1,56 cm pada titik paling tebalnya, dan bobotnya juga lebih ringan di angka 1,25 kg. Terlepas dari itu, Apple mengklaim speaker MacBook Air baru dapat menghasilkan volume 25 persen lebih keras dan bass dua kali lebih mantap.

Retina MacBook Air

Penyegaran spesifikasi tentu tidak dilupakan. Apple menyematkan prosesor dual-core Intel Core i5 generasi kedelapan, ditemani oleh RAM 8 GB atau 16 GB, serta pilihan SSD berkapasitas 128 GB sampai 1,5 TB. Baterai yang tertanam memiliki kapasitas 50,3 Wh, diklaim tahan untuk penggunaan selama 12 jam (browsing).

Satu hal yang saya sayangkan sebagai pengguna MacBook Air lama adalah, bodi yang semakin tipis berarti keyboard-nya juga ikut menipis. Apple membenamkan switch keyboard yang sama seperti pada MacBook Pro generasi terbaru, yang kalau berdasarkan pengalaman saya mencoba, lebih tidak nyaman dipakai untuk mengetik ketimbang keyboard milik MacBook Air lawas.

Beruntung trackpad-nya kini jadi lebih besar dan telah mendukung Force Touch. Tidak ketinggalan juga adalah sensor sidik jari yang terintegrasi pada tombol power. Sistem Touch ID ini ditopang oleh chip khusus Apple T2 Security Chip yang ternyata juga bertugas memberikan proteksi digital ekstra pada komponen lainnya, seperti misalnya enkripsi data pada SSD-nya.

Retina MacBook Air

Juga sedikit disayangkan adalah hilangnya konektor MagSafe untuk charging, digantikan sepenuhnya oleh sepasang port USB-C. Untungnya port ini mendukung standar Thunderbolt 3, yang berarti kompatibilitasnya dengan berbagai aksesori seperti display dan GPU eksternal cukup terjamin.

Secara keseluruhan, MacBook Air generasi baru ini dapat disimpulkan sebagai MacBook Pro tanpa Touch Bar dan dengan desain yang agak berbeda. Apple berencana memasarkannya mulai 7 November dengan banderol mulai $1.199 untuk konfigurasi terendahnya.

Mac Mini generasi keempat

Mac Mini 4th Gen

Di samping MacBook Air, komputer usang lain yang juga Apple perbarui adalah Mac Mini. Pengumuman ini agak mengejutkan mengingat Mac Mini terakhir di-update pada tahun 2014, dan jarak sejauh itu berarti lompatan performa generasi terbarunya ini amat signifikan.

Pilihan prosesor yang ditawarkan mencakup Intel Core i3-8100 (4-core), Core i5-8500B (6-core) dan Core i7-8700B (6-core), lengkap dengan pilihan RAM DDR4 8 GB sampai 64 GB. Soal storage, SSD tipe PCIe yang terbenam bisa dikonfigurasikan dari kapasitas 128 GB sampai 2 TB.

Mac Mini 4th Gen

Sayang semua komponen tersebut duduk manis di dalam sasis aluminium yang tidak berubah. Dimensinya masih sama persis seperti generasi sebelumnya, dengan panjang sisi 19,7 cm dan ketebalan 3,6 cm, serta bobot 1,3 kg. Tidak bisa dibilang mini lagi untuk standar 2018.

Semua port-nya masih diposisikan di belakang, yang meliputi port Gigabit Ethernet, empat port USB-C (Thunderbolt 3), HDMI 2.0, dua port USB 3.0 biasa dan jack headphone. Apple tak lupa menyematkan Bluetooth 5.0 pada Mac Mini generasi terbaru ini, dan Apple T2 Security Chip turut hadir sebagai pengaman digital ekstra.

Mac Mini 4th Gen

Jadwal perilisan yang ditunjuk untuk Mac Mini sama seperti MacBook Air tadi, sedangkan harganya dipatok mulai $799.

