5 Aplikasi Android buat Teman Ngabuburit

Ramadhan tiba! Semasa kecil, mungkin sebagian besar di antara kita pernah mengisi ngabuburit dengan kegiatan menyenangkan seperti bermain PlayStation atau online gaming. Dengan kultur Internet dan mobile yang sudah merambah masyarakat, aktivitas menunggu adzan maghrib berkumandang di bulan Ramadhan kini bisa tetap seru dengan smartphone Android-mu.

Aldy, Azka, Alvin, dan Udin adalah empat orang pengguna Android smartphone dengan latar belakang pekerjaan yang berbeda-beda, namun punya satu kesamaan; mereka sama-sama beranggapan bahwa banyak Android apps yang kini bisa membuat ngabuburit mereka jauh dari kebosanan. Bagaimana ceritanya? Simak cerita empat orang ini dengan DailySocial!

1. Mobile Legends: Bang Bang

Dikenal sebagai DotA-nya mobile gaming, Mobile Legends diproyeksi akan benar-benar menjadi legends. Telah diunduh hingga 10 ribu sampai 50 ribu pengguna, MOBA (multiplayer online battle arena) game rilisan Moonton ini memang cocok sekali menjadi ngabuburit game. Azka, seorang karyawan di sebuah digital agency bilangan Kuningan, mengakuinya.

“Karna Mobile Legends itu gameplay-nya kayak DotA, terus lo bisa beli skin hero yang lo suka. Terus lo juga bisa buat squad gitu, dan mainnya party sama temen-temen lo berlima. Pokoknya, enggak berasa deh tiba-tiba adzan maghrib saja,” ujar Azka.

2. YouTube

Saat stasiun televisi punya banyak program unggulan bulan Ramadhan yang siap menemanimu dari saat santap sahur dini hari sampai waktu berbuka puasa, YouTube juga punya konten-konten menarik—bahkan meski sedang tidak di bulan Ramadhan—yang bisa disesuaikan dengan interest-mu.

Udin, 22 tahun, mengaku YouTube menjadi pilihan utamanya untuk ngabuburit. “YouTube suka ngasih info-info menarik secara audio-visual, dan terkadang kontennya menghibur. Biasa nya sih gue buka video-video tentang DotA, bisa sampai dua jam,” ujar freelance videographer yang gemar main online game ini.

3. E-commerce apps

Di tengah teman-teman pengguna smartphone Android, ternyata ada yang beranggapan bahwa aplikasi jual-beli cocok untuk teman ngabuburit. Scrolling dan mencari-cari barang incaran yang harga bersahabat di dompet tak pelak jadi aktivitas yang membuat kita lupa waktu. Kamu termasuk salah satunya?

Alvin merasa termasuk pengguna aplikasi jenis ini saat menunggu santapan buka puasa. “Gue bisa lupa waktu kalau sudah cari barang terus banding-bandingin harga dari satu toko ke toko lain. Dua jam mah bisa lah buat mantengin Tokopedia doang,” aku pegawai bank swasta ini.

4. Clash Royale

Melanjutkan kesuksesan game pendahulunya yang fenomenal, beberapa pengembang Clash of Clan mengembangkan game dengan karakter yang serupa namun genre dan gameplay yang berbeda. Meski dengan metode bermain yang berbeda, Clash Royale punya tingkat adiksi yang berbahaya. Aldy sudah mengakuinya.

Begitu ditanya soal aplikasi untuk teman ngabuburit, pria yang bekerja sebagai graphic designer di sebuah event organizer di Bogor ini secara lantang tak ragu menyebutkan Clash Royale. “Menurut gue, ini game simpel banget dan enggak ribet. Begitu klik, langsung main. Cuma yang susah tuh dapetin kartu legend yang namanya Sparky,” tutur Aldy.

5. Football Manager 2017

Game yang satu ini sudah melegenda sebagai game yang bisa merebut waktumu. Meski berbayar, Football Manager bagi sebagian orang merupakan investasi waktu selama setahun—setidaknya sampai seri terbarunya muncul.

Alvin memang senang menunggu suara bedug maghrib dengan membuka aplikasi e-commerce. Tapi, Football Manager 2017 sudah masuk ke wishlist-nya. “Ini nih game yang bener-bener enggak ribet dan enggak bikin bosen maininnya. ‘Kan ada tuh game yang kalau baru main beberapa kali udah bosen. Nah, ini enggak berlaku di Football Manager 2017,” jelasnya.

Di Ramadhan tahun ini, Football Manager 2017 harusnya sudah tidak ada di wishlist-nya Alvin lagi. Google Play kini punya promo #SalipLevel, biar kamu bisa beli aplikasi, game dan item di dalamnya dengan diskon hingga 80%, dan belinya bisa pakai pulsa juga.

