Privy Resmi Akuisisi AyoPajak, Dorong Administrasi Perpajakan Digital

Startup penyedia tanda tangan elektronik Privy mengumumkan akuisisinya terhadap PT Garda Bina Utama, penyedia jasa aplikasi perpajakan AyoPajak, yang diresmikan pada Kamis (1/2) lalu. Tidak disebutkan nilai yang dikucurkan Privy pada akuisisi pertamanya ini.

Melalui keterangan resminya, akuisisi menjadi strategi Privy untuk memperkuat bisnis identitas digital dan tanda tangan elektronik (TTE) tersertifikasi sekaligus mempercepat digitalisasi administrasi perpajakan. Di samping itu, akuisisi ini bertujuan untuk mempermudah pelaporan dokumen perpajakan serta memenuhi unsur keamanan dan keabsahan para Wajib Pajak.

Sebelumnya, pada September 2022, Privy telah ditunjuk sebagai Penyelenggara Sertifikat Noninstansi Dalam Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Secara Elektronik berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 454/KM.03/2022.

“Kami menyambut baik bergabungnya AyoPajak menjadi bagian dari keluarga besar Privy. Ke depannya, AyoPajak diharapkan dapat berkembang menjadi pemimpin pasar di sektor adminsitrasi perpajakan digital di Indonesia yang menjamin keamanan dan kerahasiaan data pribadi para Wajib Pajak,” tutur CEO Privy Marshall Pribadi.

Sekilas informasi, AyoPajak adalah platform online yang dirancang khusus Wajib Pajak di segmen individu, perusahaan (badan), dan konsultan pajak untuk melakukan administrasi perpajakan secara online, seperti pembuatan, pelaporan dan revisi SPT Pajak (e-Filing), pembuatan ID Billing (e-Billing), pembuatan dan pelaporan Faktur Pajak (e-Faktur), Bukti Potong Pajak (e-Bukpot), yang terhubung langsung ke sistem Dirjen Pajak Kemenkeu.

Sementara, Privy didirikan pada 2016 dan telah bermitra dengan lebih dari 3.300 klien perusahaan serta telah melakukan verifikasi identitas digital untuk lebih dari 46 juta pengguna individu.

“Privy dan AyoPajak dapat bersinergi ekspansi bisnis untuk proses administrasi perpajakan digital dan memenuhi unsur kepatuhan. Semoga akuisisi ini menjadi langkah awal kami mewujudkan ekosistem digital, di mana pengguna dapat memakai layanan one-stop-service yang dilengkapi dengan TTE tersertifikasi. Ini juga menjadi model baru administrasi perpajakan di mana sebelumnya identik dengan serangkaian proses non-digital dengan menggunakan dokumen fisik,” tambah CEO AyoPajak Andreas Saryadi.

Lebih lanjut, kolaborasi AyoPajak dengan Privy yang merupakan PSrE yang berinduk pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), disebutkan dapat membuat administrasi pelaporan pajak digital lebih terjamin dalam segi legalitas dan keabsahannya. Posisi Privy sebagai PSrE diharapkan dapat menambah kepercayaan para Wajib Pajak dalam proses administrasi perpajakan digital.

Diketahui, kepastian hukum TTE tersertifikasi telah diwajibkan untuk semua transaksi elektronik berisiko tinggi mengacu pada UU No.1 Tahun 2024, yang memiliki kekuatan hukum yang sama dengan tanda tangan basah.

Privy Kantongi Pendanaan Seri B 240 Miliar Rupiah Dipimpin GGV Capital

Startup penyedia layanan tanda tangan digital dan identitas digital Privy mengumumkan pendanaan seri B sebesar $17,5 juta atau sekitar 240 miliar Rupiah. Pendanaan tersebut dipimpin oleh GGV Capital, diikuti Endeavor Catalyst, Buana Sejahtera Group, dan sebagian besar investor sebelumnya yaitu MDI Ventures, Telkomsel Mitra Inovasi, Mandiri Capital, dan Gunung Sewu Group.

Dana segar akan dimanfaatkan untuk memperluas cakupan infrastruktur TI dan keamanannya. Privy memproyeksikan transaksi harian akan meningkat drastis dari 100.000 per hari menjadi 800.000 per hari hanya dalam dua tahun. Sejak 2017, pelanggan korporasi Privy tumbuh 17,5x, pengguna individu tumbuh 30x lipat, dan jumlah dokumen yang ditandatangani tumbuh 58x.