Sumber: Apple 1, 2.

Vinpok Taptek Ialah Keyboard Mekanis Tipis Untuk Perangkat Mac

Pengembangan perangkat komputasi yang tipis dan ringan terus dilakukan. Dan bersamaan dengan upaya tersebut, produsen juga harus memutar otak dalam menyediakan metode input yang andal, nyaman dan akurat. Kualitas keyboard di laptop ultra-thin memang semakin membaik, namun pengguna keyboard mekanis mungkin tetap enggan kembali memakai papan ketik rubber dome.

Lalu jika Anda punya laptop tipis untuk bekerja tapi tak puas dengan keyboard-nya, apakah itu berarti Anda harus membawa-bawa papan ketik mekanis full-size tiap hari? Vinpok punya solusinya. Sejak beberapa bulan lalu, mereka sibuk mengembangkan Taptek, yaitu keyboard mekanis berpenampilan minimalis yang didesain khusus buat para pengguna Mac. Ia bisa jadi solusi atas keluhan konsumen terhadap mekanisme kupu-kupu di MacBook Pro baru.

Arahan rancangan Taptek menyerupai kombinasi dari produk tenkeyless dengan papan ketik ’60 persen’. Ia tidak mempunyai bagian numerical pad, tetapi Vinpok juga tidak menghilangkan bagian tombol kursor arah. Di sana, produsen memastikan tak ada bagian yang mubazir, memangkas area tepi/bingkai, tanpa membuat jarak antar tuts jadi terlalu berdempetan dan mengorbankan kenyamanannya.

Taptek menyuguhkan enam baris tombol. Namun berbeda dari keyboard mekanis yang ada, Taptek memanfaatkan jenis keycap chiclet yang pendek sehingga penampilannya menyerupai papan ketik Mac. Dan meski mengusung switch mekanis di dalamnya, Vinpok tetap berhasil menekan ukurannya semaksimal mungkin. Keyboard ini hanya berdiri setinggi 1,6-sentimeter dari permukaan meja.

Taptek 2

Untuk switch-nya, Vinpok ‘mencoba menyajikan sensasi ala Cherry MX’, namun sepertinya Taptek tidak menggunakan produk buatan brand Jerman itu. Dari video yang produsen publikasikan, saya sempat mendengar suara clicky, berarti kemungkinan Vinpok menyediakan opsi switch berprofil tactile. Selain itu, switch Taptek menjanjikan daya tahan hingga 50 juta kali tekan.

Taptek 1

Untuk menyempurnakan penampilannya, sang produsen membenamkan pencahayaan RGB LED plus 10 mode backlight. Vinpok memang belum menjelaskan detail spesifikasi secara rinci, termasuk jenis LED-nya, tapi ada peluang Taptek didukung sistem per-key. Keyboard ini kabarnya bisa tersambung secara wireless ke tiga perangkat sekaligus dan juga ditopang koneksi kabel. Selain Mac, tentu saja Taptek kompatibel dengan Windows.

Taptek 4

Saat artikel ini ditulis, belum diketahui kapan Taptek akan tersedia dan berapa harga yang dipatok oleh Vinpok. Produk ini rencananya akan dipasarkan lewat situs crowdfunding Indie Gogo. Jika tertarik atau penasaran, Anda bisa mendaftarkan email buat mendapatkan update langsung dari sang produsen.

MacBook Pro Dapat Penyegaran Spesifikasi dan Tiga Fitur Baru

Apple baru saja mengumumkan versi baru MacBook Pro dengan spesifikasi yang lebih gres. Yang diperbarui secara spesifik adalah model yang mengemas Touch Bar, sedangkan yang dilengkapi tombol function fisik masih sama seperti sebelumnya.