Aldy juga bisa merasakan hal yang sama dengan Clash Royale-nya. “Buat dapetin kartu itu harus pakai chest, chest-nya itu harus dibeli pakai gem, dan gem-nya harus dibeli lewat Google Play. Kalau ada diskon sampai $20 sih ngebantu abis!” ucapnya.

Jadi ternyata sudah bukan zamannya lagi alasan kalah main game gara-gara enggak punya item keren. Sudah waktunya kamu #SalipLevel teman-temanmu, dan tantang mereka dengan bilang, “Mana level lo?”

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung Google Play.

Tentang Trivio, Pergantian Nama dan Sejumlah Fitur Pelengkap

Salah satu cara sukses startup dikenal adalah dengan memiliki nama atau brand yang kuat. Tim Zanada paham betul hal ini. Setelah menjalani diskusi dan beberapa pertimbangan, Zanada akhirnya berubah nama menjadi Trivio. Nama Zanada ditinggalkan karena banyak yang mengira Zanada merupakan bagian dari Zalora, Lazada bahkan Panada. Trivo akhirnya dipilih sebagai pengganti Zanada karena dinilai lebih mudah diingat dan dilafalkan.

Trivio sendiri diakui salah satu penggagasnya Ibnu Rizal sebagai penyempurnaan dari Zanada. Trivo mendapatkan sejumlah penambahan fitur yang membuatnya bisa bekerja optimal untuk operasional pekerja di lapangan yang menggunakan perangkat mobile.

“Zanada kala itu masih prematur dan hanya punya aplikasi berbasis web saja, kurang powerful untuk operasional di lapangan memakai handset. Trivio memiliki fitur sesuai dengan apa yang saya harapkan saat membangun Zanada, yakni aplikasi yang terintegrasi antara web based untuk manager/director, serta native Android apps untuk para salesman,” terang Rizal.

Dari penuturan Rizal, Trivio dirancang untuk mengedepankan kontrol proses penjualan yang terukur dan transparan bagi para manager, pemilik bisnis dan salesman sendiri. Ada pun fitur-fitur yang menjadi unggulan antara lain, Absensi Online melalui aplikasi yang terintegrasi, Pipeline yang digunakan untuk melihat proses, Check in – Check out untuk update penjualan dan lokasi pertemuan, Photo Geo-tagging untuk laporan keberadaan lokasi, Region Based Salesman, dan beberapa lainnya.

Selain itu Trivio juga menyediakan fitur untuk memantau kondisi GPS, sehingga penggunaan GPS palsu akan terdeteksi. Demikian juga status baterai dari perangkat yang digunakan.

“Selain memosisikan diri untuk manager/business owner, kami juga memosisikan diri untuk tenaga lapangan. Trivio punya fitur untuk mendeteksi pengaktifan Fake GPS sehingga di laporan manager jika salesman mengaktifkan Fake GPS maka akan muncul notifikasi Fake di laporan. Status baterai pun telah ada di Trivio sehingga manager pun bisa tahu berapa persen baterai yang terpakai oleh handset si Salesman saat itu,” papar Rizal lebih lanjut.

Saat ini Trivio yang sudah digunakan salah satu perusahaan distribusi medical di Indonesia, dan terus berupaya untuk menambah jumlah pengguna mereka. Rizal menuturkan pihaknya menargetkan setidaknya ada sepuluh perusahaan yang menggunakan layanannya di penghujung akhir tahun ini.

“Pangsa pasar solusi ini sangat besar mengingat banyaknya distributor di Indonesia maupun worldwide (mengingat flow sales secara overall itu tidak jauh beda di setiap negara). Kami yakin dalam dua tahun ke depan dapat menembus minimal pasar Asia Tenggara,” tutup Rizal.

Tri Luncurkan Aplikasi bima+ sebagai “Creative Hub” Pelaku Industri Kreatif

Industri kreatif Indonesia sekarang mulai banyak mendapat sorotan dari berbagai pihak. Salah satunya dari Tri Indonesia. Dalam rangka mendukung pemberdayaan generasi muda, perusahaan pengusung operator seluler tersebut menghadirkan sebuah aplikasi digital bima+ sebagai panggung digital dan creative hub untuk berkarya.

“Kami percaya Indonesia memiliki  sumber daya yang luar biasa, yaitu kreativitas anak bangsa yang tidak akan habis nilainya. Mereka kreatif, berbakat dan mempunyai keinginan kuat untuk menunjukkan karya mereka hingga ke tingkat global,” ujar Presiden Direktur Tri Indonesia Randeep Singh Sekhon.

