Cashlez Raih Pendanaan Seri A Senilai 26 Miliar Rupiah

Startup fintech Cashlez mengumumkan perolehan dana segar seri A sekitar US$2 juta (lebih dari 26 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh Mandiri Capital Indonesia (MCI), diikuti Gan Kapital dan beberapa nama investor individual.

Cashlez adalah perusahaan teknologi pembayaran yang menciptakan sistem mPOS (mobile point of sales), telah berdiri sejak 2015. Cashlez memiliki produk card reader yang dapat menerima pembayaran menggunakan kartu debit, kredit, atau kartu debit berbasis aplikasi dengan menggunakan bluetooth.

Direktur Utama MCI Eddi Danusaputro mengatakan teknologi EDC yang dihadirkan Cashlez diharapkan dapat membantu lembaga keuangan dalam meningkatkan efisiensi dengan memberikan solusi penerimaan pembayaran dengan kartu untuk konsumen B2B dan B2C.

Dari sisi Bank Mandiri, kehadiran Cashlez dapat membantu cakupan wilayah EDC yang dimiliki bank jadi lebih luas. Saat ini, Bank Mandiri baru memiliki 300 ribu EDC di seluruh Indonesia. Padahal, secara potensi ada banyak jutaan pengusaha UKM yang belum menghadirkan EDC dalam opsi pembayaran mereka.

Mengutip laporan Bank Indonesia dan LPPI di 2015, terdapat 56,54 juta UKM tersebar di seluruh Indonesia. Ditambah data KPMG di 2017, dari total populasi orang Indonesia sekitar 36% di antaranya sudah memiliki rekening bank, namun hanya 10% dari mereka yang menggunakan transaksi non tunai.

“Kami melihat tren di luar negeri, penggunaan EDC tradisional akan bergeser ke EDC yang sifatnya lebih handheld. Terlebih, untuk investasi EDC tradisional itu agak mahal dan kelemahannya juga butuh koneksi internet yang stabil,” kata Eddi, Rabu (12/7).

Dari perolehan dana segar ini, Cashlez akan membeli 4 ribu EDC dari luar negeri, ekspansi ke berbagai kota besar dan pariwisata, melakukan pemasaran digital, serta membuka kantor perwakilan.

“Tahun sebelumnya kami fokus ke pengembangan produk, sekarang kami fokus ke jualannya. Tujuannya agar semakin banyak yang menggunakan Cashlez,” terang CEO dan Co-Founder Cashlez Teddy Setiawan.

Cashlez berdiri tahun 2015 dan telah memiliki sekitar 1.000 merchant berlokasi di Pulau Jawa, Bali, Sulawesi, dan Sumatera. Sekitar 61% pengguna Cashlez datang dari ritel dan travel tourism. Cashlez juga telah memproses Rp15 miliar transaksi per bulannya. Ditargetkan sampai akhir tahun ini angka tersebut dapat meningkat jadi Rp50 miliar.

Agar penggunaan Cashlez makin luas, Teddy mengungkapkan saat ini EDC Cashlez sedang dalam tahap pengembangan agar dapat memroses kartu uang elektronik (e-money). Dia menargetkan teknologi tersebut dapat digunakan pada Agustus mendatang.

Application Information Will Show Up Here

Mandiri Capital Telah Gelontorkan Rp300 Miliar untuk Startup Tahun Ini

Mandiri Capital Indonesia (MCI) mengungkapkan sejak awal tahun hingga Mei 2017, pihaknya telah menggelontorkan investasi sekitar Rp300 miliar untuk tujuh startup fintech. Tiga di antaranya sudah diumumkan, seperti Moka, Amartha, dan yang terbaru PrivyID.

[Baca juga: Pendanaan Pra-Seri A PrivyID Jadi Langkah Awal Mantapkan Debut yang Lebih Besar

Empat sisanya akan diumumkan dalam waktu dekat. Adapun rinciannya, tiga startup bergerak di payment dan satu bergerak di enterprise solution.