Berhubung ini cuma penyegaran spesifikasi, desain fisik perangkat pun masih sama persis, dan yang berharap Apple menyematkan slot SD card masih akan dibuat kecewa, sebab formasi colokannya tidak berubah sama sekali; masih USB-C semua, plus sebuah jack headphone.

2018 MacBook Pro with Touch Bar

Untuk model yang berlayar 15 inci, konsumen sekarang dapat memilih antara prosesor 6-core Intel Core i7 atau Core i9, semuanya generasi terbaru. Konfigurasi termahalnya juga datang dengan kartu grafis Radeon Pro 4 GB, RAM DDR4 32 GB, dan SSD berkapasitas 4 TB. Harganya? $6.699 untuk konfigurasi tertingginya, atau $2.399 untuk yang terendah.

Model yang berlayar 13 inci di sisi lain menawarkan pilihan prosesor quad-core Intel Core i5 atau Core i7, ditemani oleh kartu grafis terintegrasi Intel Iris Plus 655 dan SSD sebesar 2 TB. Banderolnya dimulai di angka $1.799, sama seperti versi sebelumnya.

Apple mengklaim peningkatan spesifikasi ini dapat mendongkrak performa MacBook Pro 15 inci hingga 70 persen, atau dua kali lebih cepat untuk model 13 inci. Daya tahan baterainya diyakini sama, sebab Apple juga menambah sedikit kapasitas baterainya sebagai kompensasi atas spesifikasi yang lebih perkasa sekaligus lebih haus daya.

2018 MacBook Pro with Touch Bar

Di samping spesifikasi yang lebih segar, kedua model MacBook Pro ini juga hadir mengusung tiga fitur baru. Yang pertama adalah layar berteknologi True Tone, macam yang terdapat pada iPhone X maupun iPad Pro. Resolusinya masih sama persis, akan tetapi temperatur warna yang ditampilkan bisa berubah-ubah secara otomatis, menyesuaikan dengan kondisi pencahayaan di sekitar.

Yang kedua adalah chip Apple T2 yang menjadi otak atas Touch Bar beserta fitur-fitur keamanan MacBook Pro, sekaligus memungkinkan pengguna untuk mengucapkan mantra “Hey Siri”. Ketiga, keyboard-nya telah disempurnakan dengan switch tipe butterfly generasi ketiga, yang diklaim lebih senyap meski menawarkan key travel yang sama persis.

Kalau Anda mengikuti berita dari media-media teknologi luar belakangan ini, Anda harusnya tahu mengenai kabar soal keyboard MacBook Pro yang bermasalah dan sangat mahal biaya reparasinya. Sayang sekali keyboard baru ini bukanlah solusi atas problem tersebut, dan untuk sekarang Apple hanya bisa memberikan tidak lebih dari sebatas program reparasi berdurasi empat tahun.

MacBook Pro leather sleeve

Terakhir, Apple juga memperkenalkan aksesori baru untuk MacBook Pro berupa leather sleeve dalam tiga pilihan warna: cokelat, biru dan hitam. Aksesori ini pertama muncul tahun lalu bersama MacBook 12 inci.

Sumber: Apple dan The Verge.

Mophie Luncurkan Power Bank untuk MacBook

Dahulu mungkin tidak terbayang kalau laptop juga bisa di-charge menggunakan power bank. Namun berkat USB-C, angan-angan ini bukan lagi hal yang mustahil. Kalau perlu bukti, coba lirik power bank terbaru dari Mophie.

Dijuluki Mophie Powerstation USB-C XXL, ukurannya memang jauh lebih bongsor ketimbang power bank pada umumnya. Di dalamnya tersimpan baterai berkapasitas 19.500 mAh. Akan tetapi kapasitas bukanlah satu-satunya hal yang diunggulkannya, ia juga bisa Anda pakai untuk mengisi ulang baterai MacBook 12 inci sampai penuh, dan masih menyisakan sekitar seperempat dari kapasitas maksimumnya.

