Optimisme Home Credit Hadapi Pandemi dengan Memperkuat Inovasi Pembiayaan Nontunai

Home Credit baru-baru ini memperkenalkan layanan paylater kepada 4,6 juta pelanggannya. Layanan bernama “BayarNanti” ini rencananya bakal tersedia di lebih dari 15 ribu titik penjualan Home Credit di Indonesia.

BayarNanti merupakan salah satu strategi perusahaan untuk mempermudah masyarakat dalam mengakses pembiayaan multiguna, terutama di masa pandemi Covid-19.

DailySocial berkesempatan mengulik lebih dalam mengenai BayarNanti, dampak pandemi, hingga rencana dan strategi pengembangan Home Credit ke depan. Berikut wawancara kami dengan Chief Marketing and Strategy Home Credit Indonesia Moin Uddin.

Memperluas akses ketersediaan “BayarNanti”

Menurut Uddin, saat ini menjadi momentum yang tepat untuk meluncurkan layanan paylater setelah pihaknya melakukan riset dan analisis mendalam terhadap kondisi pasar. Upaya ini juga sejalan dengan komitmen Home Credit untuk berinovasi memberikan kemudahan kepada pelanggannya.

Untuk saat ini, layanan Home Credit BayarNanti baru tersedia bagi pelanggan terpilih yang memiliki kontrak pembiayaan di jaringan mitra retailer di lebih dari 15 ribu titik penjualan. Layanan BayarNanti juga dapat digunakan di lebih dari 5 juta merchant di Indonesia yang menggunakan QRIS.

“Home Credit selalu mengedepankan open ecosystem approach untuk mengembangkan bisnis dan produknya. Saat ini, kami sedang memperluas akses BayarNanti ke seluruh pelanggan existing dan platform lainnya. Kami telah berkolaborasi dengan beberapa bank terbesar di Indonesia untuk pembayaran tagihan BayarNanti dan pendanaan produk pembiayaan multiguna kami,” jelas Uddin dalam keterangan tertulisnya kepada DailySocial.

Adapun, pelanggan dapat bertransaksi dengan BayarNanti minimal Rp10.000 dan maksimal plafon hingga Rp1,2 juta. Namun, plafon tersebut dapat meningkat sejalan dengan pola penggunaan dari para pelanggan. Selain itu, setiap transaksi dengan BayarNanti juga tidak dikenakan biaya tambahan alias gratis.

Berdasarkan Fintech Report 2019 yang dirilis DailySocial, paylater (56,7%) berada di posisi ketiga setelah dompet digital (82,7%) dan aplikasi investasi (62,4%) sebagai layanan keuangan digital terfavorit.

Ada dua faktor yang membuat penetrasi paylater semakin berkembang. Pertama, pertumbuhan e-commerce setiap tahun meningkat di mana kapitalisasi bisnis belanja online telah menembus $21 miliar (setara Rp294 triliun) di 2019 menurut laporan McKinsey, dengan 90% pengguna internet pernah berbelanja online menurut temuan WeAreSocial.

Kedua, penetrasi kartu kredit yang diterbitkan perbankan masih rendah. Data Bank Indonesia mencatat 17,61 juta kartu kredit beredar per Februari 2020. Angka ini sangat kecil dibandingkan total populasi Indonesia. Sementara, penetrasinya rendah karena persyaratan mengajukan kartu kredit sulit dipenuhi oleh masyarakat.

Dampak pandemi terhadap Home Credit

Selama masa pandemi, Home Credit melakukan beberapa penyesuaian untuk menjaga kinerjanya dengan fokus utama meningkatkan transaksi produk dan engagement kepada para pelanggan. Perusahaan melakukan evaluasi ulang terhadap portofolio produk dan memperkenalkan produk digital terbaru, seperti Home Credit Card, Home Credit Pay, dan Home Credit BayarNanti.

Diungkapkan Uddin, pihaknya menjadi lebih selektif dalam menyalurkan pembiayaan selama pandemi Covid-19 di 2020. Hal ini sejalan dengan berkurangnya jumlah pengguna yang mengajukan pembiayaan ke Home Credit.

Menurut catatannya, volume penjualan di Home Credit turun 34% per Juni 2020 dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Kendati begitu, dengan seleksi underwriting yang lebih ketat, Home Credit mengklaim telah berhasil menekan risiko gagal bayar dengan rasio Non Performing Financing (NPF) sebesar 2,17%. Tingkat NPF ini terbilang masih jauh di bawah batas maksimal yang ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yaitu sebesar 5%.