Sekadar informasi, MCI fokus untuk berinvestasi pada startup fintech yang bergerak di tiga sektor saja, yakni payment, lending, dan enterprise solution. Ketiga segmen ini dinilai dapat bersinergi langsung dengan Bank Mandiri Group.

“Tahun ini kami sudah investasi ke tujuh startup, totalnya Rp300 miliar. Tiga sudah resmi diumumkan, sisanya empat startup akan segera diumumkan dalam waktu dekat,” terang Direktur Keuangan MCI Hira Laksamana, Senin (19/6).

Dari seluruh aktivitas pendanaan, MCI masih menyisakan dana kelolaan sebesar Rp200 miliar dari total sebesar Rp550 miliar. Menurut Hira, sisa dana tersebut belum tentu dihabiskan tahun ini untuk menambah portofolio startup baru lainnya.

Bentuk sinergi PrivyID dan Bank Mandiri Group

Co-founder PrivyID Guritno Adisaputro dan Marshall Pribadi
Co-founder PrivyID Guritno Adisaputro dan Marshall Pribadi

Seperti diberitakan sebelumnya, startup pengembang teknologi tanda tangan digital PrivyID mendapat pendanaan segar Pra-Seri A senilai kisaran US$500 ribu. Pendanaan tersebut dipimpin MCI, diikuti MDI Ventures, Gunung Sewu, dan Mahanusa Capital.

Dana segar yang didapat akan digunakan untuk penguatan infrastruktur dengan alokasi sekitar 80% untuk belanja perangkat lunak dan keras. Sisanya untuk pengadaan ruang kantor baru dan merekrut tim baru dengan kompetensi di keamanan dan teknologi.

“Ini pendanaan kami yang kedua setelah sebelumnya dapat dari Telkom sebesar Rp100 juta saat tergabung di program Indigo. Tahun depan kemungkinan kami akan galang dana segar berikutnya yang ditujukan khusus untuk ekspansi bisnis dan marketing,” ucap CEO PrivyID Marshall Pribadi.

Bentuk sinergi yang akan dilakukan Privy dan Bank Mandiri Group dilakukan secara dua tahap. Pada tahap pertama, sinergi akan dimulai dari internal antar divisi grup dan anak usahanya. Kemudian tahap kedua akan masuk ke nasabah untuk keperluan pembukaan rekening baru.

Adapun potensi penggunaan teknologi PrivyID di dalam grup kemungkinan besar akan dapat diimpelementasikan untuk seluruh anak usahanya. Menurut Marshall, penggunaan tanda tangan digital memiliki tingkat efisiensi yang tinggi dan otentisitasnya yang baik, serta aman.

“Salah satu rekan korporasi kami di multifinance mengakui telah mengefisiensikan sekitar Rp4 miliar dalam setahun setelah menggunakan tanda tangan digital. Ini memperlihatkan penggunaan tanda tangan digital membantu proses bisnis jadi lebih cepat dan mudah.”

Produk tanda tangan digital yang dimiliki PrivyID tidak hanya diperuntukkan untuk kebutuhan korporasi, tetapi juga dapat digunakan oleh perseorangan. Adapun biaya maksimal yang dibebankan untuk penggunaan teknologi PrivyID dalam satu dokumennya antara Rp1000 sampai Rp3.500.

Saat ini, PrivyID telah mencatatkan lebih dari 500 ribu pengguna dan bermitra dengan 30 perusahaan. Perusahaan juga mengklaim telah memproses lebih dari 3.500 tanda tangan digital setiap harinya.

Ke depannya, Marshall berharap dapat menggaet klien korporasi besar potensial seperti perusahaan multifinance, perbankan, ketenagarkerjaan, waralaba, fintech, outlet online untuk meningkatkan efisiensi logistik perusahaan.

“Kami targetkan dapat sapu bersih calon klien dari korporasi besar di 2018. Sementara ini kami tidak lakukan strategi marketing yang mengarah ke direct individual,” pungkas Marshall.