Hal ini dimungkinkan berkat port USB-C yang memenuhi spesifikasi USB Power Delivery (PD) untuk input sekaligus output, yang sanggup menyalurkan dan menerima daya dengan kecepatan 30 watt. Jadi selain menjadi fast charger untuk MacBook maupun smartphone berkonektor USB-C, dia sendiri juga bisa diisi ulang dengan memenuhi standar fast charging.

Mophie Powerstation USB-C XXL

Di sebelah port USB-C tersebut, terdapat port USB-A standar yang juga memenuhi standar fast charging dan bisa digunakan secara bersamaan. Tentu saja Anda juga akan menemukan indikator LED seperti yang sudah ada pada hampir semua power bank.

Mophie mematok harga $150 untuk power bank spesial ini. Dengan harga seperti itu, Anda mungkin mengharapkan ada elemen premium tambahan pada sang perangkat. Well, setidaknya balutan kain pada bodinya bisa memenuhi ekspektasi Anda tersebut.

Sumber: Engadget.

Nums Sulap Trackpad MacBook Jadi Numpad Sekaligus Memberikan Proteksi

Sepanjang sejarah MacBook, belum pernah ada model yang dilengkapi numpad. Laptop Windows pun juga kebanyakan tidak memiliki deretan keyboard untuk menginput angka-angka tersebut. Numpad memang tidak termasuk esensial bagi semua orang, tapi bagi mereka yang setiap harinya berkutat dengan angka, numpad merupakan suatu keharusan.

Ketimbang membeli numpad eksternal, ada solusi yang lebih praktis bernama Nums. Nums sejatinya merupakan semacam kaca film tipis (0,26 mm) yang bisa ditempelkan ke trackpad milik MacBook, lalu mengubahnya menjadi sebuah numpad yang fungsional dengan bantuan software.

Nums

Istimewanya, Nums diklaim tak akan berpengaruh pada kinerja trackpad. Anda masih bisa menggunakannya seperti biasa, namun ketika Anda perlu mencantumkan angka, tinggal usap dari ujung kanan atas untuk mengaktifkan Number Mode. Setelahnya, tinggal gunakan trackpad lagi seperti biasa tanpa perlu mengaktifkan gesture apa-apa.

Number Mode hanyalah satu dari sejumlah fungsi Nums. Swipe dari ujung kiri atas, maka aplikasi Calculator akan dibuka secara otomatis, dan Anda bisa langsung melakukan penghitungan menggunakan Nums. Fungsi lain, yakni dengan mengusap dari sisi kiri, memungkinkan pengguna untuk mengakses situs, aplikasi maupun file dengan sangat cepat.

Fitur ini bisa diibaratkan sebagai shortcut yang dapat dikustomisasi sesuai keinginan dan kebutuhan. Proses kustomisasinya pun sederhana: cukup usap dari ujung kiri bawah, lalu drag-and-drop situs, aplikasi atau file yang hendak dijadikan shortcut.

Nums

Meski tipis, fisik Nums didesain dengan ketahanan luar biasa. Pengembangnya yang berbasis di Tiongkok mengklaim Nums tahan air, tahan api dan tahan goresan. Tulisan angka-angkanya juga dijamin tidak akan memudar, dan bahkan bisa menyala meski tak dibekali backlight berkat kemampuannya memantulkan cahaya dari layar.

Jadi selain memberikan fungsionalitas ekstra, Nums ternyata juga berperan memproteksi trackpad kaca milik MacBook. Ia kompatibel dengan MacBook 12 inci, MacBook Air 13 inci, MacBook Pro 13 dan 15 inci Retina Display, serta MacBook Pro generasi terbaru yang trackpad-nya bahkan lebih besar ketimbang iPhone.

Konsumen yang tertarik bisa memesan Nums melalui situs crowdfunding Kickstarter seharga $32 – atau $45 untuk versi MacBook Pro generasi baru yang ukurannya jauh lebih besar. Versi untuk laptop Windows rencananya bakal menyusul, namun saya kira masih lama mengingat tidak ada standar untuk ukuran trackpad.