Kepala Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) Triawan Munaf yang turut hadir dalam acara peluncurannya aplikasi mengungkapkan apresiasinya terhadap Tri yang telah menyediakan wadah baru untuk mempromosikan produk kreatif anak bangsa.

“Apresiasi kami untuk Tri yang telah menyediakan wadah baru untuk mempromosikan produk kreatif anak bangsa. Wadah promosi sangat diperlukan bagi para pelaku industri kreatif. Kami juga mengajak banyak korporasi untuk mendukung pertumbuhan industri kreatif Indonesia, salah satu nya seperti yang dilakukan Tri saat ini,” ujar Triawan .

Tri melalui peluncuran aplikasi creative hub ini mengajak semua masyarakat Indonesia yang memiliki talenta dan kreasi di industri kreatif mulai dari musik, film, game, fesyen, desain, dan ragam produk kreatif lainnya untuk bergabung di bima+ untuk terhubung dengan 56,8 juta pelanggan Tri dan pengguna operator seluler lainnya di seluruh Indonesia.

“Pelanggan Tri mayoritas millennial dan konsumen data, baik 3G maupun 4G.  Mereka menggemari berbagai konten streaming termasuk juga belanja online.  Kami berharap bima+ bisa menghubungkan seluruh anak muda di Indonesia dengan semua karya anak bangsa,” ujar Chief Commercial Officer Tri Indonesia Dolly Susanto.

Dolly juga menambahkan melalui aplikasi bima+ masyarakat bisa menemukan keseruan dalam menikmati streaming beragam jenis film, musik dan game yang telah terkurasi, juga beragam konten lainnya lengkap dengan layanan chat room yang telah disediakan.

“Hadirnya bima+ diharapkan dapat menjadi satu wadah buat seluruh anak bangsa untuk  semakin terhubung dalam satu creative hub di satu virtual mall.  Sehingga jutaan ambisi anak bangsa, dapat terus terwujud. Ini adalah komitmen kami untuk mewujudkannya,” tutup Dolly.

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi Gencil Dikembangkan untuk Bawa Pontianak sebagai Kota Pintar

Dikembangkan sejak bulan Agustus 2016, aplikasi bernama Gencil (dalam Bahasa Melayu Pontianak berarti mudah) dari PT Satu Hati berusaha memfasilitasi kebutuhan realisasi kota pintar di Pontianak. Aplikasi ini mengintegrasikan sistem informasi perkotaan dengan beberapa stakeholder, menghubungkan kebutuhan masyarakat dengan institusi pemerintah setempat.  Saat ini institusi yang sudah bergabung dengan Gencil mulai dari Pemerintah Kota Pontianak, Bank Indonesia Perwakilan Kalbar, BPJS Ketenagakerjaan, PDAM Kota Pontianak, Kepolisian Daerah, hingga TNI.

Selain berarti mudah, Gencil sendiri sebenarnya juga sebuah singkatan dari “Government & Smart City Landmark”, sesuai visinya yakni ingin menjadi suatu landmark di dunia maya bagi masyarakat yang sedang berada di Kota Pontianak khususnya dan Kalimantan Barat (Kalbar) pada umumnya. Aplikasi Gencil saat ini sudah tersedia secara gratis untuk pengguna platform Android dan iOS.

Saat ini Gencil melayani beragam kebutuhan warga Pontianak seperti pencarian destinasi kuliner, informasi acara terbaru di Pontianak dan Kalbar, destinasi wisata yang ada di Kalbar dan Pontianak, hingga info pangan dan berita. Bahkan masyarakat dapat melaporkan keluhan terhadap pelayanan publik dan kondisi lingkungan, misalnya jalan berlubang, sampah bekas kulit durian yang menumpuk, parkir motor yang memenuhi badan jalan dan sebagainya kepada instansi terkait lewat aplikasi ini.

“Ini salah satu bentuk kontribusi kami kepada Kota Pontianak untuk mewujudkan sistem smart city. Ketika kota lain menghabiskan banyak anggaran APBD untuk membangun sistem, di Pontianak, kami bekerja sama dengan pemerintah dan stakeholder yang ada di Kota Pontianak sehingga pemerintah tidak mengeluarkan sepeser pun anggaran,” ujar Hermawan Sulaiman selaku Direktur Utama PT Satu Hati.

Kendati dikembangkan secara bootstraping, Hermawan optimis ke depan Gencil akan menjadi platform kota pintar yang dapat terintegrasi dengan stakeholder di seluruh Indonesia. Terkait model bisnis yang diterapkan berupa active advertising. Dengan menggratiskan layanan, pihak manajemen mendapat pemasukan dari iklan, tergantung jumlah permintaan. Bagi pengiklan dari pelaku UMKM, diberi harga khusus.