Selain itu, Uddin mengungkap juga memperkuat kerja sama strategis dengan sejumlah bank untuk meningkatkan penyaluran pembiayaan. Pada kuartal III 2020, Home Credit menyepakati perjanjian fasilitas pinjaman sindikasi luar negeri (offshore) $60,5 juta.

Beberapa kreditur yang tergabung dalam sindikasi ini antara lain ING Bank N.V. Hong Kong Branch dan Bank of China (Hong Kong) Limited sebagai Mandated Lead Arrangers dan Bookrunners, BNP Paribas sebagai Mandated Lead Arranger,
serta SinoPac Financial Holdings Company Ltd. (Bank SinoPac) dan Singapore Branch Malayan Banking Berhad (Maybank).

Dari sisi pelanggan existing, Home Credit memberikan keringanan pembiayaan yang memenuhi kriteria tertentu. Misalnya, pertama, keringanan ini berlaku bagi pelanggan yang terkena dampak langsung Covid-19 (baik secara medis maupun finansial).

Kedua, pekerja sektor informal atau pengusaha UMKM. Ketiga, pelanggan bekerja di sektor yang terpengaruh langsung oleh pandemi (transportasi online, pariwisata, perhotelan, perdagangan, pertanian, pertambangan, real estate, infrastruktur, dan F&B).

Keempat, keringanan ini berlaku pada pelanggan yang memiliki riwayat pembayaran cicilan lancar dan tidak memiliki tunggakan sebelum tanggal 2 Maret 2020 (dapat diperiksa di My Home Credit App). Dan kelima, barang yang dicicil sesuai dengan kontrak pembiayaan dan tidak berpindah tangan.

“Secara umum, tahun 2020 memang menjadi tahun yang sangat menantang. Hampir seluruh lapisan masyarakat terkena dampak dari pandemi Covid-19, termasuk industri pembiayaan dan Home Credit. Namun, kami memandang positif tahun 2021, di mana kami percaya 2021 akan menjadi masa pemulihan,” tambahnya.

Optimisme di industri pembiayaan dan penguatan jaringan merchant

Pihaknya mengaku optimistis 2021 bakal menjadi tahun pemulihan karena sejumlah faktor. Uddin, sebagaimana mengutip laporan pada webinar MarkPlus Inc, mengungkap bahwa data beli masyarakat menengah ke atas akan meningkat di 2022.

Dalam webinar MarkPlus Inc bertajuk “Actualizing The Post Normal: Year 2021 and Beyond Multifinance Industri Perspective”, Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) juga menyebutkan bahwa kekuatan ekonomi akan bangkit kembali di 2022-2025.

Apalagi, pandemi turut berkontribusi terhadap akselerasi digital dan perubahan perilaku konsumen. Menurut Uddin, konsumen mempertimbangkan sejumlah faktor utama dalam berbelanja, antara lain pilihan produk beragam dan harga kompetitif yang memengaruhi pengambilan keputusan.

“Dalam hal ini, industri keuangan, termasuk Home Credit harus melakukan persiapan menghadapi 2021 dan seterusnya. Maka itu, kami akan terus mengembangkan teknologi dan inovasi digital untuk mengubah cara masyarakat berbelanja dan memudahkan mereka terhadap akses pembiayaan,” kata Uddin.

Perihal perilaku belanja, Home Credit juga sebetulnya melakukan survei pada Agustus 2020 yang diikuti 2.500 responden di Indonesia. Hasilnya, pelanggan masih menyukai aktivitas belanja offline. Alih-alih sepenuhnya berbelanja online, responden justru lebih menyukai pola berbelanja offline dan online.

“Maka itu, implikasinya bagi bisnis [kami] adalah untuk [melakukan] diversifikasi pilihan metode pembayaran dan pembiayaan mereka, baik dalam platform belanja online maupun offline agar lebih mudah, nyaman dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan para konsumen,” ujarnya.

Dengan temuan tersebut, Home Credit akan memperkuat kehadiran pembiayaan offline di jaringan merchant di tahun ini. Fasilitas atau layanan transaksi nontunai merupakan salah satu strategi inovatif perusahaan untuk mencapai target, yakni melalui Home Credit Card, Home Credit Pay, dan Home Credit BayarNanti.

Saat ini, rata-rata ticket size pembiayaan pelanggan Home Credit berkisar Rp4,5 juta. Adapun, aplikasi My Home Credit telah mencapai hampir 10 juta download per Januari 2021.