Simak juga video hands-on Nums dari Unbox Therapy di bawah ini.

Aplikasi-Aplikasi Ini Siap Maksimalkan Touch Bar Milik MacBook Pro Sebelum Akhir Tahun

Selama bertahun-tahun, Apple selalu membanggakan bahwa produk-produknya merupakan hasil perkawinan yang pas antara hardware dan software. Karena itu, setiap kali mereka mengumumkan iPhone generasi baru yang dibekali fitur anyar, mereka tidak akan lupa meng-update aplikasi-aplikasi buatannya agar bisa memaksimalkan fitur tersebut.

Contoh yang paling gampang adalah iPhone 6S dengan fitur 3D Touch. Pun demikian, peran Apple saja tidak cukup, mereka juga perlu dukungan developer aplikasi pihak ketiga supaya fitur tersebut benar-benar bisa menjadi nilai jual utama. Kasus yang sama juga berlaku untuk MacBook Pro generasi baru. Fitur utamanya, Touch Bar, tidak berarti tanpa dukungan third-party app.

Dalam presentasinya, Apple sempat mendemonstrasikan sejumlah app pihak ketiga yang akan menghadirkan dukungan terhadap fitur Touch Bar, Adobe Photoshop dan djay Pro di antaranya. Microsoft beberapa waktu lalu juga sempat mengumumkan dukungan Touch Bar pada Office for Mac.

Yang menjadi pertanyaan, kapan dukungan ini bakal tersedia, apalagi mengingat Apple sudah mulai memasarkan MacBook Pro dengan Touch Bar? Berikut ini adalah daftar sekitar 20 aplikasi populer yang siap memaksimalkan kapabilitas Touch Bar paling lambat sebelum pergantian tahun.

  • Photoshop, akhir tahun
  • djay Pro, akhir November
  • Microsoft Office, Outlook, Skype
  • Pixelmator, bersamaan dengan perilisan
  • Affinity Designer, akhir November; Affinity Photo, Desember
  • Da Vinci Resolve
  • Sketch, akhir November
  • Day One, bersamaan dengan perilisan
  • Coda, bersamaan dengan perilisan
  • 1Password
  • OmniGraffle, November
  • OmniPlan, awal Desember
  • OmniFocus, awal Desember
  • OmniOutliner, kuartal pertama tahun depan
  • Blogo, akhir tahun
  • Live Home 3D versi 3.1

Sumber: TechCrunch.

Apple Resmi Perkenalkan MacBook Pro Generasi Baru

Sudah setahun lebih sejak konsumen berjumpa dengan MacBook Pro baru, dan itu pun tidak lebih dari sekedar pembaruan spesifikasi – plus integrasi Force Touch trackpad yang dipelopori oleh MacBook 12 inci. Terlepas dari itu, publik menilai sudah saatnya Apple mengungkap generasi baru MacBook Pro yang datang bersama sesuatu yang revolusioner.

Itulah yang Apple lakukan dalam event semalam (27/10). Bertempat di markas utamanya, Tim Cook dkk memperkenalkan MacBook Pro yang punya desain benar-benar baru; lebih tipis, lebih ringkas sekaligus lebih keren dari generasi sebelumnya. Bobotnya bahkan tidak kalah ringan dari MacBook Air, tepatnya 1,37 kg untuk varian 13 inci dan 1,83 kg untuk varian 15 inci.

Lalu apanya yang revolusioner? Jika Anda melirik ke bagian paling atas keyboard, Anda mungkin curiga kalau barisan tersebut tidak terdiri dari tombol-tombol fisik. Dugaan Anda benar, karena sejatinya ini merupakan fitur andalan MacBook Pro generasi baru yang dijuluki dengan istilah Touch Bar.