“Cakupan wilayah layanan Gencil saat ini masih di Kalimantan Barat, meski sudah ada permintaan dari Medan dan Maluku,” imbuh Hermawan.

Keunggulan Gencil dibanding layanan sejenis di Kalbar adalah layanan ini tidak hanya dapat diakses dari ponsel pintar semata, tapi juga mempunyai Gencil Kiosk di tempat ramai (ruang publik) yang dapat diakses siapa saja secara gratis.

Application Information Will Show Up Here

Weekend Inc Akan Luncurkan Moselo, Aplikasi Chat-Commerce untuk Layanan Jasa

Baru-baru ini Weekend Inc mengumumkan inovasi terbarunya. Bernama Moselo, aplikasi berbentuk chat-commerce ini akan menghubungkan penyedia jasa dengan konsumennya. Saat ini Moselo masih dalam tahap pengembangan dan pengujian, direncanakan akan diluncurkan dalam versi beta awal Juli 2017 mendatang. Kendati demikian, melalui situs resminya Moselo sudah mulai menghimpun penyedia jasa yang berminat menjadi bagian dalam layanannya.

Setidaknya ada enam jenis jasa profesional yang akan ditawarkan melalui Moselo, yakni jasa kecantikan, fotografi, videografi, desain interior, desain fashion dan jasa hiburan.

Menyederhanakan proses pemesanan jasa di satu platform

Co-Founder & CEO Weekend Inc. Richard Fang menceritakan bahwa proses bisnis yang ingin dibawa Moselo pada dasarnya menyesuaikan kebiasaan orang ketika hendak memesan layanan jasa. Termasuk pemilihan platform chatting sebagai medium. Pada umumnya ketika memilih layanan jasa orang pasti akan bertanya terlebih dulu terkait detail penawaran, bahkan beberapa butuh berkenalan dulu supaya merasa lebih nyaman.

“Kami melihat dan mengalami sendiri problem yang ada ketika kita mau menggunakan jasa seseorang (misalnya make-up artist, desainer gaun, dll), dimulai dari mencari penyedia jasa yang kita suka di Instagram/Facebook lalu dilanjutkan chatting di WhatsApp/LINE, sampai ke proses pembayaran DP atau full-payment yang masih manual. Ini semua sangat menguras tenaga baik dari sisi calon customer dan penyedia jasa. Maka dari itu kami menghadirkan solusi Moselo, jadi semua proses di atas bisa kita lakukan hanya dalam satu app saja,” ujar Richard.

Varian fitur yang tersedia pada aplikasi Moselo

Ada empat fitur utama yang telah ditanamkan pada aplikasi Moselo. Pertama Portofolio, fitur ini didesain untuk memperlihatkan portofolio dari jasa yang ditawarkan oleh penyedia (disebut dengan Expert). Kedua ada Auto Reply, fitur ini akan meringankan beban Expert dalam menjawab hal yang sering menjadi pertanyaan oleh calon konsumen. Pertanyaan-pertanyaan umum (FAQ) dapat didefinisikan dalam sistem sehingga dapat terjawab secara otomatis.

Tampilan aplikasi Moselo
Tampilan aplikasi Moselo

Kemudian yang ketiga fitur Pre-Defined Action, sebuah fungsionalitas yang dapat digunakan untuk mengatur tombol di keyboard secara kustom menyesuaikan dengan tipikal layanan atau pertanyaan yang sering diterima Expert. Dan yang terakhir ada In-Chat Order & Payment, yakni sebuah fitur yang memungkinkan konsumen dapat dengan mudah melakukan pemesanan langsung di ruang chat. Proses pemesanan tersebut dieksekusi secara otomatis oleh sistem, tanpa harus dikelola manual oleh Expert.

Otomatisasi yang dalam aplikasi diharapkan akan memberikan efisiensi kepada Expert. Mereka hanya perlu menjawab ketika ada pertanyaan spesifik dari calon konsumen. Dengan begitu Expert memiliki lebih banyak waktu untuk menjalankan bisnisnya dan berkreasi.

“Pada tahap ini kami akan fokus pada bidang jasa dulu. Kami ingin melakukan validasi  terhadap kebiasaan orang yang menggunakan berbagai macam app untuk mencari, bertanya sampai melakukan transaksi menjadi satu app saja. Kami rasa ini dasar yang penting bagi Moselo untuk bisa scale di masa depan,” tutur Richard menerangkan plan ke depan dari Moselo.

Untuk operasional, nantinya akan ada fee (nominal belum disebutkan) yang dikenakan pada penyedia jasa ketika ada transaksi melalui Moselo, untuk membiayai proses payment gateway.