Application Information Will Show Up Here

Fintech Platform Home Credit Introduces Credit Card Product Supported by Visa

Multipurpose financing company Home Credit launches Home Credit Card, a physical credit card with a Visa logo to be used for online and offline transactions. This service is provided for the company’s loyal customers with a good track record.

Home Credit Indonesia’s Marketing & Strategy Director, Moin Uddin said that digital innovation is an important thing that must be implemented by companies in order to improve service quality for customers.

“With this Home Credit Card, we want to improve the quality of our services by providing comfort, safety, and convenience in the shopping experience,” he said in an official statement, Thursday (30/7).

In terms of application, the customer will receive a notification from the company system through the application or contacted directly by the team. The registration process only takes about three minutes to verify approval to complete the required documents.

Uddin ensured the company remained committed and applied the precautionary principle in accordance with the applicable rules of the regulator.

When it’s approved, the credit card should be activated first through the call center or the My Home Credit application, then create a PIN. By using the Visa network, Home Credit customers can use their credit limit to shop at Visa merchants both domestically and abroad, as well as cash withdrawal at ATMs with the Visa logo.

In terms of interest, a maximum of 2.25% per month or a maximum of 26.95% per year is charged. The company offers installment facilities through its product called Brilliant by Home Credit Card for up to 36 months. Customer transactions made with the card will be converted to installments based on special conditions agreed upon at the request of the cardholder.

As for the payment, the company has cooperated with third parties such as Alfamart, Indomaret, Pos Indonesia, BCA, BNI, Bank BRI, Bank Mandiri, Bank Permata, Bukalapak, GoBills, Tokopedia, and Ayopop. The extent of this payment method is expected to facilitate customers.

“In the past, credit cards only accessible to certain people, now with various facilities and application requirements, having credit cards are getting along with various benefits for their owners,” he concluded.

Marketing and Strategy Director Home Credit Indonesia Moin Uddin / Home Credit
Marketing and Strategy Director Home Credit Indonesia Moin Uddin / Home Credit

Credit card is getting accessible

In the past, credit cards were such premium items for it is only accessible to “priviledge” customers. This is natural because banks must be responsible for channeling loans sourced from public funds.

These conditions eventually create stagnate growth from year to year. Based on data from Bank Indonesia, there were 17.61 million cards in February 2020, rise up 2.67% compared to February 2019 with 17.15 million cards.

In terms of the transaction, it was only Rp25.86 trillion, slightly rise by 0.19% from Rp25.81 trillion. While the transaction volume increased by 3.51% to 26.44 million times from 26.44 million.

In response to the conditions, technology companies finally answered by working with banks to release credit card products. Based on regular customers data of payment and transactions, they will be offered credit cards to “rank up.”

The strategy was at least successfully performed by Traveloka with its Traveloka PayLater in collaboration with Bank BRI. Traveloka PayLater customers who are creditworthy will get a notification to apply for a credit card.

Similar to Home Credit, Traveloka PayLater Card uses the Visa network, therefore, customer credit limits are accessible at all Visa merchants. Through the Traveloka application, customers can control all transactions, even to pay their bills.

Aside from Bank BRI, Bank Mandiri is also in charge of a co-brand credit card with Traveloka, without the PayLater brand. The facilities offered are the opportunity to collect more loyalty points from transactions at Traveloka, daily discounts, and other offers from Bank Mandiri merchants.

Grab actually has previously performed this strategy with Mastercard, it’s just not available in Indonesia since it was first released at the end of last year.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Platform Fintech Home Credit Luncurkan Produk Kartu Kredit, Manfaatkan Jaringan Visa

Perusahaan pembiayaan multiguna Home Credit meluncurkan Home Credit Card, kartu kredit fisik dengan logo Visa yang dapat dimanfaatkan untuk transaksi online dan offline. Layanan ini disediakan untuk para konsumen loyal perusahaan dan memiliki rekam jejak pembayaran yang baik.

Marketing & Strategy Director Home Credit Indonesia Moin Uddin mengatakan, inovasi digital merupakan hal penting yang harus diimplementasikan oleh perusahaan agar bisa meningkatkan kualitas pelayanan untuk para pelanggan.

“Dengan hadirnya Home Credit Card ini, kami ingin meningkatkan kualitas layanan kami dengan memberikan kenyamanan, keamanan, dan kemudahan dalam pengalaman berbelanja,” ucapnya dalam keterangan resmi, Kamis (30/7).