Luas penampang trackpad-nya hampir dua kali lipat MacBook Pro generasi sebelumnya / Apple
Luas penampang trackpad-nya hampir dua kali lipat MacBook Pro generasi sebelumnya / Apple

Touch Bar pada dasarnya merupakan sebuah layar sentuh multitouch berbentuk memanjang dan beresolusi tinggi yang bisa menampilkan beragam menu kontekstual. Utamanya, Touch Bar menggantikan peran system dan function key seperti yang kita jumpai pada lini MacBook selama bertahun-tahun.

Namun yang menarik, tombol-tombol virtual ini akan berganti ketika Anda membuka aplikasi. Di aplikasi Final Cut Pro X misalnya, Touch Bar akan menampilkan timeline; sedangkan di Safari, Touch Bar akan menyajikan deretan tab yang sedang terbuka, lengkap beserta preview thumbnail-nya.

Touch Bar akan beradaptasi dengan aplikasi yang dibuka dan menampilkan tool yang sesuai / Apple
Touch Bar akan beradaptasi dengan aplikasi yang dibuka dan menampilkan tool yang sesuai / Apple

Sederhananya, Touch Bar akan beradaptasi dengan aplikasi apapun yang sedang dijalankan, menampilkan deretan tombol yang diperlukan untuk membantu pengguna menavigasikan aplikasi tersebut. Touch Bar sebisa mungkin akan meminimalkan penggunaan trackpad, atau sebaliknya malah bisa berpadu secara harmonis dengan trackpad di aplikasi macam Photoshop.

Bicara soal trackpad, Anda bisa melihat bahwa penampangnya semakin luas di sini. Apple mengklaim ukurannya lebih besar 46 persen untuk varian 13 inci dan hampir dua kali lipat untuk varian 15 inci. Tentu saja, keduanya juga telah mengadopsi teknologi Force Touch.

Touch Bar juga berjasa atas kehadiran Touch ID pada lini perangkat Mac untuk pertama kalinya. Letaknya ada di ujung kanan, bertepatan dengan tombol power-nya. Sama seperti di iPhone atau iPad, sensor sidik jari ini bisa digunakan untuk meng-unlock Mac secara instan, melakukan transaksi online via Apple Pay dan berganti user seandainya perangkat digunakan oleh lebih dari satu orang.

Masih Retina Display, tapi kini lebih terang dan lebih akurat reproduksi warnanya / Apple
Masih Retina Display, tapi kini lebih terang dan lebih akurat reproduksi warnanya / Apple

Beralih ke layar, resolusinya tidak berubah untuk kedua varian: 2560 x 1600 pixel untuk varian 13,3 inci, 2880 x 1800 pixel untuk varian 15,4 inci. Pun demikian, Apple mengklaim tingkat kecerahan dan kontras rasionya naik sekitar 67 persen; dapat menyala dengan tingkat kecerahan maksimum 500 nit, tapi di saat yang sama mengonsumsi daya 30 persen lebih rendah.

Bagaimana dengan performanya? Jangan khawatir, sebab tradisi yang dimulai MacBook Pro selama ini masih dipertahankan. Apple memberikan pilihan prosesor Intel Core i5 atau i7 generasi keenam, RAM 8 GB atau 16 GB, Intel Iris Graphics untuk varian 13 inci atau Radeon Pro untuk varian 15 inci, serta SSD 256 GB atau 512 GB (bisa dikonfigurasikan sampai 2 TB untuk varian 15 inci). Kedua varian sama-sama mengemas empat port USB-C yang juga merupakan port Thunderbolt 3.

Bodinya bahkan lebih tipis dari bagian ujung belakang MacBook Air / Apple
Bodinya bahkan lebih tipis dari bagian ujung belakang MacBook Air / Apple

MacBook Pro 13 inci akan dijajakan dengan banderol mulai $1.799, sedangkan varian 15 inci mulai $2.399. Apple di saat yang sama juga akan menawarkan varian 13 inci yang tak dilengkapi Touch Bar dan hanya mengemas sepasang port USB-C saja seharga $1.499. Semua varian tersedia dalam pilihan warna space gray atau silver standar.