Lima Aplikasi Smartphone yang Mempermudah Liburan

Coba lihat kalender di smartphone-mu! Sepanjang tahun 2017 ini, ada berapa tanggal yang kamu tandai dengan titel “Weekend gateway”? Lalu, semakin mendekati periode pertengahan tahun, sudah berapa liburan yang terealisasi?

I have had a holiday, and I’d like to take it up professionally,” ungkap penyanyi Kylie Minogue. Dengan banyaknya destinasi impian di kepala, rasanya sayang sekali jika keinginan liburan hanya berakhir menjadi rencana di atas kertas atau wacana di grup messenger—yang terkubur oleh chat room dengan klien atau bos di kantor.

Ya, kesibukan harianlah yang seringkali membuat liburan terasa ribet dan akhirnya tidak direalisasikan secara matang. Padahal, dengan berjibun mobile apps yang tersedia di Google Play atau App Store, liburanmu akan lebih terasa mudah, dari mulai perencanaan sampai kembali pulang ke rumah.

DailySocial telah mewawancarai orang-orang yang mengaku merasa sangat terbantu liburannya oleh mobile apps andalan mereka. Di antara mereka, tentu ada yang menggunakan aplikasi yang sama antara satu dan lainnya. Namun di sini DailySocial akan menyajikan cerita pengalaman terbaik dari beberapa aplikasi yang mewakili mereka.

1. “Kalau mau booking tiket pesawat atau kamar hotel, gue pasti larinya ke mobile apps.” – Love, 24 tahun, Marketing Staff

Pada zamannya, tiket pesawat hanya tersedia di satu tempat, pemesanan kamar hotel hanya terjadi via pesawat telepon, dan tiket kereta api hanya bisa dibeli di loket. Bagi yang mengalami masa itu tentu akan sulit mempercayai jika sekarang mobile apps mampu melakukan semua hal tadi hanya melalui beberapa tahapan saja.

Diakui Love, salah satu karyawan perusahaan swasta, dalam tahap perencanaan liburan, aplikasi booking platform kini tak ubahnya menu wajib yang harus dikunjungi. “Gue kebantu banget buat nyari tiket murah. Terus gue juga bisa tahu mau tidur di mana kalau lagi traveling,” ujar Love. “Udah gitu ada rekomendasi dari orang-orang juga ‘kan. Pokoknya, kalau mau booking tiket pesawat atau kamar hotel, gue pasti larinya ke mobile apps kayak Traveloka atau Tiket.com.”

2. “Ojek online udah paling pas buat traveling di kota-kota besar.” – Tama, 23 tahun, Business Development Staff

Dengan merambahnya on-demand service, aplikasi seperti Go-Jek, Grab Bike, maupun Uber ternyata banyak diandalkan para traveler untuk memuluskan itinerary mereka. Tama, misalnya. Pria yang bekerja di salah satu startup di Jakarta Selatan ini banyak menggunakan fitur dalam sebuah aplikasi on-demand service.

“Ojek online udah paling pas buat traveling di kota-kota besar. Kayak Go-Jek tuh. Gue biasanya dari stasiun atau bandara ke hotel, atau dari hotel ke spot wisata, biasanya pake ojek online. Kalau mager di hotel, pesen makan pakai Go-Food,” jelas Tama.

3. “Gue sih pake Google Maps biar gak nyasar ke pantai.” – Isan, 24 tahun, Social Media Manager

Dulu, sebagai penunjuk arah, GPS tracker adalah peranti yang berdiri sendiri. Seiring industri smartphone mulai bergeliat, kita semua tentu sudah tidak asing dengan aplikasi navigasi semacam Google Maps atau Waze. Isan, yang punya hobi plesir ke remote area seperti pantai dan gunung, mengaku tertolong dengan kehadiran teknologi ini.

“Kebetulan gue lagi seneng traveling ke pantai. Gue sih pake Google Maps biar gak nyasar ke pantai. Dari awalnya (merencanakan trip) tuh gue pakai Google (Maps) buat perkiraan jarak dan waktu dari tempat gue ke tujuan. Tapi gue tetep pakai (Google Maps) di jalan untuk navigasinya.”

4. “Wisata kuliner gue sekarang kebantu banget sama Qraved.” – Sharon, 23 tahun, Graphic Designer

Bagi beberapa orang, wisata kuliner itu kewajiban. Rasanya, perjalanan ke satu destinasi belum lengkap bila ritual ini tidak dijalankan. Sharon adalah salah satu traveler yang punya kebiasaan ini. Menariknya, terkadang ia datang ke satu daerah memang hanya bertujuan untuk mencicipi hidangan-hidangan unik di sana.