Untuk pengajuan kartu kredit ini, nasabah dipastikan telah menerima notifikasi dari sistem perusahaan melalui aplikasi atau dihubungi langsung oleh tim. Proses pendaftarannya hanya membutuhkan waktu sekitar tiga menit untuk verifikasi persetujuan sejak melengkapi dokumen yang dibutuhkan.

Uddin memastikan perusahaan tetap berkomitmen dan menerapkan prinsip kehatian-hatian sesuai dengan aturan yang berlaku dari regulator.

Jika sudah disetujui, kartu kredit perlu diaktifkan terlebih dahulu melalui call center atau aplikasi My Home Credit, kemudian membuat PIN. Karena memanfaatkan jaringan Visa, nasabah Home Credit dapat memanfaatkan limit kreditnya untuk berbelanja di merchant Visa baik di dalam maupun luar negeri, serta melakukan tarik tunai di ATM berlogo Visa.

Adapun untuk bunga pembelanjaannya maksimal 2,25% per bulan atau maksimal 26,95% per tahun. Perusahaan menawarkan fasilitas cicilan melalui produknya yang bernama Brilian by Home Credit Card hingga 36 bulan. Transaksi nasabah yang dilakukan dengan kartu akan dikonversi menjadi angsuran berdasarkan ketentuan khusus yang disetujui berdasarkan permintaan pemegang kartu.

Sedangkan untuk pembayaran tagihan ini, perusahaan telah bekerja sama dengan pihak ketiga seperti Alfamart, Indomaret, Pos Indonesia, BCA, BNI, Bank BRI, Bank Mandiri, Bank Permata, Bukalapak, GoBills, Tokopedia, dan Ayopop. Luasnya metode pembayaran ini diharapkan memudahkan nasabah.

“Dulu, kartu kredit hanya bisa dimiliki oleh sebagian masyarakat, tetapi sekarang dengan berbagai kemudahan dan syarat aplikasi, kartu kredit semakin mudah dimiliki dan menyediakan berbagai keuntungan bagi pemiliknya,” tutup dia.

Marketing and Strategy Director Home Credit Indonesia Moin Uddin / Home Credit
Marketing and Strategy Director Home Credit Indonesia Moin Uddin / Home Credit

Semakin mudah punya kartu kredit

Memang dulu kartu kredit adalah barang premium karena hanya bisa dimiliki oleh nasabah “priviledge”. Ini wajar karena bank memang harus bertanggung jawab dalam menyalurkan pinjaman yang bersumber dari dana masyarakat.

Kondisi tersebut akhirnya membuat pertumbuhan mandeg dari tahun ke tahun. Data dari Bank Indonesia mengungkapkan, per Februari kemarin tercatat sebanyak 17,61 juta kartu naik 2,67% dibandingkan dengan Februari 2019 sebanyak 17,15 juta kartu.

Dari transaksinya hanya Rp25,86 triliun atau naik tipis 0,19% dari sebelumnya Rp25,81 triliun. Sementara volume transaksinya meningkat 3,51% menjadi 26,44 juta kali dari 26,44 juta.

Menanggapi kondisi tersebut akhirnya dijawab oleh perusahaan teknologi yang bekerja sama dengan perbankan untuk merilis produk kartu kredit. Berbekal dengan data nasabah yang teratur membayar dan rajin bertransaksi, menawarkan kartu kredit agar mereka bisa “naik kelas.”

Strategi tersebut setidaknya sukses dilakukan oleh Traveloka dengan brand-nya Traveloka PayLater yang memboyong Bank BRI. Nasabah Traveloka PayLater yang layak kredit akan mendapat notifikasi untuk mengajukan kartu kredit.

Sama seperti Home Credit, Traveloka PayLater Card menggunakan jaringan Visa sehingga limit kredit nasabah bisa dipakai di seluruh merchant Visa. Lewat aplikasi Traveloka, nasabah dapat mengontrol seluruh transaksinya, pun untuk membayar tagihannya.

Selain Bank BRI, Bank Mandiri juga kepincut untuk co-brand kartu kredit dengan Traveloka, tanpa dibubuhi embel-embel brand PayLater. Fasilitas yang ditawarkan adalah kesempatan mengumpulkan lebih banyak poin loyalitas dari transaksi di Traveloka, diskon harian, dan penawaran lainnya dari merchant Bank Mandiri.

Grab sebenarnya juga sudah melakukan strategi ini dengan Mastercard, hanya saja belum tersedia di Indonesia sejak pertama kali dirilis pada akhir tahun lalu.