MCI Demo Day, ‘Wisuda’ Inkubator dan Pengenalan Kepada Investor

Setelah mengikuti program Mandiri Digital Incubator yang diselenggarakan Mandiri Capital Indonesia (MCI) selama enam bulan, 14 startup telah dinyatakan ‘lulus’ dari masa pematangan bisnis lewat kegiatan MCI Demo Day pada hari Senin (27/2). Keempat belas startup tersebut antara lain adalah Limakilo, Iwak, Bulp, Pickpack, DompetSehat, Erzap, IdCloudHost, Jurnal, Danasedia, Konektifa, Taralite, Taxies, Atom, dan Folio. MCI Demo Day kemarin menjadi ajang ‘wisuda’ dan pitching bagi bisnis-bisnis rintisan Mandiri Digital Incubator agar lebih dekat dengan para investor.

Inisiatif MCI dalam menyelenggarakan MCI Demo Day yang bekerja sama dengan MDI Ventures dan DailySocial ini didukung penuh oleh Bank Mandiri. Pahala Mansury, Direktur Keuangan Bank Mandiri, mengatakan bahwa Bank Mandiri selalu berencana mengembangkan bisnis UMKM, baik yang berbasis teknologi maupun non teknologi.

“Kami pernah menjalankan Wirausaha Muda Mandiri. Lalu, kami berpikir untuk memiliki rumah untuk mengembangkan startup yang punya big impact bagi masyarakat. Kunci kesuksesannya ialah kolaborasi antara MCI, Bank Mandiri, dan Mandiri Digital Incubator,” ujar Pahala dalam sambutannya.

MCI Demo Day adalah acara puncak dari program pengembangan startup di Mandiri Digital Incubator. Selama enam bulan berlangsung, CEO Mandiri Capital Indonesia Eddie Danusaputro bercerita bahwa startup di Mandiri Digital Incubator mendapatkan training dan mentorship yang telah disiapkan kurikulumnya.

“Terutama untuk dua hal; product valuation dan market validation, termasuk business model-nya,” imbuhnya.

Mandiri Digital Incubator hadir sebagai medium untuk finetuning produk dari startup sekaligus mencari pendanaan. “Nah, memang kita yang mempunyai Mandiri Digital Incubator. Karena kita tidak mungkin yang mendanai semuanya, maka kita mengundang teman-teman venture capital ini untuk mendengarkan presentasi dari startup-startup ini, siapa tahu mereka berminat untuk funding,” cetus Eddie.

Selama program Mandiri Digital Incubator batch pertama berlangsung hingga puncaknya MCI Demo Day, beberapa startup telah mendapatkan funding dari investor, baik melalui MCI maupun investor lainnya.

“Saat ini kami dalam proses due dilligence [untuk investasi ke salah satu startup],” ujar Bisma Manda Samsu, Head of Finance, Treasury, and Operations MCI, yang menolak untuk menyebutkan nama-nama startup yang telah didanai karena belum dirilis.

Secara komposisi, ranah startup yang telah mendapatkan funding terhitung berimbang, yakni 50% fintech dan 50% non-fintech.

Bagi startup, rangkaian penyelenggaraan Mandiri Digital Incubator ini menjadi pengalaman yang menyenangkan tersendiri. CEO Danasedia Lutfi Adhiansyah adalah salah satu yang mengakuinya.

“Yang menarik sebenarnya adalah penyelenggaranya. Karena penyelenggaranya kan bank besar ya, Bank Mandiri. Jadi, ketika kita berada di bawah naungan Mandiri, kita mendapat exposure yang lumayan baik. Apalagi saya bergerak di bidang fintech,” terang Lutfi.

Senada Lutfi, CMO IdCloudHost M. Mufid Luthfi kurang lebih merasakan hal yang serupa. Kolaborasi antar startup adalah hal yang menurut Mufid perlu digarisbawahi dan meninggalkan kesan baik dari Mandiri Digital Incubator. “Meskipun kami perusahaan baru, tapi kami dapat pembinaan dari mentor-mentor terbaik. Di sini kita dilatih bagaimana membuat startup yang sustain,” aku Mufid.

Disclosure: DailySocial adalah media partner dari MCI Demo Day.