“Wisata kuliner gue sekarang kebantu banget sama Zomato atau Qraved. Dia (Qraved) bener-bener reliable buat cari makanan. Lingkupnya ‘kan udah luas, jadi banyak pilihan restorannya, terus kita juga bisa tahu harga makanan atau minumannya, dan recommended atau enggak,” ujar Sharon.​

5. “Berkat LINE Group Video Call, gue tetep bisa ‘dateng’ ke pernikahan saudara, meski lagi liburan.” – Aya, 23 tahun, Partnership Specialist

Satu lagi menu kegiatan yang tidak boleh terlewat saat liburan, yaitu berbagi momen. Umumnya, aktivitas ini terjadi di jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, atau Path. Tapi, Aya punya pengalaman berbeda soal berbagi momen.

Karyawan media online ini sudah membeli tiket pesawat dan booking kamar hotel dari jauh-jauh hari, dan sekitar satu bulan sebelum keberangkatan, ia baru dapat kabar tentang resepsi pernikahan saudaranya di pulau yang berbeda.

“Akhirnya gue pake group video call-nya LINE,” tutur Aya. “Bayangin, dari LINE Group Video Call, gue tetep bisa ‘dateng’ ke pernikahan saudara lho, meski lagi liburan. Kebetulan yang enggak bisa hadir waktu itu bukan cuma gue, jadi ada saudara gue yang live streaming resepsinya gitu. Terus gue sekalian pamer aja kalau gue lagi liburan,” sambung Aya sambil tertawa.

Aya, kakaknya, dan ketiga sepupunya memang ingin sekali kumpul bersama, dan berharap resepsi pernikahan ini jadi ajang temu-kangen. Tapi, di antara kelima orang tersebut, hanya satu sepupunya yang bisa menghadiri hajatan tersebut. Group Video Call LINE pun jadi pilihan Aya agar semuanya bisa terkoneksi.

“Group Video Call ini pakainya gampang banget; tinggal tekan opsi Video Call yang ada di grup chat di LINE, udah bisa langsung tersambung dengan anggota grup lain,” ujar Aya.

Kurang lebih, inilah fitur yang dipakai Aya saat berbagi momen dengan sepupunya saat ia sedang berlibur.

Tak hanya liburan tentunya, Group Video Call LINE juga bisa kamu manfaatkan untuk kegiatan sehari-hari, seperti meeting, ngobrolin rencana jalan-jalan, dan masih banyak lagi.

Tertarik mencoba? Cukup buka Apps Store atau Google Play, dan download aplikasi LINE di sana.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh LINE.

Aplikasi “Dating” Cinlok Dikemas dengan Konsep Traktiran

Salah satu kategori aplikasi atau layanan yang hadir berkat viral-nya teknologi digital di Indonesia adalah aplikasi kencan atau dating. Aplikasi ini mulai banyak bermunculan dengan berbagai konsep. Salah satu yang terbaru adalah aplikasi “Cinlok”.

Berbeda dengan aplikasi kencan yang sudah ada, Cinlok memungkinkan para pengguna mentraktir pasangan yang diajak kencan. Langkahnya sederhana, tinggal menentukan tanggal dan restoran yang diinginkan, tunggu siapa yang menawarkan diri, kemudian pilih yang cocok. Pengguna bisa kencan, sekaligus ditraktir.

Jika aplikasi kencan yang lain mempertimbangkan variabel dan beberapa hal lainnya untuk mengidentifikasi kecocokan pasangan aplikasi ini justru membuka peluang untuk siapa saja yang menerima tawaran untuk diajak kencan, makan malam bersama. Alasan yang diberikan adalah Cinlok membuka peluang pengguna langsung bertatap muka langsung dan saling berbincang di makan malam dibanding terlalu banyak menghabiskan waktu untuk chatting.

Aplikasi Cinlok bekerja dengan mewajibkan setiap penggunanya masuk menggunakan akun Facebook. Kemudian pengguna diminta untuk melengkapi foto profil dan data, untuk validitas data harus diisi. Selanjutnya pengguna bisa menawarkan atau menanggapi dating rooms yang ada. Untuk urusan data restoran, pihak Cinlok menggunakan data-data dari Zomato.

Cinlok juga menerapkan sistem koin. Pengguna bisa membeli koin untuk menikmati fitur-fitur premium yang ada di aplikasi Cinlok.

Layanan ini dikembangkan PT Magna Digital Lab sejak Februari tahun ini. Meski tergolong baru, Cinlok disebut memiliki penerimaan yang bagus dengan adanya puluhan ribu download dalam waktu satu bulan terakhir. Kondisi ini membuat Magna Digital Lab merencanakan untuk menambah model bisnis ke arah business to business.