Yang tidak disangka, lahirnya MacBook Pro generasi baru ini ternyata berimbas pada dipensiunkannya lini MacBook Air. Apple masih akan menjualnya sampai stoknya habis, tapi ke depannya tidak akan ada lagi MacBook Air baru.

Apple menilai MacBook Pro generasi baru ini sudah bisa memberikan segala kelebihan yang ditawarkan MacBook Air sebelumnya. Dimensi bodinya bahkan lebih kecil dan lebih tipis, tapi di saat yang sama performanya jauh lebih kencang dan baterainya masih bisa bertahan selama sekitar 10 jam.

Sumber: Apple.

Apple Hadirkan Update Untuk MacBook, Tambahkan Pilihan Warna Rose Gold

Sehari setelah mengumumkan WWDC yang akan digelar Juni mendatang, Apple langsung mengeluarkan update untuk MacBook. Diperkenalkan pada April tahun lalu, update ini merupakan update hardware pertama yang diterima oleh MacBook. Lini laptop tertipis Apple tersebut kini mengusung prosesor Intel Skylake Core M.

Dengan perbaikan hardware ini otomatis MacBook mendapat peningkatan performa meskipun tak signifikan. Meski mengkonsumsi daya yang sama dengan prosesor sebelumnya namun Skylake Core M mampu meningkatkan performa CPU dan GPU. Dengan membawa Intel HD 515 GPU, MacBook diklaim mampu berjalan 25% lebih cepat dibandingkan dengan generasi pertamanya dan mampu bertahan lebih lama beberapa jam untuk waktu penggunaan.

Masih dibanderol dengan harga yang sama dengan versi sebelumnya, Anda bisa mendapatkan MacBook dengan harga $1.299 untuk model dengan konfigurasi dasar 1,1 GHz (2,2 GHz Turbo) Core M3 CPU, 8 GB 1866 MHz DDR3 RAM dan 256 GB storage. Tak hanya jeroan yang mendapat update, Apple pun menambahkan pilihan warna Rose Gold agar selaras dengan iPhone 6s, iPhone SE, Apple Watch dan iPad Pro 9,7 inci.

Untuk masalah konektivitas dan pengisian daya, Apple masih mengandalkan satu port USB type C. Dukungan terhadap teknologi Thunderbolt 3 pun belum didapatkan pada update MacBook kali ini. Sangat disayangkan memang, mengingat dulu Apple getol sekali mempromosikan dukungan port Thunderbolt di lini Mac yang dimiliki.

Varian warna MacBook: Rose Gold, Space Gray, Gold dan Silver / Apple
Varian warna MacBook: Rose Gold, Space Gray, Gold dan Silver / Apple

MacBook Air juga tak ketinggalan mendapat update walaupun minor. MacBook Air dengan layar 13 inci kini mengusung RAM 8 GB secara default. Sebelumnya Anda harus menambah $100 untuk meng-upgrade RAM menjadi 8GB. Tipe 11 inci masih mengusung RAM 4 GB yang dapat di-upgrade hingga 8 GB. Menurut prediksi saya, ini adalah update terakhir yang akan diterima oleh lini MacBook Air. Apple akan lebih berfokus pada MacBook dan MacBook Pro yang sudah mendukung layar retina.

MacBook menjadi pilihan yang tepat bagi Anda yang menginginkan laptop dengan portabilitas yang tinggi. Meski demikian ada beberapa hal yang harus dikompromikan ketika menggunakan MacBook seperti konektor yang hanya terdapat satu dan Anda tidak bisa meng-upgrade RAM ataupun storage-nya.

Sumber: ArsTechnica.