“Kami sangat berterima kasih atas dukungan tanpa henti dari investor, karyawan, dan klien kami yang ada, kami tidak akan sampai sejauh ini tanpa mereka. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada GGV Capital dan Endeavour karena mempercayai kami, selamat datang di keluarga Privy. Mulai hari ini, kami memiliki mitra baru yang luar biasa untuk membawa Privy ke panggung global,” kata Co-Founder & CEO Privy Marshall Pribadi.

Sebagai pionir tanda tangan digital di Indonesia dan menjadi satu-satunya yang lolos program Regulatory Sandbox Bank Indonesia (BI), Privy telah bermitra dengan bank-bank besar, seperti BRI, Mandiri, CIMB Niaga, BNI, Danamon, Nobu Bank, dan Panin Bank . Dari jumlah transaksi yang ditangani dan profil pelanggannya, menunjukkan bahwa Privy telah lulus uji kualitas, keandalan, dan keamanan layanan yang paling ketat.

“Kemitraan kami dengan Privy didukung oleh komitmen kami untuk bekerja sama dengan pendiri lokal yang menunjukkan semangat nyata dalam memecahkan tantangan besar di era ini – salah satunya adalah meningkatkan akses masyarakat luas ke berbagai layanan digital,” kata Managing Partner di GGV Capital, VC global Jenny Lee.

Fajrin Rasyid, Direktur Digital Business Telkom dan Presiden Komisaris MDI Ventures mengatakan, “Telkom Group sangat percaya pada Privy sejak awal perjalanannya. Kami berkomitmen untuk memberikan dukungan kami kepada Privy untuk membantu mereka memungkinkan masyarakat Indonesia melakukan tanda tangan digital dengan aman dan nyaman, seperti misi kami untuk mendigitalkan Indonesia.”

Akhir tahun 2019 lalu Privy telah mengantongi investasi tahapan seri A2 dari Telkomsel Mitra Inovasi (TMI). Tidak disebutkan berapa nominal investasi yang digelontorkan, namun bentuk kerja sama dan integrasi nantinya juga akan dihadirkan oleh kedua belah pihak. Sebelumnya PrivyID telah mengantongi pendanaan Pra-Seri A yang dipimpin oleh MDI Ventures dan Mandiri Capital Indonesia pada pertengahan tahun 2017 lalu. Gunung Sewu dan Mahanusa Capital juga terlibat dalam pendanaan ini.

Pertumbuhan bisnis Privy

Sebagai bagian dari strategi ekspansi globalnya, bertepatan dengan ulang tahun ke-lima, Privy juga mengubah nama dari PrivyID menjadi Privy. Tahun ini, Privy juga memperluas bisnis tanda tangan digitalnya ke negara-negara Uni Eropa dengan bermitra dengan Zettabyte, penyedia SaaS pendidikan tinggi.

Hingga saat ini jumlah tanda tangan yang telah ditandatangani melalui layanan Privy juga meningkat pesat menjadi lebih dari 69 juta tanda tangan per Oktober 2021. Perkembangan ini banyak dipengaruhi oleh kebijakan work-from-home yang diterapkan berbagai perusahaan selama masa Covid- 19 pandemi. Pada tahun 2021, Privy juga mendapatkan pengakuan tertinggi dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia sebagai Penyedia Sertifikat Elektronik (PSrE) Berinduk, sehingga meningkatkan kepercayaan dari berbagai perusahaan besar di Indonesia.

Menurut data dari Statista, total potensi pasar dari solusi identitas digital secara global diproyeksikan tumbuh dari $23,3 miliar pada 2020 menjadi $49,5 miliar pada 2026. Pertumbuhan pasar yang sangat cepat ini didorong oleh meningkatnya kasus penipuan identitas, pelanggaran data, dan peraturan pemerintah baru.

Privy telah membantu jutaan pengguna untuk membuka rekening tabungan bank, pembukaan rekening sekuritas, pengajuan kartu kredit, polis asuransi, pembelian kendaraan bermotor, penandatanganan invoice, mengajukan pinjaman dari fintech, menandatangani kontrak sewa, dan melakukan banyak pekerjaan serta transaksi lainnya tanpa perlu bepergian dan menandatangani berkas dokumen secara fisik.

Selain Privy, saat ini juga muncul startup dengan layanan serupa, misalnya TekenAja, Verihub, dan Vida.

Application Information Will Show Up Here