Cinlok, melalui salah satu tim marketing mereka, Rahmi, menyebutkan bahwa target mereka adalah orang-orang yang terlalu sibuk hingga tidak ada waktu untuk mencari pasangan. Dengan konsep yang ada Cinlok hanya membantu pengguna menemukan orang yang cocok untuk kemudian diajak makan malam. Pengguna diklaim perlu mengenali pribadi pasangan kencan dengan sendirinya.

Application Information Will Show Up Here

Coorby Mudahkan Pemesanan Antrian Lapangan Futsal dan Jasa Pangkas Rambut

Di Malang, baru-baru ini mulai dikenalkan sebuah layanan bernama Coorby. Aplikasi ini didesain sebagai salah satu solusi untuk mereka yang enggan mengantre. Aplikasi ini juga dilengkapi dengan fitur pemesanan, sehingga pengguna yang ingin datang ke sebuah tempat seperti lapangan futsal, tukang pangkas rambut atau lainnya bisa dengan mudah mendapat nomor antrean atau melakukan pemesanan secara instan.

Misi utama Coorby ialah ingin mencoba menyelesaikan permasalahan yang sangat umum menimpa masyarakat dalam melakukan aktivitas sehari-hari,  yakni menunggu. Coorby memberikan kesempatan bagi penggunanya untuk dengan mudah memaksimalkan waktu tunggu di beberapa tempat. Cukup ambil nomor antrean melalui aplikasi kemudian pengguna bisa berangkat menyesuaikan dengan nomor antreannya.

Selain antrean, Coorby juga dilengkapi dengan fitur pemesanan. Fitur ini biasanya dimanfaatkan untuk tempat-tempat bisnis seperti lapangan futsal atau karaoke. Sehingga pengguna bisa dengan mudah memastikan kapan mereka bisa datang tanpa khawatir menunggu atau bahkan tidak mendapatkan kesempatan bermain lantaran penuh.

Salah satu founder Coorby Hendrik Tukunang kepada DailySocial bercerita bagaimana awal mula mereka merintis bisnis ini. Aplikasi Coorby merupakan buah pengalaman pribadi para pendirinya yang sering kali menunggu lama dan merasakan bahwa waktu yang terbuang percuma harusnya bisa dimanfaatkan untuk keperluan lainnya.

Untuk itulah Coorby menjalin kerja sama dengan beberapa mitra bisnis lainnya yang ada di Malang dan sekitarnya untuk mempermudah proses pemesanan atau ambil antrean.

“Saat ini sudah 57 bisnis partner yang bergabung mas,” terang Hendrik ketika dihubungi DailySocial.

Hendrik selanjutnya juga menjelaskan bahwa saat ini mereka tengah fokus untuk meningkatkan pengguna dengan beberapa kampanye yang sedang disiapkan. Selain itu mereka juga terus menjajaki kerja sama dengan lebih banyak lagi mitra bisnis untuk bisa segera beroperasi di Yogyakarta dan Bali. Lengkap dengan promo-promo spesial yang tengah mereka siapkan.

Sementara itu untuk pengembangan bisnisnya Hendrik menjelaskan konsep iklan, payment gateway hingga kecerdasan buatan tengah menjadi rencana selanjutnya pihak Coorby. Tentu dalam upaya mereka menjajakan layanan yang berkualitas.

Application Information Will Show Up Here

BBM Kian Gencar Tambahkan Konten Aplikasi di Platformnya

BBM mulai gencar mempromosikan dan meningkatkan layanannya, tak hanya sebagai aplikasi pesan instan, tetapi juga sebagai paket aplikasi yang komplit, salah satunya sebagai platform bermain game. Sudah ada beberapa game di dalam BBM yang bisa dimainkan. Yang baru dikenalkan adalah game “Pmang Capsa Susun with BBM”, permainan kartu bertema pertama yang dikenalkan di Indonesia.

Dilengkapi dengan ikon dan karakter menarik permainan yang bertajuk capsa susun, sebuah permainan atau lebih dikenal dengan istilah poker Tiongkok ini kini bisa dinikmati seluruh pengguna Indonesia di mana pun berada. Konsep yang dekat dengan masyarakat dan dengan karakter yang unik dihadirkan untuk menarik pengguna, dan untuk menghindarkan dari rasa bosan BBM telah menyediakan 12 emoji yang bisa digunakan.

Pengguna BBM yang ingin memainkan permainan bisa dengan mudah mendapatkannya di toko aplikasi BBM di menu Discovery. Setelah proses unduh permainan ini bisa dinikmati dan dimainkan. Selain game ini kurang lebih ada 6 game lain yang kini tersedia di toko aplikasi BBM.

Evolusi BBM

BBM pertama kali dikenal sebagai salah satu aplikasi pesan instan. Di masanya, di mana perangkat BlacBberry banyak dipakai BBM merupakan aplikasi yang banyak digunakan. Seiring berjalannya waktu segmen pesan instan kedatangan banyak pesaing, yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah Whatsapp, Line, Facebook Messenger, dan beberapa lainnya. Evolusi BBM ini bisa diamati sebagai bentuk cara mendapatkan banyak pengguna baru atau cara bertahan dari saingannya yang lain.

Inovasi BBM yang mengarah ke sebuah platform multi fungsi sebenarnya juga dilakukan oleh pesaing mereka LINE. Selain terkenal dengan stiker dengan karakter yang beragam, bahkan karakter artis-artis Indonesia, LINE juga terkenal dengan permainan, Webtoon, dan LINE Shoping yang semuanya terintegrasi melalui akun LINE.

Dalam perjalanan evolusinya BBM secara bertahap menghadirkan beberapa fitur yang diharapkan bisa memanjakan penggunanya. Mulai dari stiker, berita, bayar pulsa dan tagih, travel, shopping yang menggandeng Bukalapak, dan beberapa fitur lain.

Sellter Siap Hadapi Persaingan Marketplace di Indonesia

Di lihat dari model bisnisnya, layanan e-commerce di Indonesia kebanyakan berbentuk marketplace. Kemudian di dalam konsep marketplace ini juga banyak dieksplorasi untuk mendapatkan pangsa pasar yang unik. Salah satunya yang coba mengembangkan lagi konsep marketplace adalah Sellter. Dengan membawa jargon “social marketplace” Sellter mencoba menawarkan cara mudah berbelanja menggunakan aplikasi mobile.

Sellter yang sudah memasuki versi 1.30 di Google Play dan versi 1.1.1 di Apps Store mengedepankan kenyamanan dan kemudahan berbelanja sebagai salah satu keunggulannya. Sellter sendiri disebut memiliki beberapa keunggulan lain, seperti 100% penjualan tanpa komisi, pilihan berbagai macam metode pembayaran dan sistem keamanan transaksi. Dengan segala kemudahan dan kecanggihan yang ditawarkan tampaknya Sellter harus masih berjuang ekstra untuk menembus persaingan marketplace yang telah lebih dulu dikenal masyarakat.

Digagas oleh Alvin sebagai CEO, Alice Norin sebagai CMO dan Sandy sebagai CTO Sellter tahun ini mencoba mulai membangun komunitas sembari terus melakukan perbaikan produk, salah satunya dengan mencari talenta berbakat untuk bergabung dengan Sellter.

Foto tim Sellter / Sellter

Persaingan di Indonesia

Jika dilihat sekilas tidak ada yang berbeda dengan bisnis modal Sellter dengan marketplace lain, pun dengan marketplace yang melakukan pendekatan ke arah mobile, seperti halnya Shopee, Coral (yang akhirnya pivot menjadi Prism), Carousell dan beberapa lainnya. Persaingan ketat marketplace akan terus berlanjut.

Sellter dengan pendanaan Seed Investment yang di dapat dari Andy Zain dan Jas Kapital saat cukup optimis untuk bersaing dengan e-commerce dengan model bisnis serupa. Kurang lebih sejak pertama kali di luncurkan November silam Sellter telah mendapatkan 92 ribu kali unduhan dengan total produk tercatat mencapai 17 ribu. Alvin juga menjelaskan saat ini ada 38 selebritis yang menjual barang bekasnya di Sellter dan membantu mempromosikan Sellter.

“Kami yakin Sellter dapat diterima oleh masyarakat karena kami melihat begitu banyak orang-orang berjualan menggunakan social media. Kami menghadirkan marketplace yang fun seperti social media. Umumnya pengguna Sellter masuk ke app kami untuk melihat barang-barang yang terlebih dahulu, jika mereka melihat ada produk yang menarik mereka akan berinteraksi dengan penjual dengan cara comment atau private message,” terang Alvin.

Di sektor marketplace sekarang butuh usaha ekstra untuk menarik perhatian masyarakat. Nama-nama besar sudah mulai melebarkan sayapnya dengan memperbanyak opsi penjualan dan turun ke akar rumput dengan memberikan pelatihan-pelatihan atau hal lainnya yang langsung bersentuhan dengan masyarakat. Beberapa situs marketplace pun tumbang. Bukan hanya Sellter, marketplace baru lainnya juga harus mencari nilai lebih dari bisnisnya masing-masing. Untuk bisa tetap bersaing.

Application Information Will Show Up Here